NIM : 21003297
JALUR : PPKHB SUMATERA UTARA
Asesmen dapat dilakukan secara formal dan informal; Asesmen formal dapat
dilakukan dengan menggunakan tes-tes baku. Instrument tes baku untuk asesmen
kesulitan belajar matematika dapat digolongkan menjadi dua yaitu tes-survai atau prestasi
dan tes-diagnostik. Asesmen formal yang berupa tes baku perlu terlebih dahulu diuji
validitas dan reliabilitasnya (Moch. Bahak Udin By; Arifin & Nurdyansyah, 2018).
Jenis asesmen informal dapat dibagi sebagai berikut:
a. Inventori. Inventori adalah bentuk tes yang dibuat oleh guru yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan anak dalam bidang studi matematika. Apabila setelah tes
diberikan kemudian ditemukan suatu kesulitan pada anak, tes diagnostik yang lebih
ektensif dapat diberikan pada anak.
b. Tes buatan guru yang didasarkan atas kurikulum. Untuk memperoleh informasi yang
berguna untuk merencanakan program pembelajaran, seorang guru harus dapat
menyusun tes analisis dengan menekankan pada kurikulum yang digunakan. Tes ini
untuk mengetahui kemampuan anak secara umum dan keseluruhan. Selanjutnya guru
merancang suatu instrumen pemeriksaan informal yang lebih khusus dari bidang
kesulitan belajar yang ditemukan.
c. Analisa kekeliruan siswa. Ada berbagai kekeliruan umum dilakukan untuk anak
berkesulitan belajar berhitung adalah:
1) Kekurangan tentang simbol
2) Kekurangan pemahaman nilai tempat
3) Kekurangan pemahaman dalam melakukan perhitungan (komputasi).
Dari penjelasan diatas asesmen dilakukan untuk menentukan bagaimana anak yang
mengalami kesulitan dalam belajar matematika dengan tiga cara asesmen yaitu tes,
pengamatan dan wawancara sebagai berikut:
a. Berpedoman pada hasil ujian mid semester; yaitu anak yang memiliki nilai dibawah
rata-rata kelas.
b. Melalui wawancara pada guru kelas; dengan cara menanyakan anak yang sering
mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika yang disampaikan guru.
1
2. ASESMEN KESULITAN MATEMATIKA
Hasil Penilaian
No Kompetensi Dasar
Baik Cukup Kurang
Anak mengenal bentuk angka 0 sampai
1
dengan urut 9
2 Anak memahami besar kecil angka
Anak mengenal tanda-tanda hitung ( +, -, :,
3
=, >, <, % )
Anak mampu mengoperasionalkan
4
bilangan
Ananak mampu menulis bilangan yang
5
diminta
Anak memahami bentuk bilangan satuan,
6
belasan, puluhan, ratusan, dsb
7 Sering salah membilang dengan urut
Sulit membedakan bangun-bangun
8
geometri
9 Salah dalam menjumlahkan
2
Dalam pelaksanaan pembelajaran mencakup penyiapan pendekatan, strategi, metode
dan teknik pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang digunakan.
Strategi/metode/teknik pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan
teknik jari dan bernyanyi, strategi ini pertama kali ditemukan dan digunakan oleh salah
seorang guru (dengan inisial SM) yang sehari-hari mengajar siswa-siswa yang mengalami
kesulitan atau hambatan dalam akademiknya atau siswa berkebutuhan khusus yang sulit
dalam menghapal dan mengerjakan perhitungan perkalian. Alat yang digunakan dalam
strategi ini adalah jari dan lagu. Menurut Sri, pembelajaran perhitungan perkalian dengan
menggunakan gerak tubuh dari diri anak, akan membuat anak lebih kuat memori
ingatannya. Lagu yang digunakan dalam strategi ini adalah lagu yang nadanya
menggunakan lagu anak-anak seperti naik ke puncak gunung untuk perkalian dua, lagu
gelang sipatu gelang untuk perkalian tiga, lihat kebunku untuk perkalian empat, dan
twinkle litle star untuk perkalian lima. Lirik lagu-lagu tersebut diubah liriknya menjadi
kelipatan angka-angka