Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFARAT

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER NOVEMBER


2023 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MEKANISME DEFENS

OLEH :

Wa Ode Sri Apriani Taufan


111 2023 1022

PEMBIMBING :
dr.R Joko Moharto, M.Kes., Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini, yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Wa Ode Sri Apriani Taufan

NIM : 111 2023 1022

Judul : Mekanisme Defens

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang berjudul “Mekanisme

Defens” dan telah disetujui serta dibacakan di hadapan Dokter

Pembimbing Klinik dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada Bagian Ilmu

Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, November 2023

Dokter Pendidik Klinik Mahasiswa

dr. R Joko Moharto, M.Kes., Sp.KJ Wa Ode Sri Apriani

Taufan

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya serta salam dan shalawat

kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Refarat ini dengan judul

“Mekanisme Defens” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian dan penulisan Laporan Kasus ini. Banyak terima kasih juga

penulis sampaikan kepada dr. R Joko Moharto, M.Kes., Sp. KJ sebagai

pembimbing dalam penulisan Refarat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Refarat ini terdapat

banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan Refarat

ini. Saya berharap sekiranya Refarat ini dapat bermanfaat untuk kita

semua. Aamiin.

Makassar, November 2023

Penulis

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

Tiap makhluk dalam evolusinya akan mengembangkan dirinya


dengan berbagai cara dan mekansime dalam upaya menyesuaikan diri
terhadap kondisi kehidupan yang mungkin akan mengancamnya.
Penyesuaian diri atau adaptasi sangat penting bagi kehidupan manusia
sebagai makhluk yang tertinggi tingkat perkembangannya. Manusia telah
mengadakan evolusi dalam penyesuaian anatomis yang bermaksud untuk
melindunginya secara structural dan fisiologis. Hal ini untuk membantu
kebutuhan bagiafeksi, keamanan pribadi, makna pribadi dan pertahanan
terhadap afek yang mungkinakan mengganggu.

Defens mekanisme atau mekanisme pertahanan diri dianggap


sebagai cara atau strategi yang dilakukan seseorang (secara tidak sadar)
untuk mengurangi perasaan cemas saat menghadapi situasi atau kondisi
realitas yang tidak mampu dihadapi.

Cara atau strategi ini sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
seolah-olah cara ini merupakan cara atau strategi yang wajar (normal)
dilakukan seseorang, yaitu dengan cara memutar balikkan kenyataan
sehingga “merasa terbebas dari masalah” atau “mendapat permakluman”
dari apa yang telah dilakukan seseorang.

Terjadinya defens mekanisme bisa dijelaskan dengan teori


psikoanalisa yang dikemukakan Sigmund Freud. Terjadinya defens
mekanisme melibatkan teori psikoanalisa tentang :

1. struktur kepribadian yang dimiliki setiap manusia, yang terdiri


dari id, ego, dan super ego.

2. prinsip kesenangan (pleasure principle).

1
Penggunaan defens mekanisme dimulai :

1. Saat realitas eksternal (superego) menuntut terlalu banyak,


melebihi kapasitas diri untuk mengatasinya, akan menimbulkan
kecemasan (misal : timbul rasa bersalah), dan selanjutnya kepribadian
(ego) akan mengaktifkan defens mekanism.

2. Saat hasrat dan dorongan dari dalam diri (id) terlalu kuat, dan
bila dorongan itu akan mengancam keharmonisan relasi individu dengan
realitas eksternal sehingga bisa menimbulkan kecemasan (misal : timbul
rasa malu), maka defens mekanism akan diaktifkan (oleh ego) untuk
meredamnya.

Jadi, ketika suatu keadaan mengancam seseorang maka hal itu


akan menimbulkan kecemasan, dan secara tidak sadar (dan biasanya
spontan) individu (ego) akan mengguna-kan defens mekanisme untuk
melindungi diri dari rasa bersalah , malu, atau bentuk perasaan negatif
lainnya..

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Untuk pengertian mekanisme defens sendiri terbagi atas dua yaitu
yang memiliki arti secara luas maupun arti secara sempit:
-Arti secara luas: semua cara penanggulangan masalah, baik
yang rasional maupun irasional, yang sadar maupun tidak sadar,
yang realistic maupun yang fantastic.
-Arti secara sempit: mekanisme yang dipakai oleh ego untuk
menyingkirkan ansietas dan yang mengandung potensi pathogen
yaitu mekanisme yang berlangsung dengan pemindahan ke fantasi
dan pengolahan fantasi itu dilakukan dengan berbagai cara, yang
tidak disadari dan tidak rasional.

B. Fungsi Mekanisme Pertahanan


Mekanisme pertahanan digunakan sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi realitas eksterna yang penuh tantangan. Jika realitas
eksterna menuntut terlalu banyak, melebihi kapasitas diri untuk
mengatasinya, maka kepribadian akan mengaktifkan defense
mechanism. Begitu pula sebaliknya, bila hasrat dan dorongan dari
dalam diri terlalu kuat, dan bila dorongan itu akan mengancam
keharmonisan relasi individu dengan realitas eksternal, maka defense
mechanism akan diaktifkan untuk meredamnya.
C. Model Topografik
-Consciousness
Consciousness adalah bagian dari akal dimana persepsi-
persepsi dari lingkungan sekitar maupun dari dalam diri dibawa
ke kesadaran.
-Preconscious

3
Bagian ini terdiri dari peristiwa-peristiwa, proses dan isi pikir
yang sebagian besar hanya dapat diangkat ke kesadaran
dengan focus dan konsentrasi. Bagian ini mempunyai fungsi
untuk menghubungkan consciousness dan unconsciousness
serta sebagai tempat dimana ide-ide dan keinginan di sensor
dan di represi.
-Unconsciousness
Penjelasan sederhana dari unconsciousness adalah seluruh isi
dan proses pikiran yang tidak disadari, termasuk preconscious.
Secara keseluruhan, unconsciousness dapat di jelaskan
sebagai bagian atau sistem di dalam organisasi aparat kejiwaan
yang mencakup dinamika unconsciousness dimana ingatan
diorganisir dalam bentuk asosiasi primitive. Karakter dari
unconsciousness sendiri bersifat primitive yaitu bertujuan untuk
memenuhi kepuasan keinginan dan berorientasi pada pleasure
principle. Hal-hal yang direpresi dan disensor di
preconsciousness, menurut Freud dapat bermanifestasi sebagai
symptom neurotic apabila sensor tersebut dikalahkan.

Segera setelah ia membentuk gagasan ini, Freud melihat


bahwa ada beberapa kejanggalan dalam teori yaitu adanya
suatu bentuk perlawanan yang tidak disadari dan adanya suatu
kebutuhan yang tidak disadari untuk menjalani hukuman. Dua
hal ini tidak sejalan dengan prinsip unconsciousness yang
menyatakan bahwa dunia unconscious hanya berorientasi pada
pemuasan keinginan. Kekurangan inilah yang membutuhkan
suatu penjelasan lebih tepat dan efektif.

D. Model Struktural

4
Dimana pada model topografik kesadaran dibagi berdasarkan
awareness, pada model struktural ini, Freud membagi aparat psikis
lebih dalam lagi menjadi 3 bagian seperti berikut:

- Id

Id dapat dipikirkan sebagai suatu gudang energi yang sifatnya tidak


terorganisir dan berasal dari insting dan didominasi oleh prinsip
kesenangan (pleasure principle). Secara sederhana, Id dapat
dikatakan terdiri dari insting dasar kelangsungan hidup dan dua
dorongan dominan dari kepribadian yaitu seks dan agresi. Hal ini
sangat nyata pada tingkah laku bayi yang dipengaruhi keinginan untuk
mendapatkan kepuasan secara insting.

- Ego
Dalam dimensi topografik, ego mencakup conscious, preconscious
dan unconscious. Dalam hal ini defense mechanism berada di daerah
unconscious dari ego. Ego muncul untuk melakukan mediasi antara
dorongan-dorongan id dan batasan dari realitas eksternal. Selain itu,
ego juga berfungsi untuk menjaga diri sendiri dengan menghadapi
stimulus-stimulus dari dunia sekitar serta menyimpannya sebagai
memori utnuk menyikapi stimulus yang serupa di masa depan baik itu
secara adaptasi, penghindaran, maupun pembentukan reaksi. Ego
mempunyai sifat dasar yang rasional dan penuh perhitungan yang
dipengaruhi oleh prinsip realitas. Untuk menjadi efektif, ego harus
melakukan perhitungan secara seksama dengan menimbang risk-
benefit dan memperhitungkan konsekuensi dari berbagai macam
kemungkinan aksi.

- Superego

5
Superego dapat didefinisikan sebagai bagian moral dari seorang
individu dan berkembang karena batasan-batasan moral dan etis yang
diberlakukan oleh orangtua atau sosok orang tua seiring dengan
perkembangan individu tersebut. Superego sendiri terdiri dari dua
komponen, hati nurani dan ego ideal : “what you shouldn’t do and
should become”, apa yang tidak boleh dilakukan dan seperti apa
seseorang harus menjadi. Sebagai perbandingan, ego ideal menarik
ke arah realisasi potensi unik manusia. Ketika sesorang melawan
superego atau menghancurkan kode moral maka akan menghasilkan
rasa bersalah, sedangkan bila dapat memenuhi ego ideal dapat
membuat rasa kebanggaan dan harga diri.

E. Defens Mechanism
1. Narcisisstic defenses
a. Denial
Menghindari kesadaran dari kenyataan pahit dengan
menghilangkan data itu sendiri. Denial menghilangkan realitas
eksternal.
Contoh : Seorang pasien dengan diagnosis penyakit kanker dapat
menolak untuk mempercayai diagnosis.
b. Distortion
Pembentukan kembali realita secara kasar untuk memenuhi
kebutuhan dalam diri seperti keyakinan megalomania yang tidak
realistik atau halusinasi.
c. Projection
Melihat dan bereaksi terhadap impuls dari dalam diri yang tidak
dapat diterima seperti halnya mereka berada dari luar diri mereka
sendiri.

6
Contoh : seorang pelajar yang mendapatkan nilai jelek
menyalahkan dosen dan menganggap bahwa dirinya adalah
korban dari kesalahan dosen tersebut.

2.Immature defenses

a. Acting out

Pengekspresian langsung atas sebuah impuls atau keinginan


yang tidak disadari untuk menghindari kesadaran akan efek yang
ditimbulkan. Acting out mencakup impuls yang terjadi untuk
menghindari ketegangan yang dapat terjadi dari penundaan
ekspresi.

Contoh : Seorang pelajar marah-marah di kelas karena nilai yang


didapatkannya buruk.
b. Blocking

Secara sementara atau samar-samar menghalangi pikiran untuk


menghindari tekanan.
c. Hypochondriasis

Melebih-lebihkan sebuah penyakit atau gejala somatis sebagai


bentuk pecelaan atas dirinya sendiri. Pencelaan terhadap diri
sendiri ini merupakan manifestasi dari penyalahan terhadap orang
lain atas hal-hal seperti kedukaan, kesepian, atau impuls agresif.
d. Introjection

Menyingkirkan ketakutan terhadap seseorang dan impuls


permusuhan terhadapnya dengan menginternalisasi sifat-sifat
orang tersebut. Bila digunakan sebagai fungsi defensif, dapat
menghapus perbedaan antara subyek dan obyek. Dengan
introjection dari obyek yang dicintai, maka kesadaran akan

7
perpisahan yang menyakitkan atau ancaman kehilangan dapat
dihindari.
e. Passive aggresive behaviour

Mengungkapkan agresivitas kepada orang lain dengan pasif,


masokis, dan melawan diri sendiri. Manifestasi dari gejala ini
seperti kegagalan, penundaan, dan penyakit yang lebih
mempengaruhi orang lain dibandingkan diri sendiri.

Contoh: seorang anak dengan sengaja menelantarkan prestasi


akademisnya untuk memancing amarah orang tuanya.
f. Regression

Mencoba untuk kembali ke fase awal dalam hidupnya untuk


menghindari ketegangan dan konflik yang ditimbulkan saat
perkembangan,

Contoh: skizofrenia hebefrenik.


g. Schizoid fantasy

Menumbuhkan kemunduran autistik untuk memecahkan konflik


dan memperoleh kegembiraan. Keadaan intim secara personal
dihindari.
h. Somatization

Mengubah keadaan psikis menjadi gejala nyata pada tubuh

3.Neurotic defenses

a. Controlling
Mencoba untuk mengatur sebuah keadaan atau obyek dalam
lingkungannya secara berlebih untuk meminimalisir keadaan
cemas atau konflik internal.
b. Displacement

8
Merubah emosi dari satu ide ke ide lainnya yang
menggambarkan hal asli dalam beberapa aspek, namun yang
kurang membangkitkan penderitaan.
Contoh : Seorang istri yang sangat membenci suaminya dapat
membunuh anaknya yang masih bayi.
c. Externalization
Cenderung untuk melihat elemen dunia luar dan obyek eksternal
sebagai komponen kepribadian seseorang termasuk impuls
secara insting, konflik, mood, tingkah laku dan cara berpikir.
d. Inhibition
Secara tidak sadar membatasi atau mengingkari sebagian dari
fungsi ego untuk menghindari kecemasan yang ditimbulkan dari
konflik dengan impuls secara insting, superego, atau dorongan
lingkungan.
e. Intellectualization
Menggunakan proses intelektual untuk menghindari ekspresi
atau pengalaman afektif.
Contoh: memfokuskan diri pada fakta-fakta suatu penyakit
daripada menerima kondisinya
f. Isolation
Membagi atau memisahkan sebuah ide dari afek yang
mengikutinya namun hal itu direpresi. Isolasi sosial mengacu
pada tidak adanya hubungan dari obyek.
Contoh : Seorang pelajar jurusan biologi mengorbankan hewan
lab tanpa ragu untuk memikirkan mengenai eksistensi, kualitas
kehidupan, atau keadaan emosional hewan lab tersebut.
g. Rationalization
Memberikan penjelasan rasional dalam usaha untuk
membenarkan perilaku, keyakinan, atau tingkah laku yang tidak
dapat diterima.

9
Contoh : seseorang yang menyetir dalam keadaan mengantuk
dan hampir menyebabkan kecelakaan dengan terlambat
menginjak rem mangatakan bahwa ia sebenarnya tidak
mengantuk dan hanya ingin mengejutkan teman-temannya.
h. Dissociation
Secara sementara dan drastis merubah karakter seseorang
untuk menghindari penderitaan emosional. Dengan cara ini,
konflik diselesaikan dengan merusak integrasi dari kesadaran,
ingatan, atau persepsi dari dunia internal dan eksternal.
Contoh : Setelah putus dari pacarnya, kepribadian seseorang
dapat berubah secara drastis dari pendiam menjadi seorang
yang sangat ramah.
i. Reaction formation
Merubah impuls yang tidak dapat diterima menjadi kebalikannya.
Contoh : Seorang dengan hasrat seksual yang besar dapat
menjadi menjadi aktivis yang menentang pornografi.
j. Repression
Membuang atau menahan kesadaran dari sebuah ide atau
perasaan.
Contoh : seorang pelajar yang iri dengan saingannya mencoba
untuk tidak memasukkan keinginan untuk membunuh rival
tersebut ke alam sadarnya.
k. Sexualization
Memberikan nilai seksual kepada sebuah objek atau fungsi yang
sebelumnya belum dimiliki untuk mengusir kecemasan yang
berhubungan dengan impuls yang dilarang.

4. Mature defenses
a. Altruism

1
Menggunakan kepuasan yang membangun dan secara insting
untuk melayani sesama dengan menangguhkan kebutuhan atau
kepentingan pribadi.
b. Anticipation
Secara realistis merencanakan atau mengantisipasi keadaan
yang tidak nyaman dalam diri
c. Asceticism
Mengurangi efek yang menyenangkan dari perasaan tertentu
karena adanya elemen moral yang terkait dengan perasaan
tersebut.
d. Humor
Menggunakan komedi sebagai sarana mengungkapkan
perasaan dan pikiran tanpa ada perasaan tidak nyaman bagi diri
kita dan bagi orang lain.
e. Sublimation
Merubah tujuan dari apa yang diinginkan oleh impuls menjadi
tujuan yang lebih diterima.
Contoh : seorang guru yang tidak senang untuk mengajar
mencoba bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan
penghargaan sebagai guru teladan.
f. Suppression
Keputusan yang dibuat secara sadar atau setengah sadar untuk
menunda perhatian terhadap impuls atau konflik.

F. Defensive Functioning Scale

Defense level adalah pembagian mekanisme defensi


secara konseptual dan empiris menjadi tujuh bagian. Defense
level melakukan mediasi bagi reaksi individual terhadap konflik
emosional dan stres internal dan eksternal. Adanya defense
level ini memudahkan penggunaan defensive functioning scale.

1
Untuk menggunakan Defensive Functioning Scale, klinisi
harus membuat daftar tujuh pertahanan tertentu (dimulai
dengan yang paling menonjol) dan kemudian menunjukkan
tingkat pertahanan dominan yang ditunjukkan oleh individu. Ini
harus mencerminkan jenis defensi yang digunakan pada saat
evaluasi, dilengkapi dengan informasi apa pun yang tersedia
tentang pertahanan individu selama periode waktu terakhir
sebelum evaluasi. Mekanisme pertahanan khusus yang
tercantum bisa diambil dari Tingkat Pertahanan berbeda.
High adaptive level. Tingkat hasil fungsi defensif ini
berada dalam adaptasi yang optimal dalam penanganan stres.
Pertahanan ini biasanya memaksimalkan kepuasan dan
memungkinkan kesadaran perasaan, gagasan, dan
konsekuensinya. Mereka juga mempromosikan keseimbangan
optimal antara motif yang saling bertentangan. Contoh :
anticipation, self-assertion, affiliation, self-observation, altruism,
sublimation, humor, dan suppression.
Mental inhibitions (compromise formation) level.
Pertahanan berfungsi pada tingkat ini membuat ide-ide yang
berpotensi mengancam, perasaan, kenangan, keinginan, atau
takut keluar dari kesadaran. Contoh : displacement, reaction
formation, dissociation, repression, intellectualization, undoing,
dan isolation of affect .
Minor image-distorting level. Tingkat ini ditandai
dengan distorsi pada citra tubuh, diri, atau lainnya yang dapat
digunakan untuk mengatur harga diri. Contoh : devaluation,
idealization, dan omnipotence.
Disavowal level. Tingkat ini ditandai dengan menjaga
stres, impuls, ide, afek, atau tanggung jawab yang tidak
menyenangkan atau yang tidak dapat diterima dari kesadaran.
Contoh : denial, projection, dan rationalization.

1
Major image-distorting level. Tingkat ini ditandai
dengan distorsi kasar atau atribut yang salah dari gambar diri
atau orang lain. Contoh : autistic fantasy, projective
identification, dan splitting of self-image or image of others.
Action level. Tingkat ini ditandai dengan fungsi defensif
yang berhubungan dengan stres internal atau eksternal dengan
sebuah aksi atau penarikan diri. Contoh : acting out, apathetic
withdrawal, help-rejecting complaining, dan passive aggression.
Level of defensive dysregulation. Tingkat ini ditandai
dengan kegagalan regulasi defensif untuk menahan reaksi
individu terhadap stres, yang menyebabkan kegagalan dengan
realitas objektif. Contoh : delusional projection, psychotic
denial, dan psychotic distortion.

G. Kegunaan defense mekanisme dalam terapi


Dalam melakukan terapi, seroang klinisi kerap diingatkan
untuk berpegang pada prinsip terapi etiologi yang artinya ia
harus mengidentifikasi sumber kelainan itu dan menjadikannya
sebagai target terapi. Dalam gangguan kejiwaan, seringkali
gangguan-gangguan tersebut bersumber dari tipe mekanisme
defensi yang dipergunakan untuk menghadapi stressor atau
faktor pemicu lainnya. Dengan mengetahui jenis mekanisme
defensi yang dipakai oleh pasien, diharapkan bahwa kita akan
dapat merencanakan terapi dengan lebih efektif.

1
BAB III

KESIMPULAN

Defense mechanism adalah respon seorang individu dalam

menghadapi stressor ataupun kecemasan dalam kehidupan sehari-hari

yang berbeda-beda pada tiap orang. Untuk memahami mengenai hal ini,

terlebih dulu kita perlu mempelajari mengenai dasar teori topografik dan

terori struktural agar pemahaman mengenai defense mechanism akan

lebih jelas. Pembagiaan defense mechanims dibagi menurut klasifikasi

mature, immature, neurotik, dan narsistik-psikotik. Sebagai seorang

dokter, sangat penting untuk mengenal tiap jenis defense mechanism

yang dipakai oleh pasien kita untuk mengatasi kecemasannya serta dapat

merencanakan terapi secara lebih efektif.

1
DAFTAR PUSTAKA

1. [WHO] World Health Organization. World Mental Health Day.


Holiday. 2012. [terhubung berkala].
http://www.timeanddate.com/holidays/un/world-mental-health-day
2. [KOMPAS]. Oalah… Ternyata 1,74 juta orang Indonesia sakit jiwa.
15 Oktober 2009. [terhubung berkala]. 2012.
http://www.infogue.com/viewstory/2009/10/16/oalah_ternyata_1_74
_juta_orang_indonesia_sakit_jiwa/?url=http://
edjenk.wordpress.com/2009/10/15/oalah-ternyata-174-juta-orang-
indonesia-sakit-jiwa/
3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Ed 1. Jakarta: Nuh jaya; 2001.
4. Kaplan & Sadock. ”Theories of Personality and Psychopathology” in
Comprehensive Textbook of Psychiatry. Ed 9. USA: Lippincot
Williams &Wilkins; 2009.
5. Elvira SD, Hadisukanto G, ed. Buku Ajar Psikiatri. Ed 1. Indonesia:
Badan Penerbit FKUI; 2010
6. The Diagnostic and Statistical Manual, Fourth Edition, Text
Revision (DSM-IV-TR). Defensive Functional Scale. 2000.
7. Cramer P, College W. Defense Mechanism in Psychology Today :
Further Process for Adaptation. American Psychologist Association.
2000. [terhubung berkala].
http://www.psychology.sunysb.edu/ewaters/345/1_2009_freud/crae
mer_defenses%20today.pdf

1
1

Anda mungkin juga menyukai