Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320922330

PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL(RELEASE) DALAM MENINGKATKAN


KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS INDIVIDU

Conference Paper · March 2010

CITATIONS READS

0 2,732

1 author:

Endang Fourianalistyawati
University of Wisconsin–Madison
57 PUBLICATIONS   25 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Positive Mental Health Intervention for Indonesian Community View project

Mindfulness and Well being of Pregnant women in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Endang Fourianalistyawati on 08 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL(RELEASE) DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS INDIVIDU

Endang Fourianalistyawati, M.Psi, Psi


Fakultas Psikologi Universitas YARSI
endang.fouriana@yarsi.ac.id

Abstrak

Psikologi transpersonal dikembangkan oleh tokoh psikologi humanistik antara lain


Abraham Maslow, Ken Wilber, dan Charles Tart. Aliran ini menaruh perhatian pada
dimensi spiritual manusia yang mengandung potensi dan kemampuan luar biasa, yang
sejauh ini terabaikan dari telaah psikologi kontemporer. Pelaksanaan psikoterapi
transpersonal sangat terkait dengan studi mengenai potensialitas tertinggi dari manusia dan
pengalaman spiritual, serta adanya keyakinan terhadap zat tertinggi.
Konsep psikoterapi transpersonal yang pembahasannya dominan pada konsep
spiritualitas, sering dikaitkan dengan sudut pandang religiusitas, oleh karena itu penulis
mencoba membahas konsep psikoterapi transpersonal yang berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan psikologis individu.
Adapun pemilihan psikoterapi transpersonal didasarkan pada penelitian yang
dilakukan penulis sebelumnya mengenai metode psikoterapi transpersonal dalam
menurunkan tingkat depresi pada sekelompok pasien kanker payudara. Tujuan penelitian
tersebut adalah untuk mengarahkan subjek mencapai tahap kesadaran tertinggi atau ASC
(altered state of consciousness) terhadap kondisi dirinya, sehingga dapat bersikap dengan
tepat untuk mencapai kesembuhan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan tingkat
depresi pada kelompok eksperimen setelah diberikan psikoterapi.

Kata Kunci : Psikoterapi transpersonal, kesejahteraan psikologis individu

I. PENDAHULUAN
Psikoterapi transpersonal muncul sebagai pelebur antara tradisi-tradisi spiritual dan
kajian psikologi moderen (Cortright, 1997). Konsep psikoterapi transpersonal saat ini
menjadi pembahasan intens para pemerhati psikoterapi. Pemahaman mengenai psikoterapi
transpersonal digunakan dalam berhadapan dengan permasalahan psikologis yang luas.
Dalam perkembangannya, psikoterapi transpersonal secara eklektik bersama teknik
psikoterapi lainnya digunakan untuk menangani individu, misalnya dalam hal modifikasi
perilaku, asosiasi bebas, dan gestalt.

1
Pelaksanaan psikoterapi transpersonal sangat terkait dengan studi mengenai
potensialitas tertinggi manusia dan pengalaman spiritual, serta adanya keyakinan terhadap zat
tertinggi (Sundberg, Winebarger & Taplin, 2007). Fokus psikoterapi transpersonal, yang
membedakannya dari psikoterapi yang lain, yaitu pada pengembangan diri menuju sesuatu
yang berhubungan dengan spiritualitas (Rowan, 2002). Transpersonal meningkatkan
kesadaran yang dapat melepaskan kekuatan dalam dan memiliki kekuatan yang akan
membantu mencapai harmoni dalam diri (Effendy, 2006). Harmoni dalam diri yang terjadi
membuat keselarasan pada diri seseorang sehingga akan nyaman dengan dirinya, orang
lain, maupun lingkungan (Khim, dkk, 2005), dan merasakan dunia sekitar lebih indah dan
harmonis karena dalam diri menjadi lebih utuh (Wilber, 2002 & Rowan, 2002). Dalam
terapinya, psikologi transpersonal menggunakan banyak metode, antara lain visualisasi,
afirmasi, release, guided imagery, psikosintesis, inner speech, dan penemuan sub
kepribadian.
Penulis membahas salah satu metode dalam psikoterapi transpersonal, yaitu letting
go, atau lebih dikenal di dalam dunia psikologi dengan istilah release, yang digunakan
secara eklektik dalam berbagai teknik penanganan individu, sehingga diharapkan dapat
diketahui manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis individu.

II. PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL


a. Pengertian
Transpersonal merupakan cabang ilmu psikologi yang membahas keadaan dan proses
pengalaman manusia secara lebih mendalam dan luas, serta memiliki dimensi spiritual.
Asumsi umum dalam psikologi transpersonal adalah pengalaman transpersonal melibatkan
kesadaran yang lebih tinggi pada diri individu, yang mengungkap potensialitas tertinggi
individu, dan menggunakan metode yang terlibat dalam pencapaian inspirasi (Sundberg,
Winebarger, & Taplin, 2007). Psikoterapi transpersonal bekerja dengan membangun cara
bagaimana individu mencapai kesadaran tertinggi. Individu diarahkan untuk mencapai
tahap kesadaran tertinggi (altered state of consciousness) terhadap kondisi dirinya sehingga
individu dapat menyadari penyebab dari permasalahannya, yang selanjutnya dapat
diketahui solusi yang tepat untuk penanganannya (Vaughan, 1979).

2
Fokus psikoterapi transpersonal adalah pengembangan diri menuju suatu yang
berhubungan dengan transpersonal berupa kesadaran, pengembangan diri, pengarahan diri
sebagai navigator, kognisi, moral dan integral psikologi. Transpersonal tidak terbatas pada
fisiologis, dan mind seperti fokus pada ilmu psikoneuroimmunologi, namun juga berupa
transformasi kesadaran, mengintegrasikan pikiran, tubuh dan jiwa (mind, body, soul)
sehingga terjadi keharmonisan atau keselarasan dalam diri individu (Davis, 1997; Rueffler,
1995; Tart, 1990; Vich, 1988).

b. Metode Psikoterapi Transpersonal


Penggunaan metode transpersonal dengan berbagai teknik dalam melakukan
psikoterapi sepenuhnya bersifat eklektik, mencoba merangkum dan menyusun kembali
berbagai macam teknik dan memahami sumber-sumber dari konsep-konsep psikologis dan
religius dengan sudut pandang yang lebih luas. Psikoterapi ini digunakan untuk menangani
berbagai macam permasalahan, mulai dari bagaimana menghilangkan ketergantungan
terhadap sesuatu, sampai pada penanganan terhadap kondisi traumatis.
Berikut ini merupakan berbagai pendekatan yang digunakan secara eklektik bersama
dengan pendekatan transpersonal (Sollod, 1993), diantaranya adalah: Rogers (1980),
menggunakan metode transpersonal dalam melakukan psikoterapi berupa client-centered
therapy. Sollod (1982), Fodor (1971), dan Bakan (1958) menggunakan metode
transpersonal dalam melakukan psikoterapi freudian yaitu mengutamakan pentingnya
menuangkan analisis mimpi, atau mengutamakan analisis terhadap pikiran subconscious,
kemudian menyadari pikiran tersebut, sehingga akhirnya dapat mengetahui penyelesaian
dari permasalahan yang ada. Selain itu Ellis (1970) menggunakan metode transpersonal
dalam menemukan insight pada pendekatan rational-emotive therapy. Kepner (1987)
memberikan metode transpersonal dengan menggunakan teknik pengintegrasian kerja
tubuh dengan psikoterapi gestalt. Penggunaan psikoterapi transpersonal dengan teknik
visualisasi, afirmasi, dan release merupakan teknik yang biasa digunakan oleh psikoterapis
kognitif. Penggunaan teknik tersebut dalam pendekatan kognitif bertujuan untuk
memunculkan potensialitas tertinggi dari individu dengan mengarahkan dan menyadari
pikiran dan perasaannya. Selain itu teknik tersebut menggunakan kemampuan pikiran

3
untuk membentuk pengalaman dan peristiwa positif yang akhirnya mempengaruhi respon
fisiologis dan psikologis (Sollod, 1993).
Penelitian ilmiah yang menggunakan metode psikoterapi transpersonal terbukti
efektif untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis pada individu. Studi yang dilakukan
Hall (Siegel, 2003) menemukan bahwa visualisasi meningkatkan jumlah sel darah putih
yang beredar dan juga tingkat timosin alfa-1, membantu menghasilkan perasaan nyaman,
yang memperlihatkan bahwa sistem kekebalan dapat langsung mempengaruhi keadaan
pikiran seseorang dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan Patterson (1999) pada
komunitas penderita kanker di Washington mengungkapkan bahwa lebih dari 70%
penderita kanker menggunakan lebih dari satu metode terapi alternatif non-medis seperti
psikoterapi untuk meningkatkan kualitas hidup secara umum dan penanganan kanker yang
diderita. Intervensi berupa afirmasi nilai personal pada penderita stres fisik dan psikis yang
dilakukan oleh Creswell, Welch, Taylor, Sherman, Gruenewald dan Mann (2004)
menunjukkan bahwa teknik afirmasi dapat meredam reaksi stres.
Beberapa penelitian lain yang menggunakan metode yang ada dalam psikoterapi
transpersonal adalah: Tapas Acupressure Technique (TAT), guided imagery, dan hipnosis
digunakan untuk mengurangi simptom depresi (Spiegel & Moore, 2000; Carr, Davis,
Donaldson, Kippes, & Syrjala, 1995; Sloman, 1995; Baider, Uziely & De-Nour, 1994).
Selain itu masih ada beberapa metode lain seperti: meditasi, psikosintesis, intuisi, yoga,
biofeedback, breath training, fokus batin, visualisasi, dreamwork, perumpamaan, dan inner
speech (Khim, 2005; Bonnadona, 2003; Margareth, 2002; Wilber, 2002; Sutherland, 2001;
Boorstein, 2000; Greyson, 2000; Mills, 2000; Rowan, 2000; Kabat, 1992).

c. Teknik Release dalam Psikoterapi Transpersonal


Teknik release sering digunakan dalam psikoterapi transpersonal, terutama dalam
kasus-kasus yang melibatkan emosi yang berkaitan dengan perasaan-perasaan yang
biasanya mengganggu pada individu, dan perasaan tersebut ditekan secara tidak sadar
(repress).
Istilah release dalam makalah ini, pada beberapa ahli sering digunakan dengan istilah
letting go, namun pada intinya mengandung arti yang sama yaitu melepaskan. Bedell
(dalam Prabowo, 2007) menggunakan istilah letting go untuk melepaskan emosi atau

4
perasaan terluka, marah, dendam, kebencian, serta komitmen yang salah terhadap orang
lain. Selain itu juga berarti melepaskan perilaku yang mengganggu hubungan sosial,
melepaskan perasaan dengan cara memaafkan, melepaskan ingatan-ingatan yang telah
dikenali, dimiliki, dan dipahami untuk mencapai kesehatan, dan melepaskan emosi yang
mengurung dan menekan agar menjadi bebas. Brucker (2002) menggunakan istilah letting
go dan release bagi metode terapi kelompok.
Friedman, 2002 (dalam Prabowo, 2007) menggunakan istilah letting go sebagai cara
melepaskan penilaian dan rasa dendam terhadap diri sendiri atau orang lain. Sheperd
(2007) menggunakan istilah letting go berkaitan dengan melepaskan emosi, perasaan, dan
bayangan, sedangkan istilah release digunakan untuk melepaskan emosi, perasaan yang
kuat, dan energi. Corey (2005) menggunakan istilah letting go dalam pengertian
melepaskan, berkaitan dengan luka dan dendam, dan rasa bersalah, serta pola-pola yang
merusak diri sendiri, seperti pikiran, perasaan, dan perilaku.
Release berfungsi melatih individu menyadari dan menyelami perasaan yang
menekan, kemudian melepaskan perasaan yang menekan tersebut. Menurut Sheperd
(2003), segala sesuatu yang terjadi, perasaan dan pikiran negatif yang selama ini dimiliki
seperti kuatir, cemas, takut, sedih, dan marah bersumber dari dalam diri individu. Dengan
menggunakan teknik release, individu dapat menemukan makna hidup yang lebih dalam,
merasa lebih bebas dan lebih tenang, juga dapat mengatasi gangguan perasaan dan pikiran-
pikiran negatif yang dimiliki, serta menjadikannya optimis dalam menghadapi hidup
(Wilber, 2000; Damasio,1999).
Menurut Rueffler (1995), individu mencoba mencari makna hidup yang lebih dalam
dengan cara mengenali, menerima, mentransformasi, mengintegrasikan pola pikir lama
yang membatasi, dan emosi-emosi yang mengikutinya. Dengan demikian, individu
mempunyai kemampuan untuk mengenali, menerima, mentransformasi dan akhirnya
mengintegrasikan pola pikirnya tersebut. Saat individu membuka dan menguraikan kembali
permasalahannya dimasa lampau satu persatu, individu menyadari apa yang menyebabkan
munculnya perasaan marah, takut, dan lainnya. Individu yang tidak menganggap apa yang
terjadi pada dirinya berasal dari pengaruh luar, tidak akan terpengaruh hal yang merusak
diri. Keberhasilan dalam melakukan release dapat membuka kesadaran tertinggi pada
individu, menuju kebebasan diri yang tidak ternilai harganya.

5
Berikut tahapan teknik release (Levinson dalam Shepherd, 2003; Wilber 2002; &
Damasio, 1999):
1. Fokus dan membiarkan perasaan yang sedang dialami datang (identify your feeling).
Individu membuka diri menuju pengalaman penuh dari perasaan-perasaan individu
terhadap berbagai peristiwa. Individu menerima apa adanya perasaan tersebut secara
penuh.
2. Menyelami perasaan tersebut (feel your feeling and individuate). Individu menyelami
inti dari perasaan yang ada dalam dirinya. Individu membedakan antara perasaan yang
sedang dialaminya dengan dirinya sendiri sebagai self.
3. Setelah melewati tahap di atas, individu melepaskan (release) apa yang ditekan secara
sadar dengan cara membiarkan diri merasakan perasaannya secara penuh. Perasaan
tersebut dihadirkan ke dalam kesadaran tanpa ada penolakan untuk kemudian dilepas
sepenuhnya. Selanjutnya proses release diulang sesuai dengan masalah yang sedang
dihadapi individu.

III. APLIKASI TEKNIK RELEASE DALAM PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL UNTUK


MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS INDIVIDU
Menurut Ryff (1989), tingkat kesejahteraan psikologis merupakan hasil evaluasi atau
penilaian individu terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman
hidupnya. Adapun dimensi kesejahteraan psikologis pada individu ada enam, yaitu
penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain, pengembangan diri, tujuan hidup,
penguasaan lingkungan, dan kemandirian. Individu yang memiliki kesejahteraan psikologis
yang tinggi dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya, namun pada individu yang
memiliki permasalahan psikologis seperti stres, depresi dan lainnya, tentunya membutuhkan
suatu penanganan dengan pendekatan psikoterapi agar kondisi kesejahteraan psikologisnya
kembali stabil dan normal kembali.
Pada beberapa penelitian diketahui bahwa dengan melakukan proses release, individu
dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis nya. Penelitian yang dilakukan Walker (2000) di
sebuah rumah sakit di Inggris dengan terapi release pada 80 perempuan penderita kanker
payudara menunjukkan secara signifikan terjadi perubahan ke arah positif pada tubuh dalam
membangun sistem kekebalan tubuh. Penggunaan teknik release juga dilakukan oleh Erikson

6
(2007) untuk menangani klien yang mengalami phobia. Hasil penelitian fenomenologi tentang
release oleh Fortunas (2007) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pengalaman kesadaran
manusia bersifat polaritas, dimana manusia tidak akan menemukan hal-hal positif sebelum
terjadinya hal yang negatif, dalam artian bahwa manusia melakukan suatu proses pemecahan
masalah yang berkaitan dengan perubahan diri. Dalam proses pemecahan masalah dan
pelepasan diri tersebut manusia melakukan proses release sehingga terbebas dari masalah
yang memerangkapnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa dengan
melakukan proses release, individu dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis di dalam
dirinya.

IV. PENUTUP
Aplikasi teknik release pada dasarnya hanya merupakan salah satu dari sekian banyak
teknik di dalam psikoterapi transpersonal yang digunakan untuk membantu individu dalam
meningkatkan kesejahteraan psikologis di dalam diri. Dengan penggabungan berbagai teknik
dalam psikoterapi transpersonal tentu asumsinya dapat membantu hasil yang lebih optimal
pada individu. Pembahasan secara singkat tentang teknik release ini juga diharapkan menjadi
stimulus untuk melakukan suatu penelitian yang lebih terukur dan dapat diaplikasikan, serta
menjadi khasanah yang memperkaya pengetahuan tentang psikoterapi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Barr, L. (2003). A journey for your feelings and thoughts. Transpersonal psychotherapy:
Searching for meaning under your pain. Nexus, Colorado’c Holistic Journal.
http://www.nexuspub.com/journeys/transpersonal.htm

Beck, A. T. (1985). Depression: Causes and Treatment. Philadelphia: University of Pennsylvania


Press

Burgess, C., Cornelius, V., Love, S., Graham, J., & Richards, M. (2005). Depression and anxiety in
Women with Early Breast Cancer: Five Year Observational Cohort Study. BMJ. March 26,
330, 702

Campbell. (1976). Depresi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

Creswell, J. D., Welch, W. T., Taylor, S. E., Sherman, D. K., Gruenewald, T. L., & Mann, T.
(2004). Affirmation of Personal Values Buffers Neuroendocrine and Psychological Stress
Responses. Journal of Personality and Social Psycology. UCLA Department of Psychology,
Franz Hall

Damasio, A. (1999). The Feeling Of What Happens. Orlando : The Ecco Press

Davis, J. 1997. Psychology and The Transpersonal. http://www.


Naropa.edu/faculty/johndavis/tp/tpintro7.html. Tanggal diakses 13 Maret 2006

Effendi, T. (2006). Meraih Sukses Dengan Pencerahan Diri. Jakarta : PT Elexmedia


Komputindo

Goleman, D. (1980). The Psychotherapy Handbook. London. American Library Inc.

Gregor, M. S. (2005). Piece Of Mind . Terjemahan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

La Haye. (2005). Bagaimana Mengatasi Depresi. Terjemahan. Batam : Gospel Press

Levine, E. G., & Targ, E. (2002). Spiritual Correlates of Functional Well-being in Women With
Breast Cancer. Journal Integrative Cancer Therapies, I (2), 166 – 174

Prabowo, H. (2006). Transpersonal Training. Pelatihan Terapi Transpersonal. Juli 2006.


Yogyakarta

Retnowati, S. (1990). Efektivitas Terapi Kognitif dan Terapi Perilaku pada Penanganan
Gangguan Depresi. Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Retnowati. S. (2004). Depresi pada Remaja: Model Integrasi Penyebab Depresi dan Intervensi

8
Depresi pada Remaja. Disertasi (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada

Shepherd, P. (2003). Transforming The Mind. http://www.trans4mind.com/transformation May


2003

Soebroto, J. B. (2006). Pengertian Umum Tentang Kanker. Pelatihan Relawan Kanker 12 – 13


September 2006. Yogyakarta

Sollod, R. N. (1993). Integrating Spiritual Healing Approaches and Techniques into


Psychotherapy. Tanggal diakses 16 Maret 2006.

Spiegel D, Moore R. (2000). Imagery and hypnosis in the treatment of cancer patients. Tanggal
diakses 16 Maret 2006. http: //www .innervisi onstudioi nc.com
/orderguided_imagery.html#ws1. Department of Psychiatry and Behavioral Sciences,
Stanford University.

Sollod, R. N. (1992). Psychotherapy with Anomalous Experiences. In R. Laibow, R. Soiled, & J.


Wilson (Eds.) Current perspectives on anomalous experiences and trauma (pp. 247-260).
Dobbs Ferry, New York : Treat Publications.

Tart, C. (1990). Altered States of Consciousness, 3rd edition. San Francisco: Harper

Vaughan. (1979). Transpersonal Psychotherapy. Tanggal diakses 14 Maret 2006.


http://www.naropa.edu/faculty/johndavis /tp/tpintro5.html#top.

Walker, E. (2000). Study: Relaxation Techniques Help Cancer Patients London (Reuters) –
April 15, 2000, 10:34 Am. Tanggal diakses 16 Maret 2006.
http://www.innervisionstudioinc.com/research/

Yahya, H. (2006). Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan Agama. Tanggal diakses 6 Mei
2006. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0410/09/humaniora/1314929.htm.

(2006). Depresi Setelah Serangan Jantung. Tanggal diakses 13 Juli 2006.


http://www.pjnhk.go.id/berita artikel/page/3/

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai