Anda di halaman 1dari 13

C.

Disorganized
Hubungan orang tua dengan anak tidak tertata secara baik. Tidak
diketemukan pola hubungan tertentu. Tidak diketemukan pola
memperhatikan keperluan anak untuk sekolah atau keperluan
lainnya. Tidak diketemukan pola hubungan kasih sayang, atau saling
menghargai, atau pola otoritas lainnya. Semua hubungan sama
sekali tidak tertata
 
D. Secure/Autonomous
“Kamu mau jadi apa?” nampaknya menampilkan "hak otonom" pada
anak, sekaligus diback up dengan fasilitas untuk struggle & fight,
bukan untuk bermanja. Minta beli buku, minta uang sekolah: "ya”,
“berapa”, “kapan". Minta dibelikan "baju”, “sepeda”, “nanti dulu”
• Pola ini mudah mengakrab dan menyenangkan
aman
interaktif yang akrab dan menyenangkan akan
membuat semua masalah dapat dipecahkan secara
realistis.
Rasa
• Pola ini menolak, khawatir atau takut. Demikian
takut
pola sikap interaktif, saling menolak, saling khawatir
dan saling tumbuh rasa takut.
Rasa
• Pola ini berusaha menghindar, nervous dan sukar
percaya. Berkembang sifat tersebut bukan mustahil
timbal balik; saling menghindar, saling nervous atau
Menghindar
saling tidak percaya antara anak dan orang tua.
psikologi sosial
3. Ragam hubungan interaktif
4. Tumbuh rasa aman karena diback up
• Contohnya cerita penulis yang meskipun tidak
sangat dekat dengan ibu, namun selalu
mendapatkan dukungan berupa materi untuk
bersekolah sesuai dengan yang diinginkan penulis.

5. Tumbuh keberanian untuk eksplorasi


• Dengan pengalaman berhasil merangkap sekolah
yang diback up Ibunda, menumbuhkan keberanian
untuk bereksplorasi sampai lanjut usia
6. Kasus di India
• Di India lebih sedikit anak landlord yang melanjutkan studi
dibanding anak kelas menengah. Kemanjaan membuat anak
landlord tidak punya keberanian untuk bereksplorasi,
mereka sudah puas dengan fasilitas orang tuanya untuk
hidup mewah. Keluarga kelas menengah lain yang banyak
masuk. Sebaliknya para Sudra dan Paria di India dengan
berbagai cara dihalangi untuk masuk PT bergengsi. Mereka
migrasi ke Amerika Serikat dan sukses.
C. variasi kombinasi security feeling &
self esteem
 Ross stagner mengetengahkan dua modus variasi
tentang penilaian kemampuan menghadap dunia
sekitar, yaitu security feeling & self esteem.

 Sedangkan Maslow menyajikan empat variasi:


security feeling tinggi, self esteem tinggi, security
feeling rendah, self esteem rendah, security
feeling tinggi self, self esteem rendah, dan
security feeling rendah, self esteem tinggi.
Vital Courage

 VitalCourage atau keberanian untuk bangkit


dari kekalahan dan kejatuhan, dari
penderitaan atau karena sakit hati yang
membutuhkan struggle & fight, itulah vital
courage. Vital courage merupakan fighting
courage for survival.
A. Melestarikan martabat
Pada sebahagian besar tumbuh perilaku dan moral yang menjaga martabat keluarga.
Sehingga dalam alam demokrasi mereka, perilaku dan moral terpuji selalu yang
terpilih. Bukan mengekalkan mereka untuk memerintah karena otoriter.

1. Karakter instan tak langgeng


Memang ada sejumlah tokoh yang muncul. Yang tiba-tiba sukses, yang tiba-tiba
melejit; tetapi dari tracer study, tokoh-tokoh instant tidak dapat berlanjut pada
keturunannya.

2. Bagaimana dengan Barack Obama


Obama dengan inteligensi tinggi dan Michele pun sebagai first lady yang termasuk
kelas menengah African America perannya signifikan. Kedua anaknya perempuan
selalu dijaga perilakunya oleh kedua orang tuanya. Anaknya ingin bertato sebagai
anak muda sekarang. Obama akan juga bertato di bagian tertentu, bila anaknya
bertato. Mungkin Obama sadar bahwa perlu mulai memelihara tradisi keluarga
agar The Dreamnya Luther King 50 tahun yang lalu dapat terealisasikan mulai
dengan Obama.
B. Martabat keluarga
Vital courage atau struggle & fight atau berjuang untuk
sesuatu tujuan dan berjuang untuk menang, guna tetap
menjaga martabat keluarga, itulah vital courage yang tumbuh
pada penulis. Martabat keluarga yang ingin penulis
pertahankan adalah sifat mengasuh, mendidik dan menjadi
pamong masyarakat.

C. Self-concept
Self-concept adalah evaluasi diri secara keseluruhan apakah
dirinya worthy atau tidak. Self concept merupakan totalitas
keyakinan kognitif tentang dirinya berharga atau tidak.
BAGIAN IV
COGNITIVE STATE AND WISDOM OF COURAGE

A. wisdom of Courage
 Merupakan tahapan berikutnya dalam upaya pengembangan
kemampuan subyektif subyek menjadi tiga lebih bijak dan
pada ujung ketiga adalah mengembangkan referential
thinking, untuk mencari alternatif berfikir, berteori, berfilsafat
atau berpragmatik untuk menghasilkan alternatif optimal,
mungkin dengan resiko.
 Referensi merupakan sumber informasi. Semakin banyak
referensi yang dijadikan sumber informasi membuat orang
yang menjadi semakin kaya perbendaharaan seseorang.
Apalagi bila pola fikir seseorang lebih kreatif dan mampu
menggunakan sumber informasi sebagai inspirasi.
1. Mengkreasi model
Dengan teori kognisi sosial kita dapat mengkreasi model berdasar pengalaman
kita sendiri, dapat menata lingkungan kita dengan menggunakan orang lain
sebagai model, atau membuat kepribadian kita menjadi kreatif.

2. Memfasilitasi coping
Dengan sense of realistic self efficacy kita dapat mengendorkan syaraf kita agar
dapat fleksibel dan kreatif untuk dengan coping menemukan strategi untuk
menemukan masalah, atau menemukan ragam tantangan, atau memilih
alternatif lebih beresiko.

3. Self referential thinking


Semakin referensi pemikiran kita lebih kaya dalam beragam paradigma
membuat kita lebih kreatif dan lebih berbobot. Referensi mathematic thinking
membawa kita berfikir inferensial dalam pola klasik linieritas dan homogenitas.
4. Generativity
Menemukan pola tertentu pada suatu kasus dan mampu mengabstraksikan dari satu
pengalaman berkelanjutan ke pengalaman lain, membuat orang lebih cerdas.

5. Paradigmatik
Kita biasakan untuk dapat menemukan konstruk bermakna dari banyak variabel. Dan
dilanjutkan dengan menemukan paradigma dalam pemikiran substantif, dalam satu filsafat
ilmu, dalam satu teori ilmu dan juga paradigma hubungan banyak sesuatu. Paradigma
dalam makna luas akan dapat berbentuk hubungan sekuensial, komplementer atau
fungsional. Saat kita membangun paradigma untuk kebijakan Pendidikan 9 tahun, dua
paradigma kita buat komplementer: paradigma phenomenologik tentang wajib belajar 9
tahun, dengan komplemen paradigma kuantitatif-matematik tentang biayanya, kapan dan
di mana lokasi SMP perlu diselenggarakan. Berfikir paradigmatik lebih didominasi
pertimbangan pragmatis, teknis efisiens

6. Open ended
Semakin kita kembangkan sifat kreatif maka konstruk paradigma kita perlu dibuat open
ended, dibuat tentang kemungkinan revisi. Harap dibedakan antara berfikir open ended
dan berfikir fleksibel, yang sama saja luwes tanpa landasan kuat.
7. postmodern & Postparadigmatik
Postmodern adalah dekonstruksi pola fikir yang sudah mapan. Postparadigmatik adalah
keterbukaan berkelanjutan atau dibangunnya paradigma yang open ended, yang selalu
terbuka pada pengembangan berkelanjutan pola fikir kita.

8. Moral courage
J F. Kennedy, sosok moral courage. Punya keberanian, pendapat yang berbeda, dan terbukti
pendapatnya yang signifikan. Pada satu sisi kita tidak dapat menolak atau banyak terpukau
pada akselerasi orientasi teknologik, seperti temuan Einstein tentang kecepatan
informasi/gelombang cahaya dengan kecepatan 340 mil per detik di ruang hampa, membuat
banyak temuan baru bermunculan hampir setiap harinya.
 
9. Scientific moral courage
Sebagai ilmuwan kita perlu punya keberanian yang menampilkan hasil pemikiran kita. Itulah
kebenaran yang dibangun dalam pencarian the truths, pencarian veritas sebagai lawan dari the
false. Pada dataran lebih tinggi, kita lewat ontology, lewat metafisika kita mencari benar
dalam makna the right sebagai lawan the wrong. Dalam berilmu pengetahuan kita
membutuhkan scientific moral courage. Memang perlu kehati-hatian, tahu bedanya ragam
plagiarism.
COGNITIVE STATE AND WISDOM OF
COURAGE
Berdasar teori kognitif, kreativitas dapat dibangun dengan mengkreasi dari pengalaman dan
dengan mengamati orang lain sebagai model. Menurut Isen dan Frederickson, afek positif atau
valensi lebih memberi respons kognitif berupa fleksibilitas dan kreativitas; dapat membuat kita
lebih wise dan courageful. Banyak karya masterpiece yang menampilkan pemikiran-pemikiran
kreatif, sekaligus wise and couragefull.

I. Respons kognitif
Menurut Isen, dan Frederickson, afek positif atau valensi lebih memberi respons kognitif berupa
fleksibilitas kognitif dan kreativitas.

A. Self esteem
Self esteem atau yakin pada kemampuan diri untuk mengemban tugas dan mencapai tujuan
merupakan bekal dasar kognisi positif seseorang.
1. Self efficacy
Self efficacy merupakan evaluasi diri pada kemampuannya mengatasi hambatan dan membuat
langkah-langkah yang tepat untuk mencapai tujuan. Konsep self efficacy oleh Bandura (1977)
berkembang luas. Self efficacy mendiskripsikan orang yang yakin pada kemampuannya
menghasilkan sesuatu yang diharapkan dengan aksi atau langkah-langkahnya sendiri

Anda mungkin juga menyukai