Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“PENGARUH PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KETURUNAN DAN


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN YANG BERKAITAN
PROBLEM STATUS KESEHATAN DI KEBIDANAN”

Dosen Pengajar:

Syaiful Bachri, SKM., M.Kes.

Disusun Oleh Kelompok:

1. Linda Septiana (P17331211006)


2. Lintang Fiorelliu Susanto (P17331211012)
3. Yasmin Daliana Salsabila (P17331212023)
4. Dewi Wahyuni Wulandari (P17331213029)
5. Maqfirotul Ris’aini Hardianto (P17331214044)

POLTEKKES KEMENKES MALANG

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KAMPUS I JEMBER

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat, dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat
dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah.
Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang
berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyrakat
pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Jember dengan ini penulis mengangkat
judul tentang “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Terhadap Keturunan dan Faktor yang
Mempengaruhi Kesehatan yang Berkaitan Problem Status Kesehatan di Kebidanan.”

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 29 Januari 2023

Hormat kami,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I..............................................................................................................................

PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1 Latar Belakang....................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................

BAB II............................................................................................................................

PEMBAHASAN............................................................................................................

2.1 Pengaruh Faktor Keturunan terhadap Status Kesehatan....................................


2.2 Pengaruh Faktor Pelayanan Kesehatan terhadap Status Kesehatan....................
2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kesehatan Bayi dan Anak...
2.4 Faktor Pendorong (Reinforcing) yang Berhubungan dengan Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak.....................................................................................
2.5 Faktor Predisposisi Permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak..............................
2.6 Faktor Pemungkin (Enabling) yang Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak.......................................................................................................

BAB III...........................................................................................................................

PENUTUP......................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan elemen penting dalam kehidupan dan menjadi salah
satu hak asasi manusia, dimana UUD pasal 28 menyatakan bahwa “setiap orang
berhak hidup dan sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.” Dalam pasal 34 ayat (3) dinyatakan bahwa “negara bertanggung
jawab atas penyediaan pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak.” Dewasa ini, masyarakat semakin sadar akan kualitas atau mutu
pelayanan kesehatan yang mampu memberikan kepuasan pada masyarakat itu
sendiri. Masyarakat mengharapkan pelayanan kesehatan yang lebih beriorentasi
pada kepuasan demi memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Semakin majunya
ilmu dan teknologi kesehatan serta semakin baiknya tingkat pendidikan, keadaan
sosial ekonomi masyarakat mutu pelayanan semakin bertambah penting.
Muninjaya (2013) menyatakan bahwa mutu pelayanan erat hubungannya dengan
kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, semakin baik mutu pelayanan maka
semakin puas pula pelanggan begitu juga sebaliknya. Apabila pelayanan
kesehatan yang bermutu dapat diselenggarakan, maka akan dapat memperkecil
timbulnya risiko akibat penggunaan berbagai kemajuan ilmu dan teknologi serta
memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang semakin hari semakin
meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengaruh faktor keturunan terhadap status kesehatan?
2. Apa pengaruh faktor pelayanan kesehatan terhadap status kesehatan?

iv
3. Bagaimana Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kesehatan
Bayi dan Anak?
4. Bagaimana Faktor Pendorong (Reinforcing) yang Berhubungan dengan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak?
5. Bagaimana Faktor Pendorong Predisposisi Permasalahan Kesehatan Ibu
dan Anak?
6. Bagaimana Faktor Pemungkin (Enabling) yang berhubungan dengan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengaruh faktor keturunan terhadap status kesehatan.
2. Untuk mengetahui apa pengaruh faktor kesehatan terhadap status
kesehatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan
praktik kesehatan bayi dan anak.
4. Untuk mengetahui bagaimana faktor pendorong (reinforcing) yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
5. Bagaimana faktor pendorong predisposisi permasalahan kesehatan ibu
dan anak?
6. Bagaimana faktor pemungkin (enabling) yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan ibu dan anak

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Faktor Keturunan terhadap Status Kesehatan


Faktor Keturunan (genetic) berpengaruh hanya 5 persen terhadap status
kesehatan. Genetic biasanya dikaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak
dengan orang tuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan percepatan
perkembangan. Diamsusikan bahwa selain aktifitas nyata dari lingkungan yang
menentukan pertumbuhan, kemiripan ini mencerminkan pengaruh gen yang
dikontribusi oleh orang tuanya kepada keturunannya secara biologis (Nasrul,
1998).
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau
masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status
kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar dideteksi. Untuk
itu perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat
atau keluarga, faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang pencegahan
penyakit.
Misalnya seorang anak yang lahir dari orang tua penderita diabetas melitus
akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua
bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita
DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan
orangtuanya. Oleh karenanya, ia harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan
upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya
berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat
diumpamakan, genetik adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol
(senjata), dan lingkungan/perilaku manusia adalah pelatuknya (trigger).

vi
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan
semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu
adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan
yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan
dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus
diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
2.2 Pengaruh Faktor Pelayanan Kesehatan terhadap Status Kesehatan
Pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang
yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya
peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan.
Definisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang
Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat
(2) UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:
1. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
3. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

vii
4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga
dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
Berdasarkan uraian di atas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di
puskesmas, klinik, dan rumah sakit diatur secara umum dalam UU Kesehatan,
dalam Pasal 54 ayat (1) UU Kesehatan berbunyi bahwa penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu,
serta merata dan nondiskriminatif. Dalam hal ini setiap orang atau pasien dapat
memperoleh kegiatan pelayanan kesehatan secara professional, aman, bermutu,
anti diskriminasi dan efektif serta lebih mendahulukan pertolongan keselamatan
nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan


masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapakan pengobatan dan
perawatan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, karena keberadaan fasilitas
kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan
masyarakat yang memerlukan peayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangat
dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak,
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, informasi dan motivasi
masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan, serta
program pelayanan kesehatan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukannya.

viii
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kesehatan Bayi dan
Anak
Beberapa diantaranya berhubungan bermakna dengan praktik responden
terkait kesehatan bayi dan anak. Seperti usia pernikahan, jumlah anak,
pendapatan keluarga, cara pembayaran kesehatan, aksesabilitas terhadap fasilitas
kesehatan, pengaruh orang yang memutuskan dalam upaya pencarian pelayanan
kesehatan, pengetahuan serta sikap responden terhadap pelayanan kesehatan
untuk bayi dan anak. Pengaruh orang yang memutuskan dalam upaya pencarian
pelayanan kesehatan dan pengetahuan responden tentang kesehatan bayi dan
anak merupakan hal yang paling banyak dijumpai. Berdasarkan hasil diketahui
bahwa praktik responden yang buruk terkait pelayanan kesehatan bayi dan anak
sama yaitu 5 kali lebih banyak pada responden dengan pola pengambilan
keputusan dalam memilih/memutuskan pelayanan kesehatan adalah suami-istri
dan melibatkan orang lain/keluarga serta berpengetahuan buruk. Secara
bersamaan, pengaruh orang yang memutuskan pemilihan pelayanan kesehatan
dalam keluarga merupakan yang berpengaruh kuat terhadap praktik responden,
dimana praktik yang buruk terkait pelayanan kesehatan bayi dan anak 6 kali
lebih banyak pada responden yang pengambilan keputusannya suami-istri dan
melibatkan orang lain/keluarga. Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa
probabilitas seseorang akan memiliki praktik yang buruk terhadap pelayanan
kesehatan bayi dan anak jika memiliki sikap yang negatif, pengambil keputusan
dalam menentukan pelayanan kesehatan adalah oleh suami-istri dan melibatkan
orang lain/keluarga, berpengetahuan buruk serta pola pembayaran pelayanan
kesehatan keluarga secara langsung/out of pocket adalah 87%.

Adapun hubungan Faktor Sosiokultural dengan Praktik Masyarakat terkait


Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yaitu masih banyak kepercayaan masyarakat
yang belum sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, terutama terhadap aspek KIA.
Kebiasaan/tradisi yang diterapkan/dipercayai dalam keseharian responden yang
berhubungan dengan kesehatan maternal dimana memiliki kepercayaan yang

ix
tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Kepercayaan yang tidak sesuai tersebut
sebagian besar terkait aspek gizi selama hamil/bersalin/nifas dan menyusui,
aspek kepercayaan ketika hamil. Selanjutnya, pernyataan kebiasaan yang
dipercayai dalam keseharian responden yang berhubungan dengan kesehatan
bayi dan anak balita. Kepercayaan yang keliru tersebut sebagian besar terkait
aspek gizi pada bayi dan balita atau tidak mendukung air susu ibu (ASI)
eksklusif dan aspek kepercayaan terhadap penanganan kesehatan pada bayi dan
anak balita.

2.4 Faktor Pendorong (Reinforcing) yang Berhubungan dengan Pelayanan


Kesehatan Ibu dan Anak
Kebijakan yang menjadi acuan dalam pelayanan KIA secara umum adalah
mengimplementasikan kebijakan nasional terkait pelayanan KIA. Sasaran yang
dicapai adalah berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan (SPM
BK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Acuan operasional
pelaksanaan di daerah adalah surat keputusan bupati/walikota terkait SPM yang
sudah ada. Namun untuk hal-hal teknis lain, seperti pengaturan kompetensi
tenaga kesehatan belum diatur melalui kebijakan daerah seperti peraturan daerah
(peraturan gubernur dan bupati/walikota). Aspek prasarana pendukung
pelayanan KIA sebagian besar berada pada kategori memadai. Beberapa hal
yang dianggap sudah baik adalah kebijakan yang jelas terhadap pelayanan KIA,
khusus untuk masyarakat miskin tersedia panduan kegiatan (dalam bentuk buku
atau modul). Pada beberapa puskesmas, walaupun pedoman sudah ada terkadang
jumlahnya belum mencukupi. Kecukupan dana untuk mendukung pelayanan
KIA ada yang merasa sudah memadai, namun ada juga yang mengatakan belum
memadai. Dana untuk kegiatan rutin/kegiatan tugas pokok dan fungsi dari
tenaga kesehatan seperti antenatal care (ANC) di pelayanan primer dianggap
cukup memadai. Beberapa daerah terjadi penurunan anggaran untuk pelayanan
KIA. Untuk kegiatan tertentu, anggaran tersebut tidak tersedia, terutama untuk
pengembangan program dan peningkatan kualitas tenaga kesehatan.

x
Pelayanan KIA untuk masyarakat sudah tersedia dana yang memadai,
mengingat kebijakan pelayanan gratis terutama untuk masyarakat miskin.
Beberapa kegiatan dalam pelayanan KIA juga melibatkan lintas sektoral seperti
pembinaan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dengan
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK) (pos pelayanan terpadu,
posyandu; bina keluarga balita, BKB; tanaman obat keluarga, toga; dan lain-
lain), dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (unit kesehatan sekolah,
UKS; pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat, PHBS; serta bulan imunisasi
anak sekolah) serta dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (peningkatan
gizi masyarakat). Kegiatan yang dilakukan secara lintas sektoral secara umum
tidak bermasalah. Namun, jumlah kegiatan lintas sektoral masih banyak yang
belum terealisasi sehingga kegiatan ini hanya dilakukan oleh dinas kesehatan
sehingga tidak mencapai target. Berbagai kendala yang masih dihadapi antara
lain pola koordinasi kegiatan belum dirumuskan dan tidak diikat dengan
memorandum of understanding (MOU) yang jelas. Leading sector KB di
kabupaten/kota adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP-KB). Sedangkan
untuk urusan kesehatan dilakukan oleh Seksi KIA. Bentuk kerja sama kegiatan
KB antara leading sector tersebut saling berkoordinasi untuk meningkatkan
pelayanan KB. SKPD kesehatan lebih ke arah meningkatkan cakupan peserta
KB aktif dan peserta KB. Tugas utama SKPD BPP-KB menyediakan alat
kontrasepsi, meningkatkan akseptor baru serta meningkakan kualitas tenaga
penyuluh dan teknis dalam pelayanan KB. Implementasi dan koordinasi
antarsektor dianggap masih belum optimal, terbukti sering terjadi
ketidaksinkronan data dari masing-masing SKPD. Selain itu, koordinasi laporan
kegiatan juga tidak berlangsung secara optimal. Kegiatan yang dilakukan oleh
SKPD tertentu tidak dikoordinaksikan secara institusi. Dampaknya, banyak
kegiatan yang sudah direncanakan tidak terlaksana secara optimal sehingga
terjadi kesenjangan antara jumlah akseptor dengan ketersediaan alat kontrasepsi.
Sering terjadi ketidaktersediaan/ketidaksesuaian alat kontrasepsi dengan

xi
kebutuhan di lapangan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan terpadu seperti KB
kesehatan manunggal juga sering tidak terjadi secara optimal dan tidak didukung
oleh MOU/ikatan kerja sama yang jelas. Kondisi seperti ini berdampak pada
menurunnya peserta KB aktif di beberapa daerah.

2.5 Faktor Predisposisi Permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak


Faktor-faktor yang diketahui berhubungan bermakna secara statistik
dengan praktik responden terkait kesehatan maternal adalah cara pembayaran
kesehatan, aksesabilitas terhadap fasilitas kesehatan, pengaruh orang yang
memutuskan dalam upaya pencarian pelayanan kesehatan, pengetahuan
responden tentang kesehatan ibu serta sikap ibu terhadap pelayanan kesehatan
selama hamil, bersalin, dan nifas. Variabel yang berhubungan dengan kesehatan
bayi dan anak adalah usia pernikahan, jumlah anak, pendapatan keluarga, cara
pembayaran kesehatan, aksesabilitas terhadap fasilitas kesehatan, pengaruh
orang yang memutuskan dalam upaya pencarian pelayanan kesehatan,
pengetahuan serta sikap responden terhadap pelayanan kesehatan bayi dan anak.
Individu bereaksi membentuk sikap tertentu terhadap objek psikologis
yang dihadapinya. Kurangnya stimulasi positif menimbulkan hanya sebagian
kecil orang memiliki pengetahuan tentang objek tertentu. Selanjutnya,
kurangnya rangsangan positif juga akan berpengaruh terhadap bertahannya
kondisi sikap yang netral, bahkan dapat menjadi sikap negatif yang berujung
tidak diterapkannya dalam praktik yang diinginkan. Pengaruh orang lain, apakah
itu orang tua/mertua dan kerabat keluarga lain, membuat keputusan yang akan
diambil sering menjadi terlambat, terkadang membingungkan karena banyak-
nya pilihan. Hal tersebut akan menyebabkan praktik keluarga yang buruk. Suami
dan istri harus mempunyai otonomi penuh dalam keputusan praktik KIA tanpa
mengabaikan masukan dari orang lain karena jika posisi tersebut kuat keputusan
dapat terealisasi dengan cepat. Menurut Fuadi, pembayaran kesehatan secara
mandiri menyebabkan beban ekonomi yang berat bagi keluarga karena biaya
kesehatan memang mahal sehingga mereka sering tidak terakses pelayanan

xii
kesehatan. Masih banyak kepercayaan masyarakat yang belum sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan. Jullwanto, membuktikan bahwa ada budaya yang tidak
mendukung nilai kesehatan menjadi faktor penentu praktik pelayanan kesehatan
masyarakat yang buruk, misalnya dalam memilih tenaga penolong persalinan.
Pemilihan tenaga non-kesehatan dalam pertolongan persalinan 24 kali lebih
besar pada orang dengan budaya yang tidak mendukung.

2.6 Faktor Pemungkin (Enabling) yang berhubungan dengan Pelayanan


Kesehatan Ibu dan Anak
Secara umum, ketersediaan tenaga bidan relatif sudah memadai, tetapi
terdistribusi tidak merata. Akibatnya, pelayanan komprehensif yang diterima
kurang dan pilihan masyarakat terhadap tenaga non-kesehatan meningkat.
Kesadaran tenaga kesehatan terhadap kualitas harus terus ditingkatkan karena
permasalahan kesehatan sering terjadi pada petugas yang kurang kompeten dan
kepuasan pengguna jasa juga tidak akan terwujud. Sarana pendukung pelayanan
KIA berada pada kategori belum memadai. Banyak penelitian yang
membuktikan bahwa keberadaan sarana menentukan kualitas praktik seseorang
dalam pelayanan kesehatan serta memicu masalah kesehatan. Tidak tersedianya
sarana kesehatan membuat orang tidak puas dengan pelayanan yang diterima.
Selain itu, petugas kesehatan tidak maksimal dalam memberikan pelayanan.
kepada masyarakat. dilaksanakan tidak dapat terwujud atau tidak maksimal
dilakukan. Dana merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Oleh
karena itu, dana merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan.
Secara umum, untuk kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan secara lintas
sektoral tidak bermasalah, tetapi kegiatan yang seharusnya dilakukan secara
lintas sektoral banyak yang belum terealisasi. Oleh karena itu, kegiatan ini hanya
dilakukan oleh dinas kesehatan yang berdampak pencapaian target pelayanan
KIA yang rendah. Implementasi dan koordinasi antarsektor program KB belum
optimal, terbukti sering terjadi ketidak-sinkronan data dari masing-masing
SKPD. Selain itu, koordinasi laporan kegiatan tidak berlangsung optimal. Bukti

xiii
lain adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh SKPD tertentu tidak
dikoordinaksikan secara institusi. Hal ini berdampak pada kegiatan yang
direncanakan tidak terlaksana secara optimal. Beberapa kegiatan yang
dilaksanakan terpadu seperti KB kesehatan manunggal di lapangan sering tidak
didasari oleh MOU/ikatan kerja sama yang jelas. Kondisi seperti ini berdampak
pada menurunnya peserta KB aktif di beberapa daerah (tidak mencapai target).

xiv
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Faktor Keturunan (genetic) biasanya dikaitkan dengan adanya kemiripan
anak-anak dengan orang tuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan
percepatan perkembangan. Terkait pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yaitu
masih banyak kepercayaan masyarakat yang belum sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan, terutama terhadap aspek KIA. Kebiasaan/tradisi yang
diterapkan/dipercayai dalam keseharian responden yang berhubungan dengan
kesehatan maternal dimana memiliki kepercayaan yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan. Pengaruh orang lain, apakah itu orang tua/mertua dan
kerabat keluarga lain, membuat keputusan yang akan diambil sering menjadi
terlambat, terkadang membingungkan karena banyaknya pilihan.

3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini kita bisa lebih mengerti dan memahami
tentang konsep pengaruh pelayanan kesehatan terhadap keturunan dan agar kita
dapat mengetahui mengenai faktor yang mempengaruhi kesehatan yang
berkaitan problem status kesehatan di kebidanan.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Zahtamal, Zahtamal, Tuti Restuastuti, and Fifia Chandra. "Analisis Faktor Determinan
Permasalahan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak." Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal) 6.1 (2011): 9-16.

Zahtamal, Z., Restuastuti, T., & Chandra, F. (2011). Analisis Faktor Determinan
Permasalahan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 6(1), 9-16.

ZAHTAMAL, Zahtamal; RESTUASTUTI, Tuti; CHANDRA, Fifia. Analisis Faktor


Determinan Permasalahan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Kesmas: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 2011, 6.1: 9-
16.

SAMRANAH. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan pada Santri


Kelas X SMA di Pondok Pesantren Ummul Mukminin Makassar. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan: UIN Alauddin Makassar.

Tri Rini. 2013. Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan


Kepulauan. Jakarta

xvi

Anda mungkin juga menyukai