KKN UII
maupun kemandirian. Semua itu demi mempersiapkan dia untuk tumbuh menjadi pribadi yang matang, sehingga kelak ia akan mampu menjalani kehidupannya dengan baik, termasuk ketika ia harus mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya kelak. Tapi, yakinkah Anda telah menggunakan gaya pengasuhan yang tepat untuknya? Coba simak beberapa gaya pengasuhan di bawah ini: - Otoriter Anda mungkin menganggap semua peraturan yang Anda terapkan adalah demi kebaikan anak. Tak heran kalau Anda menganggap sudah seharusnya ia mematuhi semua peraturan itu dengan baik. Jadi kalau tak patuh, bila perlu ya dihukum. Bahkan hukuman fisik pun, menurut Anda, sah-sah saja. - Neglectful Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan seperti ini tidak terlalu peduli pada kehidupan anak. Akibatnya, anak seringkali merasa diabaikan karena orangtua terlalu sibuk dengan kepentingan mereka sendiri. Biasanya anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, kurang bisa bersosialisasi, dan kerap merasa dirinya kurang berharga. - Indulgent Orangtua dengan gaya pengasuhan seperti ini selalu menuruti keinginan anak dan cenderung membiarkan anak berbuat semaunya. Mereka menganggap hal itu adalah wujud rasa sayang, tanpa menyadari bahwa hal itu justru bisa menjerumuskan anak, membuat anak cenderung egois dan tidak mampu mengontrol diri. - Otoritatif Dengan gaya pengasuhan ini orangtua selalu mendorong anak untuk mandiri, namun menerapkan batasan yang jelas. Mereka juga selalu bersikap hangat dan penuh kasih sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang bahagia, punya kemampuan menyelesaikan masalah, dan pintar bersosialisasi. Kira-kira gaya pengasuhan mana yang sudah atau akan Anda terapkan? Selagi belum terlambat, sebaiknya arahkan gaya pengasuhan Anda menjadi otoritatif. Dengan gaya itulah anak akan merasa memperoleh kesempatan untuk didengar dan diperhatikan, namun kontrol tetap berada di tangan Anda.
Tahukah Anda, kekerasan fisik bisa menyebabkan keseimbangan emosi anak terganggu. Bahkan, tak jarang perilaku ia juga bisa makin 'liar'.
Masalahnya, ketika anak berbuat kesalahan, hampir 90 persen orang tua mengaku pernah memberikan hukuman fisik. Padahal sudah banyak psikolog melarang orang tua menghukum anak secara fisik, karena dapat berlanjut ke kekerasan fisik. Sebuah penelitian dari University of New Orleans, AS, menyimpulkan tiga hukuman untuk anak berikut ini adalah yang paling efektif dibandingkan memukul, yaitu: 1. Mendiamkan atau memberikan mereka waktu sendiri untuk merenungi kesalahannya. Setelah itu, baru ajak dia mengobrol menanyakan apa alasan anak berulah. 2. Memberikan anak tugas rumah tambahan. 3. Tidak memperbolehkan anak melakukan aktivitas favoritnya untuk sementara. Misalnya, tak diizinkan bermain internet dan menonton teve selama seminggu. Kekerasan memang bukan solusi terbaik. Sebab, meski orang tua hanya sesekali memukul anak, tetap saja dapat membuat anak cenderung mudah stres dan tidak percaya diri. "Kuncinya adalah konsistensi. Memberikan hukuman fisik, bagi Anda mungkin cukup keras sehingga si kecil bisa menghentikan kenakalannya. Tapi, cara itu justru bisa menimbulkan masalah yang lebih besar. Lebih baik menggunakan tipe untukmendisiplinkan anak dan fokus pada konsistensi," kata Dr. Paul Frick, salah satu pengajar dariUniversity of New Orleans, AS. Pada penelitian ini, Dr. Frick dan tim peneliti mengamati dampak dari kekerasan fisik pada 98 anak. Dampaknya ternyata lebih banyak negatifnya. Pelajaran yang didapat anak justru, jika sedang marah pada seseorang, kita diperbolehkan untuk memukul. "Kuncinya adalah memiliki beragam bentuk hukuman yang tergantung pada usia anak. Pada anak yang masih di bawah 5 tahun, lebih baik diberi hukuman dengan mendiamkannya. Sedangkan bagi anak yang berusia di atas lima tahun, akan lebih baik jika diberi hukuman tambahan tugas rumah dan tidak diizinkan melakukan aktivitas favorit anak untuk sementara. Tiga cara ini cukup efektif dan tanpa menyakiti anak-anak," ujar Frick, lewat hasil penelitian ini dimuat dalam 'Journal of Applied Developmental Psychology'. Sumber:
http://www.parenting.co.id/article/usia.sekolah/3.cara.ini.efektif.menghuk um.anak/001/004/203
apakah ibu sudah mendidik anak agar dapat disiplin? Jika belum, mengapa belum melakukannya? Jika sudah, bagaimanakah cara ibu? Tolong dijelaskankan ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ......................................................................................................................................
Sikap tegas akan membuat anak tak ingin melanggar aturan. Sedangkan sikap galak hanya membuat anak takut. Katakan apa yang tidak boleh dilakukan dengan nada bicara yang tidak menekan dan jelas, sehingga anak dapat memahaminya dengan baik. Hindari kata-kata negatif seperti Jangan atau Tidak boleh. Lebih baik gunakan kalimat positif, Ayah lebih senang jika..... Tekankan pada perilaku anak, bukan pada pribadinya. Misalnya, Ibu marah karena kamu memukul teman. Jangan katakan, Kamu sukanya membuat ibu marah terus. Berteriak hanya untuk menghentikan seketika perilaku balita yang berbahaya, misalnya menyentuh api, bukan untuk memarahi anak. Katakan, Stop! Jangan disambung, Kamu nakal! Tanyai balita mengapa dia mau memegang api, lalu jelaskan alasan Anda melarangnya. Hindari gertak sambal. Jika Anda menegur sekali, Anda bisa mengulanginya lagi satu kali. Jika teguran Anda masih tidak dia hiraukan, pertimbangkan hukuman secara bijak, yakni dengan mengambil apa yang menjadi kesenangan anak. Pastinya menegur atau memarahi sampai memukul bukan merupakan hukuman yang efektif untuk balita. Jika Anda sudah terlanjur marah atau emosi, tenangkan diri Anda dulu sebelum memarahi balita Anda.
Sumber :
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/tips/tips.menegur.balita/001/005/459 /1/1
4. Ajarkan waktu yang tepat. Anda jelaskan pula kapan saatnya ia bisa atau harus mengalah kepada temannya, dan kapan ia harus berkata tidak, terutama bila temannya punya tujuan yang kurang baik. Misalnya
1. Bangun rasa percaya diri. Seringkali anak selalu mengalah terhadap anak lain karena ia tak berani menampilkan dirinya sendiri, apalagi melawan orang lain yang dirasakan mengganggunya. Untuk itu, bantu anak membangun rasa percaya dirinya. Jelaskan bahwa ia punya kemampuan sama seperti teman-teman bermain di lingkungannya. Dia sama pintarnya, sama beraninya, sama cakapnya dan lain sebagainya. 2. Beri kesempatan bersosialisasi. Adakalanya anak kurang mendapatkan kesempatan berinteraksi sosial dengan anak sebaya di lingkungannya. Anak jadi kuper (kurang pergaulan), pemalu dan kurang percaya diri untuk berinteraksi. Ajak anak berinteraksi dengan anak sebayanya, Misalnya saat berkumpul bersama sepupu-sepupu seusianya, bermain bersama anak-anak tetangga, atau bermain bersama temantemannya di sekolah. 3. Latih berkata tidak. Kemampuan menuruti dan minta tolong atau pendapat orang lain yang lebih baik, perlu dikembangkan pada anak sejak dini. Seiring dengan pengembangan kemampuan ini, anak perlu juga dilatih berani berkata tidak terhadap hal-hal yang dirasakannya tidak sesuai dengan nilai, keyakinan dan harga dirinya. Jelaskan pada si 4 tahun bila ia merasa keberatan atau tidak nyaman terhadap sesuatu yang diminta orang lain. Dia berhak untuk berkata tidak!
sang teman ingin menguasai anak atau melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya bullying. 5. Pola asuh dan komunikasi hangat. Untuk mengembangkan keterampilan sikap asertif pada anak, orang tua perlu mendukung dengan memberi pola asuh dan komunikasi hangat dan terbuka. Anak semakin memahami arti penting dari sikap asertif dan berhasil menerapkannya bila ia mendapatkan dukungan positif dari pola asuh dan komunikasi hangat tersebut. Pola asuh yang sebaliknya akan menumbuhkan sikap ragu, kurang berani, mudah cemas dan selalu mengikuti apa yang dimaui orang lain tanpa berani menyatakan pendapatnya. 6. Hargai usaha asertif anak. Jangan lupa beri pujian dan dukungan atas usahanya untuk bersikap asertif. Hindari mengritik, tak menghargai dan memberi label negatif kepada anak. Sumber :
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/tips/6.kiat.tumbuhkan.sikap .asertif.anak/001/005/709/1/1
Bagaimanakah cara ibu menghukum anak? Tolong dijelaskan ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... .......................................................................................................................................
....................................................................................................................................... .......................................................................................................................................
mengenai kebiasaan dan jadwal pipis dan balita. Konsisten membimbing balita akan membuatkan cepat paham dan maik trampil memakai toilet. 5. Pakai cara seru. Lambungkan kreativitas Anda untuk mengajak balita melakukan toilet training agar lebih seru. Anda dapat memasang obat khusus yang tidak berbahaya untuk membuat air di kloset menjadi biru, memasang papan target untukbalita menempel stiker tanda berhasil memakai pispot/toilet dengan benar. Atau menempatkan boneka favorit sebagai teman ketika pipis atau pup, dan cara lainnya. Agar ia gebira dan selalu bersemangat melakukan toilet training. 6. Beri pujian. Rayakan bila ia berhasil melakukan pipis dan pup dengan benar. Hadiahi dengan pujian. Jadikan hal toilet training sesuatu yang penting dan terbaik dalam hidupnya. Kalaupun terjadi kecelakaan hindari untuk menhukumnya, katakan saja Anda tidak suka. Wajah marah dan kecewa Anda, hanya akan membuatnya takut dan malah lebih sering tidak mau mengatakan bahwa ia ingin pipis atau pup.
Sumber :
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/Tips/6.trik.toilet.training/001/ 005/359/1/1
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/Tips/agar.balita.aman.saat.ber main/001/005/488/1/1
1. Lincah dan aktif. Dunia anak sehat adalah dunia yang ceria dan dinamis. Mereka tak berhenti bergerak dan berceloteh. Hal ini antara lain ditunjang oleh otot-otot tubuhnya yang lentur, sehingga balita luwes menekuk sendi srluruh tubunya. Untuk itu, waspda jika balita tiba-tiba lesu, karena mungkin saja dia sedang tidak enak badan namun enggan mengatakannya. 2. Bahagia dan responsif. Ketika diajak bicara,balita menunjukkan kontak mata yang responsif. Untuk menstimulasinya, ajak anak bicara setiap ada kesempatan. Saat makan, bermain, atau diajak bepergian. Biasakan berbicara dengan melihat mata balita. 3. Rambut tidak mudah kusam dan rontok.Jangan abaikan bila rambut balita mudah rontok dan tampak kusam. Bisa jadi dia kekurangan zat gizi tertentu, seperti vitamin B kompleks dan mineral seng (zinc). Sebaliknya, dengan rambut mengilap dan kuat, menunjukkan bahwa balita cukup gizi, serta kebersihan rambut dan kulit kepalanya terjaga. 4. Gigi cemerlang. Jika di usia setahun gigi pertamanya belum juga tumbuh, bisa jadibalita kekurangan kalsium. Biasakan ke dokter gigi 6 bulan sekali untuk pemeliharaan. 5. Gusi merah muda, tak mudah berdarah. Jika mudah berdarah ad akemungkinan mengalami defisiensi (kekurangan) vitamin C. gusi dan gigi yang sehat dan terawatt juga membuat mulut bayi tak bau busuk. 6. Kulit bersih dan jika luka mudah sembuh. Dalam kondisi sehat, selsel kulit juga menjadi lebih cepat emperbaiki diri ketika terjadi luka. 7. Kuku merah muda (tidak pucat) dan tidak rapuh. Ini menunjukkan bahwa balitatidak mengalami anemia (kekurangan sel darah merah) dan tidak kekurangan mineral kalsium. 8. Suhu tubuh antara 36,5C 37,5C. Tak perlu mengecek suhu setiap saat, cukup amati perilakunya saja. Kelincahan dan cerianya bisa jadi pertanda suhu tubuhnya normal. Jika tampak lesu, baru cek suhu tubuh. 9. Makan lahap. Jika di usia 2 tahun anak masih melepeh makanannya, misalnya, bisa jadi dia mengalami gangguan mengunyah dna menelan makanan, karena ia tak melalaui tahap emas belajar makan dengan
baik di usia 6-12 bulan. Gangguan makan bis amengakibatkan kurang gizi dan menggangu kemampuan bicara , karena kerja otot oromotor di organ mulut berkaitan erat dengan keterampilan bicara. 10. Tidur lelap dalam waktu cukup. Di bawah usia 5 tahun perlu tidur sekitar 10 jam sehari. Sehingga sel-sel saraf otak berkembang baik untuk mendukung kecerdasannya. 11. BAB lancar. Buang air besar (BAB) teratur, tidak pernah sembelit dan diare, menunjukkan organ pencernaanya baik. Sembelit berkepenjangan dapat mengakibatkan gangguan organ dalam karena sisa makanan terlalu lama tersimpan di perut dan terjadinya ambeien karena anak sering mengejan. Sementara diare menunjukkan ada gangguan alat pencernaan, sehingga penyerapan makanan kurang baik. 12. Cocok dengan KMS. Kartu Menuju Sehat (KMS) atau agenda tumbuh kembangbalita dari dokter jadikanlah alat untuk memantau perkembangan balita. Bila ada penyimpangan, jangan tunda konsultasikan dengan dokter agar segera ditangani. 13. Antusias bermain. Anak sehat selalu antusia bermain, kecuali bila dia sedang mengantuk. 14. Bentuk kaki normal. Ketika lahir bentuk kaki O, biasanya menjelang usia 2 tahun akan berangsur normal. Jika setelah usia 3 tahun kakai balit amasih tampak O atau X, sebaiknya periksakan ke dokter, mungkin saja butuh pertolongan khusus. Lebih cepat terdeteksi, lebih maksimal hasil koreksinya. 15. Harum baunya. Berkeringat boleh, tapi sebaiknya segera dilap dan diganti bajunya, sehingga bau tubuh tidak menyengat. Keringat yang tidak dilap dan tubuh yang jarang dibersihkan, bis amenjadi sumber munculnya penyakit.
Sumber:
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/Tips/15.tanda.balita.sehat/001 /005/723/1/1
Sumber:
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/Tips/3.kalimat.tolakan.jitu.had api.tuntutan.balita/001/005/234/1/1
1. Tanyakan pada pasangan, bagaimana dulu dia dibesarkan karena biasanya gaya pengasuhan berulang. Kita mengambil banyak nilai yang ditanamkan oleh orang tua kita dulu. Mencari tahu latar belakang bagaimana dulu dia dibesarkan oleh orang tuanya, bisa memberi gambaran bagaimana gaya pengasuhan yang dianut pasangan. 2. Tidak ada perasaan terpendam. Bila ada cara pendisiplin yang tidak Anda setujui jangan diam saja, utarakan! Sebaiknya setiap sebulan sekali Anda dan pasangan duduk bersama membahas masalah ini. Tuliskan beberapa hal yang mengganjal. Ini kesempatan Anda jujur dan harus saling mendengarkan dan menghargai pendapat masing-masing. Tujuannya bukan untuk menguasai, tapi Anda dan pasangan bisa mendapatkan peraturan dimana Anda berdua bisa merasa nyaman menerapkannya. 3. Terima sedikit perbedaan. Mustahil berharap pasangan akan punya pandangan yang sama persisi dalam mendisiplinkan anak. Begitu pula, dia juga tidak akan selalu mengikuti semua keinginan Anda. Namun dengan mempertahakan sedikit individualitas Anda, termasuk saat mendisiplinkan anak, berarti Anda mendidik kecerdasan emosional anak. Anak belajar dari apa yang dia harapkan dari satu orang dewasa lawan orang dewasa lainnya. Ini adalah hal yang baik. 4. Tidak di depan anak. Ketika Anda dan pasangan mulai bicara strategi mendisiplin anak, pilih tempat tenang, dimana hanya Anda berdua saja. Misalnya malam hari saat anak sudah tidur. Bicaralah dengan kepala dingin. 5. Terus eksplorasi. Ada berbagai pilihan dalam mendisiplin anak, seimbangkan antara pro dan kontra. Kembangkan satu set peraturan dan
konsekuensi yang disetujui bersama. Namun, Anda harus siap untuk menyesuaikannya lagi atau bahkan mengubah seluruh aturan tersebut bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak berjalan dengan baik. Anda dan pasangan harus terbuka untuk kompromi. 6. Selalu satu kata di depan anak, jangan tunjukkan ketidaksetujuan di depannya. Anak melihat Anda sebagai orang yang memberi keamanan dan cinta dalam hidup mereka. Bila anak melihat kedua orang tuanya beradu pendapat, terutama tentang dirinya, bisa menggoyahkan pemahamannya. Anak bisa marah atau ketakutan dan merasa menjadi penyebab pertengkaran orang tuanya. Ini bisa menyebabkan kepercayaan dan kesadaran dirinya berkurang. 7. Selalu cek dengan pasangan. Misalnya, dia mengatakan kalau ayah mengizinkannya membereskan mainan nanti setelah nonton film, padahal ada aturan langsung mengembalikan mainan ke tempatnya setelah main. Sebaiknya, buat persetujuan bersama jika Anda akan memberi izin setelah Anda berbicara dengan pasangan. Atau katakan padanya dia butuh dua "iya" dari ayah danbunda sebelum dia boleh melakukan hal tersebut. 8. Jangan bawa nama keluarga, terutama saat Anda tidak setuju dengan pasangan. Jangan ucapkan kalimat ini: Kamu suka teriak dan marah-marah, sama seperti ayah kamu!" Bila Anda mengatakan hal itu, sama saja dengan meremehkan pasangan. Dia juga akan semakin bertahan dengan pendiriannya. Hal ini membuat kompromi untuk mencari titik temu solusi cara pendisiplinan anak semakin sulit dicapai. 9. Jangan menyerah bila pasangan tidak mau membicarakan cara mendisiplin anak. Memang akan lebih sulit untuk menemukan cara menyatukan pandangan Anda dalam mendisiplin anak, tapi Anda tak boleh diam saja. Anda adalah orang yang paling mengenal pasangan sehingga Anda tahu bagaimana caranya mengajak dia mau membicarakan masalah tersebut. Misalnya, Anda bisa menanyakan apa saja perilaku anak yang membuat Anda kesal dan apa ide dia untuk mengatasi masalah tersebut.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Psikologi/mendisiplinkan.anak.har us.kompak/001/007/871/1/1