Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL

ANGGOTA KELOMPOK 1:

1. Rezi Ana Martha Dewi P17331211009


2. Mama Ketut Sriwulandari P17331211018
3. Farida Ustika P17331211021
4. Chindy Azela E. M. P. P17331213025
5. Adellia Kharisma P. P17331213027
6. Dewi Wahyuni Wulandari P17331213029
7. Kinanti Nabila Slamet P17331213032
8. Rifky Sabila F. S P17331214039
9. Arning Rumagutawan P17331214040
10. Yulia Umi Habibah P17331214041
11. Intan Dwi Octaviana P17331214042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan puja kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kami kemudahan dan kelancaran sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan tepat
waktu dan dengan baik. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya kami tidak akan bisa untuk
menyelesaikan laporan ini dengan sebaik ini. Shalawat serta salam kami limpahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Psikologi
Perkembangan. Dengan demikian makalah ini bertujuan untuk menjadi acuan dalam
melakukan pembelajaran. Semoga dengan dibuatnya makalah tentang “Teori
Perkembangan Psikososial” ini akan membantu kami para mahasiswa untuk
memberikan pelayanan yang baik saat di lapangan kerja.

Kami menyadari bahwa tulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
meyakini masih ada kesalahan maupun kekurangan yang ada di dalamnya. Maka dari itu
kami mengharapkan pembaca untuk bisa memberikan kritik serta saran agar nantinya
pemahaman saya mengenai topik ini bisa lebih baik lagi dan karya tulis selanjutnya bisa
menjadi referensi yang lebih berkualitas bagus lagi.

Jember, 26 Januari 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2

1.1 Latar Belakang.............................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6

1.3 Tujuan...........................................................................................................6

BAB II..........................................................................................................................7

TINJAUAN TEORI....................................................................................................7

2.1 Pengertian Perkembangan Psikoseksual..................................................7

2.2 Perkembangan Pribadi Sosial berdasarkan Teori Psikoseksual.............8

2.2.1 Sejarah Perkembangan............................................................................8

2.2.2 Hakikat Manusia.....................................................................................9

2.2.3 Struktur Kepribadian............................................................................10

2.3 Tahap Perkembangan Psikoseksual Anak..............................................12

2.3.1 Tahap Oral (0–1,5 Tahun)................................................................12

2.3.2 Tahap Anal (1,5–3 Tahun)....................................................................13

2.3.3 Tahap Phalik (3–5 Tahun)....................................................................13

2.3.4 Tahap Laten (5–7 Tahun).....................................................................14

2.3.5 Tahap Genital (12 Tahun ke Atas)........................................................14

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Psikoseksual Yang


Sehat 15

2.4.1 Faktor Internal......................................................................................15

2.4.2 Faktor Eksternal....................................................................................15

BAB III......................................................................................................................17

PENUTUP.................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan.................................................................................................17

3.2 Saran...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pasti mengalami perkembangan psikoseksual dalam


kehidupannya. Perkembangan manusia tidak mengenal baik anak normal atau
anak yang bergangguan, semuanya tetap mengalami sebuah perkembangan
untuk mencapai kematangan. Perkembangan psikoseksual adalah
perkembangan ego manusia dan juga sosial yang berorientasi pada kepuasan
yang dimulai saat bayi berusia 0 bulan. Kematangan perkembangan ini
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yang berperan dalam kematangan perkembangan


psikoseksual adalah hormonal. Pendapat ini telah disampaikan oleh Fisher, et
al. (2018) yang menjelaskan bahwa keberadaan hormon gonad pada masa
prenatal memiliki konstribusi terhadap sex identitas dan orientasi seksual
individu. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ristori, et al. (2020) yang
menjelaskan bahwa komponen genetic memiliki peran utama dalam
perkembangan psikoseksual sedangkan Gangaher, et al. (2016) dalam
kajianya mengindikasikan bahwa kelainan kromosom 46XY berdampak pada
pembentukan identitas sex.

Selain faktor biologis, perkembangan psikoseksual juga dapat


dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peran penting
dalam membentuk karakter anak berdasarkan identitas seksualitas seperti
perempuan bermain boneka, laki-laki bermain mobil-mobilan. Kemampuan
stimulasi orang tua, keterlibatan keduanya dalam fase perkembangan serta
adanya penerimaan maupun penolakan jenis kelamin anak berpengaruh pada
perkembangan psikologi, sosial dan identitas kelamin pada saat dewasa.
Sosial budaya dan ekologi lingkungan memberikan pengaruh pada penguatan
identitas jenis kelamin anak seperti perempuan sabar, lemah lembut, memiliki
fisik lemah sedangkan laki-laki memiliki tubuh kekar, kasar, kuat dalam
aktifitas, namun pada kelompok masyarakat yang tinggal didaerah konflik
atau mengalami krisis identitas seksual yang dibentuk oleh masyarakat
menjadi berbeda dimana perempuan dibentuk seperti sifat laki-laki kuat fisik,
agar mampu mempertahankan keberlangsungan hidup.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Dari Perkembangan Psikoseksual?


2. Bagaimana Sejarah, Hakikat, dan Struktur Perkembangan Pribadi Sosial
berdasarkan Teori Psikoseksual
3. Apa saja Tahapan Psikoseksual pada Anak?
4. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Psikoseksual Yang Sehat.

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Perkembangan Psikoseksual.


2. Sejarah, Hakikat, dan Struktur Perkembangan Pribadi Sosial berdasarkan
Teori Psikoseksual
3. Untuk Mengetahui Tahapan-Tahapan Psikoseksual Pada Anak
4. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Psikoseksual Yang Sehat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Perkembangan Psikoseksual

Salah satu teori perkembangan paling berpengaruh, yang mencakup


tahap perkembangan psikoseksual. Teori ini dikembangkan oleh psikiater
Austria yaitu Sigmund Freud. Freud menyimpulkan bahwa pengalaman masa
kanak-kanak dan keinginan bawah sadar mempengaruhi perilaku setelah
menyaksikan pasien wanitanya mengalami gejala fisik dan juga kesusahan
tanpa penyebab fisik.

Psikoseksual menurut Freud adalah segala sesuatu yang diarahkan


pada penyatuan organ-organ genital dan juga aktivitas seksual. Hasrat seksual
tidak diwariskan secara lahir melainkan merupakan kebutuhan fisik yang
bergantung pada pertumbuhan anatomi atau tubuh manusia. Pada
perkembangan kehidupan manusia, yaitu sejak masa dilahirkan hingga
menjadi manusia dewasa, manusia memiliki dorongan-dorongan yang
dinamakan libido. Libido adalah dorongan seksual yang sudah ada pada
manusia sejak masa lahir. Kepuasan seksual pada anak pencapaiannya tidak
melalui alat kelamin, melainkan daerah-daerah lain yaitu mulut dan anus.
Cara pemuasannya khas sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan yang
dilaluinya. Pada perkembangannya, seorang anak akan melalui tahap-tahap
tertentu sesuai dengan perkembangan usianya (Irianto, 2014).

Menurut teori psikoseksual Freud, perkembangan anak terjadi dalam


serangkaian tahap, masing-masing berfokus pada area kesenangan tubuh yang
berbeda. Selama setiap tahap, anak menghadapi konflik, yang memainkan
peran penting dalam perkembangan (Silverman, 2017). Teori Freud tentang
perkembangan psikoseksual meliputi tahap oral, anal, phallic, laten, dan
genital.
Freud menyimpulkan bahwa keberhasilan penyelesaian setiap tahap
mengarah pada perkembangan orang dewasa yang sehat. Dia juga
menyarankan bahwa kegagalan untuk maju melalui suatu tahap menyebabkan
fiksasi dan kesulitan perkembangan, seperti menggigit kuku (fiksasi oral) atau
kerapian obsesif (fiksasi anal).

2.2 Perkembangan Pribadi Sosial berdasarkan Teori Psikoseksual

2.2.1 Sejarah Perkembangan

Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud  adalah salah


satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang
paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang
melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari
kesenangan-energi dari Id (Das Es) menjadi fokus pada area sensitif
seksual tertentu. Energi psikoseksual atau libido, digambarkan sebagai
kekuatan pendorong di belakang perilaku. Menurut Sigmund Freud,
kepribadian Sebagian besar dibentuk pada usia lima tahun. Awal
perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan
terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Sigmund Freud lahir di Freiberg, kota kecil di sebuah Negara
yang bernama Cekoslawakia. Ia adalah putra sulung dari istri kedua
ayahnya yang melahirkan lima anak perempuan dan dua anak laki-laki.
Kedua orang tua Sigmund Freud adalah pemeluk Yahudi, dan Sigmund
Freud sendiri ialah pemeluk Yahudi. Selama bertahun-tahun Sigmund
Freud menderita depresi dan keletihan atau apati periodic, gejala-gejala
neurotik yang kelak berbentuk serangan-serangan kecemasan dan
seringkali mengganggu sebelum disingkirkan oleh analisisnya.
Berbekal penghargaan travelling fellowship Freud pergi ke
Paris, belajar di salpatriere (rumah sakit untuk penyakit syaraf yang
dipimpin oleh Charcot). Freud terkesan dengan investigasi Charcot
mengenai hysteria, yang menginformasi kebenaran informasi histerik,
termasuk kelumpuhan histerik dan bangunan sugesti hipnotik. Tahun
1886, Freud kembali ke Wina dan menikah dengan Martha Bernays,
membuka praktik pribadi sebagai spesalis penyakit syaraf. Ketika Freud
menyadari keterbatasan sugesti hipnotik maka dengan segera ia
meninggalkan elektroterapi.
Pada awal tahun 1880 ia menjalin persahabatan yang akrab
dengan Joseph Breuer. Joseph bercerita bagaimana ia menangani anak
perempuan yang memiliki gejala histeria dengan menghipnotis dan
mengeksperesikan diri serta menekannya ke dalam situasi emosi.
Selama periode 1887-1990 Freud menjalin pertemanan dengan Wilhem
Fleiss, seorang spesialis hidung dan tenggorokan. Fleiss melihat
masalah seksual menjadi sebagai hal yang sentral dan mendorong serta
memberikan ijin Freud untuk mengembangkan teorinya.
Dengan dasar latar belakang di atas, Freud mulai
mengembangkan idenya mengenai dasar seksual neurosis. Freud
menemukan nafsu kanak-kanaknya terhadap ibunya, dan kecemburuan
terhadap ayahnya yang dianggap sebagai karakteristik suka menentang
pada diri manusia.

2.2.2 Hakikat Manusia

Freud memandang manusia secara deterministik atau makhluk


yang dapat mengendalikan dirinya. Hal ini mengartikan bahwa manusia
sangat ditentukan atau disetir oleh tekanan irasional, motivasi tidak
disadari, dorongan biologis, dorongan naluri serta kejadian lima atau
enam tahun pertama dalam kehidupan (Gerald Corey
2009:15). Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya
adalah kepribadian yang sehat.
Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat,
fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal
psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap
“terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada
tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat
mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.
2.2.3 Struktur Kepribadian

Freud membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen,


yaitu id, ego dan super ego.
a. Id (Das Es), Aspek Biologis Kepribadian
Id merupakan komponen kepribadian yang primitif,
instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan
rahim tempat ego dan super ego berkembang. Id berorientasi
pada prinsip kesenangan (Pleasure principle) atau prinsip
reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energi psikis, ini
dikarenakan id merupakan sumber dari isntink kehidupan (eros)
dan instink kematian atau instink agresif yang menggerakkan
tigkah laku. Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian
kepuasan segera dari dorongan biologis tersebut. Id merupakan
proses primer yang bersifat primitif, tidak logis, tidak rasional
dan orientasinya bersifat fantasi (maya).
Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan
kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh
kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui
refleks dan proses primer (the primary of process). Refleks
merupakan reaksi-reaksi mekanis atau otomatis yang bersifat
bawaan (bukan hasil belajar) seperti besin dan berkedip. Melalui
refleks (ketegangan atau perasaan tak nyaman) dapat direduksi
dengan segera. Proses primer merupakan reaksi-reaksi
psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi
ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi)
tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan
ketegangan tersebut. Misalnya: pada saat lapar mengahayalkan
makanan, pada saat dendan menghayalkan kegiatan membalas
dendam. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk
khayalan sebagai pengalaman halusinasi dinamakan sebagai
“wishfullfillment”. Contoh proses primer yang terbaik dalam
proses kehidupan sehari-hari adalah mimpi.
b. Ego (Das Ich), Aspek Psikologis Kepribadian
Merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang
membuat keputusan (Decision maker) tentang instink-instink
mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya, atau sebagai
sistem kepribadian yang terorganisir, rasional dan berorientasi
pada prinsip realitas (reality principle). Peran utama ego adalah
sebagai mediator (perantara) yang menjembatani antara id
(keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi
lingkungan atau kondisi luar (external social world) yang
diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas (reality
principle) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
ketegangan sampai ditemukan objek yang cocok untuk
pemuasan kebutuhan atau dorongan id.
Freud mengibaratkan ego seperti joki penunggang kuda
yang harus memahami kekuatan kuda. Dalam rangka
menghindar dari masalah, ego harus berusaha untuk
menjinakkan dorongan id yang tidak terkendali. Seperti halnya
id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan
pencapaian kepuasan. Namun dalam prosesnya ego
mendasarkan pada secondary process thingking. Proses
sekunder adalah berfikir realistik yang bersifat rasional, realistik
dan berorientasi pada pemecahan masalah, termasuk fungsi
persepsi, belajar, memori dan yang sepertinya. Melalui proses
sekunder ini pula ego merumuskan suatu rencana untuk
memuaskan kebutuhan atau dorongan, kemudian menguji
rencana itu. Orang yang lapar merencanakan untuk mencari
makan, dan mengujinya di tempat mana makanan itu berada.

c. Super ego (Das Uber Ich) Aspek Sosiologia Kepribadian


Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang
terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik
dan buruk, benar dan salah. Super ego berkembang pada usia
sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk
memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman
(punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang
sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya.
Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara tiga
komponen tersebut.

2.3 Tahap Perkembangan Psikoseksual Anak

2.3.1 Tahap Oral (0–1,5 Tahun)

Tahap ini terjadi pada bayi sejak lahir hingga usia delapan
belas bulan. Pada tahap ini, kenikmatan yang dirasakan bayi adalah
isapan yang melibatkan rangsangan tactual mulut dan menelan bayi
mendapatkan kesenangan dari mulutnya. Menurut Freud, selama tahap
pertama perkembangan ini, libido manusia terletak di mulutnya.
Artinya mulut adalah sumber utama kesenangan. Selain menyusui,
bayi akan terus memainkan mulutnya dengan jari dan terus
mengeksplor bagian tersebut dengan memasukkan segala jenis benda
ke dalam mulutnya atau disebut Libido.
Fase ini memiliki 2 periode, yaitu periode reseptif oral dan
periode oral sadis. Pada reseptif oral, bayi memiliki penilaian yang
sempurna terhadap objek yang membuatnya bahagia dan
kebutuhannya terpenuhi tanpa gangguan frustasi dan perasaan
khawatir. Kebiasaan menghisap pada fase ini akan berkurang secara
perlahan seiring dengan pertumbuhan bayi dan menyebabkan bayi
merasa khawatir sehingga meninbulkan pertahanan diri terhadap
lingkungan. Pertahanan diri yang dilakukan bayi giginya senjata
utama. Tindakan ini dijelaskan dalam periode oral sadis. Pada periode
ini respon bayi adalah menggigit, mengoceh, menutup mulut,
tersenyum, dan juga menangis.
Saat bayi beranjak dewasa kebiasaan menghisap dapat
dipenuhi dengan cara menghisap permen, mengunyah permen karet,
menggigit pensil, dll. Kebiasaan menghisap yang terjadi pada usia dini
bayi sangat penting untuk menunjang sikapnya di usia remaja dan
dewasa.

2.3.2 Tahap Anal (1,5–3 Tahun)

Tahap ini dimulai sejak anak berusia 1,5 – 3 tahun.


Kenikmatan dasar pada tahap ini adalah sensasi menahan dan
mendorong keluar dari anus. Hal tersebut merupakan kode
untuk buang air besar. Freud percaya bahwa selama tahap ini,
menerapkan toilet training serta belajar mengendalikan buang air
besar dan kandung kemih adalah sumber utama kesenangan dan
ketegangan.
Teori tersebut mengatakan bahwa pendekatan orang tua terhadap
proses toilet training akan memengaruhi bagaimana seorang anak
berinteraksi seiring bertambahnya usia. Misalnya, toilet training yang
keras dianggap menyebabkan orang dewasa menjadi retensi anal,
yakni perfeksionis dan terobsesi dengan kebersihan.

2.3.3 Tahap Phalik (3–5 Tahun)

Fase perkembangan ini terjadi saat anak berusia 3–5 tahun.


Seorang anak akan suka mengamati dan menyentuh alat kelaminnya.
Hal tersebut terjadi karena zona sensitif seksual terletak di alat
kelamin, dan fase ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Pada
tahap ini, anak mulai menyadari jenis kelaminnya sendiri. Mereka
mengenal diri mereka sendiri baik sebagai laki-laki atau perempuan
dari visi mereka sendiri tentang alat kelamin maupun dari pendidikan
seks yang diajarkan oleh orang tua tentang gender.
Orang tua tidak perlu khawatir jika pada fase ini anak
cenderung menyentuh alat kelaminnya, karena perilakunya didasari
oleh rasa ingin tahu dan kecenderungan anak untuk mengeksplorasi
tubuhnya. Ini tidak didasarkan pada hasrat seksual, sebab di usia ini,
hasrat seksual anak sudah pasti belum terbentuk. Sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Alice Sterling Honig, dari Syracuse
University mencatat bahwa anak-anak prasekolah sering bingung
dengan perbedaan anatomi seksual. Bahwa anak-anak membutuhkan
nama untuk bagian tubuh seksual, sehingga menyentuh alat kelamin
mereka sesekali adalah hal yang normal.

2.3.4 Tahap Laten (5–7 Tahun)

Sigmund Freud berpendapat bahwa pada fase ini adalah saat


energi seksual disalurkan ke aktivitas aseksual lain seperti belajar,
melakukan hobi, dan berhubungan sosial dengan yang lain. Dia
merasa bahwa tahap ini adalah saat orang mengembangkan
keterampilan sosial dan komunikasi yang sehat. Anak-anak dapat
mengembangkan keterampilan sosial, nilai-nilai dan hubungan
dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar keluarga. Anak dalam
tahap ini akan sangat suka meniru sesuatu yang menarik bagi mereka. 
Freud percaya kegagalan untuk melewati tahap ini dapat
mengakibatkan ketidakdewasaan seumur hidup, atau ketidakmampuan
untuk memiliki dan mempertahankan kebahagiaan, kesehatan, dan
memenuhi hubungan seksual dan non-seksual sebagai orang dewasa.

2.3.5 Tahap Genital (12 Tahun ke Atas)

Tahap terakhir dari perkembangan seksual ini adalah tahap


genital. Pada tahap ini anak akan melalui tahap pubertas. Memasuki
masa pubertas menyebabkan libido menjadi aktif kembali. Selama
tahap perkembangan psikoseksual akhir ini, individu dapat
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.
Tahap ini tidak terjadi selama masa pubertas tetapi dapat
berlangsung sepanjang sisa hidup seseorang. Menurut Sigmund Freud,
tahap perkembangan psikoseksual ini ditandai dengan
matangnya organ reproduksi anak. Ini akan memberikan dampak yang
beragam bagi perkembangan karakter anak nantinya. Jika anak
mampu melewati tahapan perkembangan psikoseksualnya ini dengan
baik, maka anak akan memiliki kepribadian yang sehat.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Psikoseksual Yang


Sehat

Perkembangan psikoseksual yang sehat sangat dipengaruhi oleh beberapa


faktor, baik itu faktor internal (dalam diri individu) dan faktor eksternal
(dari luar diri individu).

2.4.1 Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi perkembangan psikoseksual yang


sehat adalah individu (siswa) tersebut sudah dapat memahami dan
menyadari bahwa tingkah laku psikoseksual yang dilakukan dengan
paksaan dan dengan tidak sewajarnya tersebut bertentangan dengan
norma, moral ataupun aturan yang berlaku khususnya dalam norma
agama.

2.4.2 Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan


psikoseksual yang sehat adalah:
a. Pemberian informasi tentang pendidikan seksual dari orang
tua. Dalam masalah ini, pemberian informasi khususnya
infomasi tentang psikoseksual tidak sepenuhnya diberikan oleh
guru pembimbing disekolah melainkan dapat juga diberikan
oleh orang tua remaja atau siswa tersebut.
b. Melakukan dan melaksanakan hal positif sesama teman
disekolah. Melakukan hal positif sesama teman disekolah
dapat dilakukan seperti mengikuti dan menyalurkannya dalam
kegiatan-kegiatan yang positif.
c. Perilaku Pacaran yang sehat. Untuk mencapai bentuk pacaran
yang sehat, seharusnya pada masa remaja sangat perlu untuk
diberikan bimbingan yang mengarahkan mereka pada perilaku
pacaran yang sehat.
Dari penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa faktor
internal dan ekternal sangat mempengaruhi dari perkembangan
psikoseksual yang sehat karena pada hakikatnya tidak semua remaja
(siswa) dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik dan
benar. Semua itu tergantung faktor yang mempengaruhi kehidupan
remaja itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori Psikoseksual menggunakan landasan pemikiran yaitu perkembangan


individu dari energi psikis, berupa libido yang bersifat seksual. Setiap tahap
perkembangan ditandai dengan berfungsinya dengan dorongan-dorongan
tersebut pada daerah tubuh tertentu. Sejalan dengan perkembangan
psikoseksual, berkembang pula struktur kepribadian id, ego, dan superego.
Tahapan Psikoseksual Sigmund Freud yaitu
a. Fase Oral (0 – 1 Tahun) Sumber kenikmatan utama bayi melibatkan
aktifitas berorientasi mulut, seperti menelan (makan, minum) dan
menghisap (menyusu, memasukkan jari-jari tangan ke mulut).
b. Fase Anal (1 – 3 Tahun) Anak mendapatkan kepusan seksual dengan
menahan atau melepaskan feces. Zona kepuasannya adalah daerah
anal dan toilet training merupakan aktivitas penting.
c. Fase Falik (3 – 6 Tahun) Anak menjadi lengket dengan ornag tua dari
jenis kelamin berlainan dan kemudian 2 mengidentifikasinya dengan
orang tua berjenis kelamin sama. Dalam fase ini superego
berkembang. Zona kepuasannya bergeser ke daerah genital.
d. Fase Periode Laten (6 – 12 Tahun) Masa yang relative tenang diantara
tahapan-tahapan yang lebih bergelora.
e. Fase Genital (12 Tahun ke atas) Kemunculan kembali dorongan
seksual tahap falik, disalurkan kepada kematangan seksualitas masa
dewasa.

3.2 Saran

Masa remaja adalah masa perkembangan psikoseksual. Pada tahap ini,


perubahan yang sangat menonjol adalah ketika terjadi kematangan fungsi
seksual yang ditampilkan melalui perubahan perilaku. Meningkatnya
budaya seks bebas pada remaja mulai mengancam masa depan bangsa
Indonesia. Bahkan perilaku seks pra nikah tersebut dari tahun ke tahun
meningkat. Untuk itu pendidikan dini dari orang tua sangat penting bagi
anak, untuk bisa melewati fase falik dan laten dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, M. A. “TEORI PSIKOSEKSUAL DAN PSIKOSOSIAL. Link :


www.bit.ly/3WICaJl

Saputra, M. T. "Teori Perkembangan Sigmund Freud Dan Psikososial Erik.


H. Erilson”. 2020. link :
https://www.researchgate.net/publication/343473569_TEORI_PERKEMBANGAN_
PSIKOSEKSUAL_SIGMUND_FREUD_DAN_PSIKOSOSIAL_ERIK_H_ERIKSO
N

NADIA, R. E. “SEXUALITY CONSTRUCTION IN JEANETTE


WINTERSON’S ORANGES ARE NOT THE ONLY FRUIT (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA)”. 2016. Jakarta. Link :
http://repository.unj.ac.id/3404/3/CHAPTER%201.pdf

barriyati. (2018). Layanan Informasi Tentang Perkembangan Psikoseksual Yang


Sehat Oleh Guru Pembimbing Pada Siswa Kelas Xi Ipa Di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Bunut Hilir Kabupaten Kapuas Hulu, 236-238.

Anda mungkin juga menyukai