Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi guru merupakan merupakan bidang pekerjaan khusus yang

memerlukan prinsip-prinsip profesionalan. Seorang guru harus memiliki (1). bakat,

minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2). Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar

belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3). Memiliki kompetensi

yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu guru juga harus (4).

Mematuhi kode etik profesi, (5). Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan

tugas, (6). Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasim

kerjanya, (7). Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara

berkelanjutan, (8). Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

profesionalnya dan (9). Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber

UU tentang Guru dan Dosen).

Kinerja dan Kompetensi Guru memiliki tanggung jawab utama dalam

transformasi orientasi peserta didik dari ketidak tahuan menjadi tahu, dari

ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, bukan lagi

peserta didik yang pasif, melainkan peserta didik yang berpengetahuan, menyesuaikan

diri denghan informasi baru dengan berfikir, bertanya , menggali, mencipta dan

mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan

dengan kehidupannya, dengan metode-metode pembelajaran yang disesuaikan dengan

kondisi peserta didiknya.

Pelatihan peningkatan kompetensi guru berdasarkan jenis ketunaan, pada

tahun 2019 ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru-guru

Pendidikan Luar Biasa dalam pelayanan pendidikan khusus sesuai dengan klasifikasi

1
jenis ketunaan peserta didiknya, yang mana dalam kesempatan kali ini penulis

mendapat kesempatan mengikuti Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru

Berdasarkan Jenis Ketunaan yaitu Tuna Grahita.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pelatihan ini diantaranya:

1). Mengetahui Kebijakan Bidang SLB dalam pembinaan Sekolah Luar Biasa.

2). Memahami Konsep Dasar Program Pengembangan diri bagi Anak Tunagrahita.

3). Mengetahui Program Pengembangan diri Bagi Anak Tunagrahita.

4). Mengetahui Pembelajaran Pengembangan diri Bagi Anak Tunagrahita.

5). Mengetahui bagaimana cara mengasesmen, khususnya bagi Anak Tunagrahita.

6). Mengetahui Modefikasi Prilaku dan aktifitas bermain bagi Anak Tunagrahita.

7). Memahami Pengembangan Interaksi Sosial pada Anak Tunagrahita.

8). Mengetahui bagaimana cara membuat Program Pembelajaran Individual bagi Anak

Tunagrahita.

C. Kegiatan

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Ketunaan ( tunagrahita)

ini dilaksanakan pada tanggal 17 s.d 20 Oktober 2019 di Hotel Pangeran City Padang.

Pesertanya adalah Guru SLB Se Sumatera Barat yang di bagi dalam kelompok sesuai

dengan Kompetensi jenis ketunaannya. Adapun Materi Kegiatannya adalah sebagai

berikut:

2
No MATERI JP Nara Sumber/Instruktur

1. Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi 2 Dinas Pendidikan


Sumatera Barat.
2. Konsep Dasar Program Pengembangan 3 Afriadi, S.Pd
diri bagi Anak Tuna Grahita..
3. Program Pengembangan diri bagi Anak 2 Rini Agusta, S.Pd
Tuna Grahita.
4. Pembelajaran Pengembangan diri bagi 10 Afriadi, S.Pd
Anak Tuna Grahita. Rini Agusta S.Pd
5. Asesmen Anak Tuna Grahita 5 DR. Marlina, S.Pd.M.Si
6. Modefikasi Perilaku dan Aktivitas 2 Afriadi, S.Pd
Bermain. Rini Agusta S.Pd
7. Pengembangan Interaksi Sosial pada 2 Afriadi, S.Pd
Anak Tuna Grahita. Rini Agusta S.Pd
8. Program Pembelajaran Individu 2 DR. Marlina, S.Pd.M.Si
9. Pre Test/Pos test 2 TIM
JUMLAH 30

D. Pengarah dan Nara Sumber

Pengarah pada Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis

Ketunaan ( tunagrahita) ini adalah Kepala Dinas Pendidikan atau pejabat lain yang

relevan pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan yang menjadi

Nara sumbernya adalah Tenaga pengajar Dosen FIP PLB UNP dan Tenaga pengajar

Sekolah Luar Biasa yang memang sudah berkompetensi dalam Pelayanan bidang

Anak Berkebutuhan Khusus.

3
E. Tindak Lanjut

Setelah mengikuti Peningkatan Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis

Ketunaan ( tunagrahita) ini, Penulis menindak lanjuti dengan melakukan hal sebagai

berikut :

1. Mensosialisasikan Program pengembangan diri bagi anak tunagrahita, baik dengan

teman sejawat maupun dengan orang tua siswa.

2. Mendiskusikan permasalahan yang dijumpai dalam di kelas, berkaitan dengan

program pengembangan diri bagi anak tunagrahita

3. Melakukan Asesmen kepada peserta didik, guna menemukan apa yang sudah

dikuasai dan apa yang belum dikuasai peserta didik, dan kemudian menentukan

program pengembangan diri apa yang dibutuhkan / diprioritaskan.

4. Membuat Program Pengajaran Individual (PPI), sesuai dengan asesmen yang


sudah dilakukan kepada peserta didik.
5. Melaksanakan Program pengembangan diri dikelas sesuai dengan Program
Pengajaran Individual yang sudah dibuat.

F. Dampak

Adapun dampak yang penulis rasakan setelah mengikuti Pelatihan Peningkatan

Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis Ketunaan ( tunagrahita) ini adalah :

1. Menambah wawasan penulis tentang program pengembangan diri bagi anak

tunagrahita.

2. Penulis lebih memahami bagaimana cara melakukan asesmen terhadap peserta

didik, khususnya pada anak tunagrahita.

3. Penulis mengerti bagaimana cara membuat Program pengajaran Individual sesuai

dengan hasil asesmen.

4. Penulis dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

peserta didik sesuai dengan PPI.

4
BAB II

RINGKASAN MATERI

A. KONSEP DASAR PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI BAGI ANAK


TUNAGRAHITA.

Program pengembangan diri merupakan kegiatan yang dilakukan dalam


pendidikan diluar mata pelajaran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kurikulum di Sekolah Luar Biasa atau pendidikan khusus.
Program pengembangan diri bagi tunagrahita memiliki dasar agar anak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan potensi dan kemampuannya.
Tiga konsep dasar program pengembangan diri bagi tunagrahita antara lain: merawat
diri, menolong diri dan kegiatan sehari-hari.
Program pengembangan diri mempunyai tujuan, prinsip dan tekhnik sebagai berikut:

1). Tujuan Program Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita


 Anak dapat menyesuaikan diri dilingkungannya baik keluarga, sekolah dan
masyarakat.
 Anak mampu menjaga kesehatan dan kebersihan secara mandiri.
 Anak dapat mengurus keperluan dan mampu memecahkan masalahnya sendiri.
 Anak mampu membantu rang tua dalam mengurus rumah.
 Anak dapat ikut serta menciptakan keluarga yang sejahtera.

2). Prinsip Program Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita


Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam program pengembangan diri bagi
anak tunagrahita adalah sbb:
 Didasarkan pada asesmen
 Memperhatikan keselamatan
 Memperhatikan unsur kehati-hatian
 Mempertimbangkan kemandirian
 Meningkatkan kepercayaan diri
 Disesuaikan dengan umur

5
3). Tekhnik Program Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita
Dalam memberikan program pengembangan diri pada Anak tunagrahita ada
tekhnik- tekhnik tertentu yang harus diperhatikan, yaitu sbb:
 Modelling, yakni dengan memberikan contoh yang harus dikerjakan anak.
Misalnya mencontohkan menggunakan sikat dan pasta gigi agar anak mengerti
cara menyikat gigi.
 Promting, yakni mendorong maupun menuntun atau memberi instruksi agar
anak mengerti serta dapat melakukan.
 Fading, yakni mengurangi bantuan kepada anak secara bertahap sejalan dengan
peningkatan kemampuan yang dikuasai anak.
 Shaping, yakni membagi kegiatan dalam beberapa tahapan dengan prinsip dari
yang paling mudah ke tahap yang lebih sulit.

B. PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI BAGI ANAK TUNA GRAHITA


Program pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita dimaksudkan untuk
memberikan keterampilan perilaku adaptif. Melalui penguasaan keterampilan perilaku
adaptif diharapkan mereka dapat berperilaku sesuai dengan usianya, pada konteks sosial
dan budaya dimana peserta didik tunagrahita tersebut tinggal. Pengembangan diri bagi
peserta didik tunagrahita mencakup keterampilan merawat diri, keterampilan menjaga
keselamatan dan kesehatan, keterampilan bekomunikasi, keterampilan bersosialisasi,
keterampilan bekerja dan keterampilan menggunakan waktu luang.

1. Keterampilan Merawat Diri


Keterampilan merawat diri merupakan keterampilan dasar seseorang
dalam merawat dirinya sendiri. Contoh keterampilan merawat diri adalah
keterampilan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, membersihkan telinga, dan
lain-lain. Keterampilan merawat diri berkembang seiring kematangan dan
perkembangan anak. Pada perkembangan yang normal, misalnya anak usia antara
3-4 tahun dapat menuang air ke dalam gelas, mencuci tangan, melepas dan
memakai baju.
Bagi peserta didik tunagrahita perkembangan keterampilan merawat diri
mengalami keterlambatan. Sehingga pada usia 5 atau 6 tahun peserta didik
tunagrahita misalnya belum mampu melepas dan memakai sepatu atau memakai
dan melepas baju. Keterlambatan dalam perkembangan keterampilan merawat diri

6
bagi peserta didik tunagrahita memerlukan pendidikan dan pelatihan secara
terprogram agar memiliki keterampilan merawat diri sesuai usianya.

2. Keterampilan Menjaga Keselamatan dan Kesehatan


Keterampilan menjaga keselamatan dan kesehatan dibutuhkan untuk
menjaga dan melindungi individu yang bersangkutan dari penyakit dan bahaya.
Keterampilan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan mencakup kemampuan
mengikuti petunjuk atau prosedur keselamatan, penggunaan atau pemakaian obat
dan kemampuan mengikuti peringatan akan bahaya. Termasuk di dalamnya
keterampilan menggunakan alat-alat elektronika, keterampilan dalam
menggunakan benda tajam seperti pisau, gunting, sabit dan lain-lain, dan
keterampilan mengikuti rambu lalu lintas, misalnya saat menyeberang jalan.

3. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi bagi peserta didik tunagrahita merujuk
pada keterampilan berbahasa baik secara verbal maupun tertulis dalam konteks
komunikasi. Termasuk di dalamnya keterampilan dalam menyampaikan pesan,
keinginan atau perasaan baik secara verbal maupun menggunakan alat bantu
komunikasi misalnya Picture Ecchange Communication System (PECS).

4. Keterampilan Bersosialisasi
Keterampilan bersosialisasi merujuk pada keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan peserta didik tunagrahita dalam menjalin interaksi dengan orang
lain. Termasuk di dalamnya keterampilan menjalin pertemanan, mengungkapkan
emosi atau perasaan, mengenali atau membaca emosi orang lain, keterampilan
membantu orang lain, dan mentaati norma sosial.

5. Keterampilan Kerja
Keterampilan kerja berbeda dengan keterampilan vokasional.
Keterampilan bekerja merujuk pada keterampilan yang mendukung kesuksesan
peserta didik tunagrahita dalam pekerjaannya. Sedangkan keterampilan vokasional
merujuk pada penguasaan individu pada satu jenis pekerjaan, misalnya
keterampilan untuk pekerjaan mencuci sepeda motor.

7
Keterampilan kerja dibutuhkan bagi peserta didik tunagrahita pada
jenjang pendidikan menengah. Termasuk di dalam keterampilan bekerja adalah
keterampilan mencari pekerjaan yang sesuai, memilih dan merencanakan
pekerjaan, menunjukkan perilaku yang sesuai di lingkungan pekerjaan, dan
kemampuan mempertahankan pekerjaan. Termasuk di dalamnya kemampuan
mengikuti jadwal kerja, keterampilan bekerja sama dengan supervisi atau atasan,
komitmen dalam menyelesaikan tugas dan kerjasama dengan teman sejawat.

6. Keterampilan Menggunakan Waktu Luang


Keterampilan menggunakan waktu luang merujuk pada keterampilan
peserta didik menggunakan waktu luang untuk kegiatan rekreatif sesuai usia
perkembangan anak. Termasuk di dalamnya keterampilan bermain, baik sendiri
maupun bersama teman yang lain, di lingkungan sekolah dan di lingkungan rumah.
Jenis permainan dan pilihan kegiatan pada waktu luang bagi peserta
didik tunagrahita mengikuti perkembangan usia anak. Pada usia di atau di kelas
awal sekolah dasar peserta didik tunagrahita memerlukan permainan dengan
aktivitas motorik, misalnya bermain puzel atau boneka. Pada usia sekolah
menengah pertama maka permainan dan aktivitas waktu luang berorientasi pada
permainan sosial dan bergabung dalam kelompok usia, misalnya kelompok renang
atau kelompok sepak bola.

C. PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI BAGI ANAK TUNA GRAHITA

Dalam melaksanakan program pembelajaran pengembangan diri bagi anak


tunagrahita maka ditetapkan kemampuan, dan indikator yang dapat dijadikan acuan
oleh guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan pengembangan
diri bagi peserta didik tunagrahita.
Kemampuan, dan indikator pengembangan diri untuk peserta didik tunagrahita
sebagai berikut:

8
Tabel 2.1 Tabel Kompetensi dan Indikator Program Pengembangan Diri

KOMPETENSI INDIKATOR
A. Merawat Diri  Mengenal alat makan dan minum
1. Mampu makan dan  Menggunakan alat makan dan minum
minum dalam  Makan menggunakan tangan
kehidupan sehari-hari  Makan menggunakan alat (sendok, dan garpu)
dengan cara yang benar  Makan makanan berkuah
 Makan makanan kemasan
 Minum menggunakan gelas atau cangkir
 Minum menggunakan sedotan
 Minum minuman dalam kemasan
 Makan di restoran atau resepsi
 Melakukan tatacara makan dan minum dengan
sopan
2. Mampu membersihkan  Memelihara kebersihan tangan dan kaki
dan menjaga kesehatan  Menggunakan toilet
badan dengan cara  Membersihkan diri setelah buang air kecil dan
yang benar besar
 Mencuci wajah
 Melakukan kegiatan mandi
 Menggosok gigi
 Melakukan cuci rambut
 Memelihara kebersihan telinga dan hidung
 Menggunakan pembalut wanita(wanita)
 Memelihara kuku
 Mencukur kumis dan jenggot
3. Mampu menanggalkan  Menanggalkan pakaian dalam
dan mengenakan  Mengenakan pakaian dalam
pakaian dengan cara  Menanggalkan pakaian luar
yang benar  Mengenakan pakaian luar
 Melepas sepatu dan kaus kaki
 Memakai sepatu dan kaus kaki
 Mengenakan asesoris pakaian
 Memilih pakaian sesuai kebutuhan
 Mengenakan pakaian sesuai kebutuhan
4. Mampu merias diri  Menyisir rambut
dengan cara yang  Menata rambut
benar  Merias wajah
 Mengenakan asesoris
B. Menjaga Keselamatan  Mengenal benda-benda berbahaya
dan Kesehatan  Mengenal binatang buas dan jinak
1. Mampu menjaga  Menghindarkan diri dari benda-benda berbahaya
keselamatan diri (tajam,runcing,licin,panas)
dengan baik  Menghindarkan diri dari binatang berbahaya
 Menghindarkan diri dari bencana alam
 Menjaga keselamatan dari dalam penggunaan

9
KOMPETENSI INDIKATOR
ruangan, naik turun tangga atau eskalator,
menggunakan lift
2. Mampu mengobati luka  Mengobati luka dari benda-benda berbahaya
dengan cara yang benar  Mengobati luka dari binatang berbahaya
C. Berkomunikasi  Berkomunikasi secara verbal atau lisan (tatap
1. Mampu muka)
berkomunikasi  Berkomunikasi secara audio-visual (dengan
dengan orang lain media)
secara verbal, dan  Menggunakan bahasa sesuai etika
tulisan dengan cara
yang benar
D. Bersosialisasi  Beradaptasi dengan teman
1. Mampu beradaptasi  Melakukan orientasi dan adaptasi dengan
di lingkungan lingkungan
keluarga, sekolah, dan  Melakukan kerjasama di lingkungan keluarga,
masyarakat dengan sekolah dan masyarakat
baik
E. Keterampilan Kerja  Mengenal alat masak
1. Mampu  Membuat minuman dingin
melaksanakan  Membuat minuman panas
kesibukan, dan  Memasak masakan sederhana
keterampilan  Merapikan tempat tidur
sederhana dalam  Menjaga kebersihan sekolah dan rumah
kehidupan sehari-hari
 Menjaga kebersihan pakaian
 Menjaga kerapihan pakaian
 Memelihara pakaian (memasang kancing, dll)
 Memelihara kebersihan perabot rumah tangga
 Menghemat penggunaan energi (listrik, air
bersih)
2. Mampu mengenal  Mengenal nilai uang
uang dengan baik  Mengenal fungsi uang
3. Mampu berbelanja  Membelanjakan uang sesuai dengan harga
dengan cara yang barang
benar

F. Menggunakan Waktu  Menggunakan waktu istirahat


Luang  Menggunakan waktu libur
1. Mampu  Berpartisipasi dalam pekerjaan di rumah
menggunakan waktu
luang dengan baik

10
D. ASESMEN ANAK TUNA GRAHITA
Kondisi anak berkebutuhan khusus yang beragam dan memerlukan layanan
yang spesifik berbeda maka diperlukan asesmen sebagai langkah awal dalam
memberikan pelayanan.
Asesmenadalah sebuah proses yang sistematis dalam mengumpulkan informasi
yang valid dan relevan tentang kekuatan dan kebutuhan anak dan interaksinya dengan
lingkungan untuk memahami pola-pola perkembangan dan belajar serta untuk
membantu perencanaan pendidikan yang sesuai dengan kondisi anak, yang meliputi
penempatan, intervensi, dan akomodasi (penyesuaian).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam asesmen adalah:
1). Kegiatan Pokok Asesmen
 Menemukan apa yang sudah dikuasai Anak Berkebutuhan Khusus (kekuatan).
 Menemukan apa yang belum dikuasai Anak Berkebutuhan Khusus (kelemahan)
 Menemukan apa yang dibutuhkan oleh ABK (rancangan program)
 Skala prioritas yang harus dilakukan (intervensi)

2). Tujuan Asesmen


 Menyaring kemampuan anak, yaitu untuk mengetahui kemampuan anak pada
setiap aspek.
 Pengklasifikasian, penempatan dan penentuan program
 Penentuan arah dan tujuan pembelajaran.
 Pengembangan PPI, yaitu suatu prgram pembelajaran yang dirancang khusus
secara individu untuk ABK.
 Penentuan strategi, lingkungan belajar dan evaluasi pembelajaran.

3).Jenis Asesmen
 Asesmen Perkembangan, yang meliputi antara lain: Perkembangan motorik,
Perkembangan Atensi, Perkembangan bahasa dan komunikasi, Perkembangan
Kognitif, Perkembangan persesi, Perkembangan sosial, Perkembangan Emosi.
 Asesmen Akademik, yang meliputi antara lain: Membaca, Menulis dan
berhitung

11
4). Pelaksanaan Asesmen
Guru melakukan asesmen sesuai dengan aspek yang akan di asesmen dalam waktu dan
tempat tertentu. Waktu yang digunakan dalam melakukan asesmen di sesuaikan
dengan alat yang dikembangkan serta disesuaikan dengan kemampuan anak dalam
memusatkan perhatian sesuai usianya, misalnya kelas satu SD, lama tes sebaiknya
tidak lebih dari 30 menit.

5).Penafsiran
Setelah melaksanakan asesmen, tahap selanjutnya adalah guru mengelola hasil asesmen
dan menafsirkannya.Dalam kegiatan inilah akhirnya mengambil keputusan untuk
menentukan pembelajaran yang tepat untuk anak tunagrahita. Hasil asesmen harus
dikaitkan pula dengan kurikulum, materi pelajaran disesuaikan dengan jenjang kelas
anak tunagrahita.

E. MODEFIKASI PRILAKU DAN AKTIFITAS BERMAIN


Modefikasi prilaku secara umum dapat diartikan hampir segala tindakan yang
bertujuan mengubah perilaku.
Sebagaimana diketahui anak tuna grahita memiliki banyak permasalahan dan
keterbatasan yang kompleks, sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik anak tunagrahita
diantaranya adalah:
1). Masalah hambatan dalam belajar
2). Masalah penyesuaian diri
3). Masalah pemeliharaan diri
4). Masalah Pekerjaan
5) Masalah kepribadian
Masalah-masalah pada anak tunagrahita yang telah dijelaskan diatas
berakibat langsung pada proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu model yang
dapat membantu mempermudah proses pembelajaran, sehingga upaya mengoptimalkan
kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita tadi dapat dikembangkan dan
menumbuhkan motivasi belajar mereka.yakni dengan menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, menurut (Sofiyanti, 2010:2-3) ciri-ciri pembelajaran yang
menyenangkan adalah sebagai berikut:
1). Terciptanya lingkungan belajar tanpa stres, aman, memungkinkan untuk melakukan
kesalahan tetapi harapan untuk sukses dalam belajar tetap tinggi.

12
2). Bahan ajar yang digunakan relevan dengan kebutuhan dan minat anak sehingga
mempunyai nilai manfaat
3). Proses pembelajaran berlangsung dalam nuansa gembira, adanya dorongan
semangat, emosional yang positif, waktu jeda, dan terciptanya dorongan antusias
ketika belajar.
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak
tunagrahita tersebut maka dapat dilakukan dengan metode pembelajaran dengan
aktifitas bermain.
Terapi permainan merupakan alat dalam proses pembelajaran bagi anak
yang memerlukan layanan khusus, menggunakan permainan dengan pendekatan
terapeutik yang tujuannya membentuk kembali struktur karakter imdividu,
maksudnya adalah dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dalam kegiatan
terapi permainan, mereka tidak menyadari bahwa segala aktivitas yang dilakukan
tersebut adalah terapi yang telah diprogramkan .
Berikut contoh-contoh permainan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak
tunagrahita ringan:
a. Topik bercakap-cakap bebas
Tujuan: Melatih pengucapan, menambah kosakata dan membuat kalimat
sederhana, dengan cara siswa diberi kesempatan untuk bercakap-cakap secara
bebas antar mereka, di dalam maupun di luar kelas dengan bimbingan guru.
b. Topik: Tebak gambar
Tujuan: Melatih pengucapan, menambah kosa kata dengan cara guru melatih
siswa menebak gambar-gambar tanpa bacaan yang diperlihatkan guru.
c. Topik: Bercerita dengan gambar seri
Tujuan: Melatih anak membuat kalimat sederhana berdasarkan gambar, disini
menggunakan media gambar seri.
d. Topik: Bermain telepon
Tujuan: Melatih pengucapan siswa dengan cara bermain telepon-teleponan secara
bebas atau dengan topik yang ditentukan guru.
e. Topik: Permainan jari dan tangan
Tujuan siswa dilatih mengucapkan puisi sederhana secara lancar dan dengan
intonasi yang benar. Permainan ini membantu anak-anak mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka melalui menyanyi,mengucapkan syair, puisi, dengan
gerakan jari dan tangan.

13
F. PENGEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNA GRAHITA

Interaksi sosial merupakan proses dimana seseorang menjalin kontak dan


komunikasi dengan orang lain, berinteraksi merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari
kehidupan manuasia, adanya rasa memerlukan bantuan dari orang lain maka manusia
akan melakukan kontak atau komunikasi satu sama lainnya.
Demikian pula dengan anak berkebutuhan khusus terutama anak
tunagrahita juga mmerlukan interaksi dengan cara-cara mereka agar memudahkan anak
tersebut dalam berinteraksi dengan orang lain. Namun pada kenyataannya anak
berkebutuhan khusus tunagrahita mengalami masalah dalam hal berinteraksi yaitu
kesulitan dalam berhubungan dengan kelompok maupun individu di sekitarnya dan hal
ini dipengaruhi akibat kecerdasan yang dibawah rata-rata, sehingga pendidikan dan
pengajaran memerlukan program khusus.
Interaksi sosial asosiatif pada anak berkebutuhan khusus tunagrahita
merupakan kerjasama kerukunan dan kerjasama kooptasi yang memiliki bagian-bagian
dan tujuan tertentu yang harus ditekan pada setiap pembelajaran dikelas yaitu nilai-nilai
sikap sebagai berikut:
 Kerja sama
 Saling tolong menolong
 Toleransi
 Tidak bermusuhan
 Saling menjaga satu sama lainnya
Pengembangan interaksi sosial pada anak tunagrahita, dapat dilakukan
ketika belajar didalam kelas dan ketika belajar diluar kelas, yaitu dengan melakukan
kegiatan berbagai macam praktek setiap harinya, contonya praktek membuat gelang
tangan yang terbuat dari senar dan manik-manik, menganyam, membuat pola,
menggunting dan sebagainya, ketika seorang siswa megalami kesulitan pada saat itulah
nilai-nilai sikap perlu ditekankan guru kepada siswanya.
Ketika belajar diluar kelas nilai-nilai sikap juga bisa diterapkan ketika siswa
melaksanakan kegiatan sepertipramuka, berkebun dan kegiatan lainnya.

14
G. PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Program pembelajaran individual (PPI), merupakan suatu perangkat berisi
mengenai program yang akan diberikan kepada anak. Dalam PPI memang tidak ada
format standar yang diberlakukan tetapi pada prosesnya penyusunan PPI wajib
dilakukan setelah Asesmen dilakukan.
Langkah-langkah penyusunan PPI
1. Pembentukan Tim PPI
 Idealnya dari multidisiplin.
 Bila tidak memungkinkan,tim PPI bisa terdiri dari GPK, guru umum, Kep.Sek,
dan orangtua. siswa yang memiliki komitmen terhadap pendidikan ABK.
Merekalah sesungguhnya yang memahami keberadaan ABK.
 Kep.Sek sebagai koordinator dan konsultan bagi guru dan orangtua.
 Tim PPI duduk bersama membicarakan program yang akan atau telah dirancang
guru.

2. Menilai kebutuhan
 Merupakan langkah awal dari tugas Tim PPI (kekuatan dan kelemahan siswa
yang diperoleh dari hasil Asesmen).
 Tim seyogyanya membuat instrumen (format isian) mengenai daftar riwayat
hidup, perkembangan akademik, sensorimotor, menolong diri, dan perilaku
(adaptif) siswa.
 Informasi kebutuhan siswa, dikembangkan dalam merumuskan tujuan
pembelajaran siswa.

3. Mengembangkan tujuan pembelajaran


 Dalam PPI ada dua tujuan: Tujuan Jangka Pendek dan Tujuan Jangka Panjang.
 Tujuan jangka panjang merupakan pernyataan tentang apa yang diharapkan
dapat dicapai siswa pada bidang tertentu dalam satu semester atau satu tahun.
 Rumusan Tujuan jangka pendek terkait dengan kurikulum yang belum terlihat
jelas hubungannya dengan data hasil asesmen; masih bersifat luas, dan baru
dapat dicapai setelah Tujuan jangka pendek –Tujuan Jangka Panjang
diselesaikan.

15
4. Merancang metode dan prosedur pembelajaran
 Mampu menggambarkan bagaimana setiap TPK akan dan dapat dicapai
 Secara spesifik guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang dapat
memberikan kemudahan dalam belajar sehingga menjadi efisien dalam PBM,
bukan memudahkan guru dalam mengajar.
 Gunakan berbagai metode sesuai kondisi siswa.
 Materi pembelajaran, umumnya sama dengan materi SD, namun terdapat materi
yang secara khusus dirancang untuk membantu dalam mengikuti materi
pembelajaran di SD seperti: pre akademik, menolong diri, dan perilaku adaptif.
 Media pembelajaran hendaknya relevan dengan tujuan dan memiliki keragaman
(sebaiknya dibuat oleh guru).
 KBM dalam konteks PPI dapat dilakukan dalam tiga setting: (1) individual
(seorang guru mengajar seorang siswa, (2) kelompok kecil (seorang guru
mengajar dua/ tiga orang siswa dalam satu kelompok, dan (3) kelompok
besar/klasikal (seorang guru mengajar 5-12 orang siswa (bersama-sama dengan
anak-anak pada umumnya).
 KBM hendaknya dilakukan secara variatif, melibatkan unsur gerak, suara, main
peran atau simulasi; mampu mebangkitkan minat dan motivasi belajar siswa;
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merespon secara aktif stimulus
yang diberikan guru; ada kesesuaian antara aktivitas belajar dengan kehidupan
nyata.

5. Menentukan Alat Evaluasi


 Mengukur derajat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam
setiap TJPk.
 Melihat terjadinya perubahan perilaku pada diri siswa sebelum dan sesudah
diberi perlakuan.
 Metode evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis, lisan, atau perbuatan yang
ditampilkan siswa dan dicatat melalui observasi guru.
 Evaluasi dilakukan dari aspek proses dan hasil.
 Laporan hasil evaluasi kemajuan siswa bersifat kualitatif
 PPI hendaknya diperbaiki terus menerus yang merujuk pada pencapaian tujuan
yang telah dan sedang diselesaikan, serta temuan yang diperoleh berdasarkan
observasi selama PBM.

16
 Perubahan jangan diartikan sebagai kegagalan.
 PPI jangan dianggap sebagai kontrak yang baku dan kaku, melainkan sangat
fleksibel.
 Hasil modifikasi harus dikomunikasikan kepada TIM PPI untuk memperoleh
persetujuan.

Contoh Format PPI Untuk Setiap Bidang Pembelajaran


Nama Siswa: Sekolah :
Kelas : Tanggal di mulai :
Taraf Kemampuan Siswa :
Tujuan Umun :
Tujuan Khusus :
Materi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber
Pembelajaran Pembelajaran Waktu Belajar
Memuat materi Memuat Memuat Memuat Memuat Memuat
pembelajaran alternatif karakteristik, jenis alokasi jenis
hasil pengalaman ciri-ciri, tagihan/ waktu yang sumber
penjabaran belajar siswa perbuatan jenis ujian diperlukan bahan/ alat
masing-masing yang terpilih yang yang untuk yang
KD yang telah yang dapat ditunjukkan/ digunakan menguasai digunakan
dirumuskan digunakan dilakukan masing-
untuk oleh peserta masing KD
mencapai didik yang
penguasaan dikembangka
KD n dari
kompetensi
dasar.

17
BAB III

PENUTUP

Setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Berdasarkan Jenis

Ketunaan ini, Penulis merasakan sangat banyak manfaatnya dalam menambah wawasan

tentang Anak berkebutuhan khusus, terutama tentang program pengembangan diri bagi

anak tunagrahita,bagaimana cara mengasesmen anak berkebutuhan khusus dan juga

tentang program pengajaran individual

Semoga saja dengan ilmu yang sudah didapat ini, penulis mampu menjadi

tenaga pendidik yang lebih berkualitas dan berkompeten, mampu menciptakan proses

pembelajaran yang lebih baik terprogram, terarah, sistematis dan menyenangkan bagi

peserta didik berkebutuhan khusus.

Akhir kata penulis berharap kepada Dinas Pendidikan dan pihak terkait, agar

lebih banyak lagi diselenggarakannyapelatihan-pelatihan dan pendidikan (Diklat) serta

seminar-seminar yang relevan khususnya tentang anak berkebutuhan khusus, dan penulis

diberi kesempatan untuk dapat mengikutinya.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada semua pihak yang

terkait sehingga penulis dapat mengikuti pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru

Berdasarkan Jenis Ketunaan ini dan dapat membuat Laporan Pengembangan Diri ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Pengembangan Diri ini masih belum sempurna oleh

sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dimasa yang

akan datang dapat menulis laporan dengan lebih baik lagi.

18

Anda mungkin juga menyukai