DOSEN PENGAMPU:
KELOMPOK 9 :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdullilah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga kami pada akhirnya bisa menyelesaikan tugas Perspektif Pendidikan dan
Pembelajaran Anak Tunagrahita tentang Tempat, Sistem dan Tenaga Ahli Terkait
Dengan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Hambatan Kecerdasan tepat pada
waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga tugas ini dapat disusun dengan
baik. Semoga tugas yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu
serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. KESIMPULAN............................................................................... 10
B. SARAN ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan suatu anugerah yang dititipkan oleh tuhan kepada
manusia. Setiap anak memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda-
beda, ada yang memiliki keistimewaan dan ada yang memiliki potensi
kecerdasan yang berbeda setiap anak. Maka dari itu anak memiliki
kesempatan yang sama dalam segala aspek pendidikan. Karena Pendidikan
merupakan suatu aspek yang penting dalam membangun potensi atau
kemampuan seseorang, maka dari itu setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan yang tercantum di dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31
ayat 1 disebutkan “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Dan Berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 5 menyatakan bahwa “Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk mengeyam pendidikan, dan, warga negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, intelektual, mental dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus”. Berdasarkan amanah UUD 1945
dan UU No 20 tahun 2003 tersebut dapat dilihat bahwa setiap orang/setiap
warga negara di Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan termasuk anak yang memiliki kelainan fisik, emosional,
intelektual atau ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Salah satu hambatan anak berkebutuhan khusus untuk maju,
termasuk dalam mengakses pendidikan setinggi mungkin bukan pada
kecacatannya, tetapi pada penerimaan sosial masyarakat. Selama ada alat
dan mendapat penanganan khusus, maka mereka dapat mengatasi hambatan
kelainan itu. Justru yang sulit dihadapi adalah hambatan sosial, bahkan dari
dalam diri anak yang berkelainan itupun umumnya juga disebakan
pandangan sosial yang negatif pada dirinya.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja tempat dan system pendidikan?
2. Siapa saja tenaga ahli terkait dengan penyelenggaraan pendidikan anak
hambatan kecerdasan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa saja tempat dan system pendidikan;
2. Mengetahui siapa saja tenaga ahli terkait dengan penyelenggaraan
pendidikan anak hambatan kecerdasan;
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pendidikan yang diindividualisasikan; maksudnya program disusun
berdasarkan kebutuhan tiap individu. Jenjang pendidikan yang ada
di sekolah khusus ialah Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB,
lamanya 3 tahun), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB, lamanya 6
tahun), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTPLB, lamanya 3
tahun), Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB, lamanya 3 tahun).
Sekolah khusus ada yang menyediakan asrama sehingga murid
tunagrahita langsung tinggal di asrama sekolah tersebut. Terdapat
kesinambungan program pembelajaran antara yang ada di sekolah
dengan di asrama, sehingga asrama merupakan tempat pembinaan
setelah anak di sekolah. Selain itu, kelas khusus berasrama
merupakan pilihan sekolah yang sesuai bagi murid yang berasal dari
luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar jemput.
b) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
SDLB di sini berdiri sendiri dan hanya menampung anak
tunagrahita usia sekolah dasar. Model ini dibentuk agar
mempercepat pemerataan kesempatan belajar bagi anak luar biasa.
Kurikulum yang digunakan di SDLB adalah kurikulum yang
digunakan di SLB untuk tingkat dasar yang disesuikan dengan
kekhususannya. Kegiatan belajar dilakukan secara individual,
kelompok, dan klasikal sesuai dengan ketunaan masingmasing.
Pendekatan yang dipakai juga lebih ke pendekatan individualisasi.
c) Kelas Jauh
Kelas jauh adalah lembaga yang disediakan untuk memberi
pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dalam hal ini
anak tunagrahita yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB. Anak
tunagrahita tersebar di seluruh pelosok tanah air, sedangkan
sekolahsekolah yang khusus mendidik mereka masih sangat terbatas
di kota/kabupaten. Pengelenggaraan kelas jauh merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam rangka menuntaskan wajib belajar
serta pemerataan kesempatan belajar. Administrasi kelas jauh
4
banyak dikerjakan di sekolah khusus (induknya), sedangkan
administrasi kegiatan belajar mengajar dikerjakan oleh guru pada
kelas jauh tersebut. Tenaga guru yang bertugas di kelas tersebut
berasal dari guru SLBSLB di dekatnya. Mereka berfungsi sebagai
guru kunjung.
d) Guru Kunjung
Berdasarkan kalsifikasinya terdapat anak anak tunagrahita
yang mengalami kelainan berat sehingga tidak memungkinkan
untuk berkunjung ke sekolah khusus. Oleh karena itu, guru
berkunjung ke tempat anak tersebut dan memberi pelajaran sesuai
dengan kebutuhan anak.
e) Lembaga Perawatan (Institusi Khusus)
Lembaga perawatan ini disediakan khusus untuk anak
tunagrahita yang tergolong berat dan sangat berat. Di sana mereka
mendapat layanan pendidikan dan perawatan sebab tidak jarang
anak tunagrahita berat dan sangat berat menderita penyakit di
samping ketunagrahitaan.
2. Pendidikan Inklusif
Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model
Pendidikan Inklusif. Model ini menekankan pada keterpaduan penuh,
menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip "Education for All".
Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler.
Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas
dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing
oleh 2 (dua) orang guru, satu guru reguler dan satu lagi guru khusus.
Guna guru khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita
jika anak tersebut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak
diberlakukan dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Tapi saat
ini pelayanan pendidikan inklusif masih dalam tahap rintisan.
5
B. TENAGA AHLI TERKAIT DENGAN PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN ANAK HAMBATAN KECERDASAN
1. Guru
Peran guru dalam lembaga satuan pendidikan luar biasa untuk anak
tunagrahita mempunyai fungsi yang dominan terutama dalam
memberikan layanan pendidikan dan pengajaran. Guru dalam
pendidikan anak tunagrahita bukan saja diharapkan mampu
memberikan layanan pendidikan dan pengajaran sebagai tugas
primernya dengan sebaik-baiknya, tetapi juga harus sanggup
membimbing mengarahkan, melatih dan mengembangkan pribadi
anak secara optimal sesuai dengan kemampuannya masing-masing
Disamping itu guru juga diharapkan dapat mengorganisasikan
lingkungan dan menghubungkan dengan Anak Dalam proses
pembelajaran.
3. Tenaga Rehabilitasi
6
bantuan medik,sosial dan keterampilan agar mereka mampu mengikuti
pendidikan. Personil yang diperlukan untuk memberikan bantuan
sebagai dimaksud di atas meliputi :
a) Dokter
b) Psikolog
c) Pekerja Sosial
7
intelektual, keterampilan social, keterampilan gerak, keterampilan
teknik dan keterampilan produktif.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun
bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian
hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://sites.google.com/a/students.unnes.ac.id/pus/page/model-layanan-
pendidikan-abk
http://duniakhusus.blogspot.com/2011/04/tempat-dan-sistem-pendidikan-abmr-
anak.html
10