Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

KESULITAN BELAJAR MEMBACA (DISLEKSIA)


“ Upaya dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca
Siswa di SD”

(Dosen Pengampu : Drs. Muhammad Amier, S. Pd., M. Pd.)

DISUSUN OLEH:
Siti Khumairah Putri
105401108818
PGSD 6 B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan Laporan “Upaya dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca di SD ” Dan juga saya berterima kasih pada bapak Drs.
Muhammad Amier, S.Pd., M. Pd. selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Diagnosa Kesulitan
Belajar dan penggerak mula yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Kesulitan belajar Membaca pada anak. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan untuk itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Bontonompo, Juni 2021

Siti Khumairah Putri


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................

C. Tujuan..............................................................................................................................

D. Manfaat............................................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia).........................................................................


B. Contoh Anak yang Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)..........................................
C. Ciri-ciri atau Gejala Anak Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)..............................
D. Penyebab Anak Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia) ..............................................
E. Solusi Cara Belajar Anak Disleksia................................................................................

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaca merupakan kemampuan dasar pada jenjang pendidikan dasar. Sekolah
Dasar (SD) adalah satuan pendidikan yang memberikan kemampuan dasar tersebut
sebagaimana yang dinyatakan dalam Bab II pasal 6 ayat 6 PP No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan formal
diharapkan dapat menangani kesulitan yang dialami siswa untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa termasuk kemampuan membaca. Siswa akan berkembang secara
optimal melalui perhatian guru yang positif, begitupun sebaliknya.
Kemampuan terpenting yang harus dipelajari pada masa kanak-kanak adalah
membaca. Burn, dkk. mengatakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang
vital dalam suatu masyarakat terpelajar, karena aktivitas belajar pada anak dimulai dari
bagaimana individu membaca, dan proses membaca buku akan sangat dipentingkan bagi
anak untuk kehidupan mendatang. Jika terjadi permasalahan pada kemampuan membaca
yang merupakan bagian dari kemahiran berbahasa, maka akan berdampak pada proses
belajar yang lain. Fakta di lapangan mendukung bahwa anak yang mengalami hambatan
berbahasa dan kesulitan belajar mempunyai efek negatif dan signifikan pada pendidikan
anak.
Pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan
usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai
suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan
mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat
sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.
Siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca akan tertinggal dengan siswa
yang lainnya, selain itu siswa merasa terbebani dengan apa yang ditugaskan oleh guru
dikarenakan siswa yang berkesulitan dalam membaca ini tidak mampu mengikuti intruksi
yang diberikan oleh guru, misalnya : semua siswa diharapkan untuk mengerjakan soal
halaman 15, namun pada siswa yang berkesulitan membaca ini dia merasa kebingungan
dalam membaca soal ataupun jawaban soal. Ketertinggalan inilah yang nantinya membuat
siswa ini tidak mendapat nilai yang sesuai (belum mencapai KKM) dan tidak dinaikan
kelas.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penyebab terjadinya kesulitan belajar membaca (disleksia) pada siswa
kelas III SD?
b. Bagaimana solusi terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca
(disleksia) pada siswa kelas III SD?
C. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan dan manfaat
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Mendiskripsikan penyebab terjadinya kesulitan belajar membaca pada siswa kelas III
SD
b. Solusi terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan di kelas
III SD?
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1) Bagi Kepala Sekolah
Memberikan gambaran kemampuan membaca siswa, sehingga dapat menjadi
bahan pertimbangan penentuan kebijakan bagi sekolah untuk mendukung proses
perbaikan pembelajaran maupun rencana kegiatan sekolah.

2) Bagi Guru
Memberikan gambaran tentang kesulitan-kesulitan membaca yang dialami oleh
siswa, sehingga guru dapat mengambil tindakan yang tepat guna mengatasi
masalah dalam kesulitan belajar membaca permulaan siswa.

3) Bagi Siswa
Memberikan informasi dan pemahaman tentang kesulitan belajar membaca yang
mereka alami agar dapat memahami dan mengusahakan mengatasi kesulitan
tersebut.
4) Bagi Peneliti
Meningkatkan pengalaman peneliti tentang membaca siswa sekolah dasar. Selain
itu juga dapat menambah kemampuan serta ketrampilan yang ada dalam diri
peneliti dan mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)

Kegiatan membaca meliputi 3 ketrampilan dasar yaitu recording, decoding dan


meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya
dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding
merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Sedangkan
meaning merupakan proses memahami makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman,
pemahaman interpretative, kreatif, dan evaluative. Proses recording dan decoding
berlangsung pada siswa kelas awal, sedangkan meaning lebih ditekankan pada kelas
tinggi.

Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang berarti sulit dalam dan
lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi secara harfiah, disleksia berarti
kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Kelainan ini
disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis, atau
kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata secara tertulis.

Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman, 1999: 204), menyebut disleksia sebagai
suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala
sesuatau yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Sedangkan, menurut Lerner
seperti di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan kesulitan belajar membaca
sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan fungsi otak.

Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8% anak sekolah dasar.
Sebuah kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancar atau ragu-ragu dalam
membaca; membaca tanpa irama (monoton), sulit mengeja, kekeliruan mengenal kata;
penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, dan membaca
tersentak-sentak, kesulitan memahami; tema paragraf atau cerita, banyak keliru menjawab
pertanyaan yang terkait dengan bacaan; serta pola membaca yang tidak wajar pada anak.

Sebelum mengatasi kesulitan belajar membaca permulaan, guru melakukan


perencanaan dan persiapan. Perencanaan dan persiapan yang dilakukan guru yang
pertama adalah membuat RPP dengan melihat kemampuan siswa. Setelah itu guru
menentuksn tujuan mengenai pembelajaran yang dilaksanakan. Selanjutnya guru
menyesuaikan jadwal dalam memberikan bimbingan. Kedua membuat bahan ajar
membaca yang digunakan guru untuk membimbing siswa belajar membaca. Ketiga, guru
menentukan metode yang digunakan untuk membimbing siswa membaca permulaan. Hal
tersebut dilakukan guru agar siswa mempunyai kemauan untuk belajar membaca dan
tidak bosan dalam mengikuti bimbingan.

Gejala disleksia, anak memiliki kemampuan membaca di bawah kemampuan yang


seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan pendidikannya. Hal ini dikarenakan
keterbatasan otak mengolah dan memproses informasi tersebut. Disleksia merupakan
kesalahan pada proses kognitif anak ketika menerima informasi saat membaca buku atau
tulisan.

Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam atau
tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan anak disleksia. Sampai usia 12 tahun kadang
mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat terdeteksi ketika anak
memasuki bangku sekolah dasar.

B. Karakteristik Kesulitan Belajar Membaca


Menurut Mercer (1983: 309) ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar
membaca, yakni yang berkenaan dengan (1) kebiasaan membaca, (2) kekeliruan
mengenal kata, (3) kekeliruan pemahaman, dan (4) kekeliruan serbaneka.
Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan sikap-sikap kebiasaan
membaca yang tidak wajar antara lain adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan
seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara yang meninggi, atau berkali-kali
menggigit bibir. Mereka juga sering menunjukkan perasaan tidak aman dengan
memperlihatkan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau mencoba melawan
guru.
Anak berkesulitan membaca sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata.
Kekeliruan jenis ini mencakup kehilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah
ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak. Gejala
penghilangan kata tampak misalnya ketika anak disuruh membaca kalimat “Kain putih
bersih” dibaca “Kain bersih”. Penyisipan terjadi jika anak dihadapkan suatu bacaan
kemudian menambahkan kata yang sebenarnya tidak ada dalam bacaan tersebut. Jika
anak dihadapkan bacaan “Ayah pergi berbelanja ke pasar”, oleh anak dibaca “Ayah dan
Ibu pergi berbelanja ke pasar”. Penggantian terjadi jika anak mengganti salah satu kata
pada kalimat bacaan. Misalnya bacaan “Ini buku Kakak” dibaca “Ini buku Bapak”.
Pembalikan akan nampak ketika anak membaca “ibu” menjadi “ubi” dan kesalahan ucap
terjadi ketika anak membaca “namun” tetapi dibaca “namum” atau “nanum”. Gejala
pengbahan tempat terjadi seperti membaca “Ibu pergi ke pasar” dibaca “Ibu ke pasar
pergi”. Gejala keraguan nampak pada saat anak berhenti membaca suatu kata dalam
kalimat karena tidak dapat membaca kata tersebut.
Gejala kekeliruan memahami bacaan nampak pada banyaknya kekeliruan dalam
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan, tidak mampu mengemukakan
urutan cerita yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema utama dari suatu cerita.
Gejala serbaneka nampak seperti membaca kata demi kata, membaca penuh ketegangan,
dan nada tinggi, dan membaca dengan intonasi yang tidak tepat.

 Beberapa ciri anak berkesulitan belajar membaca menurut Vernon sebagai berikut:
1. Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan
2. Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf
3. Memiliki kekurangan dalam memori visual
4. Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris
5. Tidak mampu memahami simbol bunyi
6. Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dengan pendengaran
7. Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol iregular (khusus yang
berbahasa Inggris)
8. Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf
9. Membaca kata demi kata
10. Kurang memiliki kemampuan dalam berfikir konseptual

 Beberapa ahli berpendapat bahwa berbagai kesalahan membaca antara lain:


1. Penghilangan kata atau huruf
2. Penyelipan kata
3. Penggantian kata
4. Pengucapan kata salah dan makna berbeda
5. Pengucapan kata salah tetapi makna sama
6. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna
7. Pengucapan kata dengan bantuan guru
8. Pengulangan
9. Pembalikan kata
10. Pembalikan huruf
11. Kurang memperhatikan tanda baca
12. Pembetulan sendiri
13. ragu-ragu dan tersendat-sendat

C. Contoh Anak Kesulitan Membaca (disleksia) :


1. Identitas Narasumber Pertama

I. Identitas Anak
a) Nama : Sultan
b) Tempat, Tanggal Lahir : Bontonompo,, 22 Agustus 2011
c) Jenis Kelamin : Laki-laki
d) Agama : Islam
e) Alamat : Bontonompo, kel. Bontonompo, kab. Gowa
f) Kelas : III
g) Sekolah : SD Senter Rappokaleleng
II. Identitas Orang Tua
a) Nama
Ayah : Muh Ismad
Ibu : Hasniar
b) Pekerjaan
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Bontonompo, kel. Bontonompo, kab. Gowa
Gejala : Belum mampu untuk membaca dengan baik dan benar sesuai dengan EYD,
intonasi yang digunakan pun belum sesuai.

D. Ciri-ciri atau gejala anak disleksia tersebut:


1. Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulangkali diucapkan dengan bermacam
ucapan.
2. Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n, atau m-n.
3. Ketika membaca anak sering salah melanjutkan ke paragraph berikutnya atau tidak
berurutan.
4. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
5. Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya kata pelajaran diucapkan
menjadi perjalanan.

Banyak faktor yang menjadi penyebab disleksia antara lain genetis, problem
pendengaran sejak bayi yang tidak terdeteksi sehingga mengganggu kemampuan
bahasanya, dan faktor kombinasi keduanya. Namun, disleksia bukanlah kelainan yang
tidak dapat disembuhkan. Hal paling penting adalah anak disleksia harus memiliki
metode belajar yang sesuai. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki metode yang
berbeda-beda, begitupun anak disleksia.

Kesulitan membaca pada anak penderita disleksia tentu saja akan berpengaruh
pada kemampuannya memahami mata pelajaran yang lain. Dalam pelajaran matematika,
misalnya, anak akan kesulitan memahami symbol-simbol. Karena anak yang mengalami
disleksia, akan berpengaruh ke seluruh aspek kehidupannya. Kadang-kadang dalam
berbicara pun maksud mereka sulit dipahami.

E. Penyebab Anak Mengalami Kesulitan Membaca

Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca disebabkan oleh :


 Faktor internal yang ada pada diri siswa dan faktor eksternal yang ada pada luar diri
siswa. Faktor internal sendiri adalah motivasi dan minat baca anak yang masih kurang
dalam belajar membaca.
 Faktor eksternalnya adalah kurangnya bimbingan orang tua dalam melatih siswa
belajar membaca di rumah dan kurangnya pemanfaatan sekolah menggunakan sarana
prasarana yang ada untuk menumbuhkan semangat siswa belajar membaca.

Sejak usia dini ibu sudah dapat mengenalkan buku pada anak. Tentunya, buku
yang diberikan akan disesuaikan dengan usia anak. Kebiasaan ini dinilai dapat memicu
tumbuh kembang anak dan kegemarannya dalam membaca. Bukan hanya sebagai
kegiatan di rumah, membaca buku memiliki banyak manfaat bagi anak-anak, beberapa
diantaranya meningkatkan kreativitas dan menambah kosakata.

Namun, bagaimana jika dalam perkembangannya anak terlihat kesulitan untuk


belajar membaca? Kesulitan membaca termasuk ke dalam kondisi disleksia, di mana
seseorang akan kesulitan membaca, menulis, dan juga mengeja. Disleksia menjadi salah
satu penyebab kesulitan membaca yang cukup banyak dialami oleh anak-anak.

Pengidap disleksia memiliki kecerdasan yang normal, tetapi kemampuan


membaca mereka umumnya berada jauh di bawah anak seusianya. Disleksia dapat dipicu
oleh beberapa faktor, seperti kelahiran prematur, paparan nikotin dan alkohol selama
dalam kandungan, hingga riwayat kondisi yang serupa dalam keluarga.

Selain itu, kesulitan membaca dapat dipengaruhi oleh kondisi otak yang tidak
mampu memproses bahasa dan pusat penalaran visual. Selain faktor kesehatan, sebaiknya
perhatikan lagi kebiasaan yang ibu lakukan di rumah bersama anak. Saat ibu jarang
memperkenalkan buku dan kebiasaan membaca, maka hal ini juga dapat menyebabkan
anak akan mengalami kesulitan membaca. Jadi, tidak ada salahnya kenali berbagai jenis
buku bacaan yang menarik bagi anak agar ia tertarik untuk berlatih membaca.

F. Solusi Cara Belajar Anak Disleksia Tersebut:


a. Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang
tua dan guru.
b. Anak duduk di barisan paling depan di kelas.
c. Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru
meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman
lain, misalnya halaman 50
d. Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan
tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan
(guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
e. Anak disleksia yang sudah menunjukan usaha keras untuk berlatih dan belajar harus
diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu
istirahat yang cukup.
f. Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan
memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara
huruf yang hampir sama. Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang
berbeda ketika belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih
senang menggunakan sistem belajar yang praktikal.
g. Guru membimbing siswa yang dianggapnya masih belum bisa membaca dan menulis.
Guru juga membuatkan kelompok atau menggunakan metode diskusi dengan teman-
temannya, yaitu dengan cara membagi siswa yang belum bisa membaca dengan yang
sudah bisa membaca,begitu juga dengan siswa yang belum bisa menulis.
h. Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka
merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan
yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi
demikian buruk akibat perbedaan yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan
membawa anak menjadi individu dengan self-esteem yang rendah dan tidak percaya
diri. Jangan sekali-sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau
dengan saudaranya yang tidak disleksia.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan upaya guru dalam mengatasi
kesulitan belajar membaca siswa kelas III SD Senter Rappokaleleng yang telah
peneliti uraikan di bab sebelumnya, maka dari itu dapat peneliti simpulkan bahwa
anak yang mengalami kesulitan belajar membaca disebabkan oleh faktor internal
yang ada pada diri siswa dan faktor eksternal yang ada pada luar diri siswa. Faktor
internal sendiri adalah motivasi dan minat baca anak yang masih kurang dalam
belajar membaca. Faktor eksternalnya adalah kurangnya bimbingan orang tua
dalam melatih siswa belajar membaca di rumah dan kurangnya pemanfaatan
sekolah menggunakan sarana prasarana yang ada untuk menumbuhkan semangat
siswa belajar membaca.
Sebelum mengatasi kesulitan belajar membaca, guru melakukan
perencanaan dan persiapan. Perencanaan dan persiapan yang dilakukan guru yang
pertama adalah membuat RPP dengan melihat kemampuan siswa. Setelah itu guru
menentuksn tujuan mengenai pembelajaran yang dilaksanakan. Selanjutnya guru
menyesuaikan jadwal dalam memberikan bimbingan. Kedua membuat bahan ajar
membaca yang digunakan guru untuk membimbing siswa belajar membaca.
Ketiga, guru menentukan metode yang digunakan untuk membimbing siswa
membaca permulaan. Hal tersebut dilakukan guru agar siswa mempunyai
kemauan untuk belajar membaca dan tidak bosan dalam mengikuti bimbingan.

DAFTAR PUSTAKA

Supriasmoro. 2013. “Menangani Anak Kesulitan Belajar Membaca”. NOSI. Vol. 1, No.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 6.

Shanty. 2012. Belajar Membaca Bagi Anak Disleksia. Yogyakarta: Javalitera

Subini, Nini. 2013. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Yogyakarta: Javalitera.

Susanto, Ahmad. 2013 Teori Belajar & Pebelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Tarigan Hendry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa.
Widyastuti, Ana. 2017. Kiat Jitu Anak Gemar Baca Tulis. Jogjakarta: PT Elex Media
Komputindo.
https://nasuprawoto.wordpress.com/2010/01/01/kesulitan-belajar-membaca/

Anda mungkin juga menyukai