Disorganized
Hubungan orang tua dengan anak tidak tertata secara baik. Tidak
diketemukan pola hubungan tertentu. Tidak diketemukan pola
memperhatikan keperluan anak untuk sekolah atau keperluan
lainnya. Tidak diketemukan pola hubungan kasih sayang, atau saling
menghargai, atau pola otoritas lainnya. Semua hubungan sama
sekali tidak tertata
D. Secure/Autonomous
“Kamu mau jadi apa?” nampaknya menampilkan "hak otonom" pada
anak, sekaligus diback up dengan fasilitas untuk struggle & fight,
bukan untuk bermanja. Minta beli buku, minta uang sekolah: "ya”,
“berapa”, “kapan". Minta dibelikan "baju”, “sepeda”, “nanti dulu”
• Pola ini mudah mengakrab dan menyenangkan
aman
interaktif yang akrab dan menyenangkan akan
membuat semua masalah dapat dipecahkan secara
realistis.
Rasa
• Pola ini menolak, khawatir atau takut. Demikian
takut
pola sikap interaktif, saling menolak, saling khawatir
dan saling tumbuh rasa takut.
Rasa
• Pola ini berusaha menghindar, nervous dan sukar
percaya. Berkembang sifat tersebut bukan mustahil
timbal balik; saling menghindar, saling nervous atau
Menghindar
saling tidak percaya antara anak dan orang tua.
psikologi sosial
3. Ragam hubungan interaktif
4. Tumbuh rasa aman karena diback up
• Contohnya cerita penulis yang meskipun tidak
sangat dekat dengan ibu, namun selalu
mendapatkan dukungan berupa materi untuk
bersekolah sesuai dengan yang diinginkan penulis.
C. Self-concept
Self-concept adalah evaluasi diri secara keseluruhan apakah
dirinya worthy atau tidak. Self concept merupakan totalitas
keyakinan kognitif tentang dirinya berharga atau tidak.
BAGIAN IV
COGNITIVE STATE AND WISDOM OF COURAGE
A. wisdom of Courage
Merupakan tahapan berikutnya dalam upaya pengembangan
kemampuan subyektif subyek menjadi tiga lebih bijak dan
pada ujung ketiga adalah mengembangkan referential
thinking, untuk mencari alternatif berfikir, berteori, berfilsafat
atau berpragmatik untuk menghasilkan alternatif optimal,
mungkin dengan resiko.
Referensi merupakan sumber informasi. Semakin banyak
referensi yang dijadikan sumber informasi membuat orang
yang menjadi semakin kaya perbendaharaan seseorang.
Apalagi bila pola fikir seseorang lebih kreatif dan mampu
menggunakan sumber informasi sebagai inspirasi.
1. Mengkreasi model
Dengan teori kognisi sosial kita dapat mengkreasi model berdasar pengalaman
kita sendiri, dapat menata lingkungan kita dengan menggunakan orang lain
sebagai model, atau membuat kepribadian kita menjadi kreatif.
2. Memfasilitasi coping
Dengan sense of realistic self efficacy kita dapat mengendorkan syaraf kita agar
dapat fleksibel dan kreatif untuk dengan coping menemukan strategi untuk
menemukan masalah, atau menemukan ragam tantangan, atau memilih
alternatif lebih beresiko.
5. Paradigmatik
Kita biasakan untuk dapat menemukan konstruk bermakna dari banyak variabel. Dan
dilanjutkan dengan menemukan paradigma dalam pemikiran substantif, dalam satu filsafat
ilmu, dalam satu teori ilmu dan juga paradigma hubungan banyak sesuatu. Paradigma
dalam makna luas akan dapat berbentuk hubungan sekuensial, komplementer atau
fungsional. Saat kita membangun paradigma untuk kebijakan Pendidikan 9 tahun, dua
paradigma kita buat komplementer: paradigma phenomenologik tentang wajib belajar 9
tahun, dengan komplemen paradigma kuantitatif-matematik tentang biayanya, kapan dan
di mana lokasi SMP perlu diselenggarakan. Berfikir paradigmatik lebih didominasi
pertimbangan pragmatis, teknis efisiens
6. Open ended
Semakin kita kembangkan sifat kreatif maka konstruk paradigma kita perlu dibuat open
ended, dibuat tentang kemungkinan revisi. Harap dibedakan antara berfikir open ended
dan berfikir fleksibel, yang sama saja luwes tanpa landasan kuat.
7. postmodern & Postparadigmatik
Postmodern adalah dekonstruksi pola fikir yang sudah mapan. Postparadigmatik adalah
keterbukaan berkelanjutan atau dibangunnya paradigma yang open ended, yang selalu
terbuka pada pengembangan berkelanjutan pola fikir kita.
8. Moral courage
J F. Kennedy, sosok moral courage. Punya keberanian, pendapat yang berbeda, dan terbukti
pendapatnya yang signifikan. Pada satu sisi kita tidak dapat menolak atau banyak terpukau
pada akselerasi orientasi teknologik, seperti temuan Einstein tentang kecepatan
informasi/gelombang cahaya dengan kecepatan 340 mil per detik di ruang hampa, membuat
banyak temuan baru bermunculan hampir setiap harinya.
9. Scientific moral courage
Sebagai ilmuwan kita perlu punya keberanian yang menampilkan hasil pemikiran kita. Itulah
kebenaran yang dibangun dalam pencarian the truths, pencarian veritas sebagai lawan dari the
false. Pada dataran lebih tinggi, kita lewat ontology, lewat metafisika kita mencari benar
dalam makna the right sebagai lawan the wrong. Dalam berilmu pengetahuan kita
membutuhkan scientific moral courage. Memang perlu kehati-hatian, tahu bedanya ragam
plagiarism.
COGNITIVE STATE AND WISDOM OF
COURAGE
Berdasar teori kognitif, kreativitas dapat dibangun dengan mengkreasi dari pengalaman dan
dengan mengamati orang lain sebagai model. Menurut Isen dan Frederickson, afek positif atau
valensi lebih memberi respons kognitif berupa fleksibilitas dan kreativitas; dapat membuat kita
lebih wise dan courageful. Banyak karya masterpiece yang menampilkan pemikiran-pemikiran
kreatif, sekaligus wise and couragefull.
I. Respons kognitif
Menurut Isen, dan Frederickson, afek positif atau valensi lebih memberi respons kognitif berupa
fleksibilitas kognitif dan kreativitas.
A. Self esteem
Self esteem atau yakin pada kemampuan diri untuk mengemban tugas dan mencapai tujuan
merupakan bekal dasar kognisi positif seseorang.
1. Self efficacy
Self efficacy merupakan evaluasi diri pada kemampuannya mengatasi hambatan dan membuat
langkah-langkah yang tepat untuk mencapai tujuan. Konsep self efficacy oleh Bandura (1977)
berkembang luas. Self efficacy mendiskripsikan orang yang yakin pada kemampuannya
menghasilkan sesuatu yang diharapkan dengan aksi atau langkah-langkahnya sendiri