Jika Anda masih mengingatnya, pasti ada perasaan takut kepada orang tua. Iya,
perasaan takut. Bukan hormat. Jadi, mana yang Anda pilih: ditakuti anak atau
dihormati anak?
Mungkin awalnya Anda ragu apakah konsep ini efektif untuk mendisiplinkan anak,
tapi hal ini lebih baik dibandingkan dengan konsep memberi hukuman agar anak
menuruti orangtua.
Lebih jelasnya, coba Anda ingat-ingat. Waktu kecil, pasti Anda tidak suka jika
orangtua Anda membentak, menghardik, mempermalukan Anda di depan teman-
teman, atau mengunci Anda di kamar karena melakukan kesalahan.
Begitu juga dengan anak, mereka tidak mau diperlakukan seperti itu. Sebagai
perbandingan di tempat kerja, jika Anda memiliki atasan yang terbuka, selalu
memberi dukungan pada ide-ide Anda, menstimulasi Anda untuk mencari solusi
permasalahan yang terjadi, Anda pasti lebih suka, bukan?
Begitu pula dengan anak. Bagi anak, orangtua adalah atasan di rumah, figur yang
harus dia turuti. Namun seperti halnya karyawan, anak akan berkembang menjadi
pribadi yang positif jika orangtuanya juga selalu memberinya contoh sikap-sikap
yang positif.
Anak juga belajar mengendalikan emosi, bersikap terbuka, dan ini bisa menjadi
salah satu cara dari sekian banyak cara untuk meningkatkan rasa percaya diri si
kecil karena dia tidak pernah merasa dipermalukan.
Bagi orangtua, pola asuh yang positif juga lebih menenangkan dan melegakan.
Anda bisa merasa lebih rileks dan tenang dengan pola asuh ini. Kalau si kecil tidak
mau mendengarkan, alih-alih berteriak agar dia memperhatikan Anda, ada baiknya
Anda mendekat, berbicara lebih jelas, dengan menambahkan opsi “jika tidak
dilakukan” dan “jika dilakukan”. Anda tidak perlu lagi merasa bersalah akibat harus
tarik otot dengan si