Dia
memang memukul bokong (area tubuh yang menurutnya paling aman untuk dipukul), tapi
ternyata itu merupakan peristiwa traumatis bagi saya. Buktinya, setua ini saya masih
mengingatnya. Sejak itu, perasaan takut kepada ibu mulai tumbuh. Iya, perasaan takut, bukan
hormat. Jadi, mana yang Anda pilih, ditakuti anak atau dihormati anak?
Kalau dulu metode parenting yang diketahui oleh orangtua kita masih sangat terbatas, di masa
sekarang saya menjadi Ibu sudah banyak sekali trend parenting yang bisa saya adopt dan salah
satunya adalah metode Positive Parenting.
Lebih jelasnya…
Coba ingat-ingat, waktu kecil, pasti kita tidak suka kalau orangtua kita berteriak, menghardik,
mempermalukan kita di depan teman-teman, atau mengunci kita di kamar karena kita melakukan
kesalahan. Nah, begitu pun anak kita.
Sebagai perbandingan, kalau kita punya atasan yang terbuka, selalu memberi dukungan pada ide-
ide kita, menstimulasi kita untuk mencari solusi permasalahan yang terjadi, kita pasti lebih suka,
kan? Begitu pula dengan anak kita. Bagi anak, orangtua adalah atasan di rumah, figur yang
harus dia turuti. Namun seperti halnya karyawan, anak akan berkembang menjadi
pribadi yang positif jika orangtuanya juga selalu memberinya contoh sikap-sikap yang
positif.
Contoh sederhana, saat anak kita memecahkan kaca jendela, alih-alih menghukumnya (sebagai
sikap negatif), lebih baik membantunya mencari solusi bagaimana memperbaiki jendela yang
pecah. Bisa dimulai dengan membersihkan pecahan kaca, mengingatkannya untuk meminta
maaf, menutup sementara jendela yang pecah dan mengajaknya patungan dari uang tabungan
(jika ada) untuk membayar biaya penggantian kaca.
Di mana efektifnya?
Positive parenting atau positive discipline, lebih luas adalah pola pengasuhan yang
dilakukan secara suportif, konstruktif, dan menyenangkan. Suportif artinya memberi
perlakuan yang mendukung perkembangan anak, konstruktif artinya bersikap positif dengan
menghindari kekerasan atau hukuman, serta dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Kita
tidak mengajarkan anak disiplin dengan memberinya hukuman, tapi kita mengajarkan
disiplin dengan cara memberitahunya mana perilaku yang salah dan mana yang benar.
Manfaatnya juga bagi orangtua…
Seperti yang dilansir Aha!Parenting.com, pendekatan dengan cara yang positif, seperti
berbicara dengan lembut, membiasakan diri bertukar cerita, menyediakan time alone bersama
anak, akan mendorong anak untuk mengubah sikapnya. Anak juga belajar mengendalikan
emosi, bersikap terbuka dan ini bisa menjadi salah satu cara dari sekian banyak cara untuk
meningkatkan rasa percaya diri si kecil karena dia tidak pernah dipermalukan.
Bagi orangtua, pola asuh yang positif juga lebih menenangkan dan melegakan. Saya sendiri
merasa lebih rileks dan tenang dengan pola asuh ini. Kalau si kecil tidak mau mendengarkan,
alih-alih berteriak agar dia memperhatikan saya, saya akan mendekat, berbicara lebih jelas,
dengan menambahkan opsi “jika tidak dilakukan” dan “jika dilakukan”. Lalu, puff! Dia langsung
menuruti permintaan saya. Ah, lega rasanya karena tidak perlu merasa bersalah akibat harus tarik
otot dengan si kecil.
Kalau begitu, coba cek daftar berikut, kata-kata mana yang seharusnya atau tidak seharusnya
Anda ucapkan!
Daripada: Bagaimana Sekolahmu?
Lebih baik: Apa yang paling menyenangkan di sekolah hari ini?
Daripada: Hati-hati!
Lebih baik: Pakai dua tangan kalau mau angkat tekonya, ya!
Daripada: Oke, ibu beli mainan itu, tapi kamu harus berhenti merengek!
Lebih baik: Jawaban ibu tetap “tidak”.
Tapi sayangnya, kadang-kadang konsep Positive Parenting suka kebablasan dan salah diterapkan
oleh para orangtua. Ujung-ujungnya orang tua malah tidak pernah marah sama sekali dan anak
pun jadi tidak paham seperti apa rasanya disipling. Tunggu pembahasan lebih lanjutnya di
Mommies Daily.
Manfaat spesifik
Pada prinsipnya, pola asuh positif lebih efektif membuat anak memperbaiki perilakunya
daripada pola asuh dengan disiplin keras. Ini terjadi karena anak-anak lebih merespon
bimbingan atas dasar cinta daripada jika didisiplin dengan hukuman atau ancaman. Tidak
hanya membangun disiplin diri sendiri, pola asuh positif akan membangun hubungan yang baik
antara anak dan orangtua. Pada akhirnya, anak-anak juga akan lebih menghargai dan mencintai
diri sendiri.
Hukuman dan ancaman justru akan menghancurkan hubungan anak dengan orangtua, bahkan
meningkatkan perilaku buruk. Alih-alih memelihara kemarahan bahkan menyimpan dendam,
pola asuh positif mendorong anak untuk lebih fokus pada perubahan/perbaikan perilaku.
Sebagai orangtua bukan berarti kita bisa mengatur anak tanpa memahami
perasaannya. Jika kita mengasuhnya tanpa berusaha memahami perasaannya, dia juga akan
melakukan apapun yang dia mau tanpa berusaha memahami perasaan kita. Pola asuh positif
memberi kesempatan anak maupun orangtua untuk mengungkapkan perasaannya. Seperti yang
dilansir WAHM.com, anak-anak akan merespon secara positif jika kita lebih dulu
mengungkapkan apa yang kita rasakan, bukan langsung “menembaknya” seperti terdakwa.
Dengan begitu, anak akan lebih mendengar perkataan kita.
Manfaat istimewa
Beberapa manfaat istimewa dari pola asuh positif sehubungan dengan otak anak, yaitu:
– Perkembangan otak yang lebih optimal
– Perkembangan kemampuan kognitif secara maksimal
– Tumbuhnya rasa cinta dan peduli secara alami kepada orangtua
– Tumbuhnya rasa empati dan tanggung jawab
– Menjadikan anak sebagai pribadi yang ramah dan menyenangkan
– Memperbesar peluang anak menjadi orang yang produktif dan sukses, baik secara akademik
maupun pekerjaan
Anda tidak mengajarkan anak disiplin dengan memberinya hukuman, tapi Anda mengajarkan
disiplin dengan cara memberitahunya mana perilaku yang salah dan mana yang benar.
Apa manfaat pengasuhan positif bagi orangtua dan anak?
Pendekatan dengan cara yang positif, seperti berbicara dengan lembut, membiasakan diri
bertukar cerita, menyediakan waktu sendiri bersama anak, akan mendorong anak untuk
mengubah sikapnya.
Anak juga belajar mengendalikan emosi, bersikap terbuka, dan ini bisa menjadi salah satu cara
dari sekian banyak cara untuk meningkatkan rasa percaya diri si kecil karena dia tidak pernah
merasa dipermalukan.
Bagi orangtua, pola asuh yang positif juga lebih menenangkan dan melegakan. Anda bisa merasa
lebih rileks dan tenang dengan pola asuh ini. Kalau si kecil tidak mau mendengarkan, alih-alih
berteriak agar dia memperhatikan Anda, ada baiknya Anda mendekat, berbicara lebih jelas,
dengan menambahkan opsi “jika tidak dilakukan” dan “jika dilakukan”. Anda tidak perlu lagi
merasa bersalah akibat harus tarik otot dengan si kecil.