SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Strata-1 (S1) Pada Jurusan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Oleh:
ROZA ZAHARA
2613.026
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
diperuntukan bagi peserta didik yang normal tapi juga bagi peserta didik
bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Salah satu diantara anak yang
anak autis.
seperti anak normal lainnya. Hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam
tingkah laku atau abnormalitas pada anak. Apabila terdapat gangguan pada
berbahasa dan berbicara seperti gangguan pada anak autis. Penderita autis
dapat di latih dengan menggunakan terapi yang sesuai dengan jenis autis
yang di deritanya.
mereka dan lebih mengenal lagi berbagai kondisi anak secara mendetail
dipusat bahasa pada otak, namun bisa juga diakibatkan oleh gangguan di
wilayah peviper atau tepi yaitu karena postur tubuh anak tidak bagus atau
tidak optimal. Tidak semua anak autis mengalami gangguan bicara dan
bahasa, ada anak autis yang dapat bicara normal dan lancar, ada juga yang
bicara tapi dengan kemampuan yang terbatas (sulit dan kaku). Namun ada
juga anak autis yang tidak dapat berbicara sama sekali. Anak autis yang
masih memiliki fungsi bicara dan berbahasa yang baik atau mampu
1
Hembing Wijakusuma, 2004. Psikoterapi Anak Autis, (Jakarta: Pustaka Populer
Obor.hal 3)
2
Bonny Danuatmaja, 2003, Terapi Anak Autis di Rumah (Jakarta: Puspa Swara. hal.137)
5
Maksud dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT yang
pandai berbicara dan ayat ini pun berkaitan dengan terapi wicara yang
memiliki kekurangan.
berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapi wicara dapat diminta
dari tim penanganan kasus. Terapi wicara merupakan salah satu bentuk
terapi ringan yang diberikan kepada anak tidak hanya oleh terapis saja dan
anak.3
luas dan kompleks, mencakup aspek interaksi sosial, kognisi, bahasa dan
yang sangat kompleks, yang secara klinis ditandai dengan adanya tiga
gejala utama berupa realitas yang kurang dalam interaksi sosial dan
terbatas, serta perilaku yang disertai dengan gerakan yang berulang tanpa
tiga tahun pertama kehidupan anak.5 Sehingga sekitar tiga hingga empat
kali lebih mungkin terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan.
4
Hardiono D. Pusponegoro dan Purboyo Solek, 2007, Apakah Anak Kita Autis?
(Bandung: Trikarsa Multi Media, hal 3)
5
Chris Williams dan Barry Wright HowTo Live With Autism and Asperger Syndrome
(Strategi Praktis bagi Orang tua dan Guru Anak Autis), (Jakarta: Dian Rakyat, hal 3)
6
Adriana S Ginanjar, 2008, Menjadi Orang Tua Istimewa ( Jakarta: Dian Rakyat, hal.23)
7
maksud dan makna bahasa yang diucapkan penderita autis tersebut. Anak
autis bukan berarti menarik diri dari masyarakat, tetapi mereka memang
berbeda-beda, sesuai dengan gangguan autis yang mereka alami. Pada usia
dengan baik dan lancar. Tidak demikian halnya dengan penderita autis,
sulit untuk melakukan interaksi sosial. Salah satu alat agar anak autis
pendidikan. Salah satu jenis pendidikan bagi anak autis adalah sekolah
khusus anak autis. Dimana, sekolah ini diperuntukan khusus bagi anak
reguler.
berbahasa anak. Seperti yang di alami oleh beberapa siswa SLB Autisma
untuk dijadikan sampel yang mana kedua orang anak ini sama-sama
Pada umur 1 tahun mulai terlihat tidak adanya perkembangan seperti anak
autis pada saat umur 8 bulan karena tidak adanya kontak mata antara ibu
dengan anak, pada umur 4,5 tahun ia masuk ke SLB dan sekarang sudah
diatas kiranya menjadi suatu hal yang sangat penting sebuah penelitian
BUKITTINGGI”.
10
B. Identifikasi Masalah
masalah yaitu:
1. Siswa tidak lancar dalam berbicara dan tidak bisa mengutakan apa yang
ia rasakan.
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
G. Penjelasan Judul
maksud yang ada dalam tulisan ini, maka penulis memberikan beberapa
ringan yang diberikan kepada anak tidak hanya oleh terapis saja dan
Bunda adalah usaha yang dilakukan oleh guru terapi untuk mengarahkan
untuk itu anak perlu mendapatkan penanganan khusus dari terapis yaitu
terapi wicara agar anak dapat menyusun kata dan bekomunikasi dengan
7
Prasetyono, 2008, Serba Serbi Anak Autis ( Yogyakarta: Diva Pers, hal.207)
8
Soelaiman Joesoef dan Noer Abijono, pengantar psychology
9
Adriana S Ginanjar, 2008, Menjadi Orang Tua Istimewa ( Jakarta: Dian Rakyat hal.23)
10
http://fitriafitri.weebly.com/sekolah-luar -biasa.html
13
H. Sistematika Penulisan
relevan dengan masalah yang diteliti, yang dapat dijadikan sebgai alat
penelitian kuantitaitif.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Terapi Wicara
dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapi wicara dapat
diberikan kepada anak tidak hanya oleh terapi saja dan boleh
berbahasa.12
11
Prasetyono. 2008, Serba Serbi Anak Autis. (Yogyakarta: diva pers), hal 207
12
Bonny Danuatmaja. 2003, Terapi Anak Autis di Rumah. (Jakarta: puspa swara), hal 8
16
perlihatkan piyamanmya.
diucapkan.
c. Memperlambat ucapan
lalu ulangi dengan lambat dan ada jeda. Tetapi usahakan ucapan
atau musik.
13
Retno Sintowati, 2007.Autisme. (PT Sunda Kelapa Pustaka). hal 22
17
14
Adriana S. Ginanjar, Panduan Praktis Mendidik Anak Autis Menjadi Orang Tua
Istimewa, (jakarta: Dian Rakyat, 2008,) h.35
18
isyarat yang sama beberapa kali dan bila perlu gunakan alat
bantu visual.15
1) Pembentukan Kepatuhan
Cara Pengajaran:
15
Adriana S Ginanjar Panduan Praktis Mendidik Anak Autis Menjadi Orang Tua
Istimewa,h.70
16
Y. Handojo, 2009. Autisme Pada Anak. ( Jakarta.PT Bhuana Ilmu Populer) h.18-31
19
untuk terapis.
menghadap anda.
terduduk di kursinya.
mastered.
agar pasangan mata anda dan mata anak berada selevel. Ada
Cara 1:
mastered.
Cara 2:
biasanya berhasil.
Cara 3:
koordinasi.
detik.
24
penuh.
berturut-turut.
sekolah reguler.
terpisah.
dikuasai anak.
Langkah 1
“pegang merah!”.
28
Langkah 2
acak.
Langkah 3
dipakai anak.
Langkah 4
kemampuannya.
IQ tinggi.
susunan abjad.
gambar, gerak tubuh, atau kata. Anak pada tahap ini dapat
Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat sendiri dan
tidak mengerti. Anak pada tahap ini sudah lebih banyak mengerti
perbendaharaan kata-kata.17
dalam terapi.
1. Wawancara
17
Retno Sintowati, 2007. Autisme. (PT Sunda Kelapa Pustaka), hal 20-21
35
sampai terbalik bahwa terapis yang banyak bicara dank lien yang
2. Proses Terapi
sbb:
sini.
3. Pengertian ke Tindakan
kehidupannya nanti.
4. Mengakhiri Terapi
terapis.
kemandirian klien.18
anak autisme mereka yang lebih mengenal lagi berbagai kondisi anak
18
Iin Tri Rahayu, 2009. Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer. ( UIN-
Malang Press. Hal 196,200,206-208)
19
Hembing Wijakusuma, 2004. Psikoterapi anak autisme, ( jakarta; pustaka populer
obor. Hal 3)
38
teman.21
adalah sebuah ilmu yang mempelajari sikap dan tingkah laku manusia
20
Noer Rahanab, 2013. Pengantar Psikologi Agama, ( yogyakarta; perpustakaan
nasional). hal 2
21
Iin Tri Rahayu, 2009. Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer. (UIN-
Malang Press. Hal. 192)
39
positif
a. Area Taktil/Sentuhan
5) Berjalan berjinjit.
b. Area Vestibular
5) Selalu berputar-putar.
6) Meloncat-loncat.
8) Mudah jatuh.
c. Area Proprioceptive
3) Memukul.
8) Cenderung ceroboh.
meningkat.
3. Terapi Wicara/Komunikasi
meliputi bahasa lisan dan bahasa tulis. Keberhasilan terapi ini dapat
4. Terapi Visual
terapi komunikasi. Hal ini karena sebagian besar anak autis mampu
lama.
5. Terapi Bermain
emosi, dan sosial. Selain itu, secara tidak langsung anak bisa
merugikan diri sendiri dan terapi bermain ini juga berguna untuk
6. Terapi Musik
Quotien) manusia.
berasal dari susu sapi. Glutein dan kasein sulit dicerna. Jadi, anak
tersebut.
8. Terapi Biomedis
suplemen yang aman bagi anak autis. Terapi biomedis ini dapat
B. Autisme
1. Pengertian Autisme
22
Retno Sintowati, 2007. Autisme. (PT Sunda Kelapa Pustaka hal 17-38)
47
repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif
pervasive dan terjadi pada saat anak masih balita, maka penanganan
“isme”. Auto artinya diri sendiri, sedangkan isme berarti suatu aliran
lain.
23
Setiati Widihastuti, 2009. Pola Pendidikan Anak Autis, (Yogyakarta;Perpustakaan
Nasional hal 15)
48
antara para ahli dan dokter didunia. Autisme adalah gangguan yang
24
Yosfan Azwandi, 2005. Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme (Jakarta; hal
14-15)
49
Autis atau autisme adalah salah satu dari lima tipe gangguan
aktivitas dan interest. Hampir 75% dari anak autis pun mengalami
autos yang berarti aku. Pada pengertian nonilmiah kata tersebut dapat
25
Dr. Retno Sintowati, 2009. Autisme (Jakarta Selatan PT Sunda Kelapa), hal 1
26
Andri Priyatna, 2010, Amazing Autisme (Jakarta; PT Gramedia, IKAPI), hal 2
50
sendiri. Dengan kata lain, anak dengan gangguan autisme adalah anak
menghiraukanorang lain.28
27
Novan Ardy Wiyani, M.Pd.I, 2014, Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus
(yogyakarta: Perpustakaan Nasional KDT), hal 187
28
Handojo Y, Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal,
Autis dan Perilaku Lain, (Jakarta:Bhuana Ilmu Populer, 2003), h.3
29
Prasetyono D.S, Serba Serbi Anak Autis (autisme dan gannguan psikologi lainnya),
(yogyakarta:diva press,2008), h.11
51
b. Gangguan komunikasi
c. Gangguan perilaku
2. Ciri-ciri autisme
yang amat kompleks, autisme ditandai oleh tiga ciri utama yaitu:
30
Novan Ardy Wiyani, M.Pd.I, 2014, Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus
(yogyakarta: Perpustakaan Nasional KDT hal 188)
31
Mirza maulana, Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas
dan Sehat,(yogyakarta:kata hati, 2007), h.13
52
f. Masalah sensorik
sosial
32
Adriana S. Ginanjar, Panduan Praktis Mendidik Anak Autis Menjadi Orang Tua
Istimewa, (jakarta: Dian Rakyat, 2008,) h. 23
33
Galih A Veskarisyanti, 12 Tempi Autis Paling Efektif dan Hemat Untuk Autisme,
Hiperaktif Retardasi Mental. (Yogyakarta Pustaka Anggrek, 2008), h. 12
53
lain.
a. Komunikasi
34
Aris Sudiyanto, Gangguan Perkembangan Anak Autis Seminar Ehari Diagnosa dan
Intervensi Serta Peran Ortu Dalam Menangani Autis, (surakarta:RS. Dr.oen, 2001), h. 3
54
sesuatu.
b. Interaksi sosial
untuk bertatap
c. Gangguang sensoris
dipeluk
benda
d. Pola bermain
e. Perilaku
bolak balik
f. Emosi
sendiri
56
orang lain35
perilaku, emosi.
35
Mirza maulana, Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas
dan Sehat,(yogyakarta:kata hati, 2007), h.15
57
komunikasi
ulang
bawah ini :
ulang
36
Handojo. Y, Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal
Autis dan Perilaku Lain(Jakarta: Bhuana Ilmu Popular,2003), h.17
58
b. Teori Biologis
keluarga normal.
autisme adalah hubungan yang kaku dan dingin, adanya faktor gen
utama dari gangguan ini hingga saat ini masih terus diselidiki oleh
37
Handojo. Y, Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal
Autis dan Perilaku Lain (Jakarta: Bhuana Ilmu Popular,2003), h.6
60
Obat migrain, seperti ergot obat ini mempunyai efek samping yang
e. Faktor genetika
dengan autisme. Akan tetapi, gejala autisme baru bisa muncul jika
38
Gayatri Pamodji, Seputar Autisme (Jakarta: Gramedia, 2007). h 3
61
berat, seperti arsetik (As), antimon (Sb), cadmium (Cd), air raksa
bentuk disfungsi otak organik dan dapat juga karena faktor keturunan.
berasal dari kerusakan gen atau pengaruh racun terhadap bayi dalam
kandungan.41
39
Prasetyono ,Serba Serbi Anak Autis (autisme dan gannguan psikologi lainnya),
(Yogyakarta:Diva press,2008), h.69
40
John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup (Jakarta: Erlangga, 2002). Jil ke 1. H
214
41
Jeffrey S Novid dkk, Psikologi Abnormal edisi 5, (Jakarta:Erlangga, 2002), jil ke 2, h
147
62
khusus tentang anak jalanan, anak punk, dll, dan salah satu
ciri yang sama dan menempati ruang yang sama pada waktu tertentu
dalam hidupnya.
Tujuan umum:
Tujuan khusus:
63
sesuatu
baik.
heterogen.
suatu masalah dengan ciri-ciri yang sama dan menempati ruang yang
42
http://bksolusinya.blogspot.co.id/2014/04/konseling-populasi-khusus.html?m=1
diakses kamis 23 nopember 2017 jam 11.30
64
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang ada.43
penafsiran secara mendalam mengenai makna dari kenyataan dan fakta yang
B. Lokasi Penelitian
Bukittinggi yang mana siswanya diterapi sesuai kebutuhan untuk dirinya agar
43
Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Proses, (Jakarta: Rineka
Cipta: 1998) hal 245
66
Siswa di sekolah ini tidak hanya berasal dari lingkungan sekolah tetapi juga
umum dan bergabung dengan masyarat lain atau sudah dapat bersosialisasi
secara ilmiah, yaitu pelaksanaan terapi wicara terhadap anak autis di SLB
C. Informan Penelitian
kunci dalam penelitian ini adalah guru yang melaksanakan terapi. Sedangkan
cukup dan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, maka penulis
1. Observasi
2. Wawancara
pula. Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka
44
Husaini Usman Dan Purnomo Setiadi Akbar, Metode Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), hal. 54.
45
Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), hal. 179.
46
Lexy. J . Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2004), hal. 186.
68
3. Dokumentasi
47
Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hal.158
69
objek penelitian.
F. Analisis Data
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Moleong menyebutkan definisi
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Alfabeta, 2009), hal 336
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
diantaranya:
49
Tata Usaha SLB Autisma Permata Bunda Bukittinggi
73
esa.
individu.
sebagai berikut:
berkebutuhan khusus.
hari.
Burhan Birugo Bukittinggi, jadi sekolah ini jauh dari hiruk pikuk
Gedung sekolah ini terdiri dari 2 lantai, terdiri dari satu kantor, satu
3. Profil Sekolah
A. Identitas Sekolah
2. NPSN : 10307566
50
Tata Usaha SLB Autisma Permata Bunda Bukittinggi
75
RT/RW : 0/0
Negara : Indonesia
100.3789 Bujur
B. Data Pelengkap
Dilayani :
17. MBS : Ya
milik (m2) :0
21. NPWP :
C. Kontak sekolah
25. Website :
D. Data periodik
26. Waktu
bos? : Ya
E. Sanitasi
77
air sendiri : Ya
berkebutuhan khusus : 0
cuci tangan : Ya
0 0 6
tidak dapat
0 0 0
Pada bab ini yang berisi mengenai suatu pembahasan kasus yang
terapi wicara.
B. Temuan Khusus
tentang anak jalanan, anak punk, dll, dan salah satu pembahasannya adalah
tentang anak autis yang sering disebut dengan konseling populasi khusus.
ruang yang sama pada waktu tertentu secara khusus sehingga konseli
jalan yang di beikan oleh terapis yaitu dengan memberikan anak autis
dengan anak dan tindakan yang dilakukan oleh terapis apabila anak tidak
merespon.
a. Pembentukan Kepatuhan
51
http://bksolusinya.blogspot.co.id/2014/04/konseling-populasi-khusus.html?m=1
diakses kamis 23 nopember 2017 jam 11.30
52
Yosfan Azwandi, 2005. Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme (Jakarta; hal
14-15)
80
Senada dengan hal ini penulis juga mewawancarai orang tua siswa
53
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
54
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
55
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
56
Wawancara dengan orang tua AD dan ZD
81
bahwa Ada dua hal yang perlu diajarkan pada anak sewaktu memulai
57
Y. Handojo, Autisme Pada Anak, Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.2009
58
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
82
“Yang ibu lakukan ketika kontak mata tidak terjadi pada saat
terapi dengan mengarahkan kepala anak kepada terapis dengan cara
memegang rahang anak lalu diarahkan ke mata terapis apabila anak
tidak mau merespon perlihatkan lagi benda yang disukainya sampai
mata anak sejajar dengan mata terapis.” Selain itu untuk memancing
fokus kontak mata anak terapis memancing kontak matanya dengan
memanggil-manggil nama anak, apabila tidak ada respon dari
panggilan ibu di perlihatkan seperti mainan yang dia sukai, apabila
masih tidak ada respon ibu memegang rahangnya dan diarahkan ke
kontak mata ibu.”59
59
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
60
Wawancara dengan orang tua AD
61
Wawancara dengan orang tua ZD
83
terapis dan orang tua, namun tidak jarang juga AD dan ZD menolak
64
Wawancara dengan orang tua AD
65
Wawancara dengan orang tua ZD
66
Y. Handojo, Autisme Pada Anak, Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.2009
85
67
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
68
Wawancara dengan orang tua AD dan ZD
86
dalam pengenalan benda, selain itu orang tua juga ada membantu
dan hal.69
69
Y. Handojo, Autisme Pada Anak, Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.2009
87
mengingat benda yang ditampilkan oleh guru terapis dan guru terapis
70
Wawancara dengan orang tua AD
71
Wawancara dengan orang tua ZD
72
Y. Handojo, Autisme Pada Anak, Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.2009
88
73
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
74
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
75
Wawancara dengan orang tua AD dan ZD
89
tersebut adalah dokter. Dan apabila tes IQ sudah keluar orang tua
sekarang ini orang tua masih belum menyerahkan hasil tes IQ anak
dan ZD.
76
Y. Handojo, Autisme Pada Anak, Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.2009
90
normal.79
77
Azrina Oktavia, Guru terapi, wawancara pribadi
78
Wawancara dengan orang tua AD dan ZD
79
Y. Handojo, Autisme Pada Anak, Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.2009
91
makan, minum, mandi, buang air besar, buang air kecil, memakai
dan melepas baju, memakai dan melepas kaos kaki, dan kegiatan-
82
Wawancara dengan orang tua AD
83
Wawancara dengan orang tua ZD
84
Y. Handojo, Autisme Pada Anak, Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.2009
93
yang ia mau, dan terapi ini pun tidak bisa diberikan satu atau dua
sangat susah untuk difokuskan karena inti dari sebelum dan saat
jauh maka terapi akan sulit dan lama, untuk itu sebelum pelaksanaan
mata antara terapis dengan ZD sudah terlihat, maka dari itu terapi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang tinggi dalam pelaksanaan terapi wicara ini maka akan cepat
perkembangan pada anak dan apabila tidak adanya respon yang ditunjukan
oleh anak pada saat pelaksanaan terapi maka itu akan menjadi penghalang
B. Saran
1. Guru Terapi
komunikasi anak.
2. Pihak Sekolah
3. Orang Tua
96
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Danuatmaja, Bonny. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah Jakarta: Puspa Swara.
Ginanjar, Adriana S. 2008. Menjadi Orang Tua Istimewa Jakarta: dian rakyat.
Maulana, Mirza. 2007. Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju
Anak Cerdas dan Sehat, yogyakarta:kata hati.
Rahayu, Iin Tri. 2009. Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer.
UIN-Malang Press.
Veskarisyanti, Galih A. 2008. 12 Tempi Autis Paling Efektif dan Hemat Untuk
Autisme, Hiperaktif Retardasi Mental. Yogyakarta Pustaka Anggrek.
Williams, Chris dan Barry Wright HowTo Live With Autism and Asperger
Syndrome (Strategi Praktis bagi Orang tua dan Guru Anak Autis),
Jakarta: Dian Rakyat.
Wiyana, Novan Ardi. 2014. Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus
Yogyakarta: Perpustakaan Nasional KDT.
Y Handojo. 2003. Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak
Normal, Autis dan Perilaku Lain, Jakarta:Bhuana Ilmu Populer.
http://bksolusinya.blogspot.co.id/2014/04/konseling-populasi-khusus.html?m=1
diakses kamis 23 nopember 2017 jam 11.30
http://fitriafitri.weebly.com/sekolah-luar-biasa-html
diakses sabtu 27 januari 2018 waktu 20:15