net/publication/320922330
CITATIONS READS
0 2,732
1 author:
Endang Fourianalistyawati
University of Wisconsin–Madison
57 PUBLICATIONS 25 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Endang Fourianalistyawati on 08 November 2017.
Abstrak
I. PENDAHULUAN
Psikoterapi transpersonal muncul sebagai pelebur antara tradisi-tradisi spiritual dan
kajian psikologi moderen (Cortright, 1997). Konsep psikoterapi transpersonal saat ini
menjadi pembahasan intens para pemerhati psikoterapi. Pemahaman mengenai psikoterapi
transpersonal digunakan dalam berhadapan dengan permasalahan psikologis yang luas.
Dalam perkembangannya, psikoterapi transpersonal secara eklektik bersama teknik
psikoterapi lainnya digunakan untuk menangani individu, misalnya dalam hal modifikasi
perilaku, asosiasi bebas, dan gestalt.
1
Pelaksanaan psikoterapi transpersonal sangat terkait dengan studi mengenai
potensialitas tertinggi manusia dan pengalaman spiritual, serta adanya keyakinan terhadap zat
tertinggi (Sundberg, Winebarger & Taplin, 2007). Fokus psikoterapi transpersonal, yang
membedakannya dari psikoterapi yang lain, yaitu pada pengembangan diri menuju sesuatu
yang berhubungan dengan spiritualitas (Rowan, 2002). Transpersonal meningkatkan
kesadaran yang dapat melepaskan kekuatan dalam dan memiliki kekuatan yang akan
membantu mencapai harmoni dalam diri (Effendy, 2006). Harmoni dalam diri yang terjadi
membuat keselarasan pada diri seseorang sehingga akan nyaman dengan dirinya, orang
lain, maupun lingkungan (Khim, dkk, 2005), dan merasakan dunia sekitar lebih indah dan
harmonis karena dalam diri menjadi lebih utuh (Wilber, 2002 & Rowan, 2002). Dalam
terapinya, psikologi transpersonal menggunakan banyak metode, antara lain visualisasi,
afirmasi, release, guided imagery, psikosintesis, inner speech, dan penemuan sub
kepribadian.
Penulis membahas salah satu metode dalam psikoterapi transpersonal, yaitu letting
go, atau lebih dikenal di dalam dunia psikologi dengan istilah release, yang digunakan
secara eklektik dalam berbagai teknik penanganan individu, sehingga diharapkan dapat
diketahui manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis individu.
2
Fokus psikoterapi transpersonal adalah pengembangan diri menuju suatu yang
berhubungan dengan transpersonal berupa kesadaran, pengembangan diri, pengarahan diri
sebagai navigator, kognisi, moral dan integral psikologi. Transpersonal tidak terbatas pada
fisiologis, dan mind seperti fokus pada ilmu psikoneuroimmunologi, namun juga berupa
transformasi kesadaran, mengintegrasikan pikiran, tubuh dan jiwa (mind, body, soul)
sehingga terjadi keharmonisan atau keselarasan dalam diri individu (Davis, 1997; Rueffler,
1995; Tart, 1990; Vich, 1988).
3
untuk membentuk pengalaman dan peristiwa positif yang akhirnya mempengaruhi respon
fisiologis dan psikologis (Sollod, 1993).
Penelitian ilmiah yang menggunakan metode psikoterapi transpersonal terbukti
efektif untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis pada individu. Studi yang dilakukan
Hall (Siegel, 2003) menemukan bahwa visualisasi meningkatkan jumlah sel darah putih
yang beredar dan juga tingkat timosin alfa-1, membantu menghasilkan perasaan nyaman,
yang memperlihatkan bahwa sistem kekebalan dapat langsung mempengaruhi keadaan
pikiran seseorang dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan Patterson (1999) pada
komunitas penderita kanker di Washington mengungkapkan bahwa lebih dari 70%
penderita kanker menggunakan lebih dari satu metode terapi alternatif non-medis seperti
psikoterapi untuk meningkatkan kualitas hidup secara umum dan penanganan kanker yang
diderita. Intervensi berupa afirmasi nilai personal pada penderita stres fisik dan psikis yang
dilakukan oleh Creswell, Welch, Taylor, Sherman, Gruenewald dan Mann (2004)
menunjukkan bahwa teknik afirmasi dapat meredam reaksi stres.
Beberapa penelitian lain yang menggunakan metode yang ada dalam psikoterapi
transpersonal adalah: Tapas Acupressure Technique (TAT), guided imagery, dan hipnosis
digunakan untuk mengurangi simptom depresi (Spiegel & Moore, 2000; Carr, Davis,
Donaldson, Kippes, & Syrjala, 1995; Sloman, 1995; Baider, Uziely & De-Nour, 1994).
Selain itu masih ada beberapa metode lain seperti: meditasi, psikosintesis, intuisi, yoga,
biofeedback, breath training, fokus batin, visualisasi, dreamwork, perumpamaan, dan inner
speech (Khim, 2005; Bonnadona, 2003; Margareth, 2002; Wilber, 2002; Sutherland, 2001;
Boorstein, 2000; Greyson, 2000; Mills, 2000; Rowan, 2000; Kabat, 1992).
4
perasaan terluka, marah, dendam, kebencian, serta komitmen yang salah terhadap orang
lain. Selain itu juga berarti melepaskan perilaku yang mengganggu hubungan sosial,
melepaskan perasaan dengan cara memaafkan, melepaskan ingatan-ingatan yang telah
dikenali, dimiliki, dan dipahami untuk mencapai kesehatan, dan melepaskan emosi yang
mengurung dan menekan agar menjadi bebas. Brucker (2002) menggunakan istilah letting
go dan release bagi metode terapi kelompok.
Friedman, 2002 (dalam Prabowo, 2007) menggunakan istilah letting go sebagai cara
melepaskan penilaian dan rasa dendam terhadap diri sendiri atau orang lain. Sheperd
(2007) menggunakan istilah letting go berkaitan dengan melepaskan emosi, perasaan, dan
bayangan, sedangkan istilah release digunakan untuk melepaskan emosi, perasaan yang
kuat, dan energi. Corey (2005) menggunakan istilah letting go dalam pengertian
melepaskan, berkaitan dengan luka dan dendam, dan rasa bersalah, serta pola-pola yang
merusak diri sendiri, seperti pikiran, perasaan, dan perilaku.
Release berfungsi melatih individu menyadari dan menyelami perasaan yang
menekan, kemudian melepaskan perasaan yang menekan tersebut. Menurut Sheperd
(2003), segala sesuatu yang terjadi, perasaan dan pikiran negatif yang selama ini dimiliki
seperti kuatir, cemas, takut, sedih, dan marah bersumber dari dalam diri individu. Dengan
menggunakan teknik release, individu dapat menemukan makna hidup yang lebih dalam,
merasa lebih bebas dan lebih tenang, juga dapat mengatasi gangguan perasaan dan pikiran-
pikiran negatif yang dimiliki, serta menjadikannya optimis dalam menghadapi hidup
(Wilber, 2000; Damasio,1999).
Menurut Rueffler (1995), individu mencoba mencari makna hidup yang lebih dalam
dengan cara mengenali, menerima, mentransformasi, mengintegrasikan pola pikir lama
yang membatasi, dan emosi-emosi yang mengikutinya. Dengan demikian, individu
mempunyai kemampuan untuk mengenali, menerima, mentransformasi dan akhirnya
mengintegrasikan pola pikirnya tersebut. Saat individu membuka dan menguraikan kembali
permasalahannya dimasa lampau satu persatu, individu menyadari apa yang menyebabkan
munculnya perasaan marah, takut, dan lainnya. Individu yang tidak menganggap apa yang
terjadi pada dirinya berasal dari pengaruh luar, tidak akan terpengaruh hal yang merusak
diri. Keberhasilan dalam melakukan release dapat membuka kesadaran tertinggi pada
individu, menuju kebebasan diri yang tidak ternilai harganya.
5
Berikut tahapan teknik release (Levinson dalam Shepherd, 2003; Wilber 2002; &
Damasio, 1999):
1. Fokus dan membiarkan perasaan yang sedang dialami datang (identify your feeling).
Individu membuka diri menuju pengalaman penuh dari perasaan-perasaan individu
terhadap berbagai peristiwa. Individu menerima apa adanya perasaan tersebut secara
penuh.
2. Menyelami perasaan tersebut (feel your feeling and individuate). Individu menyelami
inti dari perasaan yang ada dalam dirinya. Individu membedakan antara perasaan yang
sedang dialaminya dengan dirinya sendiri sebagai self.
3. Setelah melewati tahap di atas, individu melepaskan (release) apa yang ditekan secara
sadar dengan cara membiarkan diri merasakan perasaannya secara penuh. Perasaan
tersebut dihadirkan ke dalam kesadaran tanpa ada penolakan untuk kemudian dilepas
sepenuhnya. Selanjutnya proses release diulang sesuai dengan masalah yang sedang
dihadapi individu.
6
(2007) untuk menangani klien yang mengalami phobia. Hasil penelitian fenomenologi tentang
release oleh Fortunas (2007) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pengalaman kesadaran
manusia bersifat polaritas, dimana manusia tidak akan menemukan hal-hal positif sebelum
terjadinya hal yang negatif, dalam artian bahwa manusia melakukan suatu proses pemecahan
masalah yang berkaitan dengan perubahan diri. Dalam proses pemecahan masalah dan
pelepasan diri tersebut manusia melakukan proses release sehingga terbebas dari masalah
yang memerangkapnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa dengan
melakukan proses release, individu dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis di dalam
dirinya.
IV. PENUTUP
Aplikasi teknik release pada dasarnya hanya merupakan salah satu dari sekian banyak
teknik di dalam psikoterapi transpersonal yang digunakan untuk membantu individu dalam
meningkatkan kesejahteraan psikologis di dalam diri. Dengan penggabungan berbagai teknik
dalam psikoterapi transpersonal tentu asumsinya dapat membantu hasil yang lebih optimal
pada individu. Pembahasan secara singkat tentang teknik release ini juga diharapkan menjadi
stimulus untuk melakukan suatu penelitian yang lebih terukur dan dapat diaplikasikan, serta
menjadi khasanah yang memperkaya pengetahuan tentang psikoterapi.
7
DAFTAR PUSTAKA
Barr, L. (2003). A journey for your feelings and thoughts. Transpersonal psychotherapy:
Searching for meaning under your pain. Nexus, Colorado’c Holistic Journal.
http://www.nexuspub.com/journeys/transpersonal.htm
Burgess, C., Cornelius, V., Love, S., Graham, J., & Richards, M. (2005). Depression and anxiety in
Women with Early Breast Cancer: Five Year Observational Cohort Study. BMJ. March 26,
330, 702
Creswell, J. D., Welch, W. T., Taylor, S. E., Sherman, D. K., Gruenewald, T. L., & Mann, T.
(2004). Affirmation of Personal Values Buffers Neuroendocrine and Psychological Stress
Responses. Journal of Personality and Social Psycology. UCLA Department of Psychology,
Franz Hall
Damasio, A. (1999). The Feeling Of What Happens. Orlando : The Ecco Press
Levine, E. G., & Targ, E. (2002). Spiritual Correlates of Functional Well-being in Women With
Breast Cancer. Journal Integrative Cancer Therapies, I (2), 166 – 174
Retnowati, S. (1990). Efektivitas Terapi Kognitif dan Terapi Perilaku pada Penanganan
Gangguan Depresi. Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Retnowati. S. (2004). Depresi pada Remaja: Model Integrasi Penyebab Depresi dan Intervensi
8
Depresi pada Remaja. Disertasi (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada
Spiegel D, Moore R. (2000). Imagery and hypnosis in the treatment of cancer patients. Tanggal
diakses 16 Maret 2006. http: //www .innervisi onstudioi nc.com
/orderguided_imagery.html#ws1. Department of Psychiatry and Behavioral Sciences,
Stanford University.
Tart, C. (1990). Altered States of Consciousness, 3rd edition. San Francisco: Harper
Walker, E. (2000). Study: Relaxation Techniques Help Cancer Patients London (Reuters) –
April 15, 2000, 10:34 Am. Tanggal diakses 16 Maret 2006.
http://www.innervisionstudioinc.com/research/
Yahya, H. (2006). Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan Agama. Tanggal diakses 6 Mei
2006. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0410/09/humaniora/1314929.htm.