TAHUN 2018
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
DAFTAR ISI
MODUL 3: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II Siapakah Anak Dengan Kebutuhan Khusus?
BAB III Mengapa Guru Perlu Memiliki Kemampuan Untuk Mengidentifikasi dan
Memahami Kebutuhan Khusus Anak?
BAB IV Bagaimana Menyesuaikan Program Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan
Khusus?
BAB V Apa Manfaat Menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam
Pembelajaran Bersama Anak Yang Lain?
BAB VI Bagaimana Sistem Rujukan Terkait Anak dengan Kebutuhan Khusus?
BAB VII PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS MANDIRI
1
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
KATA PENGANTAR
Guru dan Tenaga Kependidikan yang bekerja pada Layanan PAUD, memiliki peran yang
sangat besar dalam memfasilitasi kebutuhan khusus anak. Untuk itu mereka perlu memahami
berbagai hal yang terkait Anak dengan Kebutuhan Khusu, yang terdapat pada modul ketiga
dari materi diklat Guru Pendamping Muda (Diklat Berjenjang Tingkat Dasar) ini.
Bahan ajar untuk Modul Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus ini disusun untuk
dipergunakan oleh pelatih maupun peserta diklat Guru Pendamping Muda (Diklat Berjenjang
Tingkat Dasar) yang telah dikembangkan oleh tim penyusun dengan berbagai upaya sehingga
mudah untuk dipahami dan diterapkan.
Materi Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus, merupakan materi ketiga yang harus
disampaikan pada kegiatan diklat Guru Pendamping Muda (Diklat Berjenjang Tingkat Dasar)
Tahap Tatap Muka, karena merupakan kunci ketiga yang membuka jendela pengetahuan
untuk materi-materi selanjutnya. Oleh karena itu, diharapkan agar materi Pengenalan Anak
dengan Kebutuhan Khusus ini dipelajari dengan baik, sehingga materi-materi selanjutnya
dapat lebih mudah dipahami.
Terima kasih disampaikan kepada tim penyusun bahan ajar ini dan seluruh pihak yang telah
membantu. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami nantikan kehadirannya
guna lebih sempurnanya modul ini.
2
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penting untuk kita ingat bahwa setiap anak merupakan individu yang unik, dengan
pertumbuhan dan perkembangan tiap anak berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu,
satu anak tidak dapat dibandingkan dengan anak lain. Perkembangan yang terjadi pada
satu anak hanya dapat dibandingkan keadaannya saat ini dengan perkembangan
sebelumnya. Masa usia dini dimulai sejak anak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun.
Periode ini sering disebut sebagai periode keemasan (the golden age) dimana pada masa
ini otak anak sebagai faktor utama pembentukan kecerdasan anak, sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Akan tetapi, pada beberapa anak, terjadi hambatan-hambatan dalam perkembangannya.
Baik hambatan perkembangan dari dalam diri anak secara fisik, emosional, maupun
hambatan dari luar diri anak akibat lingkungan yang tidak memfasilitasi kebutuhnan
khususnya sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran. Kebanyakan hambatan perkembangan dapat diidentifikasi di usia dini,
sehingga guru dan tenaga kependidikan di layanan PAUD sebaiknya dapat memahami
hambatan perkembangan pada anak sedini mungkin, sehingga dapat distimulasi dengan
lebih baik agar perkembangannya menjadi lebih optimal sesuai karakteristik kebutuhan
khususnya.
3
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
C. RUANG LINGKUP
Materi Perkembangan Anak dengan bobot 4 JPL pada tahap Tatap Muka, ditujukan agar
peserta diklat dapatmemahami hal-hal tentang perkembangan anak usia dini. Pada modul
Perkembangan Anakini terdapat informasi yang dapat membantu peserta diklat dalam
memahami perkembangan anak usia dini, seperti:
1. Siapakah Anak Dengan Kebutuhan Khusus?
2. Mengapa Guru Perlu Memiliki Kemampuan Untuk Mengidentifikasi dan
Memahami Kebutuhan Khusus Anak?
3. Bagaimana Menyesuaikan Program Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan
Khusus?
4. Apa Manfaat Menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam
Pembelajaran Bersama Anak Yang Lain?
5. Bagaimana Sistem Rujukan Terkait Anak dengan Kebutuhan Khusus?
D. PETUNJUK BELAJAR
Agar dapat memahami materi Perkembangan Anak secara tepat, utuh dan mendalam,
peserta diklat diharapkan:
1. Membaca secara tuntas dan cermat seluruh materi yang ada dalam bahan ajar ini.
2. Mengikuti paparan atau penyajian materi ini secara fokus pada saat disampaikan
dalam kegiatan diklat tahap tatap muka.
3. Melakukan analisis dan mendiskusikan setiap paparan yang disajikan baik
dengan teman peserta diklat maupun dengan pelatih.
4. Mengerjakan berbagai tugas yang diminta, baik yang disajikan dalam bahan ajar
ini maupun yang diberikan oleh pelatih pada saat mengikuti diklat.
5. Melaksanakan tugas mandiri terkait modul ini.
4
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
BAB II
Siapakah Anak dengan Kebutuhan Khusus?
Anak dengan Kebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik.Anak dengan kebutuhan khusus memiliki hambatan dalam
perkembangan, pembelajaran dan berpartipasi, sehingga memerlukan dukungan secara
khusus dari berbagai pihak di luar diri anak untuk mengurangi hambatan-hambatan yang ada,
agar anak-anak dapat berpartisipasi dalam pembelajaran bersama teman sebayanya.
Mereka yang digolongkan pada anak dengan kebutuhan khusus dapat dikelompokkan
berdasarkan hambatan pada umumnya, yaitu:
1. Hambatan penglihatan (Tunanetra)
2. Hambatan pendengaran dan bicara (Tunarungu/Tunawicara)
3. Hambatan daya pikir (Tunagrahita/Down Syndrome)
4. Hambatan fisik/motorik (Cerebral Palsy, Polio, Tuna Daksa, Kidal).
5. Hambatan sosial dan emosional (Autism)
6. Hambatan kemampuan belajar (Disleksia, Diskalkulia, Disgrapia)
7. Hambatan pemusatan perhatian dan perilaku (ADHD/ADD)
8. Hambatan karena kelebihan potensi (kecerdasan, bakat, dan intuisi)
Mengingat anak-anak tersebut belajar dengan kecepatan dan cara yang berbeda karena
mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya,
maka mereka memerlukan fasilitas dan metode khusus dalam pembelajarannya. Itu sebabnya
mereka disebut anak dengan kebutuhan Khusus
5
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
BAB III
Mengapa Guru Perlu Memiliki Kemampuan Untuk Mengidentifikasi dan Memahami
Kebutuhan Khusus Anak?
Pemerintah Indonesia, telah mengatur Standar Kompetensi Guru yang disyahkan dengan
Permendikbud No. 137 Tahun 2014, di dalamnya terdapat banyak sekali kompetensi yang
harus dimiliki guru PAUD yang berkaitan dengan keberadaan anak dengan kebutuhan khusus
di layanan PAUD.
Jika kita memahami hambatan perkembangan anak sejak usia ini, maka kita dapat
memfasilitasi dan menstimulasinya dalam kegiatan proses pembelajaran yang sesuai.
Dampaknya adalah hambatan yang dimiliki anak dengan kebutuhan khusus tidak menjadi
beban bagi anak yang bersangkutan dan bagi guru untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Anak Usia Dini masih berada pada tahap perkembangan. Jadi, kebutuhan-kebutuhan khusus
karena hambatan perkembangan sosial dan emosional, pemusatan perhatian, perilaku, bicara
dan bahasa, serta kemampuan belajar mereka masih dapat dioptimalkan jika dikenali,
difasilitasi dan distimulasi sedini mungkin.
Begitu juga dengan anak-anak yang memiliki hambatan fisik.Jika kita memahami kebutuhan
khusus mereka, maka kita dapat memfasilitasi kebutuhan belajar yang sesuai dengan
kemampuan mereka.Dengan demikian, potensi mereka dapat berkembang optimal untuk
membantu mereka menolong diri sendiri karena hambatan perkembangan fisiknya.
Bagaimana dengan anak yang memiliki perkembangan potensi yang pesat?Misalnya anak
yang cerdas atau dengan bakat istimewa?Ketika kita mengenali dan memahami potensi
mereka, maka kita dapat memberikan fasilitas dan kegiatan belajar yang lebih bervariasi dan
menantang daripada anak lain, sehingga kebutuhan mereka terpenuhi dan tidak terhambat
perkembangan kemampuan istimewa mereka.
6
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
Sebagai guru PAUD, kita tidak perlu terlalu khawatir dan menjadikan Anak dengan
Kebutuhan Khusus sebagai beban yang mengganggu proses kegiatan belajar mengajar.
Setiap orang punya karakteristik, setiap individu adalah unik. Setiap manusia punya kelebihan dan
kekurangan, tetapi setiap orang pasti punya KEMAMPUAN.
Setiap Anak Punya Potensi!
Mengapa? Karena...
Jadi, yang perlu kita lakukan adalah memfasilitasi kebutuhan belajar anak-anak tersebut
sesuai potensinya.Kita dapat memulai dengan menemukan potensi setiap anak, dengan
melakukan pengamatan secara rinci tentang perkembangannya. Setelah menemukan
potensinya, kita perlu memikirkan bagaimana mendukung potensi tersebut, memfasilitasinya
dan menyertakan mereka dalam proses pembelajaran.
Kita dapat mencatat hasil pengamatan terhadap potensi anak dan merencanakan dukungan
yang diperlukan untuk menyertakan mereka dalam pembelajaran, yang disebut Program
Pembelajaran Indiviual dengan format seperti contoh berikut ini
7
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
8
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
BAB IV
Bagaimana Menyesuaikan Program Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus?
Kita sudah mempelajari pada modul Konsep Dasar PAUD bagian prinsip-prinsip
pembelajaran, dimana guru perlu menerapkan prinsip-prinsip tersebut agar proses
pembelajaran dapat diadaptasikan bagi anak dengan kebutuhan khusus. Ayo kita coba ingat
kembali ke-10 prinsipnya.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
1. Belajar melalui Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian
Bermain rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat
memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak.
4. Berpusat pada Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangat
anak belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan
kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat
perkembangan, dan kebutuhan anak.
5. Pembelajaran Aktif Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak
aktif mencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan
pendapat, dan melakukan serta mengalami sendiri.
9
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
10. Pemanfaatan Penggunaan media belajar, sumber belajar, dan narasumber yang ada
media belajar, di lingkungan PAUD bertujua agar pembelajaran lebih kontekstual dan
sumber belajar, bermakna. Termasuk narasumber adalah orang-orang dengan profesi
dan narasumber tertentu yang dilibatkan sesuai dengan tema, misalnya dokter, polisi,
nelayan, dan petugas pemadam kebakaran.
Jika kita menerapkan ke-10 prinsip tersebut dalam pembelajaran, maka dapat dipastikan
bahwa anak dengan kebutuhan khusus pun akan terpenuhi kebutuhan belajarnya. Kita dapat
menyertakan mereka dalam kegiatan pembelajaran tanpa harus khawatir bahwa mereka akan
mengganggu proses pembelajaran atau anak yang tidak memiliki kebutuhan khusus akan
terganggu dan mengganggu.
Berikut ini cara-cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan ke-10 prinsip pembelajaran
tersebut ke dalam kegiatan sehari-hari:
1. Rencanakan proses kegiatan belajarnya melalui bermain. Karena bermain itu
menyenangkan bagi anak.
2. Ketika bermain, pastikan semua anak memusatkan perhatiannya pada bahan mainnya
karena menarik dan menyenangkan, sehingga tidak ada waktu bagi mereka
mengganggu satu sama lainnya. Jadi, kita perlu menyiapkan bahan pendukung
kegiatan main yang menarik minat anak.
3. Fasilitasi dengan alat-alat permainan edukatif yang sesuai dengan tahapan
perkembangan dan kebutuhan SEMUA anak. Misalnya bongkar pasang (puzzle)
dengan berbagai kategori gambar, tekstur dan jumlah kepingan.
4. Pindahkan meja dan kursi, bermainlah di lantai dengan alat permainan edukatif yang
diletakkan di lantai atau di rak yang mudah dijangkau oleh SEMUA anak.
5. Berikan kesempatan pada semua anak untuk terlibat bermain bersama, untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa dan bersosialisasi.
6. Ada tempat bermain yang membuat anak leluasa berpindah ke mainan lainnya tanpa
harus menunggu anak yang belum selesai.
7. Penerangan dan sirkulasi udara yang cukup di setiap ruang.
8. Motivasi dan beri dukungan untuk anak yang masih mengalami kesulitan dalam
bermain bersama, secara individual.
10
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
SARAN PRAKTIS:
11
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
BAB V
Apa Manfaat Menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam Pembelajaran
Bersama Anak Yang Lain?
Pernahkah kita sebagai guru merasa tidak nyaman saat tidak dilibatkan dalam
kelompok?Atau pengalaman merasa diasingkan karena dianggap tidak mampu di beberapa
bidang kehidupan?Begitulah yang dirasakan oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus, jika
kita mengabaikan mereka.Tertekan, pesimis, kurang percaya diri, merasa bodoh, adalah kata-
kata negatif yang mewakili perasaan-perasaan itu.Apa akibatnya? Akan muncul masalah
kedua yang lebih besar dari hambatan pertama mereka, karena seumur hidupnya, mereka
akan memiliki sikap negatif terhadap diri dan orang lain.
Ketika kita menggabungkan anak dengan kebutuhan khusus untuk belajar bersama anak yang
lain, artinya kita sudah memberikan penghargaan atas harkat dan martabat manusia sebagai
ciptaan Tuhan. Kita secara tidak langsung menjadi model bagi anak-anak dalam
mengembangkan karakter sikap peduli, menghargai orang lain, empati dan kemampuan
menolong orang lain. Anak dengan kebutuhan khusus pun akan termotivasi untuk
mengembangkan rasa percaya diri atas kemampuannya serta merasa dihargai. Jika kita
melihat kompetensi-kompetensi pada kurikulum 2013 PAUD (Permendikbud No.146 tahun
2014) yang perlu dikembangkan pada anak, maka kita akan menemukan kompetensi-
kompetensi terkait percaya diri, menghargai orang lain, yaitu:
1.2 Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan
2.5 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
2.7 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar
ketika orang lain berbicara),untuk melatih kedisiplinan
2.8 Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian
2.9 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau membantu jika diminta bantuannya
2.10 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kerjasama
12
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
Penting bagi kita bersama teman sejawat dan seluruh penyelenggara sekolah memahami,
bahwa setiap anak punya kebutuhan yang berbeda-beda, serta punya kekhususan
kebutuhan.Anak-anak dengan kebutuhan khusus harus mendapatkan layanan pendidikan di
PAUD.Layanan PAUD serta orang-orang yang terlibat di dalamnya perlu beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan kondisi anak-anak dengan kebutuhan khusus, begitu juga dengan
orang tua dari anak-anak yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Kesadaran ini harus
dibangun bersama dalam lingkungan sekolah dan masyarakat
Jadi sebetulnya, bukan hanya anak-anak dengan kebutuhan khusus yang harus menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Pihak lain di luar diri anak pun harus lebih mampu menyesuaikan
diri. Jika kita dapat menyesuaikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran,
maka lembaga perlu menyesuaikan fasilitas-fasilitas nya.Ajaklah pengelola layanan PAUD
membuat daftar penyesuaian sehingga dapat menerima anak dengan kebutuhan khusus di
lembaganya. Contoh penyesuaian yang dapat dilakukan:
Guru mengajar satu Beri kesempatan agar semua anak berpartisipasi aktif,
arah lalu dukungan guru diberikan secara individual
Perencanaan Ubah model perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran dan Evaluasi dilakukan sesuai pedoman kurikulum 2013
Evaluasi tidak sesuai. dengan kompetensi dan standar perkembangan yang
ditetapkan, lakukan pengamatan dan penilaian secara
individual, berikan penyesuaian standar ketercapaian
pada anak dengan kebutuhan khusus.
13
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
BAB VII
Bagaimana Sistem Rujukan Terkait Anak dengan Kebutuhan Khusus?
Jika anak dengan kebutuhan khusus mengalami masalah kesehatan, maka kita perlu
memahami sistem rujukan agar anak dengan kebutuhan khusus mendapatkan stimulasi
kesehatan yang lebih optimal.Sebab kita bukan tenaga ahli yang memiliki kompetensi untuk
mendiagnosa kebutuhan khusus anak secara medis.Tugas kita sebagai guru adalah
menemukan potensi dan memfasilitasi kebutuhan belajarnya.
Oleh karena itu, kita perlu memanfaatkan sistem rujukan dari sistem layanan kesehatan jika
diperlukan untuk mendiagnosa anak dengan kebutuhan khusus ataupun ketika anak dengan
kebutuhan khusus menderita sakit.
Anak-anak memang berada dalam pengasuhan secara intensif oleh keluarga. Namun anak
juga berada di masyarakat yang secara tidak langsung mereka dapat berada dalam
pengasuhan dan binaan dari guru, kader, pekerja sosial, tokoh masyarakat (toga) /tokoh
agama (toma).Mereka juga dapat belajar di Rumah Belajar Modern (RBM) yang dapat
dijangkau oleh masyarakat.
Guru, orangtua maupun bersama kader kesehatan dapat memeriksakan anak ke pusat layanan
kesehatan yang ada di tingkat kecamatan (puskesmas). Jika puskesmas tidak mempunyai
tenaga ahli ataupun alat yang memadai, maka guru, orangtua maupun kader kesehatan akan
mendapatkan 2 jenis rujukan yaitu rujukan medis ke Pusat Psikologi Terapan (PPT) ataupun
Pusat Krisis Terpadu (PKT) yang merupakan pelayanan satu atap dan berkolaborasi dengan
Rumah Sakit setempat, ataupun rujukan non-medis ke P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Bagan berikut ini dapat membantu
menjelaskan sistem rujukan kesehatan yang ada.
14
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
15
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
BAB VIII
PENUTUP
16
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
DAFTAR PUSTAKA
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pedoman Umum Perlindungan Kesehatan Anak Berkebutuhan Khusus, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010
Alur Mithu and Evans Jennifer. 2005. Early Intervention in Inclusive Education in Mumbai.
The ‘Why’ and the ‘How’.Manual 15.How to Identify Children with Disability. Mumbai: The
Spastics Society of India. Supported by the Canadian International Development Agency
(CIDA).
Mangunsong Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus .
Jilid Kesatu. Jakarta: LPSP3 -Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Mangunsong Frieda. 2011. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus .
Jilid kedua. Jakarta: LPSP3 -Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
National Early Childhood Specialist Team.2008. Modul Anak berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Depdiknas.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga
Rief. Sandra F. -. How To Reach and Teach ADD/ADHD Children . New York: The Center
for Applied Research in Education.
17
BARANG MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
TUGAS MANDIRI
Untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan peserta diklat terkait materi Pengenalan
Anak dengan Kebutuhan Khusus, peserta memiliki tugas setelah Tahap Tatap Muka, yaitu
Tugas Mandiri. Bentuk tugas mandiri yang terkait dengan Modul Pengenalan Anak dengan
Kebutuhan Khusus ini berkaitan dengan Tugas Mandiri ModulPerkembangan Anak, yaitu
melakukan Pengamatan Perkembangan Anak dan Mengidentifikasi Anak dengan Kebutuhan
Khusus dengan bobot 20 JPL atau lama waktu pelaksanaan maksimal 2 hari. Tugas Mandiri
ini adalah bagian dari Tugas Mandiri Pilihan.
Penjelasan, Langkah Pelaksanaan dan Blanko Isian terdapat pada modul 2 Perkembangan
Anak.
18