PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2). Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar
belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3). Memiliki kompetensi
yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu guru juga harus (4).
Mematuhi kode etik profesi, (5). Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan
profesionalnya dan (9). Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber
transformasi orientasi peserta didik dari ketidak tahuan menjadi tahu, dari
ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, bukan lagi
peserta didik yang pasif, melainkan peserta didik yang berpengetahuan, menyesuaikan
diri denghan informasi baru dengan berfikir, bertanya , menggali, mencipta dan
Pendidikan Luar Biasa dalam pelayanan pendidikan khusus sesuai dengan klasifikasi
1
jenis ketunaan peserta didiknya, yang mana dalam kesempatan kali ini penulis
B. Tujuan
1). Mengetahui Kebijakan Bidang SLB dalam pembinaan Sekolah Luar Biasa.
2). Memahami Konsep Dasar Program Pengembangan diri bagi Anak Tunagrahita.
6). Mengetahui Modefikasi Prilaku dan aktifitas bermain bagi Anak Tunagrahita.
8). Mengetahui bagaimana cara membuat Program Pembelajaran Individual bagi Anak
Tunagrahita.
C. Kegiatan
ini dilaksanakan pada tanggal 17 s.d 20 Oktober 2019 di Hotel Pangeran City Padang.
Pesertanya adalah Guru SLB Se Sumatera Barat yang di bagi dalam kelompok sesuai
berikut:
2
No MATERI JP Nara Sumber/Instruktur
Ketunaan ( tunagrahita) ini adalah Kepala Dinas Pendidikan atau pejabat lain yang
relevan pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan yang menjadi
Nara sumbernya adalah Tenaga pengajar Dosen FIP PLB UNP dan Tenaga pengajar
Sekolah Luar Biasa yang memang sudah berkompetensi dalam Pelayanan bidang
3
E. Tindak Lanjut
Ketunaan ( tunagrahita) ini, Penulis menindak lanjuti dengan melakukan hal sebagai
berikut :
3. Melakukan Asesmen kepada peserta didik, guna menemukan apa yang sudah
dikuasai dan apa yang belum dikuasai peserta didik, dan kemudian menentukan
F. Dampak
tunagrahita.
4
BAB II
RINGKASAN MATERI
5
3). Tekhnik Program Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita
Dalam memberikan program pengembangan diri pada Anak tunagrahita ada
tekhnik- tekhnik tertentu yang harus diperhatikan, yaitu sbb:
Modelling, yakni dengan memberikan contoh yang harus dikerjakan anak.
Misalnya mencontohkan menggunakan sikat dan pasta gigi agar anak mengerti
cara menyikat gigi.
Promting, yakni mendorong maupun menuntun atau memberi instruksi agar
anak mengerti serta dapat melakukan.
Fading, yakni mengurangi bantuan kepada anak secara bertahap sejalan dengan
peningkatan kemampuan yang dikuasai anak.
Shaping, yakni membagi kegiatan dalam beberapa tahapan dengan prinsip dari
yang paling mudah ke tahap yang lebih sulit.
6
bagi peserta didik tunagrahita memerlukan pendidikan dan pelatihan secara
terprogram agar memiliki keterampilan merawat diri sesuai usianya.
3. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi bagi peserta didik tunagrahita merujuk
pada keterampilan berbahasa baik secara verbal maupun tertulis dalam konteks
komunikasi. Termasuk di dalamnya keterampilan dalam menyampaikan pesan,
keinginan atau perasaan baik secara verbal maupun menggunakan alat bantu
komunikasi misalnya Picture Ecchange Communication System (PECS).
4. Keterampilan Bersosialisasi
Keterampilan bersosialisasi merujuk pada keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan peserta didik tunagrahita dalam menjalin interaksi dengan orang
lain. Termasuk di dalamnya keterampilan menjalin pertemanan, mengungkapkan
emosi atau perasaan, mengenali atau membaca emosi orang lain, keterampilan
membantu orang lain, dan mentaati norma sosial.
5. Keterampilan Kerja
Keterampilan kerja berbeda dengan keterampilan vokasional.
Keterampilan bekerja merujuk pada keterampilan yang mendukung kesuksesan
peserta didik tunagrahita dalam pekerjaannya. Sedangkan keterampilan vokasional
merujuk pada penguasaan individu pada satu jenis pekerjaan, misalnya
keterampilan untuk pekerjaan mencuci sepeda motor.
7
Keterampilan kerja dibutuhkan bagi peserta didik tunagrahita pada
jenjang pendidikan menengah. Termasuk di dalam keterampilan bekerja adalah
keterampilan mencari pekerjaan yang sesuai, memilih dan merencanakan
pekerjaan, menunjukkan perilaku yang sesuai di lingkungan pekerjaan, dan
kemampuan mempertahankan pekerjaan. Termasuk di dalamnya kemampuan
mengikuti jadwal kerja, keterampilan bekerja sama dengan supervisi atau atasan,
komitmen dalam menyelesaikan tugas dan kerjasama dengan teman sejawat.
8
Tabel 2.1 Tabel Kompetensi dan Indikator Program Pengembangan Diri
KOMPETENSI INDIKATOR
A. Merawat Diri Mengenal alat makan dan minum
1. Mampu makan dan Menggunakan alat makan dan minum
minum dalam Makan menggunakan tangan
kehidupan sehari-hari Makan menggunakan alat (sendok, dan garpu)
dengan cara yang benar Makan makanan berkuah
Makan makanan kemasan
Minum menggunakan gelas atau cangkir
Minum menggunakan sedotan
Minum minuman dalam kemasan
Makan di restoran atau resepsi
Melakukan tatacara makan dan minum dengan
sopan
2. Mampu membersihkan Memelihara kebersihan tangan dan kaki
dan menjaga kesehatan Menggunakan toilet
badan dengan cara Membersihkan diri setelah buang air kecil dan
yang benar besar
Mencuci wajah
Melakukan kegiatan mandi
Menggosok gigi
Melakukan cuci rambut
Memelihara kebersihan telinga dan hidung
Menggunakan pembalut wanita(wanita)
Memelihara kuku
Mencukur kumis dan jenggot
3. Mampu menanggalkan Menanggalkan pakaian dalam
dan mengenakan Mengenakan pakaian dalam
pakaian dengan cara Menanggalkan pakaian luar
yang benar Mengenakan pakaian luar
Melepas sepatu dan kaus kaki
Memakai sepatu dan kaus kaki
Mengenakan asesoris pakaian
Memilih pakaian sesuai kebutuhan
Mengenakan pakaian sesuai kebutuhan
4. Mampu merias diri Menyisir rambut
dengan cara yang Menata rambut
benar Merias wajah
Mengenakan asesoris
B. Menjaga Keselamatan Mengenal benda-benda berbahaya
dan Kesehatan Mengenal binatang buas dan jinak
1. Mampu menjaga Menghindarkan diri dari benda-benda berbahaya
keselamatan diri (tajam,runcing,licin,panas)
dengan baik Menghindarkan diri dari binatang berbahaya
Menghindarkan diri dari bencana alam
Menjaga keselamatan dari dalam penggunaan
9
KOMPETENSI INDIKATOR
ruangan, naik turun tangga atau eskalator,
menggunakan lift
2. Mampu mengobati luka Mengobati luka dari benda-benda berbahaya
dengan cara yang benar Mengobati luka dari binatang berbahaya
C. Berkomunikasi Berkomunikasi secara verbal atau lisan (tatap
1. Mampu muka)
berkomunikasi Berkomunikasi secara audio-visual (dengan
dengan orang lain media)
secara verbal, dan Menggunakan bahasa sesuai etika
tulisan dengan cara
yang benar
D. Bersosialisasi Beradaptasi dengan teman
1. Mampu beradaptasi Melakukan orientasi dan adaptasi dengan
di lingkungan lingkungan
keluarga, sekolah, dan Melakukan kerjasama di lingkungan keluarga,
masyarakat dengan sekolah dan masyarakat
baik
E. Keterampilan Kerja Mengenal alat masak
1. Mampu Membuat minuman dingin
melaksanakan Membuat minuman panas
kesibukan, dan Memasak masakan sederhana
keterampilan Merapikan tempat tidur
sederhana dalam Menjaga kebersihan sekolah dan rumah
kehidupan sehari-hari
Menjaga kebersihan pakaian
Menjaga kerapihan pakaian
Memelihara pakaian (memasang kancing, dll)
Memelihara kebersihan perabot rumah tangga
Menghemat penggunaan energi (listrik, air
bersih)
2. Mampu mengenal Mengenal nilai uang
uang dengan baik Mengenal fungsi uang
3. Mampu berbelanja Membelanjakan uang sesuai dengan harga
dengan cara yang barang
benar
10
D. ASESMEN ANAK TUNA GRAHITA
Kondisi anak berkebutuhan khusus yang beragam dan memerlukan layanan
yang spesifik berbeda maka diperlukan asesmen sebagai langkah awal dalam
memberikan pelayanan.
Asesmenadalah sebuah proses yang sistematis dalam mengumpulkan informasi
yang valid dan relevan tentang kekuatan dan kebutuhan anak dan interaksinya dengan
lingkungan untuk memahami pola-pola perkembangan dan belajar serta untuk
membantu perencanaan pendidikan yang sesuai dengan kondisi anak, yang meliputi
penempatan, intervensi, dan akomodasi (penyesuaian).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam asesmen adalah:
1). Kegiatan Pokok Asesmen
Menemukan apa yang sudah dikuasai Anak Berkebutuhan Khusus (kekuatan).
Menemukan apa yang belum dikuasai Anak Berkebutuhan Khusus (kelemahan)
Menemukan apa yang dibutuhkan oleh ABK (rancangan program)
Skala prioritas yang harus dilakukan (intervensi)
3).Jenis Asesmen
Asesmen Perkembangan, yang meliputi antara lain: Perkembangan motorik,
Perkembangan Atensi, Perkembangan bahasa dan komunikasi, Perkembangan
Kognitif, Perkembangan persesi, Perkembangan sosial, Perkembangan Emosi.
Asesmen Akademik, yang meliputi antara lain: Membaca, Menulis dan
berhitung
11
4). Pelaksanaan Asesmen
Guru melakukan asesmen sesuai dengan aspek yang akan di asesmen dalam waktu dan
tempat tertentu. Waktu yang digunakan dalam melakukan asesmen di sesuaikan
dengan alat yang dikembangkan serta disesuaikan dengan kemampuan anak dalam
memusatkan perhatian sesuai usianya, misalnya kelas satu SD, lama tes sebaiknya
tidak lebih dari 30 menit.
5).Penafsiran
Setelah melaksanakan asesmen, tahap selanjutnya adalah guru mengelola hasil asesmen
dan menafsirkannya.Dalam kegiatan inilah akhirnya mengambil keputusan untuk
menentukan pembelajaran yang tepat untuk anak tunagrahita. Hasil asesmen harus
dikaitkan pula dengan kurikulum, materi pelajaran disesuaikan dengan jenjang kelas
anak tunagrahita.
12
2). Bahan ajar yang digunakan relevan dengan kebutuhan dan minat anak sehingga
mempunyai nilai manfaat
3). Proses pembelajaran berlangsung dalam nuansa gembira, adanya dorongan
semangat, emosional yang positif, waktu jeda, dan terciptanya dorongan antusias
ketika belajar.
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak
tunagrahita tersebut maka dapat dilakukan dengan metode pembelajaran dengan
aktifitas bermain.
Terapi permainan merupakan alat dalam proses pembelajaran bagi anak
yang memerlukan layanan khusus, menggunakan permainan dengan pendekatan
terapeutik yang tujuannya membentuk kembali struktur karakter imdividu,
maksudnya adalah dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dalam kegiatan
terapi permainan, mereka tidak menyadari bahwa segala aktivitas yang dilakukan
tersebut adalah terapi yang telah diprogramkan .
Berikut contoh-contoh permainan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak
tunagrahita ringan:
a. Topik bercakap-cakap bebas
Tujuan: Melatih pengucapan, menambah kosakata dan membuat kalimat
sederhana, dengan cara siswa diberi kesempatan untuk bercakap-cakap secara
bebas antar mereka, di dalam maupun di luar kelas dengan bimbingan guru.
b. Topik: Tebak gambar
Tujuan: Melatih pengucapan, menambah kosa kata dengan cara guru melatih
siswa menebak gambar-gambar tanpa bacaan yang diperlihatkan guru.
c. Topik: Bercerita dengan gambar seri
Tujuan: Melatih anak membuat kalimat sederhana berdasarkan gambar, disini
menggunakan media gambar seri.
d. Topik: Bermain telepon
Tujuan: Melatih pengucapan siswa dengan cara bermain telepon-teleponan secara
bebas atau dengan topik yang ditentukan guru.
e. Topik: Permainan jari dan tangan
Tujuan siswa dilatih mengucapkan puisi sederhana secara lancar dan dengan
intonasi yang benar. Permainan ini membantu anak-anak mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka melalui menyanyi,mengucapkan syair, puisi, dengan
gerakan jari dan tangan.
13
F. PENGEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK TUNA GRAHITA
14
G. PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Program pembelajaran individual (PPI), merupakan suatu perangkat berisi
mengenai program yang akan diberikan kepada anak. Dalam PPI memang tidak ada
format standar yang diberlakukan tetapi pada prosesnya penyusunan PPI wajib
dilakukan setelah Asesmen dilakukan.
Langkah-langkah penyusunan PPI
1. Pembentukan Tim PPI
Idealnya dari multidisiplin.
Bila tidak memungkinkan,tim PPI bisa terdiri dari GPK, guru umum, Kep.Sek,
dan orangtua. siswa yang memiliki komitmen terhadap pendidikan ABK.
Merekalah sesungguhnya yang memahami keberadaan ABK.
Kep.Sek sebagai koordinator dan konsultan bagi guru dan orangtua.
Tim PPI duduk bersama membicarakan program yang akan atau telah dirancang
guru.
2. Menilai kebutuhan
Merupakan langkah awal dari tugas Tim PPI (kekuatan dan kelemahan siswa
yang diperoleh dari hasil Asesmen).
Tim seyogyanya membuat instrumen (format isian) mengenai daftar riwayat
hidup, perkembangan akademik, sensorimotor, menolong diri, dan perilaku
(adaptif) siswa.
Informasi kebutuhan siswa, dikembangkan dalam merumuskan tujuan
pembelajaran siswa.
15
4. Merancang metode dan prosedur pembelajaran
Mampu menggambarkan bagaimana setiap TPK akan dan dapat dicapai
Secara spesifik guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang dapat
memberikan kemudahan dalam belajar sehingga menjadi efisien dalam PBM,
bukan memudahkan guru dalam mengajar.
Gunakan berbagai metode sesuai kondisi siswa.
Materi pembelajaran, umumnya sama dengan materi SD, namun terdapat materi
yang secara khusus dirancang untuk membantu dalam mengikuti materi
pembelajaran di SD seperti: pre akademik, menolong diri, dan perilaku adaptif.
Media pembelajaran hendaknya relevan dengan tujuan dan memiliki keragaman
(sebaiknya dibuat oleh guru).
KBM dalam konteks PPI dapat dilakukan dalam tiga setting: (1) individual
(seorang guru mengajar seorang siswa, (2) kelompok kecil (seorang guru
mengajar dua/ tiga orang siswa dalam satu kelompok, dan (3) kelompok
besar/klasikal (seorang guru mengajar 5-12 orang siswa (bersama-sama dengan
anak-anak pada umumnya).
KBM hendaknya dilakukan secara variatif, melibatkan unsur gerak, suara, main
peran atau simulasi; mampu mebangkitkan minat dan motivasi belajar siswa;
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merespon secara aktif stimulus
yang diberikan guru; ada kesesuaian antara aktivitas belajar dengan kehidupan
nyata.
16
Perubahan jangan diartikan sebagai kegagalan.
PPI jangan dianggap sebagai kontrak yang baku dan kaku, melainkan sangat
fleksibel.
Hasil modifikasi harus dikomunikasikan kepada TIM PPI untuk memperoleh
persetujuan.
17
BAB III
PENUTUP
Ketunaan ini, Penulis merasakan sangat banyak manfaatnya dalam menambah wawasan
tentang Anak berkebutuhan khusus, terutama tentang program pengembangan diri bagi
Semoga saja dengan ilmu yang sudah didapat ini, penulis mampu menjadi
tenaga pendidik yang lebih berkualitas dan berkompeten, mampu menciptakan proses
pembelajaran yang lebih baik terprogram, terarah, sistematis dan menyenangkan bagi
Akhir kata penulis berharap kepada Dinas Pendidikan dan pihak terkait, agar
seminar-seminar yang relevan khususnya tentang anak berkebutuhan khusus, dan penulis
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada semua pihak yang
Berdasarkan Jenis Ketunaan ini dan dapat membuat Laporan Pengembangan Diri ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Pengembangan Diri ini masih belum sempurna oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dimasa yang
18