DOSEN PENGAMPU:
RAHMATRISILVIA, M.Pd
KELOMPOK 2 :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdullilah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga kami pada akhirnya bisa menyelesaikan tugas Perspektif Pendidikan dan
Pembelajaran Anak Tunagrahita tentang Klasifikasi, Karakteristik Belajar, Sosial
dan Kognitif Anak Tunagrahita tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga tugas ini dapat disusun dengan
baik. Semoga tugas yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu
serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. KESIMPULAN ................................................................................ 10
B. SARAN ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis anak
akan mengalami 2 proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Proses
pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
dan pengalaman orang tua. Beberapa anak mengalami kegagalan atau
gangguan tumbuh kembang, yaitu penyandang cacat fisik dan mental.
Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan pertumbuhan
dan perkembangan yang disertai gangguan pada fisik, emosi, mental, sosial
dan intelegensi yang memerlukan penanganan dan perlakuan khusus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana klasifikasi anak tunagrahita?
2. Bagaimana karakteristik belajar anak tunagrahita?
3. Bagaimana karakteristik sosial anak dengan hambatan kecerdasan?
4. Bagaimana karakteristik kognitif anak dengan hambatan kecerdasan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui klasifikasi anak tunagrahita;
2. Mengetahui karakteristik belajar anak tunagrahita;
3. Mengetahui karakteristik sosial anak dengan hambatan kecerdasan;
4. Mengetahui karakteristik kognitif anak dengan hambatan kecerdasan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ada lima orang anak berusia 10 tahun. Si A, IQ-nya 100 (normal);
si B IQ-nya 70 -55; si C IQ-nya 55 - 40; si D IQ-nya 40 - 25; dan si E IQ-
nya 25 ke bawah. Untuk kebutuhan pendidikannya perlu ditentukan lebih
dahulu umur kecerdasannya (mental age).
3
Pengklasifikasian / penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan
pembelajaran menurut America Association on Mental Retardation dalam
(Tunagrahita & Tunagrhita, 1992)sebagai berikut :
1. Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemmapuan dalam
akademik.
2. Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan
diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuan untuk
pendidikan secara akademik.
3. Custodial
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat
melatih anak tentang dasar dasar cara menolong diri sendiri dan
kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan
pengawasan dan dukungan terus menerus.
4
3. Retardasi mental sedang (IQ 36 – 51);
4. Retardasi mental berat ( 20 -35);
5. Retardasi sangat berat (IQ < 20); dan
6. Retadasi mental tak tergolongkan.
2. Hidrosefalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar, raut
muka kecil, tengkorak sering menjadi besar
5
3. Mikro sefalus dan makro sefalus dengan ciri-ciri ukuran kepala tidak
proporsional (terlalu kecil dan terlalu besar)
1. Metode argumentasi
2. Metode bermain
4. Metode ceramah
Metode ceramah adalah penerangan atau penuturan secara lisan oleh
guru terhadap kelas (Ramayulis, 2005:233). Metode ini menjadi metode
yang dominan dalam pembelajaran karena banyak digunakan oleh guru
sejak dulu sampai sekarang dan merupakan metode yang sangat mudah
6
diaksanakan.Penggunaan metode ceramah yang berlebihan dapat
membuat peserta didik cepat merasa bosan dan kurang menarik
perhatian, sehingga harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran.
Kondisi pembelajaran yang sesuai untuk penggunaan metode ceramah
diantaranya adalah apabila ukuran kelas besar dengan bnayak peserta
didik dan materi yang disampaikan maasih sulit untuk ditemui pada buku
pedoman peserta didik. Pada upaya menanamkan pendidikan akhlak
pada pembelajaran, metode ceramah lebih bnayak digunakan karena
mudah disesuaikan dengan materi pelajaran.
5. Metode tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode yang lebih banyak
menggunakan interaksi tanya jawab antara guru dengan siswa dalam
proses pembelajarannya. Pada penerapan metode ini pertanyaan apat
berasal dari guru untuk megukur pemahan siswa atau berasal dari siswa
untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Secara umum tujuan
penggunaan metode tanya jawab ini (Nasihin, 2009:54). Mengetahui
penguasaan siswa terhadap pengetahuan yang telah lalu. Menguatkan
pengetahuan dan gagasan pada pelajaran dengan memberi kesempatan
untuk mengajukan persoalan yan belum dipahami. Memotivasi siswa
untuk berbuat, menunjukkan kebenaran, dan membangkitkan semangat
untu maju.
6. Metode Drill
7
diribahwa siswa yang berhasil belajarnya telah memiliki keterampilan
yang akan berguna di kemudian hari. Guru lebih mudah mengontrol dan
dapat membedakan mamna siswa yang disiplin dalam belajarnya serta
mana yang kurang (Basyirudin Usman , 2005:87).
7. Metode grouping
Metode grouping adalah usaha untuk mengelompokkan atau
berkelas kelas dari materi yang akan disajikan. Metode seperti itu lebih
menguntungan bagi pembelajar tunagrahitadari pada materi disajikan
secara acak (Mumpurniati, 2007:19).
8. Metode Pengantara (mediation)
Metode ini merupakan sesuatu untuk mengantarai atau
menghubungkan. Dalam pembelajaran verbal, mediator menunjiuk pada
proses individu menghubungkan stimulus untuk direspon
(Mumpurniati, 2007:20).
9. Metode Suri Tauladan
Dengan adanya teadan yang baik maka akan menumbuhkan hasrat
bagi orang lain untuk meniru dan mengikutinya (majid, 2009:135).
10. Metode Karya Wisata
Metode ini dimaksudkan agar anak didik dapat menggali,
memperhatikan lingkungan serta memperhatikan aneka ragam ciptaan
Allah SWT termasuk memperhatikan diri sendiri dengan tujuan
mengambil hikmahnya (majid, 2009:135).
8
2. Keseimbangan pribadinya labil
Masalah ini berkaitan dengan kesulitan dalam hubungan dengan
kelompok atau individu di sekitarnya seperti tidak mampu untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah, keluarga dan masyarakat.
3. Mudah marah dan tersinggung
Seringnya mengalami kekecewaan yang timbul dari kesukaran
menerima pelajaran dan sulitnya mengerti apa yang disampaikan oleh
orang lain kepada nya, hal ini dapat diekspresi kan dengan kemarahan.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengklasifikasian / pengglongan anak tunagrahita untuk keperluan
pembelajaran menurut America Association on Mental Retardation dalam
(Tunagrahita & Tunagrhita, 1992) sebagai berikut : Educable, Trainable,
Custodial. Pengklasifikasian anak tunagrahita untuk keperluan
pembelajaran menurut B3PTKSM (P.26) sebagai berikut: Taraf perbatasan
(border line) dalam pendidikan disebut dengan lamban belajar (slowlearner)
dengan IQ 70-85, Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded)
dengan IQ 50-75, Tunagrahita mampu latih ( dependent of proudlley
retarded) dengan IQ 30–50, Tunagrahita butuh rawat (dependent of proudlly
mentally retarded) dengan IQ 25 – 30.
Karakteristik anak tunagrahita dapat dibedakan menjadi karakteristik
belajar, karakteristik sosial dan karakteristik kognitif.
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11