Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari masalah-
masalah yang dihadapi dan tentu ia ingin memecahkan masalahnya
sendiri. Masalah tersebut bersifat kompleks dan beragam serta berbeda
tingkatannya sesuai dengan perkembangan zaman dan persepsi manusia
terhadap zaman itu. Apabila masalahnya tidak dapat diatasi sendiri, maka
ia memerlukan bantuan orang lain untuk mengatasinya.
Bimbingan dan konseling memang telah dilaksanakan oleh
konselor maupun guru BK, bahkan dosen BK di perguruan tinggi melalui
diskusi-diskusi, di mana dari masalah yang didiskusikan bersama antara
mahasiswa dan dosen, dapat diperoleh fakta dan pendapat yang bisa
membantu setiap lembaga mengambil manfaat atau mencari jalan keluar
bagaimana mengatasi masalah belajar dari peserta didik di sekolah
maupun mahasiswa di perguruan tinggi melalui bimbingan dan konseling
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kegiatan profesional konselor ?
b. Bagaimana kegiatan profesional guru BK ?
c. Bagaimana kegiatan profesional dosen BK ?

1.3 Tujuan Masalah


a. Mengetahui dan memahami kegiatan profesional konselor
b. Mengetahui dan memahami kegiatan profesional guru BK
c. Mengetahui dan memahami kegiatan profesional dosen BK

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kegiatan Profesional Konselor


Kualifikasi Konselor harus memiliki : (1) nilai, sikap, ketrampilan dan
pengetahuan dalam bidang profesi konseling,  (2) pengakuan atas
kewenangannya sebagai konselor. (3) Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling. (4) Berpendidikan profesi konselor (PPK).
Kompetensi Sosok utuh kompetensi konselor  terdiri atas dua komponen
yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak bisa dipisahkan
yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi konselor
sekolah sebagai suatu keutuhan dari beberapa komponen, tidak hanya
menyangkut penguasaan konsep tetapi juga unjuk kerja. Ini mengindikasikan
bahwa untuk mengungkap kompetensi, diperlukan beberapa instrumen.
Beberapa instrumen yang dipandang sesuai untuk digunakan dalam penelitian
ini, yaitu: tes “Uji Kompetensi Teoretik Konselor Sekolah” untuk mengukur
penguasaan konsep Bimbingan dan Konseling; pedoman wawancara &
observasi, serta pedoman dokumentasi  digunakan untuk mengungkap implikasi
aktual Bimbingan dan Konseling di sekolah sebagai aplikasi kompetensi yang
dimiliki konselor dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling.
2.1.1 Kompetensi Konselor
Ada beberapa aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang konselor,
yaitu :
1. Memahami secara mendalam konseli yang dilayani
a. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
individualitas, kebebasan memilih, dan mengedepankan kemaslahatan
konseli dalam konteks kemaslahatan umum Mengaplikasikan
perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku  konseli 
2. Menguasai landasan teoretik bimbingan dan konseling, menguasai teori dan
praksis pendidikan

2
a. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur,
jenis, dan jenjang, satuan pendidikan
b. Menguasai konsep dan praksis penelitian  dalam bimbingan dan
konseling
c. Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling
3. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling  yang memandirikan
a. Merancang program Bimbingan dan Konseling
b. Mengimplementasikan program  Bimbingan dan Konseling yang
komprehensif
c. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling.
d. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah konseli
4. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
c. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
d. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja
e. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan -
konseling
f. Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi

2.1.2 Profesionalisme Konselor


1. Nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan
Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor
harus terus menerus berusaha menguasai dirinya. Ia harus mengerti
kekurangankekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri yang
dapat mempengaruhi  hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan
rendahnya mutu layanan profesional seerta merugikan klien.
Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus
memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji,
dapat dipercayajujur, tertib, dan hormat. Konselor harus memiliki rasa
tanggung jawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan
kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya
dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional

3
sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini. d.  Dalam menjalankan tugas-
tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin.
Untuk itu ia harus tampil menggunakan teknikteknik dan prosedur-prosedur
khusus yang dikembangkan atas dasar kaidah-kaidah ilmiah.

2. Informasi, Testing dan Riset  


a. Penyimpanan dan penggunaan Informasi
1) Catatan tentang diri konseli; wawancara, testing, surat-menyurat,
rekaman dan data lain merupakan informasi yg bersifat rahasia dan
hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan konseli.
2) Penggunaan data/informasi dimungkinkan untuk keperluan riset atau
pendidikan calon konselor sepanjang identitas konseli dirahasiakan.
3) Penyampaian informasi tentang konseli kepada keluarganya atau
anggota profesi lain membutuhkan persetujuan konseli.
4) Penggunaan informasi tentang konseli dalam rangka konsultasi
dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan
asalkan kepentingan konseli dan tidak merugikan konseli.
5) Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan
kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya. 
b. Testing 
Suatu jenis tes hanya diberikan oleh konselor yang berwenang
menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Testing dilakukan bila
diperlukan data yang lebih luas tentang sifat, atau ciri kepribadian
subyek untuk kepentingan pelayanan Konselor wajib memberikan
orientasi yg tepat pada konselidan orang tua mengenai alasan
digunakannya tes, arti dan kegunaannya.   
  Penggunaan satu jenis tes wajib mengikuti pedoman atau
petunjuk yg berlaku bagi tes tersebut. Data hasil testing wajib
diintegrasikan dengan informasi lain baik dari konselimaupun sumber
lain. Hasil testing hanya dapat diberitahukan pada pihak lain sejauh ada
hubungannya dgn usaha   bantuan kepada konseli    

4
c. Riset      
Dalam mempergunakan riset thdp manusia, wajib dihindari hal
yang merugikan subyek. Dalam melaporkan hasil riset, identitas konseli
sebagai subyek wajib dijaga kerahasiannya. 

2.1.3 Kode Etik Konselor/ Bimbingan dan Konseling


Kode etik merupakan etika profesi yang harus dipegang kuat oleh
setiap konselor. Kode etik juga merupakan moralitas para konselor dalam
menjalankan profesinya.
1. Dasar/Landasan
Landasan kode etik konselor adalah (a) Pancasila, mengingat
bahwa profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama
manusia dalam rangka ikut membina warga negara yang bertanggung
jawab. (b) tuntunan profesi, mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan
klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
2. Kualifikasi dan Kegiatan Profesional Konselor
a. Kualifikasi
Konselor harus memiliki (1) nilai, sikap, keterampilan, dan
pengetahuan dalam bidang profesi konseling, dan (2) pengakuan atas
kewenangan sebagai konselor.
b. Kegiatan profesional konselor.
3. Hubungan Kelembagaan dan Hak serta Kewajiban Konselor
a. Jika konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu keluarga, harus
ada pengertian dan kesepakatan yang jelas antara konselor dan pihak
lembaga, dan juga dengan klien yang menghubingi konselor ditempat
lembaga itu.
b. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual, khususnya
tentang penyimpangan serta penyebaran informasi tentang klien dan
hubungan konfidensial antara konselor dan klien, berlaku juga bila
konselor bekerja dalam hubungan kelembagaan.
c. Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan peraturan kerja sama dengan
pihak atasan atau bawahannya, terutama dalam rangka layanan

5
konseling dengan menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan
kepadanya.
d. Konselor harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya dengan
atasannya, sebaliknya, dia berhak pula mendapat perlindungan dari
lembaga itu dalam menjalankan profesinya.
e. Setiap konselor yang menjadi staf suatu lembaga harus mengetahui 
program-program yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan dari
lembaga itu dari pihak lain.
f. Konselor harus selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya agar
tidak melanggar kode etik.

2.14 Persyaratan Konselor


Prof. Sofyan S. Willis (2009:79-85) memaparkan kualifikasi konselor.
Menurutnya, kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan, termasuk
pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimilikinya
yang akan memudahkannya dalam menjalankan proses konseling sehingga
mencapai tujuan dengan berhasil (efektif).
Salah satu kualitas yang jarang dibicarakan adalah kualitas pribadi
konselor. Kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala
aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor
jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia peroleh.
Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam
konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi
konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di
samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan
terapeutik atau konseling.
Cavanagh (1982) mengemukakan bahwa kualitas pribadi konselor
ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut : (a) Pemahaman diri;
(b) kompeten; (c) memiliki kesehatan psikologis yang baik; (d) dapat
dipercaya; (e) jujur; (f) kuat; (g) hangat; (h) responsif; (i) sabar; (j) sensitif;
dan (k) memiliki kesadaran yang holistik.

6
a. Pemahaman diri (Self-knowledge)
Self-knowledge ini berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan
baik, dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia
melakukan hal itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan.
Konselor yang memiliki tingkat self-knowledge yang baik akan
menunjukkan sifat-sifat berikut :
1) Konselor menyadari dengan baik tentang kebutuhan dirinya. Seperti :
(a) kebutuhan untuk sukses; (b) kebutuhan merasa penting, dihargai,
superior, dan kuat.
2) Konselor menyadari dengan baik tentang perasaan-perasaannya.
Seperti: rasa marah, takut, bersalah, dan cinta.
3) Konselor menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemasdalam
konseling, dan apa yang menyebabkan dirinya melakukan pertahanan
diri dalam rangka mereduksi kecemasan tersebut.
4) Konselor memahami atau mengakui kelebihan (kekuatan) atau
kelemahan (kekurangan) dirinya.
b. Kompeten (Competent)
Yang dimaksud kompeten disini adalah bahwa konselor itu
memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai
pribadi yang berguna.
c. Kesehatan Psikologis
Konselor dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik
dari kliennya. Hal ini penting karena kesehatan psikologis (psychological
health) konselor akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan
keterampilannya. Ketika konselor memahami bahwa kesehatan
psikologisnya baik dan dikembangkan melalui konseling, maka dia
membangun proses konseling tersebut secara lebih positif. Apabila
konselor tidak mendasarkan konseling tersebut kepada pengembangan
kesehatan psikologis, maka dia akan mengalami kebingungan dalam
menetapkan arah konseling yang ditempuhnya.
Konselor merupakan model dalam berperilaku, apakah dia
menyadari atau tidak. Setiap pertemuan konseling merupakan suatu
periode pengawasan yang begitu intensif terhadap tingkah lakuyang
adaptif. Ketika konselor kurang memiliki kesehatan psikologis, maka

7
perannya sebagai model berperilaku bagi klien menjadi tidak efektif,
bahkan dapat menimbulkan kecemasan bagi klien. Apabila itu terjadi,
maka konselor bukan berperan sebagai penolong dalam memecahkan
masalah, tetapi justru sebagai pemicu masalah klien.
d. Dapat Dipercaya (Trustworthiness)
Kualitas ini bahwa konselor itu tidak menjadi ancaman atau
penyebab kecemasan bagi klien. Kualitas konselor yang dapat dipercaya
sangat penting dalam konseling, karena beberapa alasan sebagai berikut :
1. Esensi tujuan konseling adalah mendorong klien untuk mengemukakan
masalah dirinya yang paling dalam.
2. Klien dalam konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi
konselor. Artinya klien percaya bahwa konselor mempunyai motivasi
untuk membantunya.
3. Apabila klien mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor,
maka akan berkembang dalam dirinya sikap percaya terhadap dirinya
sendiri.
e. Jujur (honesty)
Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap
transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting
dalam konseling, karena alasan-alasan berikut :
1. Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin
hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya di dalma
proses konseling. Kedekatan hubungan psikologis sangat penting
dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan yang langsung
dan terbuka antara konselotr dengan klien.
2. Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik
secara objektif kepada klien.
f. Kekuatan (Strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam
konseling, sebab dengan hal itu klien akan merasa aman. Klien
memandang konselor sebagai orang yang (a) tabah dalam menghadapi
masalah, (b) dapat mendorong klien untuk mengatasi masalahnya dan, (c)
dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.

8
g. Bersikap Hangat
Yang dimaksud bersikap hangat itu adalah : ramah, penuh
perhatian, dan memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta
bantuan konselor, pada umumnya yang kurang mengalami kehangatan
dalam hidupnya, sehingga dia kehilangan kemampuan untuk bersikap
ramah, memberikan perhatian, dan kasih sayang. Melalui konseling, klien
ingin mendapat rasa hangat tersebutdan melakukan “sharing” dengan
konselor.
h. Actives Responsiveness
Keterlibatan konselor dalam proses konseling bersifat dinamis,
tidak pasif. Melalui respon yang aktif, konselor dapat mengkomunikasikan
perhatian dirinya terhadap kebutuhan klien. Disini, konselor mengajukan
pertanyaan yang tepat, memberikan umpan balik yang bermanfaat,
memberikan informasi yang berguna, mengemukakan gagasan-gagasan
baru, berdiskusi dengan klien tentang cara mengambil keputusan yang
tepat, dan membagi tanggung jawab dengan klien dalam proses konseling.
i. Sabar (Patience)
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat
membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar
konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri klien dari pada hasilnya.
Konselor yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku
yang tidak tergesa-gesa.
j. Kepekaan (Sensitivity)
Kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang adanya
dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung,
baik dari pada klien maupun dirinya sendiri.
Klien yang datang untuk meminta bantuan konselor pada
umumnya tidak menyadari masalah yang sebenarnya mereka hadapi.
Bahkan ada yang tidak menyadari bahwa dirinya bermasalah.Pada diri
mereka hanya nampak gejala-gelajanya (pseudo masalah), sementara yang
sebenarnya tertutup oleh perilaku pertahanan dirinya. Konselor yang
sensitif akan mampu mengungkap atau menganalisis apa masalah  yang
sebenarnya yang dihadapi klien.

9
k. Kesadaran Holistik (Holistic Awareness)
Pendekatan holistik dalam konseling berarti bahwa konselor
memahami klien secara utuh dan tidak mendekatiny secara serpihan.
Namun begitu bukan berarti bahwa konselor sebagai seorang ahli dalam
segala hal, disini menunjukkan bahwa konselor perlu memahami adanya
berbagai dimensi yang menimbulkan masalah kline dan memahami
bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang
lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi: fisik, intelektual, emosi, sosial,
seksual, dan moral spiritual.
Winkel (2004: 167), menyatakan bahwa konselor adalah seorang
tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan
tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.
Dalam menjabat suatu profesi di tuntut untuk memenuhi persyaratan
tertentu. Oleh karena itu, seseorang harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan konselor menurut Walgito (1986: 40) adalah sebagai
berikut :
a. Seorang pembimbing mempunyai pengetahuan cukup luas, baik dari
segi teori maupun segi praktik
b. Telah cukup dewasa secara psikologis, yaitu adanya kemantapan atau
kestabilan psikisnya, terutama dalam segi emosi
c. Sehat jasmani dan psikis
d. Mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap anak
atau individu yang dihadapinya
e. Mempunyai inisiatif yang baik
f. Seorang pembimbing haruslah supel, ramah tamah, sopan santun
didalam segala perbuatannya, sehingga pembimbing dapat bekerja
sama dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak
didiknya
g. Mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip – prinsip serta
kode etik bimbingan dan konseling dengan sebaik – baiknya.
Menurut Walgito (1989: 29) fungsi konselor adalah membantu
kepala sekolah beserta staf di dalam menyelenggarakan kesejahteraan
sekolah. Sedangkan menurut Winkel (1997: 69), fungsi konselor adalah:
(a). fungsi pencegahan, dalam arti konselor mau menciptakan suasana

10
sedemikian rupa agar siswa tidak timbul berbagai masalah yang dapat
menghambat proses belajar dan mencapai perkembangan, (b). fungsi
adaptif, dalam arti bahwa konselor dapat membantu guru dan memberi
informasi tentang kondisi yang sesuai dengan kondisi siswa, (c). fungsi
penyalur, dalam arti bahwa konselor dapat membantu siswa dalam
penyaluran dan pengembangan bakat dan minat siswa, (d). fungsi
perbaikan, dalam arti konselor dapat membantu siswa dalam penyaluran
bakat dan pengembangan bakat dan minat siswa.

2.2 Kegiatan Profesional Guru Bimbingan dan Konseling


Guru bimbingan dan konseling merupakan petugas fungsional yang secara
resmi berwenang dalam pelaksaan layanan bimbingan dan konseling. SKB
Mendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993 tentang
petunjuk pelaksanaan dan angka kreditnya pasal 1 (dalam Prayitno, 1998:9)
menyatakan bahwa ”guru bimbingan dan konseling adalah guru yang mempunyai
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan
bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik”. Selain itu, Winkel
(1991) menyatakan bahwa ”guru bimbingan dan koseling adalah tenaga profesional
yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (fulltime guidance
counselor)”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan
konseling adalah tenaga profesional yang melakukan tugasnya secara menyeluruh
sesuai dengan hak dan wewenangnya dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling kepada peserta didik atau konselee.
Sukardi (2008:92) tugas guru bimbingan konseling dalam pelayanan
bimbingan konseling adalah: (a). melaksanakan layanan bimbingan dan konseling,
(b). memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling, (c). merencanakan program
bimbingan dan konseling, (d). melaksanakan segenap program bimbingan dan
konseling, (e). mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan program layanan
bimbingan dan konseling, (f). melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi
program pelayanan bimbingan dan konseling, (g). mengadministrasikan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling (h). mempertanggungjawabkan tugas dan
kegiatannya dalam pelayanan, bimbingan dan konseling kepada koordinator
bimbingan dan konseling.

11
Dalam melaksanakan butir-butir kinerja tersebut seorang guru bimbingan konseling
harus dapat melibatkan seluruh warga sekolah. Keterlibatan warga sekolah akan
membuat kinerja guru bimbingan konseling akan semakin efektif dan efisien.
Dukungan dari kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam
melaksanakan program bimbingan konseling. Tentunya dalam melaksanakan
berbagai kinerja tersebut dibutuhkan keahlian, kemahiran, keterampilan, serta
kecakapan dari guru bimbingan konseling.
Winkel (1991) menyatakan bahwa ”guru bimbingan dan koseling adalah
tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan
(fulltime guidance counselor)”. Pekerjaan sebagai seorang guru bimbingan dan
konseling tidak mudah dan ringan, sebab siswa yang dihadapai di sekolah berbeda-
beda, masingmasing siswa mempunyai keunikan atau kekhasan baik dalam aspek
tingkah laku, kepribadian maupun sikap-sikapnya. Sukardi (2008) menyatakan
bahwa “guru bimbingan dan konseling harus memenuhi persyaratan tertentu,
diantaranya persyaratan formal (pendidikan), kepribadian, dan sifat dan sikap”.
Persyaratan formal yaitu persyaratan yang berhubungan dengan pendidikan,
pengalaman, kecocokan pribadi. Persyaratan pendidikan yang harus dipenuhi oleh
seorang guru bimbingan dan konseling adalah secara umum, guru bimbingan dan
konseling serendah-rendahnya harus memiliki ijazah sarjana muda dari suatu
pendidikan yang sah dan memenuhi syarat untuk menjadi guru (memiliki sertifikat
mengajar) dalam jenjang pendidikan. Secara profesional, guru bimbingan dan
konseling telah mencapai tingkat pendidikan sarjana bimbingan dan konseling.
Seorang guru bimbingan dan konseling hendaknya memiliki pengalaman mengajar
dan melaksanakan praktek konseling selama dua tahun.
Gunawan (2001) menyatakan prinsip-prinsip umum yang dapat dipegang
dalam menghadapi bermacam-macam siswa yaitu: (1). Guru bimbingan dan
konseling harus membentuk hubungan baik dengan siswa. (2). Guru bimbingan dan
konseling harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk berbicara dan
mengekspresikan dirinya. (3). Guru bimbingan dan konseling tidak memberikan
kritik kepada siswa dalam suatu proses konseling. (4). Guru bimbingan dan
konseling sebaiknya tidak menyanggah siswa, karena sanggahan dapat
mengakibatkan rusaknya hubungan kepercayaan antara guru bimbingan dan
konseling dan siswa. (5). Guru bimbingan dan konseling sebaiknya melayani siswa

12
sebagai pendengar yang penuh perhatian dan penuh pengertian dan guru bimbingan
dan konseling diharapkan tidak bersikap atau bertindak otoriter. (6). Guru bimbingan
dan konseling harus dapat mengerti perasaan dan kebutuhan siswa. (7). Guru
bimbingan dan konseling harus dapat menanggapi pembicaraan siswa dalam
hubungannya dengan latar belakang kehidupan pribadinya dan pengalaman-
pengalamannya pada masa lalu. (8). Guru bimbingan dan konseling sebaiknya
memperhatikan setiap perbedaan pernyataan siswa, khususnya mengenai nilai-nilai
dan nada perasaan siswa (9). Guru bimbingan dan konseling harus memperhatikan
apa yang diharapkan oleh siswa dan apa yang dikatakan oleh siswa, tetapi siswa
tidak dapat mengatakannya. (10). Guru bimbingan dan konseling sebaiknya
berbicara dan bertanya pada saat yang tepat. (11). Guru bimbingan dan konseling
harus memiliki sikap dasar acceptance (menerima) terhadap siswa.
2.3 Kegiatan Profesional Dosen Bimbingan dan Konseling
Rasio Pembimbing dengan Mahasiswa  untuk memungkinkan mahasiswa
menerima dan dosen member layanan serta bimbingan dengan baik, khususnya
dalam bimbingan akademik pada tingkat jurusan, rasio Dosen Pembimbing
Akademik dengan mahasiswa maksimal 1:20.            
Adapun rasio anggota tim BK (konselor) dengan mahasiswa disesuaikan
denggan jumlah tenaga yang ada serta permasalahan yang dihadapi. Tugas serta
Kewajiban Tim Bimbingan dan Konseling serta Dosen Pembimbing Akademik
a. Tim BK Universitas : 1) Mengoordinasi dan mengembangkan kegiatan BK
bersama pimpinan universitas dan fakultas. 2) Mengembangkan kebijakan yang
berkaitan dengan BK. 3) Mengoordinasi kegiatan BK dalam memeberikan
layanan kepada masyarakat luas. 4) Melayani kasus-kasus yang dirujuk oleh tim
BK fakultas.
b. Tim BK Fakultas 1) Mengoordinasi dan mengembangkan kegiatan BK bersama
pimpinan fakultas bagi penyempurnann layanan BK di jurusan. 2) Menangani
kasus-kasus yang relative berat yang dirujukkan oleh tim DPA/tim BK
universitas/jurusan. 3) Memberikan rujukan penanganan kepada pihak-pihak
yang berwenang.
c. Konselor Jurusan 1) Bersama ketua jurusan mengembangkan dan
menyempurnakan layanan BK dijurusan. 2) Mengoordinasi DPA dalam
pelaksanaan layanan BK. 3) Menangani kasus-kasus khusus. 4) Memberikan

13
rurjukan penanganan kepada tim BK fakultas. 5) Melaksanakan program
layanan BK.
d. Dosen Pembimbing Akademik 1) Menyusun program dan jadwal layanan
bimbingan akademik (studi) bagi mahasiswa. 2) Menetapkan jadwal kerja bagi
layanan individual mahasiswa. 3) Memberikan pertimbangan dan persetujuan
pengambilan kontrak kredit semester. 4) Memberikan informasi tentang
peraturan dan ketentuan akademik. 5) Membantu mahasiswa mengembangkan
diri dan menyelesaikan masalah-masalah atau kesulitan akademik. 6)
Memberikan bimbingan studi. 7) Memberikan rujukan penanganan kepada ahli
BK/tim BK jurusan/fakultas/universitas. 8) Membuat laporan kegiatan
bimbingan akademik kepada ketua jurusan.
Bimbingan akademik merupakan layanan utama dari bimbingan mahasiswa.
Berbagai faktor yang bersifat non akademis yang menjadi permasalahn mahasiswa
juga akan berpengaruh terhadap kegiatan akademis mereka. Bimbingan akademis
dapat difokuskan ke dalam upaya membantu mahasiswa dalam hal-hal berikut ini :
a. Penentuan program studi tiap semester.
Mahasiswa belum menghayati betul kegunaan ketentuan jumlah SKS
yang boleh diambil dalam menentukan kontrak kredit. Mengingat penentuan
kontrak kredit itu merupakan bagian terpadu dan berkelanjutan dari keseluran
program studi yang hendak ditempunya, maka mahaswiswa tidak cukup sekedar
mengetahui nama-nama mata kuliah yang harus mereka tempuh. Mereka perlu
dibantu dalam memahami hal-hal sebagai berikut :
1) Hakikat, tujuan dan misi program/ pilihan mata kuliah yang dipilihnya
dalam kaitannya dengan keseluruhan program studi yang dimasukinya.
2) Struktur, isi dan mekanisme pelaksanaan kurikurum program studi yang
dipilihnya beserta persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat mengikuti
program studi yang hendak ditempuhnya.
3) Hakikat, isi dan fungsi setiap mata kuliah yang membangun kurikulum
program studi yang dipilihnya beserta kaitannya dengan mata kuliah lain
dalam pembentukan kemampuan profesionalnya.
4) Prosedur formal dan tidak formal yang seyogyanya ditempuh untuk
kelancaran penentuan dan perencanaan program studi yang dipilihnya.
5) Personalia secara fungsional dapat membantu melancarkan proses penentuan
dan perancangan program studi.

14
b. Penyelesaian studi dalam setiap mata kuliah      
       Dalam menempuh mata kuliah, mahasiswa sering menghadapi masalah dan
kesulitan dalam menyelesaikan tugastugas, memilih metode dan sumber belajar,
meningkatkan kemampuan dan motif-motif belajar, serta menyesuaikan diri
terhadap tuntutan lain yang terkait dengan mata kuliah yang diikutinya.  Dalam
hal seperti itu, mahasiswa hendaknya mendapat bimbingan untuk
mengembangkan kesiapan dan kemampuan sebagai berikut :
1) Mengikuti kuliah dalam bentuk tatp muka secara penuh sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2) Membuat laporan bahasan topic, bab, atau buku yang relevan dengan mata
kuliah.
3) Menyusun makalah, menyusun laporan survey, observasi, atau praktikum
dari mata kuliah terkait. Melaksanakan tugas-tugas kerja, praktik lapangan,
dan lain-lain.
c. Dorongan penyelesaian tugas akhir : Meningkatkan dan membangkitkan
motivasi dalam penyusunan tugas akhir. Merencanakan dan mengatur waktu
untuk menyelesaikan tugas akhir.
d. Penyelesaian praktik lapangan (PL) 1) Menumbuhkan motif dan kesiapan diri
untuk terjun dan tampil sebagai tenaga professional dalam bidangnya. 2)
Menumbuhkan kesiapan dan kemampuan mandiri dalam penyelesaian tugas-
tugas profesionalnya.
e. Bimbingan Pengembangan Sikap dan Tanggung Jawab Profesional
a) Menumbuhkan kesiapan diri untuk menjadi tenaga profesional.
b) Mengembangkan wawasan bidang profesinya melalui berbagai kegiatan -
akademis.
f. Bimbingan Penyesuaian Sosial dan Pribadi
a) Penyesuain terhadap suasana kehidupan perguruan tinggi.
b) Pembinaan dan pemeliharaan motif, serta gairah untuk belajar secara kreatif -
dan produktif.
c) Menghindarkan dan menyelesaikan konflik, baik dengan teman, dosen, -
maupun anggota keluarga.
d) Penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat tinggal.
e) Penyelesaian konflik antara keinginan studi dan pemenuhan tugas pekerjaan -
dan keluarga.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konselor maupun guru bimbingan konseling menguasai
kompetensi profesional sesuai dengan profesinya jelas berpengaruh
terhadap siswa sebagai pengguna jasa layanan merupakan sasaran dan
tolok ukur keberhasilan layanan konseling oleh guru bimbingan dan
konseling tersebut. Menjadi seperti apa siswa itu adalah sebagai hasil
kinerja guru bimbingan dan konseling. Kinerja guru bimbingan dan
konseling ini menumbuhkan kepercayaan masyarakat, sehingga profesi
guru bimbingan dan konseling semakin diakui dan dimanfaatkan
keberadaannya. Kompetensi yang dikandung dalam kinerja itu perlu
dibakukan, dicapai sesuai harapan tiap guru bimbingan dan konseling
yang memiliki komitmen profesional.
Bimbingan dan konseling di perguruan tinggi merupakan usaha
membantu mahasiswa untuk mengembangkan dirinya dan mengatasi
problemproblem akademik serta problema sosial pribadi yang
berpengaruh terhadap perkembangan akademik mereka. Bimbingan
tersebut meliputi layanan bimbingan akademik yang diberikan oleh
dosen-dosen bimbingan pada tingkat jurusan/program, dan bimbingan
sosial-pribadi yang diberikan oleh tim bimbingan dan konseling pada
tingkat jurusan/program studi, fakultas, dan universitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Agus. 2010. Peningkatan Kemampuan Konselor Profesional.


Surabaya: Pustaka Ilmu

Juntika Nurihsan, Achmad. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam berbagai


latar kehidupan, Bandung: Refika Aditama

_______________________ 2007, Strategi Layanan Bimbingan dan


Konseling. Bandung: Refika Aditama

Latipun. 2001. Psikologi konseling. Malang : Universitas Muhammadiyah


Malang

Prayitno & Amti, Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling.


Jakarta : Rineka Cipta.

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : Pustaka Setia.

Suci. 2011. Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi


Bullying Studi Di SMAN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2010/2011 ( Skripsi). Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Sugiyono ( dalam Suci ). 2011. Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling


Dalam Mengatasi Bullying Studi Di SMAN 8 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2010/2011 ( Skripsi ). Bandar Lampung :
Universitas Lampung.

Sukardi, DK. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta

Syamsu, Yusuf. Juntika, Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan & Konseling.


Bandung : Remaja Rosdakarya.

Walgito, B. 1986. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta.


Yayasan Penertiban Fakultas Psikologi

______________ 1989. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.


Yogyakarta. Andi Offset.

Winkel, WS. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogjakarta: Media Abadi.

______________ 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.


Jakarta. Grasindo.

_______________ 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,


Jakarta: Grasindo.

17

Anda mungkin juga menyukai