Dosen Pengajar:
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat, dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat
dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah.
Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang
berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyrakat
pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Jember dengan ini penulis mengangkat
judul tentang “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Terhadap Keturunan dan Faktor yang
Mempengaruhi Kesehatan yang Berkaitan Problem Status Kesehatan di Kebidanan.”
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Hormat kami,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I..............................................................................................................................
PENDAHULUAN.........................................................................................................
BAB II............................................................................................................................
PEMBAHASAN............................................................................................................
BAB III...........................................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
3. Bagaimana Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kesehatan
Bayi dan Anak?
4. Bagaimana Faktor Pendorong (Reinforcing) yang Berhubungan dengan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak?
5. Bagaimana Faktor Pendorong Predisposisi Permasalahan Kesehatan Ibu
dan Anak?
6. Bagaimana Faktor Pemungkin (Enabling) yang berhubungan dengan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak?
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan
semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu
adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan
yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan
dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus
diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
2.2 Pengaruh Faktor Pelayanan Kesehatan terhadap Status Kesehatan
Pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang
yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya
peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan.
Definisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang
Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat
(2) UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:
1. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
3. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
vii
4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga
dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
Berdasarkan uraian di atas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di
puskesmas, klinik, dan rumah sakit diatur secara umum dalam UU Kesehatan,
dalam Pasal 54 ayat (1) UU Kesehatan berbunyi bahwa penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu,
serta merata dan nondiskriminatif. Dalam hal ini setiap orang atau pasien dapat
memperoleh kegiatan pelayanan kesehatan secara professional, aman, bermutu,
anti diskriminasi dan efektif serta lebih mendahulukan pertolongan keselamatan
nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.
viii
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kesehatan Bayi dan
Anak
Beberapa diantaranya berhubungan bermakna dengan praktik responden
terkait kesehatan bayi dan anak. Seperti usia pernikahan, jumlah anak,
pendapatan keluarga, cara pembayaran kesehatan, aksesabilitas terhadap fasilitas
kesehatan, pengaruh orang yang memutuskan dalam upaya pencarian pelayanan
kesehatan, pengetahuan serta sikap responden terhadap pelayanan kesehatan
untuk bayi dan anak. Pengaruh orang yang memutuskan dalam upaya pencarian
pelayanan kesehatan dan pengetahuan responden tentang kesehatan bayi dan
anak merupakan hal yang paling banyak dijumpai. Berdasarkan hasil diketahui
bahwa praktik responden yang buruk terkait pelayanan kesehatan bayi dan anak
sama yaitu 5 kali lebih banyak pada responden dengan pola pengambilan
keputusan dalam memilih/memutuskan pelayanan kesehatan adalah suami-istri
dan melibatkan orang lain/keluarga serta berpengetahuan buruk. Secara
bersamaan, pengaruh orang yang memutuskan pemilihan pelayanan kesehatan
dalam keluarga merupakan yang berpengaruh kuat terhadap praktik responden,
dimana praktik yang buruk terkait pelayanan kesehatan bayi dan anak 6 kali
lebih banyak pada responden yang pengambilan keputusannya suami-istri dan
melibatkan orang lain/keluarga. Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa
probabilitas seseorang akan memiliki praktik yang buruk terhadap pelayanan
kesehatan bayi dan anak jika memiliki sikap yang negatif, pengambil keputusan
dalam menentukan pelayanan kesehatan adalah oleh suami-istri dan melibatkan
orang lain/keluarga, berpengetahuan buruk serta pola pembayaran pelayanan
kesehatan keluarga secara langsung/out of pocket adalah 87%.
ix
tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Kepercayaan yang tidak sesuai tersebut
sebagian besar terkait aspek gizi selama hamil/bersalin/nifas dan menyusui,
aspek kepercayaan ketika hamil. Selanjutnya, pernyataan kebiasaan yang
dipercayai dalam keseharian responden yang berhubungan dengan kesehatan
bayi dan anak balita. Kepercayaan yang keliru tersebut sebagian besar terkait
aspek gizi pada bayi dan balita atau tidak mendukung air susu ibu (ASI)
eksklusif dan aspek kepercayaan terhadap penanganan kesehatan pada bayi dan
anak balita.
x
Pelayanan KIA untuk masyarakat sudah tersedia dana yang memadai,
mengingat kebijakan pelayanan gratis terutama untuk masyarakat miskin.
Beberapa kegiatan dalam pelayanan KIA juga melibatkan lintas sektoral seperti
pembinaan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dengan
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK) (pos pelayanan terpadu,
posyandu; bina keluarga balita, BKB; tanaman obat keluarga, toga; dan lain-
lain), dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (unit kesehatan sekolah,
UKS; pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat, PHBS; serta bulan imunisasi
anak sekolah) serta dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (peningkatan
gizi masyarakat). Kegiatan yang dilakukan secara lintas sektoral secara umum
tidak bermasalah. Namun, jumlah kegiatan lintas sektoral masih banyak yang
belum terealisasi sehingga kegiatan ini hanya dilakukan oleh dinas kesehatan
sehingga tidak mencapai target. Berbagai kendala yang masih dihadapi antara
lain pola koordinasi kegiatan belum dirumuskan dan tidak diikat dengan
memorandum of understanding (MOU) yang jelas. Leading sector KB di
kabupaten/kota adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP-KB). Sedangkan
untuk urusan kesehatan dilakukan oleh Seksi KIA. Bentuk kerja sama kegiatan
KB antara leading sector tersebut saling berkoordinasi untuk meningkatkan
pelayanan KB. SKPD kesehatan lebih ke arah meningkatkan cakupan peserta
KB aktif dan peserta KB. Tugas utama SKPD BPP-KB menyediakan alat
kontrasepsi, meningkatkan akseptor baru serta meningkakan kualitas tenaga
penyuluh dan teknis dalam pelayanan KB. Implementasi dan koordinasi
antarsektor dianggap masih belum optimal, terbukti sering terjadi
ketidaksinkronan data dari masing-masing SKPD. Selain itu, koordinasi laporan
kegiatan juga tidak berlangsung secara optimal. Kegiatan yang dilakukan oleh
SKPD tertentu tidak dikoordinaksikan secara institusi. Dampaknya, banyak
kegiatan yang sudah direncanakan tidak terlaksana secara optimal sehingga
terjadi kesenjangan antara jumlah akseptor dengan ketersediaan alat kontrasepsi.
Sering terjadi ketidaktersediaan/ketidaksesuaian alat kontrasepsi dengan
xi
kebutuhan di lapangan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan terpadu seperti KB
kesehatan manunggal juga sering tidak terjadi secara optimal dan tidak didukung
oleh MOU/ikatan kerja sama yang jelas. Kondisi seperti ini berdampak pada
menurunnya peserta KB aktif di beberapa daerah.
xii
kesehatan. Masih banyak kepercayaan masyarakat yang belum sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan. Jullwanto, membuktikan bahwa ada budaya yang tidak
mendukung nilai kesehatan menjadi faktor penentu praktik pelayanan kesehatan
masyarakat yang buruk, misalnya dalam memilih tenaga penolong persalinan.
Pemilihan tenaga non-kesehatan dalam pertolongan persalinan 24 kali lebih
besar pada orang dengan budaya yang tidak mendukung.
xiii
lain adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh SKPD tertentu tidak
dikoordinaksikan secara institusi. Hal ini berdampak pada kegiatan yang
direncanakan tidak terlaksana secara optimal. Beberapa kegiatan yang
dilaksanakan terpadu seperti KB kesehatan manunggal di lapangan sering tidak
didasari oleh MOU/ikatan kerja sama yang jelas. Kondisi seperti ini berdampak
pada menurunnya peserta KB aktif di beberapa daerah (tidak mencapai target).
xiv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor Keturunan (genetic) biasanya dikaitkan dengan adanya kemiripan
anak-anak dengan orang tuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan
percepatan perkembangan. Terkait pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yaitu
masih banyak kepercayaan masyarakat yang belum sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan, terutama terhadap aspek KIA. Kebiasaan/tradisi yang
diterapkan/dipercayai dalam keseharian responden yang berhubungan dengan
kesehatan maternal dimana memiliki kepercayaan yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan. Pengaruh orang lain, apakah itu orang tua/mertua dan
kerabat keluarga lain, membuat keputusan yang akan diambil sering menjadi
terlambat, terkadang membingungkan karena banyaknya pilihan.
3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini kita bisa lebih mengerti dan memahami
tentang konsep pengaruh pelayanan kesehatan terhadap keturunan dan agar kita
dapat mengetahui mengenai faktor yang mempengaruhi kesehatan yang
berkaitan problem status kesehatan di kebidanan.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Zahtamal, Zahtamal, Tuti Restuastuti, and Fifia Chandra. "Analisis Faktor Determinan
Permasalahan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak." Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal) 6.1 (2011): 9-16.
Zahtamal, Z., Restuastuti, T., & Chandra, F. (2011). Analisis Faktor Determinan
Permasalahan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 6(1), 9-16.
xvi