Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti aliran. Jadi
autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri (Purwati, 2007).
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan
pervasif berawal sebelum usia 2,5 tahun (Devision, 2008).
1.2 Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2008) diantaranya yaitu:
1.2.1 Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan kromosom
yang disebutkan syndrome fragile-x (ditemukan pada 5-20% penyandang autis).
1
1.2.2 Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak yang
berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun
setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital Rubella,
Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.
2
kenormalan pada proses pertumbuhannya, pada anak penderita Autis didapati
keterbatasan dalam memfungsikan organnya, misalnya:
1) Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati kelancaran
bicara pada usia 12- 14 bulan.
2) Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).
3) Sulit menggerakkan otot (Athaxia).
4) Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).
5) Mengalami kesulitan membaca (Dyslexia).
6) Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan
rumit (Dysphasia).
7) Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki
dan tangan (Spastic) atau kelemasan otot kaki dan tangan (Hypotonic)
sehingga tak mampu untuk mengembangkan kemampuan duduk, berdiri, dan
berjalan secara mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati kemampuan
untuk berdiri sendiri dan berjalan pada usia 6-18 bulan .
8) Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri
sehingga anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
9) Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang
nantinya juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan
intelektual.
Anak Autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2
tahun dan setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastis.
3
berkomunikasi dan berprilaku juga mengalami penyimpangan. Dalam usia 5
tahun, komunikasi anak dan ibu terganggu dengan adanya sikap anak yang tidak
mau menatap ibunya ketika ditimang, hal ini menunjukkan kesan tidak
mengenal. Tidak dapat bercakap-cakap dengan orang lain di sekitar secara
mandiri, adanya gangguan praverbal yang ditunjukkan dengan berteriak dan
ekolia (bicara yang mengulang kata atau ungkapan), padahal anak normal pada
usia 6- 18 bulan sudah dapat melakukannya (dalam kemampuan berbahasa sesuai
batas usia). Dalam berperilaku, anak biasanya duduk dalam jangka waktu yang
lama, sibuk dengan tangannya (dengan mengepakkannya, memainkan jarinya
atau bertepuk tangan), tercengang dan menatap terus pada objek tertentu
(mengkilap dan bersifat mekanis) seolah tak dapat dipisahkan dan sangat terikat
daripadanya.
Gambaran lain adalah adanya sikap rirualistik dan konvulsif dimana anak
menekankan suatu rutinitas kehidupan harian tertentu dan menolak suatu
perubahan, dan adanya gerakan yang tidak biasa ditemukan pada anak normal
yaitu sering mengedipkan mata secara berulang, wajah sering menyeringai, sikap
melompat dan berjingkat. Pada segi psikologis didapati adanya perubahan
suasana hati yang tiba-tiba, tertawa dengan sebab yang tidak jelas dan sering
diselingi dengan kemarahan yang bersifat destruktif. Anak sering ketakutan
dengan suara tertentu dan tercengang dengan suara yang lain.
Hal ini juga akan mengarahkan anak untuk mengalami gangguan mental psikotik
paranoid (takut dan curiga sehingga memperlihatkan sikap tidak mempercayai
orang lain), schizotypal (menyendiri dan asik dengan dunianya sendiri), dan
histionik (selalu ingin diperhatikan, diutamakan, dan dituruti seluruh
keinginannya). Sisi intelektual anak dengan autis akan dihadapkan dengan
4
adanya retardasi, tetapi ada kecenderungan untuk membaik jika anak dapat lepas
dari sikap menarik diri. Kemampuan olah bicara anak autis sering terhambat
pada hal intonasi dan hal lain yang mengalami gangguan adalah kemampuan
untuk menentukan waktu.
5
(3) Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya
maupun yang lebih tua dari umurnya.
(4) Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.
3) Di bidang sensoris:
(1) Anak autis tidak peka terhadap sentuhan seperti tidak suka dipeluk.
(2) Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
(3) Anak autis senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
yang ada disekitarnya. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.
5) Di bidang perilaku:
(1) Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan
berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
(2) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri
seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung.
6
(3) Berputar-putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan
dengan bolak-balik, dan melakukan gerakan yang diulang-ulang.
(4) Tidak suka terhadap perubahan.
(5) Duduk bengong dengan tatapan kosong.
6) Di bidang emosi:
(1) Anak autis sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa.
(2) Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya.
(3) Kadang agresif dan merusak.
(4) Kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri.
(5) Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada
disekitarnya atau didekatnya.
1.4 Patofisiologi
Autisme adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh mutasi berkumpul di beberapa
jalur molekuler umum, atau adalah (seperti cacat intelektual) set besar gangguan
dengan berbagai mekanisme. autism tampaknya timbul akibat dari perkembangan
faktor-faktor yang mempengaruhi banyak atau semua fungsi sistem otak, dan
mengganggu perkembangan otak waktu lebih dari produk akhir.
7
kanak. Tidak diketahui apakah awal pertumbuhan yang berlebihan terjadi pada semua
anak-anak autistik. Tampaknya menjadi yang paling menonjol di wilayah-wilayah otak
yang mendasari perkembangan kognitif yang lebih tinggi spesialisasi.
Hipotesis untuk seluler dan molekuler dasar patologis berlebih awal meliputi:
1) Kelebihan neuron yang menyebabkan overconnectivity lokal di daerah otak kunci.
2) Terganggu saraf migrasi selama awal kehamilan.
Interaksi antara sistem kekebalan dan sistem saraf mulai awal selama tahap embrionik
kehidupan dan sukses neurodevelopment tergantung pada respon imun yang seimbang.
Ada kemungkinan bahwa aktivitas kekebalan yang menyimpang selama periode kritis
neurodevelopment adalah bagian dari mekanisme dari beberapa bentuk ASD.
Meskipun beberapa kelainan pada sistem kekebalan telah ditemukan dalam sub-sub
kelompok khusus individu autistic tidak diketahui apakah kelainan ini relevan dengan
atau sekunder untuk proses penyakit autisme. Sebagaimana autoantibodies ditemukan
dalam kondisi selain ASD, dan tidak selalu hadir dalam ASD, hubungan antara
gangguan kekebalan dan autisme tetap tidak jelas dan controversial. Hubungan antara
zat kimia saraf dengan autisme belum dipahami dengan baik; beberapa telah diselidiki,
dengan banyak bukti-bukti untuk peran serotonin dan perbedaan genetis dalam
transportasi.
8
melakukan suatu tindakan atau mengamati binatang lain melakukan tindakan yang
sama. MNS dapat berkontribusi pada pemahaman individu orang lain dengan
mengaktifkan modeling perilaku mereka diwujudkan melalui simulasi dari tindakan
mereka, niat, dan emosi.
Individu autistik cenderung menggunakan berbagai wilayah otak (kuning) untuk tugas
gerakan dibandingkan dengan kelompok kontrol (biru).
ASD-pola yang terkait fungsi dan menyimpang rendah aktivasi di otak berbeda-beda
tergantung pada apakah otak melakukan tugas-tugas sosial atau nonsocial. Di autisme
ada bukti untuk mengurangi konektivitas fungsional dari jaringan standar, skala besar
jaringan otak yang terlibat sosial dan emosional dalam pengolahan, dengan
konektivitas utuh dari tugas-jaringan positif, yang digunakan dalam perhatian
berkesinambungan dan tujuan-diarahkan berpikir. Pada orang dengan autis dua
jaringan tidak berkorelasi negatif pada waktunya, menunjukkan adanya
ketidakseimbangan dalam Toggling antara dua jaringan, mungkin mencerminkan
gangguan referensial diri berpikir.
1.5 Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi autisme menjadi
dua yaitu:
1) Autisme sejak bayi (Autisme Infantil) anak sudah menunjukkan perbedaan-
perbedaan dibandingkan dengan anak non autistik, dan biasanya baru bisa terdeteksi
sekitar usia bayi 6 bulan.
2) Autisme regresif ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan
kemampuan yang sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat
menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah bagus,
9
lenyap. Dan jika awalnya sudah bisa mulai mengucapkan beberapa patah kata,
hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
10
mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko
terjadinya autisme.
11
1.7 Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autism:
1.7.1 Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah
yang paling banyak dipakai di Indonesia.
12
1.7.4 Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan
tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat
banyak menolong untuk menguatkan ototnya dan memperbaiki keseimbangan
tubuhnya.
13
mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.
14
mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam
tubuh sendiri (biomedis).
15
1.9 Pathway
16
II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, No. MR
2) Riwayat Kesehatan
3) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak janin terganggu.
Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan
perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme Gangguan pada
otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak
nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme. Gangguan persalinan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya autism adalah: pemotongan tali pusat terlalu cepat,
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir
rendah ( < 2500 gram).
4) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKK)
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang lain, tertawa
atau cekikikan tidak pada tempatnya, menghindari kontak mata atau hanya sedikit
melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri, lebih senang
menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang
terbuka, jarang memainkan permainan khayalan, memutar benda, terpaku pada
benda tertentu, sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan
baik, secara fisik terlalu.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang menderita autisme.
6) Psikososial
(1) Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
17
(2) Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
(3) Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
(4) Perilaku menstimulasi diri
(5) Pola tidur tidak teratur
(6) Permainan stereotip
(7) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
(8) Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
(9) Kemampuan bertutur kata menurun
(10) Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus
7) Neurologis
(1) Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
(2) Refleks mengisap buruk
(3) Tidak mampu menangis ketika lapar
8) Gastrointestinal
(1) Penurunan nafsu makan
(2) Penurunan berat badan
18
2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa I: Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap
stimulus.
1) Definisi
Penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima,
memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol.
2) Batasan Karakteristik
Tidak ada kontak mata
Kesulitan mengungkapkan fikiran secara verbal
Kesulitan mengolah kata-kata atau kalimat
Disorientasi dalam tiga lingkup, waktu, ruang, dan orang
Tidak atau tidak dapat berbicara
Dipsnea
Bicara pelo/bicara gagap
3) Faktor yang Berhubungan
Tidak adanya orang terdekat
Perubahan pada sistem saraf pusat
Gangguan persepsi
Kondisi fisiologis
19
hingga tiga kata, dan ulangi pikiran operasional yang konkret. Kontak mata
perintah sesuai yang langsung mendorong anak berkonsentrasi pada
diperlukan. Minta anak pembicaraan serta menghubungkan pembicaraan
untuk melihat kepada anda dengan bahasa dan komunikasi. Karena artikulasi
ketika anda berbicara dan anak yang tidak jelas, bahasa tubuh dapat menjadi
pantau bahasa tubuhnya satu-satunya cara baginya untuk
dengan cermat. mengomunikasikan pengenalan atau
pemahamannya terhadap isi pembicaraan
2. Gunakan irama, musik, dan 2. Gerakan fisik dan suara membantu anak
gerakan tubuh untuk mengenali integritas tubuh serta batasan-
membantu perkembangan batasannya sehingga mendoronnya terpisah dari
komunikasi sampai anak objek dan orang lain
dapat memahami bahasa
3. Bantu anak mengenali 3. Memahami konsep penyebab dan efek membantu
hubungan antara sebab dan anak membangun kemampuan untuk terpisah dari
akibat dengan cara objek serta orang lain dan mendorongnya
menyebutkan perasaannya mengekpresikan kebutuhan serta perasaannya
yang khusus dan melalui kata-kata
mengidentifikasi penyebab
stimulus bagi mereka
4. Ketika berkomunikasi 4. Biasanya anak austik tidak mampu membedakan
dengan anak, bedakan antara realitas dan fantasi, dan gagal untuk
kenyataan dengan fantasi, mengenali nyeri atau sensasi lain serta peristiwa
dalam pernyataan yang hidup dengan cara yang bermakna. Menekankan
singkat dan jelas perbedaan antara realitas dan fantasi membantu
anak mengekpresikan kebutuhan serta
perasaannya.
20
4) Diagnosa II: Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan
dengan rawat inap di RS.
21
3. Gunakan restrain fisik selama 3. Restrain fisik dapat mencegah anak
prosedur ketika membutuhkannya, dari tindakan mencederai diri sendiri.
untuk memastikan keamanan anak Biarkan anak terlibat dalam perilaku
dan untuk mengalihkan amarah dan yang tidak terlalu membahayakan,
frustasinya, misalnya untuk misalnya membanding bantal,
mencagah anak dari membenturkan perilaku semacam ini memungkinkan
kepalanya ke dinding berulang- menyalurkan amarahnya, serta
ulang, restrain badan anak pada mengekpresikan frustasinya dengan
bagian atasnya, tetapi cara yang aman
memperbolehkan anak untuk
memukul bantal
4. Gunakan teknik modifikasi perilaku 4. Pemberian imbalan dan hukuman
yang tepat untuk menghargai dapat membantu mengubah perilaku
perilaku positif dan menghukum anak dan mencegah episode kekerasan
perilaku yang negatif. Misalnya,
hargai perilaku yang positif dengan
cara memberi anak makanan atau
mainan kesukaannya, beri hukuman
untuk perilaku yang negatif dengan
cara mencabut hak istimewanya
5. Ketika anak berperilaku destruktif, 5. Setiap peningkatan perilaku agresif
tanyakan apakah ia mencoba menunjukkan perasaan stres
menyampaikan sesuatu, misalnya meningkat, kemungkinan muncul dari
apakah ia ingin sesuatu untuk kebutuhan untuk mengomunikasikan
dimakan atau diminum atau apakah sesuatu.
ia perlu pergi ke kamar mandi
22
5) Diagnosa III: Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan
gangguan.
Hasil yang diharapkan:
Orang tua mendemontrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang
ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari
nasihat serta bantuan
Intervensi Rasional
1. Anjurkan orang tua untuk 1. Membiarkan orang tua
mengekpresikan perasaan dan mengekpresikan perasaan dan
kekhawatiran mereka kekhawatiran mereka tentang kondisi
kronis anak membantu mereka
beradaptasi terhadap frustasi dengan
lebih baik, suatu kondisi yang
tampaknya cenderung meningkat
2. Rujuk orang tua ke kelompok 2. Kelompok pendukung
pendukung autisme setempat dan memperbolehkan orang tua menemui
kesekolah khusus jika diperlukan orang tua dari anak yang menderita
autisme untuk berbagi informasi dan
memberikan dukungan emosioanl
3. Anjurkan orang tua untuk 3. Kontak dengan kelompok swabantu
mengikuti konseling (bila ada) membantu orang tua memperoleh
informasi tentang masa terkini, dan
perkembangan yang berhubungan
dengan autisme
23
DAFTAR PUSTAKA
Purwati, N., H., (2007). 100 Ide Membimbing Anak Autis. Jakarta: Penerbt
Erlangga
Devision, (2008). Autisme, How to live with autism and asperger syndrome.
Jakarta : Dian Rakyat Indonesia
24
Banjarmasin, Agustus 2017
25