Anda di halaman 1dari 16

Makalah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Progam Pembelajaran Individual

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

yang diampu oleh:

Roiyan One Febriani, M.Pd

Penyusun:

Salsabila (18140056)
Tanti Nafla Faradilla (18140075)
Abil Fahresa Shiddiqi (18140076)
Sugeng farizal Ramadhana (18140114)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November, 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah ‘Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus’. Makalah ini
disusun untuk menjelaskan tentang cara guru memahami karakter siswa yang nanti
digunakan untuk acuan dalam pembelajaran.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam penulisan makalah ini khususnya Ibu Roiyan One Febriani, M.Pd yang telah
membimbing dengan sabar demi terselesainya makalah ini. Penyusun berharap makalah
ini dapat menjadi tambahan bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih jauh tentang
Program Pembelajaran Individual. Penyusun sadar makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penyusun berharap kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini.

Malang, November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Latar belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................................4
A. Pengertian Program Pembelajaran Individual.........................................................................5
C. Tahap – tahap penyusunan Progam Pembelajaran Individual..............................................10
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
Daftar Pustaka....................................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anak berkebutuhan khusus juga diharuskan untuk melakukan pendidikan,
Pendidikan tersebut bisa dilakukan di sekolah luar biasa atau biasa kita sebut dengan
SLB, home scooling, dan sekolah inklusi. Ketiga sekolah tersebut bisa di pilih sesuai
dengan kebutuhan sang anak dan tentunya ketiganya juga akan memberikan pelayanan
yang terbaik tanpa membeda-bedakan terutama pada sekolah inklusi. ABK membutuhkan
jenis dan bentuk pelayanan yang khusus, terkait dengan aktivitas pendidikan yang
dijalani, maupun model bimbingan yang diberikan kepada mereka atas berbagai
persoalan, hambatan dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Berikut penjelasan mengenai
progam yang disusun untuk membantu anak berkebutuhan khusus agar sesuai dengan
kemampuannya.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian progam pembelajaran individual?
2. Bagaimana prinsip – prinsip dalam memilih strategi pengajaran bagi siswa
berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana tahap – tahap penyusunan progam pembelajaran individual?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian progam pembelajaran individual?
2. Untuk mengetahui prinsip – prinsip dalam memilih strategi pengajaran bagi siswa
berkebutuhan khusus?
3. Untuk mengetahui tahap – tahap penyusunan progam pembelajaran individual?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Program Pembelajaran Individual

Progam pembelajaran individual merupakan terjemahan dari individualized


educational progam (IEP), yaitu rumusan progam pembelajaran yang disusun dan
dikembangkan menjadi suatu progam yang didasarkan atas hasil assesmen terhadap
kemampuan individu anak.1 Progam pembelajaran individual merupakan salah satu upaya
untuk mengembangkan kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus yang bersifat heterogen
baik dalam hal jenis maupun kemampuannya. Dengan progam pembelajaran seperti ini
kemungkinan Anak Berkebutuhan Khusus akan terlayani secara optimal. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa PPI adalah progam pembelajaran yang digunakan untuk membantu
Anak Berkebutuhan Khusus sesuai dengan kemampuannya.

Pada dasrnya progam pembelajaran individual (PPI) merupakan suatu model


layanan pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus
yang belajar bersama-sama dengan anak normal di sekolah reguler dalam setting
pendidikan inklusif. Penyusun progam pembelajaran individual melibatkan guru
pembimbing khusus, guru mata pelajaran, orangtua, dan para ahli yang terkait.

B. Prinsip – prinsip memilih strategi pengajaran bagi siswa berkebutuhan khusus


1) Tipe Kecacatan dan Tipe Keparahan Anak
Semakin parah atau semakin serius cacatnya, semakin pasti si anak akan dididik
dengan setting pendidikan khusus. Adapun prinsip-prinsip yang berlaku dalam pemilihan
strategi pembelajaran berdasarkan tipe kecacatan dan tipe keparahan anak, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Tunarungu (Deafness)
 Prinsip Keterarahan wajah

1
Bilqis,Lebih Dekat dengan Anak Tuna Daksa,hlm. 54

5
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengarannya
(kurang dengar atau bahkan tuli), Sehingga organ pendengarannya kurang/tidak
berfungsi dengan baik. Bagi yang sudah terlatih, mereka dapat berkomunikasi
dengan orang lain dengan cara melihat gerak bibir (lip reading) lawan bicaranya.
Oleh karena itu ada yang menyebut anak tunarungu dengan istilah “pemata’, karena
matanya seolah-olah tanpa berkedip melihat gerak bibir lawan bicaranya.
Prinsip ini menuntut guru ketika memberi penjelasan hendaknya
menghadap ke anak (face to face) sehingga anak dapat melihat gerak bibir guru.
Demikian pula halnya dengan anak yang mengalami gangguan komunikasi, karena
organ bicaranya kurang berfungsi sempurna, akibatnya bicaranya sulit dipahami
(karena kurang sempurna) oleh lawan bicaranya. Agar guru dapat memahaminya,
maka anak diminta menghadap guru (face to face) ketika berbicara.
 Prinsip Keterarahan suara
Setiap kali ada suara/bunyi, pasti ada sumber suara/ bunyinya. Dengan sisa
pendengarannya, anak hendaknya dibiasakan mengonsentrasikan sisa
pendengarannya ke arah sumber suara/bunyi, sehingga anak dapat merasakan
adanya getaran suara, Suara/bunyi yang dihayatinya sangat membantu proses
belajar-mengajar anak terutama dalam pembentukan sikap, pribadi, tingkah laku,
dan perkembangan bahasanya.
Dalam proses belajar-mengajar, ketika berbicara guru hendaknya
menggunakan lafal/ejaan yang jelas dan cukup keras, sehingga arah suaranya dapat
dikenali anak. Demikian pula, bagi anak yang mengalami gangguan komunikasi,
agar bicaranya dapat dipahami oleh lawan bicaranva maka anak hendaknya ketika
berbicara selalu menghadap ke lawan bicaranya agar suaranya terarah.

 Prinsip Keperagaan
Anak tunarungu karena mengalami gangguan organ pendengarannya maka
mereka lebih banyak menggunakan indera penglihatannya dalam belajar. Oleh
karena itu, proses belajar mengajar hendaknya disertai peragaan (menggunakan
alat peragaan) agar lebih mudah dipahami anak, di samping itu dapat menarik
perhatian anak.

6
b) Tunanetra (Partially Seeing And Legally Blind)
 Prinsip Kekonkretan
Anak tunanetra belajar terutama melalui pendengaran dan perabaan. Bagi
mereka untuk mengerti dunia sekelilingnya harus bekerja dengan benda-benda
konkret yang dapat diraba dan dapat dimanipulasikan Melalui observasi
perabaan benda-benda riil, dalam tempatnya yang alamiah, mereka dapat
memahami bentuk, ukuran, berat, kekerasan, sifat-sifat permukaan, kelenturan,
suhu, dan sebagainya.
Dengan menyadari kondisi seperti ini, maka dalam proses belajar-mengajar
guru dituntut semaksimal mungkin dapat menggunakan benda-benda konkret
(baik asli maupun tiruan) sebagai alat bantu atau media dan sumber belajar
dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
 Prinsip Pengalaman yang Menyatu
Pengalaman visual cenderung menyatukan informasi. Seorang anak normal
yang masuk ke toko, tidak saja dapat melihat rak-rak dan benda-benda riil,
tetapi juga dalam sekejap mampu melihat hubungan antara rak-rak dengan
benda-benda di ruangan. Anak tunanetra tidak mengerti hubungan-hubungan ini
kecuali jika guru menyajikannya dengan mengajar anak untuk “mengalami”
suasana tersebut secara nyata dan menerangkan hubungan-hubungan tersebut.
 Prinsip Belajar Sambil Melakukan
Prinsip ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan prinsip belajar sambil
bekerja. Perbedaannya adalah, bagi anak tunanetra, melakukan sesuatu adalah
pengalamannya nyata yang tidak mudah terlupakan seperti anak normal melihat
sesuatu sebagai kebutuhan utama dalam menangkap informasi. Anak normal
belajar mengenai keindahan lingkungan cukup hanya dengan melihat gambar
atau foto. Anak tunanetra menuntut penjelasan dan penjelajahan secara langsung
di lingkungan nyata. Prinsip ini menuntut guru agar dalam proses belajar-
mengajar tidak hanya bersifat informatif akan tetapi semaksimal mungkin anak
diajak ke dalam situasi nyata sesuai dengan tuntutan tujuan yang ingin dicapai
dan bahan yang diajarkannya.

7
c) Tunadaksa (Physical Disability)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan,
sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bagi anak tunadaksa
tidak lepas dan juga bentuk pelayanan, yaitu: (1) pelayanan medis, (2) pelayanan
pendidikan. dan (3) pelayanan sosial, yang pada dasarnya juga tidak dapat lepas
dengan prinsip habilitasi dan rehabilitasi di atas.

2) Tingkatan Usia Anak


Tidak hanya strategi saja yang harus disesuaikan, materi / bahan serta tujuan juga
harus disesuaikan dengan tingkatan usia perkembangan anak. Seperti halnya saat
memberi materi kepada anak usia dasar yang berkebutuhan khusus maka seorang guru
harus menjelaskan sedetail mungkin. Seperti yang telah dijelaskan pada teori
perkembangan kognitif Jean Piaget, bahwasannya dibagi menjadi empat:
a) Usia 0-2 tahun (tahap sensorimotor)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai
sekitar usia 2 tahun, tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh piaget.2 Pada
tahap ini intelegensi anak masih berdasarkan indrawi, seperti melihat, meraba,
menjamah, mendengar, mencium dll. anak masih belum mempunyai bahasa
simbol untuk mengungkapkan adannya suatu benda di sekitarnya.
b) Usia 2-7 tahun (tahap praoperasional)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua, pada tahapan ini anak belajar
merepresentasikan objek dengan kata-kata dan gambar, di usia ini anak sangat

2
Paul Suparno,Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget,(Jogjakarta:kanisius),hlm. 26

8
imajinatif. Pemikirannya masih bersifat egosentris (melihat dari sudut pandang
sendiri). Anak akan mengklarifikasikan objek dengan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda warna merah walaupun beda bentuknya atau
sebaliknya.
c) Usia 7-11 tahun (tahap operasional kongkrit)
Pada tahap ketiga ini, mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses penting diantarannya adalah :
 Pengurutan, kemampuan mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk,
atau ciri-ciri.
 Klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama atau mengidentifikasi
menurut tampilan ukuran, atau karakteristik.
 Decentering, anak mulai mmepertimbangkan bebrapa aspek dari
masalah untuk memecahkannya. Contoh: anak tidak lagi menganggap
bahwa cangkir yang pendek dan lebar memiliki isi lebih sedikit dari
pada yang tinggi tapi ramping.
 Reversibility, anak mulai memahami bahwa jumlah atau bneda-benda
dapat diubah, kemudian dapat kembali ke keadaan awal. Contoh: 4+4+
8, 8-4= 4.
 Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang atau jumlah benda-
benda adalah tidak berhubungan dengan objek atau benda. Contoh: anak
diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama, mereka tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda maka air tersebut akan
tetap sama banyak.
 Penghilangan sifat egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berfikir
dengna acar yang salah). Contoh: berikan sebuah komik yang
memperlihatkan, Suci menaruh boneka di dalam kotak dan
meninggalkan ruangan, kemudian dava masuk dan menaruh boneka
tersebut ke dalam laci, setelah itu suci kembali ke ruangan. Anak pada
usia ini maka akan mengatakan bahwa Suci akan tetap menganggap

9
boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu boneka itu sudah
dipindah ke laci oleh Dava.
d) Usia 11 tahun sampai dewasa (tahap operasional formal)
Tahap terakhir ini, dimulailah anak berpikir secara abstrak, menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan atau informasi yang tersedia. Pada usia ini anak
dapat memhami hal-hal seperti cinta, bukti logis, atau nilai. Tidak hanya hitam
dan putih tetapi juga ada abu-abu, maksudnya anak mulai mempertimbangkan
sesuatu dari banyak hal dan tahapan ini muncul pada saat pubertas.

C. Tahap – tahap penyusunan Progam Pembelajaran Individual

Sebelum seorang guru merumuskan progam pembelajaran individual, terlebih


dahulu harus melakukan assemen. Sebab dengan assesmen guru bisa mengungkapkan
kelebihan dan kekurangan anak, setidaknya ada tiga kemampuan yang harus dikuasai
guru agar dapat memberikan layanan pada ABK secara profesional, antara lain:

1) Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengeassasmen kemampuan


akademik dan nonakademik
2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan merumuskan progam pembelajaran
individual
3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan melaksanakan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing anak.3

Dalam rumusan program pembelajaran individual, hendaknya memuat sekurang-


sekurangnya 5 (lima) aspek:

1. Taraf kemampuan anak saat ini (diperoleh dari hasil asesmen), mendeskripsikan
kelebihan , kekurangan dan aspek yang dibutuhkan anak.
2. Rumusan tujuan umum (goals) yang akan dicapai dalam satu tahun dan dijabarkan
lebih rinci pada rumusan tujuan yang bersifat khusus (objectives).
3. Metode atau cara yang dipergunakan untuk mengembangkan kemampuan anak.

3
Bilqis,op.cit,hlm. 54

10
4. Proyeksi tentang kapan kegiatan dimulai dan waktu yang dipergunakan untuk
memberikan layanan.
5. Prosedur evaluasi apa yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan ataupun
kegagalan dalam memberikan layanan pada anak4.

Menurut Kitano dan Kirby (1986) dalam Mulyono Abdulrrahman (2005) ada lima
langkah dalam merumuskan program pembelajaran individual:

1. Membentuk tim PPI, tim penyusun PPI terdiri atas guru kelas, guru bidang studi, kepala
sekolah, guru GPK, orang tua atau tenaga ahli lain yang ada dan terkait dengan kondisi
anak. Tim PPI ini bertanggungjawab atas program yang dirancang bersama

2. Menilai kekuatan, kelemahan, minat dan kebutuhan anak

3. Mengembangkan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek pembelajaran

4. Merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan

5. Menentukan metode evaluasi yang dapat dipergunakan5

Contoh PPI

1. Identitas siswa

Nama              : Andi

Kelas               : 1 SD

Usia                 : 7 tahun

Jenis Kesulitan : Tunagrahita sedang

Nama              : Soraya

Kelas               : 1 SD

Usia                 : 6 tahun

Jenis Kesulitan : Tunagrahita Sedang

4
https://www.academia.edu/30650721/Program_Pembelajaran_Individual_-_Perkembangan_Bahasa

5
Ibid.

11
2.    Kekuatan dan lemahan
Kekuatannya dan kelamahan:  
mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya tidak begitu mahir dalam
menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat
rumah akan dengan jelas dijawab. Mereka juga dapat belajar namun dengan sedikit
pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahya. Sedikit perhatian dan
pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial.

3.    Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar


Standar Kompetensi      :
1.    Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20
Kompetensi Dasar
1.3   Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20

4.    Indikator
·         Menjumlahkan bilangan 1 sampai 5
·         Mengurangkan bilangan 1 sampai 5

5.    Tujuan pembelajaran

Tujuan pendek:

 Siswa mampu menjumlahkan bilangan 1-5 dengan bantuan tutup botol


 Siswa mampu mengurangi bilangan 1-5 dengan bantuan tutup botol

Tujuan panjang:

 Siswa mampu mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan


 Siswa mampu menjumlahkan dan pengurangan bilangan 1-5 tanpa bantuan alat

6.    Strategi pembelajaran ( materi, media, tempat, waktu, evaluasi, dll )


Kegiatan Awal :
·         Guru mengkondisikan kelas agar terasa nyaman.
·         guru memberikan motivasi kepada siswa dengan bernyanyi lagu berhitung.
1 bentuknya tongkat.
2 bentuknya angsa.
3 bentuknya telinga
4 bentuknya kursi

Kegiatan Inti

12
 Guru mengenalkan angka 1,2,3,4, dst dengan menggunakan  angka-angka yang
terbuat dari kayu, dalam setiap angka diberikan tutup botol . Misalnya angka 1
diberikan 1 tutup botol , angka 2 diberikan 2 tutup botol, dst.
 Guru membantu siswa untuk melafalkan angka 1-5.
 Guru mengenalkan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan lambang
penjumlahan ( + ) dan pengurangan (-)
 Guru memberikan 5 tutup botol kepada siswa.
 Guru memberikan contoh menjumlahkan bilangan 1-5 dengan bantuan tutup
botol. Setelah mendapat hasil dari penjumlahan guru menunjukkan lambang
angka-angka pada hasil bilangan yang didapat.
 Siswa mengikuti seperti guru.
 Setelah siswa paham dengan operasi penjumlahan guru mengenalkan tentang
operasi pengurangan dengan cara yang sama menggunakan tutup botol.

Kegiatan Penutup :
 Guru memberikan soal evaluasi
 Guru bersama siswa merangkum pembelajaran.
 Tindak lanjut

Kegiatan alternatif :
 Guru bisa menggunakan media-media lain untuk membantu siswa berhitung
selain dengan menggunakan tutup botol seperti batu, kelereng dan sebagainya.

materi       : penjumlahan bilangan, pengurangan bilangan.

Media        :
1.     tutup botol, kelereng, dan batu,
2.    Angka-angka yang terbuat dari kayu (plastik)

Tempat     : Ruangan Kelas

Waktu       : 2 x seminggu

Evaluasi   :
Isilah titik-titik dibawah ini dengan tepat :

1. 3+4=
2. 2+3=
3. 5–4=
4. 4–2=

13
5. 2 + 4 =

6. Siapa yang melakukan :


Wali kelas atau guru pembantu.

BAB III

14
PENUTUP

A. Kesimpulan

Program Penilaian Individual merupakan progam pembelajaran yang digunakan


untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus sesuai dengan kemampuannya.

Adapun prinsip – prinsip memilih strategi pengajaran bagi siswa berkebutuhan


khusus yang digolongkan sesuai dengan Tipe Kecacatan dan Tipe Keparahan Anak
dan tingkatan usia anak.

Tahap penyususnan Program Pembelajaran Individual menurut Kitano dan Kirby


(1986) dalam Mulyono Abdulrrahman (2005) ada lima langkah dalam merumuskan
program pembelajaran individual:

a) Membentuk tim PPI, tim penyusun PPI terdiri atas guru kelas, guru bidang studi, kepala
sekolah, guru GPK, orang tua atau tenaga ahli lain yang ada dan terkait dengan kondisi
anak. Tim PPI ini bertanggungjawab atas program yang dirancang bersama
b) Menilai kekuatan, kelemahan, minat dan kebutuhan anak

c) Mengembangkan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek pembelajaran

d) Merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan

e) Menentukan metode evaluasi yang dapat dipergunakan

Daftar Pustaka

15
bilqis.lebih Dekat dengan Anak Tunadaksa

https://vi-learn.unesa.ac.id/matkul/608/program-pembelajaran-individual

https://www.academia.edu/30650721/ProgramPembelajaran_Individual-PerkembanganBahasa

Suparno Paul.Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.yokyakarta.Kanisius

16

Anda mungkin juga menyukai