Nama Penulis:
Suprihatin, Ed.D
Leliana Lianty, M.Pd
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat …………………………………………………………… 1
2. Relevansi ………………………………………………………..…………… 1
3. Petunjuk Belajar ……………………………………………….……………. 2
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran ………………………………………………………… 2
2. Pokok - Pokok Materi ……..……………………………………… …………… 2
3. Uraian Materi
A. Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus bagi Anak dengan Autisme
1. Konsep pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak
dengan Autisme ………………………………………………………… 3
2. Metode dan Teknik Pengembangan Interaksi dan Komunikasi
bagi Anak dengan Autisme ………………………………..…………… 4
3. Merancang Program Pengembangan Interaksi dan Komunikasi
bagi Anak dengan Autisme …………………………………..………… 13
4. Pembelajaran dan Penilaian Kegiatan Pengembangan Interaksi
dan Komunikasi bagi Anak dengan Autisme ………………..…………. 14
B. Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus bagi Anak Berkesulitan Belajar
1. Konsep Pengembangan Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus
bagi Anak Berkesulitan Belajar …………………………………………. 17
2. Metode dan Teknik Pengembangan Pembelajaran Program
Kebutuhan Khusus bagi Anak Berkesulitan Belajar …………………… 18
3. Merancang Program Pengembangan Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus
bagi Anak Berkesulitan Belajar …………………………………………… 22
4. Penilaian Kegiatan Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus
bagi Anak Berkesulitan Belajar ………………………………………… 22
C. Penutup
1. Rangkuman …………………………………………………………. …………… 23
Daftar Pustaka ……………………………………………………………… …………… 28
KEGIATAN BELAJAR 4: PEMBELAJARAN PROGRAM KEBUTUHAN KHUSUS
BAGI ANAK DENGAN AUTISME DAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Autisme dan kesulitan belajar spesifik merupakan dua jenis hambatan yang sangat
berbeda. Autisme yang dialami individu mengakibatkan ketidakmampuan individu
tersebut melakukan interaksi dan komunikasi sosial secara sempurna. Ketidakmampuan
dalam berinteraksi dan berkomunikasi menyebabkan individu autis terlihat seperti orang
aneh, sehingga mereka membutuhkan pembelajaran program kebutuhan khusus untuk
belajar bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain secara tepat.
Sedangkan kesulitan belajar spesifik tidak mengakibatkan individu yang
mengalaminya terlihat aneh, mereka adalah individu yang biasa-biasa saja. Hambatan
yang mereka alami akan terlihat dengan jelas pada saat mereka sedang mengikuti
pembelajaran yang berhubungan dengan membaca, berhitung dan menulis. Pada dasarnya
mereka juga membutuhkan pembelajaran program kebutuhan khusus untuk mengejar
ketertinggalan sebagai akibat dari ketidakmampuan mereka dalam hal membaca, menulis
dan berhitung.
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pembelajaran program kebutuhan khusus
bagi anak dengan autisme dan atau yang mengalami kesulitan belajar, melalui Kegiatan
Belajar 4 pada Modul 6 ini kita akan mempelajari konsep pembelajaran program
kebutuhan khusus bagi mereka.
2. Relevansi
Mahasiswa Program Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan merupakan guru yang sudah
mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB), melalui PPG ini diharapkan mahasiswa mampu
meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional dalam bidang ilmu pendidikan luar
biasa, khususnya kajian tentang autisme dan kesulitan belajar spesifik. Setelah mengikuti
PPG ini, diharapkan mahasiswa yang merupakan guru di SLB dapat lebih profesional
dalam memberikan pembelajaran program kebutuhan khusus bagi peserta didik autis dan
atau peserta didik berkesulitan belajar di kelas dengan memperhatikan karakteristik yang
paling membutuhkan perubahan pada peserta didik autis dan peserta didik berkesulitan
belajar.
3. Petunjuk Belajar
Modul ini adalah sumber belajar utama yang harus dipelajari oleh mahasiswa PPG untuk
materi program kebutuhan khusus bagi anak dengan autisme dan atau kesulitan belajar
spesifik. Sebaiknya materi belajar dalam Kegiatan Belajar 4 ini dibaca dan dipahami
secara cermat dan berurutan, sehingga diperoleh pemahaman yang menyeluruh terkait
bagaimana seharusnya merancang pembelajaran program kebutuhan khusus bagi peserta
didik autis dan peserta didik berkesulitan belajar.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4 pada Modul 6 ini, diharapkan mahasiswa PPG
dapat menguasai konsep teoritis tentang program kebutuhan khusus bagi peserta didik autis
dan atau berkesulitan belajar yang dapat digunakan sebagai dasar mengembangkan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik autis dan atau berkesulitan
belajar.
3. Uraian Materi
A. Pembelajaran Program Kebutuhan Khusus bagi Anak dengan Autisme
2. Gawai
Gawai atau gadget atau telepon genggam adalah salah satu alat yang bisa
kita gunakan untuk mengajarkan berkomunikasi bagi anak dengan autisme.
Syarat utama penggunaan gawai untuk berkomunikasi adalah anak sudah harus
paham alfabet dan bagaimana menggunakannya. Anak kita ajarkan mengetik
pesan yang mereka inginkan untuk dikirimkan kepada penerima pesan melalui
sms manual atau aplikasi pengirim pesan seperti whattsapp, wechat, line dan
lain-lain. Syarat kedua adalah anak harus bisa berbicara saat menggunakan
fasilitas pengiriman pesan suara melalui berbagai aplikasi seperti yang tersebut
sebelumnya.
Kita juga bisa mencari berbagai aplikasi berkomunikasi yang memang
dirancang untuk membantu mereka yang mengalami hambatan berkomunikasi
melalui gawai pintar pada bagian play store. Tetapi pada umumnya aplikasi ini
menggunakan Bahasa Inggris sehingga agak sulit mengajarkan penggunaannya
pada anak dengan autisme di Indonesia yang berbahasa Indonesia. Pada bagian
pencarian di play store kita tuliskan „communication apps for nonverbal‟ maka
akan keluar berbagai macam aplikasi dari yang menggunakan kartu bergambar
sampai menggunakan suara seperti LetMeTalk, SymboTalk, JABTalk, Card
Talk dan lain-lain. Kita tinggal unduh saja salah satunya dan pelajari terlebih
dahulu cara menggunakan aplikasi tersebut sehingga kita bisa ajarkan
penggunaannya kepada murid. Tetapi harus diingat, pemilihan aplikasi yang
akan kita gunakan harus disesuaikan dengan sisa kemampuan berkomunikasi
yang dimiliki anak dan atas persetujuan orang tua.
1. Social story
Social story adalah cerita-cerita sosial yang sengaja dibuat untuk
mengarahkan anak dengan autisme supaya melakukan interaksi. Cerita sosial
ini dibuat langkah demi langkah dalam melakukan sesuatu sampai tujuan akhir
tercapai dan harus disesuaikan dengan tujuan melakukan interaksi. Misalnya
kalau tujuan akhir adalah mendapatkan makanan, maka langkah terakhir adalah
anak mendapatkan makanan. Cerita dibuat bisa menggunakan gambar, kata
atau kalimat yang disesuaikan dengan kemampuan modalitas murid dan
sebaiknya dibuat dalam satu bagian kertas, jangan bolak-balik agar tidak
membingungkan anak. Setelah cerita dibuat, guru baru bisa mengajarkan cara
penggunaannya kepada murid dengan menunjukkan langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh murid. Berikut ini adalah contoh cerita sosial untuk
berbelanja di warung.
Berbelanja di warung
Ketika guru berusaha membuat social story atau cerita sosial, guru harus
benar-benar memperhatikan kemampuan murid. Apakah murid perlu
menggunakan gambar atau tidak dalam social story mereka? Apakah tulisan
saja sudah cukup untuk murid? Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan murid
memahami makna atau petunjuk yang terkandung dalam cerita sosial yang
sudah kita buat.
2. Buddy system
Buddy system merupakan sebuah prosedur dimana dua individu bekerjasama
sebagai satu tim sehingga mereka bisa saling memonitor dan membantu satu
sama lain. Dalam prosedur ini, biasanya guru menunjuk salah satu murid untuk
bekerjasama dengan anak autis dengan menjadi temannya secara khusus
sehingga anak dengan autisme akan belajar berinteraksi. Murid yang ditunjuk
sebaiknya adalah mereka yang populer diantara teman sekelasnya sehingga
akan diterima dengan baik oleh semuanya. Hal ini juga dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya bullying atau perundungan dari teman yang lain karena
biasanya yang populer ini disegani oleh semuanya. Sebelum murid yang
ditunjuk ini dipasangkan dengan anak autis, sebaiknya mereka dilatih terlebih
dahulu bagaimana caranya untuk bekerjasama. Materi pelatihan sebaiknya
disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan anak misalnya tentang
bagaimana sebaiknya mengajak bermain anak autis, bagaimana berbicara
dengan anak autis dan lain-lain. Untuk memberikan semangat, guru sebaiknya
juga memberikan reward atau hadiah bagi mereka yang mau bekerjasama
dengan anak autis.
Contoh program kebutuhan khusus seperti tersebut di atas merupakan inti dari
program pembelajaran yang harus dibuat. Ketika para mahasiswa sekalian
merancang program kebutuhan khusus bagi anak dengan autisme, struktur yang
digunakan harus mengikuti struktur program pembelajaran individual yang
berlaku dan sesuai dengan kurikulum.
Dalam teknik ini guru dapat membantu peserta didik dalam proses
belajarnya dengan cara melakukan beberapa cara seperti: (a) sebelum
belajar pastikan menegosiasikan kontrak dan aturan bersama peserta didik;
(b) menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik agar nyaman dan kondusif; (c) perhatikan tanda-tanda perilaku yang
muncul dari peserta didik; (d) apabila guru akan memberikan peringatan
kepada peserta didik lakukanlah dengan mendekati peserta didik,
melakukan kontak mata, dan sampaikan ungkapan dengan Bahasa yang
singkat, sederhana, dan jelas; (e) berikan kesempatan yang sama pada
setiap peserta didik untuk bertanya dan menjawab untuk menghindari
diskriminasi.
5) Self-Talk
Teknik Self-Talk memiliki banyak nama lain, seperti inner speech, self-
instructing (memberi instruksi pada diri sendiri), self-verbalizing
(verbalisasi diri). Semua nama lain tersebut memiliki makna yang sama
yaitu “berbicara dengan diri sendiri”. Teknik ini adalah suatu kemampuan
mengembangkan pemikiran yang lebih terstruktur dan mengarahkan
sesuatu ke arah yang lebih positif. Pada peserta didik berkesulitan belajar
self-talk diajarkan dengan mengajarkan kata-kata positif tentang suatu hal
agar mendorong dirinya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Teknik ini juga diajarkan untuk mengurangi kecemasan yang muncul pada
dirinya pada situasi yang kurang menyenangkan terjadi.
Bondy, A., & Frost, L. (1994). The Picture Exchange Communication System. Focus on
Autistic Behavior, 9(3), 1-20
Sunanto, J., Takeuchi K., & Nakata, H. (2005). Pengantar penelitian dengan subyek
tunggal. Tsukuba: CRICED University of Tsukuba