Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam diri seseorang, selalu terdapat kecemasan-kecemasan terhadap sesuatu
hal. Hal ini juga dapat dialami oleh seorang atlet sekalipun. Kecenderungan
perasaan cemas yang dimiliki atlet pasti memiliki perbedaan dengan kecemasan
yang dialami oleh orang yang memiliki profesi lain. Kecemasan seorang atlet
cenderung terletak pada hasil pertandingan yang akan ia capai,
ketidakharmonisan hubungan tim, adanya kecurigaan, serta kekhawatiran. Dalam
mengatasi atau bahkan menyembunyikan rasa cemasnya (anxiety) terhadap hal-
hal tersebut, maka timbullah mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan
diri ini timbul akibat dari kecemasan yang tidak dapat teratasi oleh pikiran yang
rasional.
Oleh sebab itu, maka dalam ego yang terdapat dalam diri atlet tersebut
mencari jalan keluar sendiri untuk mengatasi kecemasan itu. Ego menggunakan
jalan yang tidak realistis guna mengatasi kecemasan-kecemasan tersebut. Dalam
hal ini, mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh atlet akan terinvestasi
dalam tingkah lakunya, antara lain proyeksi, displacement, represi, rasionalisasi,
kompensasi, dan denial. Dalam makalah ini, penulis menyajikan beberapa
mekanisme pertahanan diri yang telah disebutkan di atas beserta dengan definisi
dan contoh.  
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang penulis sajikan dalam makalah ini antara lain :
1. Apa pengertian dari mekanisme pertahanan diri ?
2. Aspek-aspek mekanisme pertahanan diri ?
3. Bagaimana hubungan ego dengan mekanisme pertahanan diri ?
4. Teori Klasifikasi mekanisme petahanan diri ?
5. Apa tujuan mekanisme pertahanan diri ?

1
1.3 Tujuan dan Manfaat
1 Untuk mengetahui pengertian dari mekanisme pertahanan diri
2 Mengetahui Aspek-aspek mekanisme pertahanan diri
3 Untuk mengetahui hubungan ego dengan mekanisme pertahanan diri
4 Untuk mengetahui Teori Klasifikasi mekanisme petahanan diri
5 Untuk mengetahui tujuan mekanisme pertahanan diri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mekanisme Pertahanan Diri


Anxiety atau ketakutan, dapat juga diartikan kecemasan, yang terjadi
dalam diri seorang atlet merupakan kecemasan terhadap hal-hal yang akan
terjadi atau hal-hal yang terjadi dalam sebuah pertandingan. Dalam
pertandingan, atlet tak hanya mengalami kecemasan dalam menanti hasil
akhir pertandingan yang ia jalani, melainkan juga mengalami berbagai
kecemasan yang berkaitan dengan hubungan yang terjadi dalam sebuah tim,
adanya kecurigaan terhadap lawan, adanya kekhawatiran tentang terjadinya
kesalahan-kesalahan yang mungkin ia perbuat, dan juga kecemasan terhadap
segala sesuatu yang membuatnya tegang dalam menjalani sebuah
pertandinga. Untuk mengatasi berbagai kecemasan yang timbul dalam
dirinya, maka seorang atlet akan berusaha untuk menutupi perasaan atau
pikirannya dari segala hal yang menyebabkan kecemasan tersebut.
Mekanisme yang digunakan dalam menutupi perasaan-perasaan cemas
tersebut disebut dengan mekanisme pertahan diri.
 Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme/alat untuk
mempertahankan diri, dalam hal ini kepribadiannya (Uray Johannes &
Mahmud Yunus, 1991;116). Mekanisme pertahanan diri ini terjadi akibat
adanya rasa khawatir akan terancam kamanan pribadinya dalam diri seorang
atlet. Freud, seorang ahli psikoanalitik, menyebutkan bahwa mekanisme
pertahanan diri/mekanisme pertahanan ego terjadi sebagai akibat dari
seseorang yang tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang
rasional dan langsung. Maka kemudian ego yang terdapat dalam diri
seseorang itu akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah
laku yang berorientasi pada pertahanan ego.

3
2.2 Aspek-Aspek Mekanisme Pertahanan Diri
1. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara
pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang
mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai.7 Ini merupakan sarana
pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan
mengancam keluar dari kesadaran.2 Mekanisme represi secara tidak sadar
menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan
dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu
kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa “lupa”
terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital,
pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar
kealam sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang
direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo
lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting
dalam terjadinya neurosis.
2. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang
sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat
mengarah pada represi yang berikutnya.6 Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi
ditekan.4Perlu dibedakan dengan represi, karena pada supresi seseorang secara
sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain.
Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena
terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.
3. Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan
berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak
menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau
kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang
menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan
dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.4

4
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit
yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri,
tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang
terbelakang dan sebagainya.1,2
4. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah
dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik,
hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal, 
biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang
lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok).
Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat
mengalami tranformasi dalam proses.
Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido,
homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada
sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.4 Proyeksi merupakan
usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau
keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik
dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment.
Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham
atau pasien paranoid.
5. Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak
dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk
lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi. 2 Orang yang
mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras
misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah,
mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.5
6. Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang
berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan
prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk
dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia
memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara
berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan

5
kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri
ke arah itu.
7. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke
dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini
dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima
serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia
dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman
sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka
banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai
perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan”
kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang
dimarahi oleh atasannya  dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau
pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas
dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan
permusuhan.
9. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu
masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat.
Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada
ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.
10. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek
digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa
simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah
merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara,
cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai
oleh orang yang bersangkutan.
11. Konversi
Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme
represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang
berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi

6
motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan pelepasan afek. Dengan
paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik dielakkan dan afek
ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan yang ditekan.
Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.
12. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan
menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama.
Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau
mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
13. Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang
lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi
yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap
jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.
14. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan
menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang
lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing. Karena itu
yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya
karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara
olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.7
15. Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian
meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya
seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan
memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.
16. Penyekatan Emosional (Emotional Insulation)
Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat
keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan
atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri terhadap kekecewaan
dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara
pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan.

7
17. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi)
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang
yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan
“sudah nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi”  dan sambil
tersenyum.
18. Pemeranan (Acting out)
Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang
dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan
ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan.
Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan
melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan sebagai meringankan agar
hal tersebut cepat selesai.
2.3 Hubungan Ego dengan Mekanisme Pertahanan Diri
"Life is not easy", demikian kata Sigmund Freud (1856-1939) yang
dikenal sebagai penancang mahzab atau teori Psikoanalisa (Psikodinamika
kepribadian). Status internal manusia selalu diselimuti dengan kecemasan sebagai
produk dari konflik antar struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Super Ego.
Kemudian termanives ke dalam perilaku kongkrit dalam mekanisme pertahanan
diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego Defense Mechanism).
The Id (Das Es) adalah Aspek biologis dan merupakan sistem original, suatu
realitas psikis yang sesungguhnya (The true psychic reality) dunia Batin atau
subyektif manusia dan tidak memiliki koneksi secara langsung dengan realitas
obyektif. The Id berisi hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis),
libido seksualitas, termasuk juga instink-instink organisme.
The Ego (Das Ich) adalah aspek psikologis karena adanya kebutuhan sinkronisasi
(gateway) antara kebutuhan Id dengan realitas dunia eksternal. Ego bertugas
untuk menyelesaikan rangsangan lapar dengan kenyataan tentang objek makanan,
sehingga prinsip Ego adalah realitas dunia obyektif.
Super Ego (Das Ueber Ich) adalah aspek sosiologis yang merupakan nilai-nilai
tradisional sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya berupa
perintah-larangan, ganjaran-hukuman, baik-buruk. Prinsip Super Ego adalah
internalisasi norma-norma lingkungan yang berupaya untuk menekan dorongan
Id.

8
Energi Id akan meningkat karena rangsangan (impuls) sehingga menimbulkan
ketegangan atau pengalaman yang tidak enak dan menguasai Ego agar bertindak
secara kongkrit dalam memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di sisi
lain Super ego berusaha untuk menetang dan menguasai Ego agar tidak
memenuhi Hasrat dari Id karena tidak sesuai dengan konsepsi Ideal. Dorongan Id
yang primitif tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar sehingga tidak akan
mengendor selama tidak memiliki objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu
dorongan ini bisa menjadi distruktif dengan penyimpangan-penyimpangan
perilaku.
Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan biologis dan norma.
Ketika terjadi konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa terjepit dan
terancam, serta merasa seolah-olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas kedua
kekuatan tersebut. Perasaan terjepit dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety),
sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada dalam bahaya dan berusaha tetap
bertahan.

Ada tiga jenis kecemasan tersebut: Pertama, kecemasan realistik, contohnya


melihat seekor ular berbisa dihadapan. Kedua, kecemasan moral, ancaman datang
dari dunia Super Ego yang telah terinternalisasi, contohnya rasa malu, rasa takut
mendapat sanksi, rasa berdosa. Ketiga, kecemasan neurotik, perasaan takut jenis
ini muncul akibat impuls-impuls id.
Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan
superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha
mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara
memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-
dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak
terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanism
epertahanan ego (EgoDefenseMechanism).

2.4 Teori Klasifikasi Pertahanan Ego


Daftar mekanisme pertahanan sangat besar dan tidak ada konsensus
teoritis pada sejumlah mekanisme pertahanan. Mengklasifikasikan
mekanisme pertahanan menurut beberapa sifat mereka (mekanisme yang
mendasari yaitu kesamaan atau hubungan dengan kepribadian) telah

9
dicoba. Teori yang berbeda memiliki kategorisasi yang berbeda dan
konseptualisasi mekanisme pertahanan. Review besar teori mekanisme
pertahanan yang tersedia dari Paulhus, Fridhandler dan Hayes (1997)  dan
Cramer (1991). The Journal of Personalitymenerbitkan edisi khusus pada
mekanisme pertahanan (1998). 
Otto F. Kernberg (1967) mengembangkan teori organisasi kepribadian yang
salah satu konsekuensi mungkin gangguan kepribadian borderline . Teorinya
didasarkan pada ego psikologis teori objek hubungan. Organisasi kepribadian
borderline berkembang ketika anak tidak dapat mengintegrasikan objek
mental yang positif dan negatif bersama-sama. Kernberg memandang
penggunaan mekanisme pertahanan primitif sebagai pusat organisasi ini
kepribadian. Pertahanan psikologis primitif adalah proyeksi, penolakan,
disosiasi atau pemisahan dan mereka disebut batas mekanisme
pertahanan. Juga, devaluasi dan identifikasi proyektif dipandang sebagai
pertahanan perbatasan. 
Dalam George Vaillant Eman . 's (1977) kategorisasi, pertahanan membentuk
sebuah kontinum yang berhubungan dengan tingkat psikoanalisis
perkembangan mereka tingkat Vaillant adalah:
 Tingkat I - pertahanan patologis (yaitu psikotik penyangkalan,
proyeksi delusi)
 Tingkat II - pertahanan belum matang (yaitu fantasi, proyeksi, agresi
pasif, bertindak keluar)
 Tingkat III - pertahanan neurotik (yaitu intelektualisasi, pembentukan
reaksi, disosiasi, perpindahan, represi)
 Tingkat IV - pertahanan matang (yaitu humor, sublimasi, penindasan,
altruisme, antisipasi)
Robert Plutchik 's (1979) memandang teori pertahanan sebagai turunan dari
dasar emosi . Mekanisme Pertahanan dalam teorinya adalah (dalam urutan
penempatan dalam model circumplex): Formasi reaksi, penolakan, represi,
regresi, kompensasi, proyeksi, pemindahan, intelektualisasi. 
Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental ( DSM-IV ) yang
diterbitkan oleh American Psychiatric Association (1994) mencakup sumbu
diagnostik sementara untuk mekanisme pertahanan. Klasifikasi ini sebagian
besar didasarkan pada pandangan hirarkis Vaillant tentang pertahanan,

10
namun memiliki beberapa modifikasi . Contohnya termasuk: penyangkalan,
fantasi, rasionalisasi, regresi, isolasi, proyeksi, dan pemindahan.
Vaillant itu kategorisasi mekanisme pertahana

Tingkat 1 - Patologis
Mekanisme di level ini, ketika mendominasi, hampir selalu adalah
sangat patologis . Keempat pertahanan, dalam hubungannya, memungkinkan
seseorang untuk secara efektif mengatur ulang pengalaman eksternal untuk
menghilangkan kebutuhan untuk mengatasi kenyataan. Para pengguna
patologis dari mekanisme ini sering muncul irasional atau gila kepada orang
lain. Ini adalah "psikotik" pertahanan, umum di terbuka psikosis . Namun,
mereka ditemukan dalam mimpi dan sepanjang masa juga.
Mereka termasuk:
Proyeksi Delusional : delusi terlalu jujur tentang realitas eksternal, biasanya
yang bersifat persecutory.
Denial : Penolakan untuk menerima realitas eksternal karena terlalu
mengancam; bersitegang terhadap stimulus kecemasan-memprovokasi
dengan menyatakan tidak ada; resolusi konflik emosional dan pengurangan
kecemasan dengan menolak untuk melihat atau sadar mengakui aspek yang
lebih menyenangkan dari realitas eksternal .
Distorsi : Sebuah kotor membentuk kembali realitas eksternal untuk
memenuhi kebutuhan internal.
Memisahkan : Sebuah pertahanan primitif. Impuls negatif dan positif yang
memisahkan diri dan tidak terintegrasi. Contoh mendasar: Seorang individu
memandang orang lain baik sebagai bawaan yang baik atau jahat bawaan,
bukan makhluk terus menerus keseluruhan.
Ekstrim proyeksi : Penolakan terang-terangan terhadap kekurangan moral
atau psikologis, yang dianggap sebagai kekurangan dalam individu lain atau
kelompok.

11
Tingkat 2 - belum menghasilkan
Mekanisme ini sering hadir pada orang dewasa. Mekanisme ini mengurangi
tekanan dan kecemasan diprovokasi oleh orang-orang yang mengancam atau
dengan kenyataan tidak nyaman. Orang yang berlebihan menggunakan
pertahanan tersebut terlihat secara sosial tidak diinginkan dalam bahwa
mereka belum dewasa, sulit untuk menangani dan serius keluar dari sentuhan
dengan realitas. Ini adalah apa yang disebut "belum matang" pertahanan dan
berlebihan hampir selalu menyebabkan masalah serius dalam kemampuan
seseorang untuk mengatasi secara efektif. Pertahanan ini sering terlihat dalam
depresi berat dan gangguan kepribadian.
Mereka termasuk:
Bertindak keluar : ekspresi langsung dari sebuah keinginan tak sadar atau
dorongan dalam tindakan, tanpa kesadaran sadar akan emosi yang
mendorong bahwa perilaku ekspresif.
Fantasy : Kecenderungan mundur ke fantasi untuk menyelesaikan konflik
dalam dan luar.
Idealisasi :. Tanpa sadar memilih untuk melihat individu lain sebagai
memiliki kualitas yang lebih positif daripada dia sebenarnya mungkin
memiliki
Agresi Pasif  : Agresi terhadap orang lain menyatakan secara tidak langsung
atau pasif seperti menggunakan penundaan .

Proyeksi  : Proyeksi adalah bentuk primitif dari paranoia . Proyeksi juga


mengurangi kecemasan dengan memungkinkan ekspresi dari dorongan-
dorongan yang tidak diinginkan atau keinginan tanpa menjadi sadar
mengetahui mereka; menghubungkan sendiri tidak diakui seseorang yang
tidak dapat diterima / tidak diinginkan pikiran dan emosi yang lain; termasuk
parah prasangka , parah kecemburuan ,hypervigilance bahaya eksternal, dan
"ketidakadilan mengumpulkan ". Hal ini tidak dapat diterima pergeseran
pikiran seseorang, perasaan dan dorongan dalam diri sendiri ke orang lain,
sehingga pikiran-pikiran yang sama, perasaan, keyakinan dan motivasi
dianggap dirasuki oleh yang lain.
Identifikasi proyektif : Tujuan dari proyeksi memanggil dalam diri orang
justru pikiran, perasaan atau perilaku yang diproyeksikan.

12
Somatisasi : Transformasi perasaan negatif terhadap orang lain ke dalam
perasaan negatif terhadap diri, sakit, sakit, dan kecemasan.
Tingkat 3 - neurotik
Mekanisme ini dianggap neurotik , tetapi cukup umum pada orang
dewasa. Pertahanan tersebut memiliki keuntungan jangka pendek dalam
mengatasi, tetapi sering dapat menyebabkan masalah jangka panjang dalam
hubungan, kerja dan menikmati hidup bila digunakan sebagai gaya utama
seseorang untuk mengatasi dunia.
Mereka termasuk:
Pemindahan : Mekanisme Pertahanan yang menggeser impuls seksual atau
agresif untuk target yang lebih dapat diterima atau kurang mengancam;
mengarahkan emosi ke outlet lebih aman; pemisahan emosi dari objek nyata
dan pengalihan emosi yang intens terhadap seseorang atau sesuatu yang
kurang menyinggung atau mengancam di Untuk menghindari berurusan
langsung dengan apa yang menakutkan atau mengancam. Misalnya, seorang
ibu mungkin berteriak pada anaknya karena dia marah dengan suaminya.

Disosiasi  : modifikasi drastis sementara identitas pribadi seseorang atau


karakter untuk menghindari gangguan emosi; pemisahan atau penundaan
perasaan yang biasanya menyertai sebuah situasi atau pikiran.
Hypochondriasis : Sebuah keasyikan yang berlebihan atau khawatir tentang
memiliki penyakit serius.
Intelektualisasi : Suatu bentuk isolasi; berkonsentrasi pada komponen
intelektual dari sebuah situasi sehingga untuk menjauhkan diri dari
kecemasan-memprovokasi emosi yang terkait; pemisahan emosi dari ide;
berpikir tentang keinginan di formal, hal afektif hambar dan tidak bertindak
atas mereka; menghindari tidak dapat diterima emosi dengan berfokus pada
aspek intelektual
(misalnya isolasi ,rasionalisasi , ritual , kehancuran , kompensasi , pemikiran
magis).
Isolasi  : Pemisahan perasaan dari ide dan aktivitas, misalnya,
menggambarkan sebuah pembunuhan dengan rincian grafis tanpa respon
emosional.

13
Rasionalisasi (membuat alasan) : Dimana seseorang meyakinkan dirinya
sendiri bahwa tidak ada yang salah dilakukan dan bahwa semuanya baik-baik
saja atau melalui penalaran yang salah dan palsu. Indikator dari mekanisme
pertahanan dapat dilihat secara sosial sebagai perumusan alasan nyaman -
membuat alasan.
Reaksi formasi : Konversi keinginan sadar atau impuls yang dianggap
berbahaya ke kebalikannya; perilaku yang benar-benar kebalikan dari apa
yang benar-benar ingin atau merasa; mengambil keyakinan yang berlawanan
karena keyakinan yang benar menyebabkan kecemasan. Pertahanan ini dapat
bekerja secara efektif untuk mengatasi dalam jangka pendek, tapi akhirnya
akan rusak.
Regresi : reversi Sementara ego untuk tahap awal pembangunan daripada
penanganan impuls yang tidak dapat diterima dengan cara yang lebih dewasa.
Represi : Proses mencoba untuk mengusir keinginan terhadap naluri
menyenangkan, yang disebabkan oleh ancaman penderitaan jika keinginan
puas; keinginan tersebut akan dipindahkan ke alam bawah sadar dalam upaya
untuk mencegahnya masuk ke kesadaran; naif tampaknya tidak bisa
dijelaskan, memori selang atau kurangnya kesadaran akan situasi sendiri dan
kondisi;. emosi sadar, tetapi ide di balik itu tidak ada 
Kehancuran : Seseorang mencoba untuk 'pembatalan' pikiran yang tidak
sehat, merusak atau mengancam dengan terlibat dalam perilaku sebaliknya.
Penarikan: Penarikan adalah bentuk yang lebih parah pertahanan. Hal ini
menuntut menghapus diri dari acara, rangsangan, interaksi, dll di bawah takut
teringat pengalaman menyakitkan dan perasaan
Tingkat 4 - Mature
Ini biasanya ditemukan di antara orang dewasa yang sehat secara emosional
dan dianggap dewasa, meskipun banyak memiliki asal-usul mereka dalam
tahap belum matang pembangunan. Mereka telah diadaptasi selama bertahun-
tahun untuk mengoptimalkan kesuksesan dalam hidup dan
hubungan. Penggunaan pertahanan ini meningkatkan kesenangan dan
perasaan kontrol. Pertahanan ini membantu kita untuk mengintegrasikan
konflik emosi dan pikiran, sementara masih tersisa efektif. Mereka yang
menggunakan mekanisme ini biasanya dianggap saleh.

14
Mereka termasuk:
Altruisme : layanan Konstruktif kepada orang lain yang membawa
kesenangan dan kepuasan pribadi.
Antisipasi : perencanaan yang realistis untuk ketidaknyamanan masa depan.
Humor : ekspresi yang jelas baru ide dan perasaan (terutama yang tidak
menyenangkan untuk fokus pada atau terlalu mengerikan untuk dibicarakan)
yang memberikan kesenangan kepada orang lain. Pikiran mempertahankan
sebagian dari marabahaya bawaan mereka, tetapi mereka "mengitari putaran"
oleh gurauan, misalnya Self-bantahan .
Identifikasi : Pemodelan sadar diri seseorang pada karakter orang lain dan
perilaku.
Introjeksi : Mengidentifikasi dengan beberapa ide atau obyekbegitu dalam
sehingga menjadi bagian dari orang tersebut
Sublimasi : Transformasi emosi negatif atau naluri ke dalam tindakan positif,
perilaku, atau emosi.
Pemikiran penindasan : Proses sadar mendorong pemikiran ke prasadar
tersebut; keputusan sadar untuk menunda memperhatikan emosi atau
kebutuhan untuk mengatasi kenyataan ini; sehingga memungkinkan untuk
kemudian mengakses emosi tidak nyaman atau menyusahkan sementara
menerima mereka
.
2.5 Tujuan Mekanisme Pertahanan Diri
Ego (pribadi) merupakan inti dari kesatuan manusia, dan bila terjadi
ancaman terhadap ego hal ini merupakan ancaman terhadap tulang punggung
(eksistensi) manusia. Manusia secara bertahap belajar menghadapi
mekanisme pembelaan egonya seandainya ada ancaman terhadap keutuhan
integritas pribadinya. Mekanisme yang sedemikian ini normal terjadi, kecuali
bila sudah sedemikian lanjut sehingga menggangu integritas pribadinya.
Mekanisme yang sedemikian ini penting untuk :
1.      Memperlunak kegagalan
2.      Mengurangi kecemasan
3.      Mengurangi perasaan yang menyakitkan
4.      Mempertahankan perasaan layak dan harga diri.

15
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuktiga macam
tujuan: 1) Identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh
kembalisesuatu (obyek) yang telah hilang. Anak yang merasa ditolakorang
tuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuatdengan orang tuanya itu
dengan harapan dapat memperolehpenerimaan orang tuanya.2) Identifikasi
dipakai untuk mengatasi rasa takut. Anakmengidentifikasi larangan-larangan
orang tuanya agar terhindardari hukuman.3) Melalui identifikasi orang
memperoleh informasi baru denganmencocokkan khayalan mental dengan
kenyataan. Berarti orangmenghemat waktu dan energi dengan mengambil
tingkah laku,sikap, dan gaya orang lain yang telah terbukti berguna.

16
BAB III
PENUTUP

Mekanisme pertahanan yang terdiri dari bermacam-macam cara dan seperti


diketahui manusia merupakan mahluk yang tertinggi tingkat perkembangannya
sehingga suatu pendektan terhadap manusia harus menyangkut semua unsure baik
organik, psikologik dan sosial. Hal ini dinamakan pendektan holistic.
Semua mekanisme pertahanan ini bermaksud untuk mempertahankan keutuhan
pribadi dan digunakan dalam berbagai tingkat dengan bermacam-macam cara.
Mekanisme pertahanan dapat diangggap normal dan diperlukan atau diinginkan,
kecuali bila digunakan secara sangat berlebihan sehingga mengorbankan efisiensi
penyesuaian diri dan kebahagiaan individu dan kelompok.
Perlu diwaspadai bahwa dengan hanya mengamati satu macam tindakan belum
berarti bahwa perilaku tersebut sudah merupakan suatu jenis pembelaan ego. Sebagai
contoh, bila seorang terlampau sering memberikan sumbangan sudah berarti
pelepasan atau tebusan. Tindakan tersebut perlu dipertimbangan juga kepribadian
orang tersebut dan memotivasinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Johannes, uray & Mahmud Yunus. 1991/1992. Psikologi Olahraga. Malang: IKIP
Malang

Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.
Refika Aditama

http://klinikservo.wordpress.com/2007/10/07/mekanisme-pertahanan/

18

Anda mungkin juga menyukai