Anda di halaman 1dari 17

DRAFT PENELITIAN

Study Kasus Defens Mechanism Mahasiswa Aktivis Semester 5 Jurusan Psikologi Fakultas
Psikologi Dan Kesehatan UIN Walisongo Semarang
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Metodelogi Penelitian Kualitatif
Dosen Pengampu: Dewi Khurun Aini

Disusun oleh:
1. M. Arif Hidayat (1707016048)
2. Dwi Uji Hastuti (1707016052)
3. Alfin Maulana Rizqi (1707016060)
4. Moch Alvandika Yahya (1707016067)

PROGAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Konteks Penelitian

Organisasi kemahasiswaan dalam perguruan tinggi adalah wahana dan sarana


pengembangan diri mahasiswa untuk menanamkan sikap ilmiah, pemahaman tentang arah potensi
diri sekaligus meningkatkan kerja sama, serta menumbuhkan nilai persatuan dankesatuan
(Keputusan Mendikbud Bab I Pasal 1ayat 2). Organisasi mahasiswa juga merupakan negara kecil
tempat berpusatnya pembelajaran politik yang berada di kampus. Pembelajaran politik mahasiswa
tidak dapat terlepas dari eksistensi organisasi ekstra kampus berbasis masa mahasiswa dengan
mengusung nilai-nilai paramarta.

Mahasiswa dapat bebas memilih organisasi yang mereka sukai sebagai batu lompat untuk
mengasah kemampuan yang dimiliki sesuai bakat dan minat dari mahasiswa tersebut. Namun
realitanya organisasi terkadang dapat menimbulkan kecemasan berlebih ketika mahasiswa
mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap organisasi tersebut serta tugas yang banyak pula.
Sehingga mahasiswa menggunakan defense mechanism untuk melindungi diri dari pikiran yang
negatif dari responden tersebut.

Defense Mechanism atau mekanisme pertahanan diri pertama kali diperkenalkan oleh
Freud (1894/1962) sebagai proses ketidaksadaran yang termodifikasi atau terdistorsi untuk
melindungi si individu dari pikiran impuls dan keinginan yang tidak dapat diterima. Pada konsep
awal mengenai mekanisme pertahanan diri bahwa, semua mekanisme pertahanan memiliki tugas
dalam mengatur keadaan psikologis individu melalui self-deception atau dengan cara menipu diri
sendiri (Zeigler-Hill & Pratt, 2007).

Peneliti tertarik dengan responden yang merupakan mahasiswa jurusan psikologi yang
notabene diajarkan berbagai materi yang menyangkut dengan berbagai aspek psikologis manusia.
sehingga peneliti ingin mengorek lebih dalam tentang defense mechanism mahasiswa aktivis
semester 5 jurusan psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo Semarang.
I.2 Fokus Kajian Penelitian

Penelitian ini berfokus pada defense mechanism yang dilakukan mahasiswa psikologi yang
aktif pada organisasi dan mahasiswa psikologi yang hanya kuliah.

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada penggunaan defense mechanism pada mahasiswa yang
aktif organisasi dan mahasiswa yang hanya kuliah.
2. Untuk mengetahui defense mechanism manakah yang sering digunakan oleh mahasiswa
untuk mereduksi kecemasan akademik.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi atau masukan mengenai


penggunaan defense mechanism dengan 3 kategori yaitu defense mechanism yang
tergolong mature, defense mechanism yang tergolong immature dan defense mechanism
yang tergolong neurotic, sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan literatur bagi
penelitian yang relevan dimasa mendatang.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi mahasiswa mengenai


penggunaan defense mechanism yang tergolong mature, immature, dan neurotic,
sehingga dapat digunakan sesuai dengan tahapan usia perkembangan mahasiswa
sendiri.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Teoritis

Freud mengatakan bahwa manusia terdiri atas 3 struktur yaitu, id, ego dan superego. Ketika
ketiga struktu tersebut muncul dalam diri kita, maka akan terjadi interaksi dalam membuat
keputusan atau melakukan suatu perbuatan. Ketika id punya keingina dan superego membatasi
pada saluran yang tepat, ketika keduanya terjadi konflik maka ego lah yang bertugas menjembatani
sehingga dirinya tetap merasa nyaman. Freud merupakan pendiri aliran psikoanalisa dalam bidang
ilmu psikologi dan yang menggunakan istilah defense mechanism. Defense Mechanism merupakan
suau bentuk penyesuaian diri untuk melindungi seorang individu dari kecemasan, mengurangi
penderitaan saat dalam kegagalan, menjaga harga diri dan “mengungsi” dari situasi yang tidak
mampu dihadapi. Faktor utama yang menyebabkan defense mechanism adalah kecemasan.
Apabila kecemasan sudah membuat seseorang merasa terganggu dan gelisah, maka ego akan
melakukan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu.

Defense mechanism sangat dibutuhkan dalam membangun kepribadian seseorang, adaptasi


lingkungan dan melindungi diri dari konflik internal dan emosional. Freud (Alwisol, 2007)
mengatakan bahwa defense mechanism merupakan strategi yang dipakai individu untuk bertahan
melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanann superego. Ego yang mereaksi bahaya
munculnya impuls id dengan melakukan sebuah pembentengan impuls sehingga tidak muncul
menjadi tingkah laku sadar dan membelokkan impuls itu sehingga intesitas aslinya dapat
dilemahkan dan diubah. Defense mechanism bekerja dalam taraf unconsciousness, jika ada
stimulus yang membuat cemas maka hanya pertahan ego yang akan merepress stimulus-stimulus
kedalam ketidaksadaran. Pada saat terjadi kecemasan, seseorang cenderung mencari alternative
lain untuk menginterpretasikan peristiwa itu dalam rangka mereduksi emosinya dengan defense
mechanism seperti penolakan, penyangkalan dan fantasi (Baihaqi & dkk., 2005).
Seorang mahasiswa yang memiliki banyak kegiatan, tuntutan dan tanggungjawab akan
cenderung menggunakan defense mechanism sebagai stategi untuk melindungi dirinya. Banyaknya
beban pikiran dan perasaan yang dihadapinya akan menimbulkan kecemasan yang berlebih.
Seseorang dikatakan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya dengan baik jika dia mampu
mengatasinya tanpa menimbulkan kerusakan pada lingkungan sekitarnya maupun dirinya sendiri.
Mahasiswa semester 5 cenderung disibukkan dengan berbagai aktifitas di kampus. Banyaknya
tugas dapat menimbulkann suatu tekanan sehingga muncullah kecemasan. Maka mahasiswa
cenderung akan melampiaskan segala bebannya dengan alternative lain misalnya, mengikuti
organisasi dan bergabung kedalam kelompok-kelompok di luar kampus.

III.2 Kajian Pustaka

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukann oleh Gely Nurmey (2012), menghasilkan
bahwa seseorang yang dihadapkan dengan kecemasan akan cenderung melakukan defense
mechanism berupa represi, pengalihan, dan sublimasi.berbagai macam mekanisme pertahanan ego
tersebut dalam penerapannya diawali oleh represi sebagai awal dan pembentuk mekanisme
pertahanan ego lainnya. Tidak semua defense mechanism mengarah pada hal yang negative,
adapula yang positif contohnya seperti mahasiswa yang melakukan penyangkalan pada beban
pikiranya dengan mengikuti komunitas-komunitas atau organisasi yang ada di kampus.

Dalam penelitian lainnya, mengatakan bahwa defense mechanism sangat dibutuhkan dalam
membangun kepribadian seseorang misalnya mahasiswa yang masih membutuhkan banyak
pengalaman dalam menata hidupnya, adaptasi lingkunganya seperti mahasiswa yang terus mencari
kenyamanan dan berusaha nyaman dalam lingkungan sekitarnya dan melindungi diri dari konflik
internal. Banyaknya tekanan yang terjadi dan bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan frustasi atau
konflik pada diri seseorang, menurut Dollar Miller (Koeswara, 1988) frustasi merupakan situasi
dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha untuk meencapai tujuan tertentu yang
diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut Freud seorang yang sehat cenderung menggunakan defense mechanism selama
hidupnya. Dalam hidupnya manusia pasti mengalami banyak sekali peristiwa atau kejadian yang
akan membuat dirinya berubah. Mahasiswa psikologi UIN Walisongo semester 5 sedang
menghadapi banyak tugas dan praktikum, tak jarang sebagian dari mereka juga memilih organisasi
sebagai penyalur ekspresinya. Banyaknya tugas kuliah dan tanggungjawab yang dipikul oleh
mahasiswa cenderung akan membuatnya kesulitan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiranya.
Akibatnya, mahasiswa akan merasa cemas dan apabila rasa cemas tersebut semakin menumpuk
akan berpotensi menjadi stress. Namun tak dapat dipungkiri bahwa kegiatan di luar kuliah juga
dapat dijadikan sebagai cara untuk menyangkal beban yang ada. Meskipun begitu, tugas kuliah
bukanlah salah satu faktor negative. Dengan adanya tugas kuliah, mahasiswa dituntut lebih
berkembang dalam perkuliahan.

III.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penggunan defense mechanism yang dilakukan oleh mahasiswa yang aktif
organisasi dan yang hanya kuliah saja?

2. Defense mechanism apa yang sering digunakan oleh mahasiswa untuk mereduksi
kecemasan akademik?
BAB III

METODE

III.1. Metode Pendekatan Masalah

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sekaran (2003)


mendefinisikan penelitian sebagai suatu kegiatan yang terorganisir, sistematis, berdasarkan data,
dilakukan secara kritis, objektif, ilmiah untuk mendapatkan jawaban atau pemahaman yang lebih
mendalam atas suatu masalah. John creswell (2008) mendefinisikan penelitian sebagai suatu
proses bertahap bersiklus yang dimulai dengan identifikasi masalah atau isu yang akan diteliti.

Setelah masalah teridentifikasi kemudian diikuti dengan mereview bahan bacaan atau
kepustakaan. Sesudah itu menentukan dan memperjelas tujuan penelitian. Dilanjutkan dengan
pengumpulan dan analisis data. Kemudian menafsirkan (interpretation) data yang diperoleh.
Penelitian ini berpuncak pada pelaporan hasil penelitian. Pembaca atau audience akan
mengevaluasi dan selanjutnya menggunakanya. Dari identifikasi masalah hingga pelaporan,
semuanya berlangsung dalam suatu proses yang bertahap yang berurtan secara teratur dan
sistematis.

2. Desain Penelitian

Penelitan ini menggunakan desain penelitian yang mengacu pada study kasus. Menurut
Yin (2000:65-85), dalam melakukan penelitian studi kasus, peneliti dapat berinteraksi terus
menerus dengan isu-isu teoretis yang dikaji dan dengan data-data yang dikumpulkan. Selain itu,
juga dapat menggunakan berbagai sumber bukti penelitian tentang peristiwa yang berkonteks
kehidupan nyata. Peneliti studi kasus ini mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci dan
mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks, tentang apa yang sebenarnya terjadi
menurut apa adanya di lapangan studi. Mengingat bahwa jenis penelitian studi kasus ini sangat
mementingkan deskripsi proses tentang apa, mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi, untuk
mengarah pada pemahaman makna dari suatu fenomena yang dikaji.
III.2. Unit Analisis

1. Data
Data dalam penelitian pada dasarnya terdiri dari semua informasi atau bahan yang
disediakan alam (dalam arti luas) yang harus dicari, dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data
bisa terdapat pada segala sesuatu apa pun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian (Subroto,
1992:34). Data penelitian kualitatif pada umumnya merupakan data lunak (soft data) yang berupa
kata, ungkapan, kalimat dan tindakan, bukan merupakan data keras (hard data) yang berupa angka-
angka statistik, seperti dalam penelitian kuantitatif. Katakata dan tindakan orang atau responden
yang diteliti, diamati atau diwawancarai merupakan data yang utama dalam penelitian kualitatif.
Data utama tersebut penting sekali untuk dicatat melalui sketsa atau rekaman kaset/ tape recorder,
pengambilan foto, atau perekaman video/ film.

2. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, jenis sumber data yang berupa manusia dalam penelitian pada
umumnya sebagai responden (respondent). Posisi sumber data yang berupa manusia (narasumber)
sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber di
sini memiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekadar memberikan tanggapan
pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan
informasi yang ia miliki (Sutopo, 2006:57-58).

Peneliti mengumpulkan data-data yang di anggap penting menggunakan tehnik


pengambilan data dengan cara interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan dokumentasi
(pengumpulan bukti, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi)

3. Narasumber

Narasumber yang diambil oleh peneliti dengan tehnik sampel bertujuan (purposive
sampling) Sampel bertujuan yakni sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu. Oleh karena itu, model pengambilan sampel dengan cara demikian disebut sebagai sampel
bertujuan. Dalam hal ini ada kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui
informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang
mantap. Dalam pengumpulan data, pilihan informan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan
peneliti dalam memeperoleh data (Patton, 1986:35).

1. Ketua organisasi

Peneliti memilih ketua organisasi sebagai sampel karena tingkat kesibukan yang lebih
tinggi daripada anggota yang lain. Hal ini dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi mahasiswa
yang melakukanya.

2. Mahasiswa yang memiliki organisasi lebih dari satu

Peneliti memilih mahasiswa yang memiliki organisasi yang banyak disebabkan tanggung
jawab yang dimiliki mahasiswa tersebut lebih besar terhadap organisasinya maupun kuliahnya.

III.3. Instrumen Penggalian Data

Teknik penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan proses penyidikan maksudnya kita
dapat membuat pengertian fenomena sosial secara bertahap,kemudian melaksanakannya, sebagian
besar dengan cara mempertentangkan membandingkan, merepleksi, menyusun katalog, dan
mengklasifikasi objek suatu kajian. Semua kegiatan itu merupakan penarikan sampel, untuk
menemukan keseragaman dan sifat umum dunia sosial, dan kegiatan dilakukan terus dan berulang
oleh peneliti lapangan kualitatif (Miles, 2007:47).

Pada umumnya data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui pengamatan,
wawancara, dan dokumentasi. Fokus pengamatan dilakukan terhadap 3 komponen utama, yaitu
space (ruang, tempat), actor (pelaku) dan aktivitas (kegiatan). Selama penelitian berlangsung,
peneliti memposisiskan diri sebagai human instrument yang meluangkan waktu banyak di
lapangan.

1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara


mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Kegiatan tersebut berkenaan dengan guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah
yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat. Observasi
nonpartisipan (nonparticipatoy observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya
berperan mengamati kejadian, tidak ikut dalam kegiatan (Sukmadinata, 2009:220)

Observasi sebagai teknik pengambilan data memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik wawancara atau angket. Jika wawancara dan angket mengharuskan peneliti
berkomunkasi dengan informan, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga dapat
dilakukan pada objek-objek yang lain, seperti alam, benda, ataupun suatu peristiwa.

Observasi ini tahapannya meliputi, pengamatan secara umum mengenai hal-hal yang
sekiranya berkaitan dengan masalah yang diteliti. Setelah itu identifikasi aspek-aspek yang
menjadi pusat perhatian, pembatasan objek dan pencatatan. Dalam observasi sangat dibutuhkan
kepekaan indra mata dan telinga serta pengetahuan peneliti untuk mengamati sasaran penelitian
dengan tidak mengakibatkan perubahan pada kegiatan/peristiwa/benda yang sedang diamati.

2. Wawancara

Menurut Yin (2000:108) Wawancara mendalam merupakan wawancara yang dilakukan


dengan lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat, dan tidak dalam suasana formal. Wawancara ini
dilakukan berulang pada informan yang sama, dengan pertanyaan berbentuk open-ended, yaitu
pertanyaan tentang fakta dari peristiwa atau aktivitas, dan opini.

Tujuan utama wawancara mendalam adalah untuk dapat menyajikan konstruksi saat
sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peritiwa, aktivitas, perasaan, motivasi,
tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam
wawancara mendalam, informant dapat mengemukakan pendapatnya, dan pendapat itu dapat
digunakan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya.

III.4. Teknik Analisis Data

Analisis data model interaktif, dikemukakan oleh Miles & Huberman (1984:23). Analisis
data model interaktif ini memiliki tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3)
penarikan kesimpulan/verifikasi. Menurut Miles dan Huberman (1984:23) ketiga komponen utama
yang terdapat dalam analisis data kualitatif itu harus ada dalam analisis data kualitatif, sebab
hubungan dan keterkaitan antara ketiga komponen itu perlu terus dikomparasikan untuk
menentukan arahan isi simpulan sebagai hasil akhir penelitian. Tehnik analisis dasa dilakukan
ketika proses pengumpulan data berlangsung di lapangan dan analisis data dilakukan dalam bentuk
siklus.

Analisis data dimulai dengan proses pengumpulan data yang dilakukan secara terus-
menerus hingga peneliti dapat menarik simpulan akhir. Apabila simpulan penelitian yang ditarik
masih dirasa meragukan, peneliti dapat mengulang kembali langkahpenelitian dari awal, yaitu
memulai kembali dari proses pengumpulan data di lapangan, hingga diperoleh kembali datadata
penelitian baru, sebagai dasar bagi penarikan simpulan kembali dengan lebih mantap.

Analisis interaktif dilakukan dalam proses siklus dengan mengkomparasikan semua data
yang diperoleh dengan data lain secara berkelanjutan. Proses interaktif dilakukan antar komponen,
sejak dimulai proses pengumpulan data, yang dilakukan dalam bentuk siklus. Dalam analisis ini,
peneliti bergerak di antara tiga komponen analisis, yaitu sajian data, reduksi data, dan verifikasi.
Setiap simpulan yang ditarik selama proses analisis data selalu dimantapkan dengan pengumpulan
data yang berkelanjutan, sampai pada tahap akhir penelitian atau verifikasi.

Dalam model analisis ini, peneliti dimungkinkan untuk melakukan pencarian kembali data
baru di lapangan, atau menelusuri kembali semua bukti penelitian yang tersimpan, apabila data
yang diperoleh dirasa kurang mantap sebagai dasa rpenarikan simpulan. Dengan demikian, selama
analisis data dilakukan dalam proses siklus, secara tidak langsung telah dilakukan triangulasi data
untuk kepentingan penarikan simpulan akhir penelitian. Ketiga langkah dalam komponen analisis
interaktif adalah sebagai berikut.

a. Reduksi Data

Komponen pertama dalam analisis data kualitatif adalah reduksi data. Dalam reduksi data
peneliti melakukan proses pemilihan atau seleksi, pemusatan perhatian atau pemfokusan,
penyederhanaan, dan pengabstraksian dari semua jenis informasi yang mendukung data penelitian
yang diperoleh dan dicatat selama proses penggalian data di lapangan. Proses reduksi ini dilakukan
secara terusmenerus sepanjang penelitian masih berlangsung, dan pelaksanaannya dimulai sejak
peneliti memilih kasus yang akan dikaji.

b. Sajian Data
Komponen kedua dalam analisis kualitatif adalah sajian data. Sajian data adalah
sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan kepada peneliti untuk menarik simpulan dan
pengambilan tindakan. Sajian data ini merupakan suatu rakitan organisasi informasi, dalam bentuk
deskripsi dan narasi yang lengkap, yang disusun berdasarkan pokok-pokok temuan yang terdapat
dalam reduksi data, dan disajikan menggunakan bahasa peneliti yang logis, dan sistematis,
sehingga mudah dipahami.

c. Penarikan Simpulan/Verifikasi

Makna adalah hal penting dalam penelitian kualitatif. Peneliti harus berusaha menemukan
makna berdasarkan data yang telah digali secara teliti, lengkap, dan mendalam. Bagaimana cara
menarik simpulan untuk memperoleh makna peritiwa yang ditelitinya, perlu dipikirkan dengan
hati-hati.

Penarikan simpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis dan interpretasi
data. Penarikan simpulan ini hanyalah salah satu kegiatan dalam konfigurasi yang utuh. Hal ini
sangat berbeda dengan penarikan simpulan dalam penelitian kuantitatif yang berkaitan dengan
pengujian hipotesis. Simpulan perlu diverifikasi selama penelitian berlangsung agar dapat
dipertanggungjawabkan. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan
kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin.
BAB IV
Hasil dan Analisis
IV.1 Jalannya Penelitian
Peneliti melakukan observasi dan wawancara yang dilakukan di Gedung B Fakultas
Psikologi dan kesehatan selama beberapa hari untuk mendapatkan data yang diperlukan.
1. Observasi
Peneliti melakukan observasi langsung selama beberapa hari untuk melihat tingkah
laku Mahasiswa Aktivis Semester 5 Jurusan Psikologi dalam mengerjakan tugas dan
menjalani perkuliahan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa Mahasiswa Aktivis Semester 5 Jurusan
Psikologi mengalami kecemasan saat mengerjakan tugas. Banyaknya waktu yang
digunakan untuk kegiatan di organisasi membuat responden kurang mampu membagi
waktu untuk mengerjakan tugasnya. Akibatnya, tugas kuliah dikerjakan ketika
mendekati deadline. Durasi waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tugas
cenderung singkat, karena responden sudah merasa cemas memikirkan deadline yang
diberikan oleh dosen.
2. Wawancara
Peneliti tidak hanya melakukan observasi, namun peneliti juga melakukan
wawancara dengan beberapa responden yang sesuai dengan kriteria yang disebutkan
diatas. Responden terdiri dari 7 Mahasiswa yang peneliti wawancara. Yaitu: Nopal (2
organisasi dan koordinator), Rijal (2 organisasi profit dan non profit), Tri susilo
(organisasi profit dan non profit), Durotun (2 organisasi), Anwar (Ketua organisasi),
Ali (2 organisasi), Ulin (ketua organisasi), Yusuf (2 organisasi), febrian (2 organisasi)

IV.2 Hasil Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian di Fakuktas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo
Semarang dengan metode observasi, wawancara dapat di paparkan temuan penelitian sebagai berikut :

a. Upaya Mahasiswa Untuk Mencari Ketenangan Diri


Dalam proses perkuliahan, mahasiswa mencari ketenangan diri saat mendapatkan
tugas perkuliahan dan tugas organisasi yang saling tumpang tindih. Seperti hasil
wawancara dengan Sdr. Naufal.
“Saya rajin mas, kalau ada tugas langsung Saya kerjakan, namun saat saya jenuh
dengan tugas yang bertumpuk, saya mencari ketenangan dengan bermain dengan
teman ataupun nongkrong. Setelah itu saya akan mengerjakan lagi”
Juga wawancara dengan Sdr. Uun,
“saat Saya menghadapi banyaknya tugas perkuliahan maupun organisasi, saya
nyoba mempersiapkan matang-matang dann mencoba berpikir dengan tenang,
sehingga gak ada yang kelewat”
Persiapan yang matang dengan ketenangan merupakan salah satu macam Defens
Mecanism Positif yang mempunyai akibat semua tugas perkuliahan dan tugas
organisasu akan terorganisir dengan baik.
Namun ada juga Defens Mecnism Negatif yang dilakukan oleh mahasiswa seperti
wawancara dengan Sdr. Tri Susilo:
“saya kalo lagi pusing karena beban tugas, kadang juga ngopi bareng temen-temen
biar bisa tenang”
Jadi, mahasiswa akan mencari ketenangan diri untuk mereduksi kecemasan akibat
beban perkuliahan maupun beban tugas organisasi.
b. Upaya Mahasiswa Untuk Mencari Pengalihan
Bentuk pengalihan yang dilakukan oleh responden biasanya adalah bermain game
dan mencari video hiburan di youtube. Seperti hasil wawancara yang dilakukan dengan
saudara Sdr. Febrian
“Ya kalau baru melihat tugas kadang saya sudah merasa pusing mas, jadi saya kadang
tidur atau melihat video atau saya bermain game”
Ada juga perilaku mahasiswa yang tergolong ekstrim, yaitu melakukan pengalihan
dari tugas perkuliahan dengan pergi sejauh mungkin dari dunia perkuliahan. Seperti
wawancara dengan Sdr. Tri Susilo.
“Saya naik gunung, saat pikiran sedang penat karena banyaknya tugas perkuliahan
dan tugas organisasi”
Jadi responden akan melakukan pengalihan dari tugas-tugas yang sedang dihadapi.
Responden akan melakukan kegiatan yang dianggap dapat mereduksi kecemasannya.
Namun, setelah rasa cemasnya cukup menurun, responden akan kembali mengerjakan
tugasnya.
c. Penyangkalan Tugas Sementara
Dalam proses pengerjaan tugas yang diberikan, mahasiswa melakukan
penyangkalan seperti mengganggap sedang tidak ada tugas sama sekali.
Peneliti melakukan wawancara dengan Sdr. Ulin.
“Biasa aja si, yang penting manajemen yang baik kadang aku bingung dengan teman-
teman yang seolah-olah merasa terbebani dengan adanya tugas padahal mereka
sepertinya tidak ada kegiatan lain”
Jadi, responden menyangkal bahwa dirinya mendapatkan tugas yang banyak.
Walaupun sebenarnya tugas yang responden dapat itu saling tumpamg tindih.
d. Motivasi untuk mereduksi kecemasan
Mahasiswa mencari pengalihan seperti butuh diberikan motivasi yang bisa
menambah semangat untuk mengerjakan tugas. Seperti hasil wawancara dengan
saudara Rijal
“Ya biasanya saya mendengarkan kalimat kalimat motivasi dari youtube mas. Ya itu
bisa meningkatkan motivasi saya dalam mengerjakan tugas, apalagi foto orang tua
yang saya pajang di kamar saya mas, menjadikan saya lebih bermotivasi.”
Jadi responden memiliki ciri motivasi yang sangat tinggi, karena walaupun tugas
sedang banyak, responden dapat mereduksi kecemasannya dan dapat menyelesaikan
tugas tepat waktu.
e. Memiliki skala prioritas
Mahasiswa akan membuat sebuah perencanaan yang matang agar setiap tugasnya
dapat terselesaikan. Seperti hasil wawancara pada saudari Durrotun
“Saya biasanya sudah punya prioritas yang mana dulu yang harus saya kerjakan
sebelum saya sibuk pada organisasi.”
Jadi responden sebelum adanya kecemasan, responden sudah punya rencangan
prioritas yang harus dikerjakan agar tugasnya terselesaikan.

IV.3 Pembahasan Hasil Penelitian


Defens Mecanism terbagi menjadi dua bagian. Yaitu, Defens Mecanism Positive dan
Defens Mecanism Negative. Defens Mecanism Positive adalah metode pertahanan diri yang
dilakukan untuk mereduksi kecemasan yang menunjang keberhasilan dari tugas yang menjadi
stressor mahasiswa. Sedangkan Defens Mecanism Negative adalah metode pertahanan diri yang
dilakukan untuk mereduksi kecemasan yang menjadikan tuagas mahasiswa menjadi tertunda atau
meningkatkan kegagalan dari tugas yang telah diberikan.

Mahasiswa/i yang aktif dalam organisasi memiliki kecenderungan merasakan kecemasan


sebelum tugas berakhir. Tetapi biasanya dari masing masing mahasiswa/i memiliki caranya untuk
mereduksi kecemasan tersebut. Sebagai salah satu contoh seperti responden yang memiki skala
prioritas untuk mengerjakan tugas yang mana dulu dan bagaimana caranya untuk mengerjakan
tugas tersebut.

Dalam hal ini, berbagai tehnik yang dilakukan mahasiswa yang telah dipaparkan di atas,
memiliki penafsiran bahwa mahasiswa pasti mempunyai tehnik pertahanan diri untuk mereduksi
kecemasanya. Walaupun sebenarnya yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki tujuan yang sama.
Seperti beberapa mahasiswa ada yang ngopi dengan teman-temanya, ada juga yang bermain
dengan teman-temanya, dan lain sebagainya. Namun tujuan utama meraka melakukan kegiatan
tersebuat adalah untuk mencari ketenangan diri agar dapat berpikir dan mengerjakan tugas tanpa
merasa terbebani.

Defens Mecanism sangat erat dengan emosi setiap mahasiswa. Setiap mahasiswa pasti akan
mencari kenyamanan untuk mendapatkan ketenangan diri. Defens Mecanism adalah tehnik
mahasiswa untuk mendapatkan kenyamanan tersebut. Akan menjadi sebuah masalah saat
mahasiswa terlau cemas ketika menghadapi tugas perkuliahan maupun tugas organisasi. Karena,
pada dasarnya seseorang tidak mau berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Inilah tugas
dari Defens Mecanism, individu akan mencoba untuk mengeluarkan segenap pertahanan diri agar
mampu menghadapi tugas-tugas yang ada.

Beberapa tehnik Defens Mecanism yang dilakukan oleh mahasiswa adalah Mencari
Ketenangan Diri, Mencari Pengalihan, Penyangkalan Tugas Sementara, Motivasi, dan Skala
Prioritas.
BAB V

Kesimpulan dan Saran

V.1 Kesimpulan

Proses interaktif dilakukan antar komponen, sejak dimulai proses pengumpulan data, yang
dilakukan dalam bentuk siklus. Dalam hal ini ada kecenderungan peneliti memilih informan yang
dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi
sumber data yang mantap. Dalam pengerjaan tugas, mahasiswa/i yang aktif dalam organisasi
memiliki kecenderungan merasakan kecemasan sebelum tugas berakhir. Tetapi biasanya dari
masing masing mahasiswa/i memiliki caranya untuk mereduksi kecemasan tersebut. Bisa saja
dalam hal ini mahasiswa memiliki kepercayaan diri yang tinggi jika tugasnya dapat dikerjakan
dengan sebaik mungkin.

V.2 Saran

Banyak mahasiswa yang memiliki organisasi lebih dari satu organisasi dan menjabat pada
posisi yang penting, sebagai mahasiswa kita sebagai mahasiswa jangan lupa untuk
memprioritaskan mana yang lebih baik dan membuat defens mechanism yang sesuai dengan
situasi dan kondisi kita, tentunya mengarah menuju hal yang positif. Dalam meredam kecemasan
jangan sekali – sekali kita mencoba dengan melakukan kegiatan yang negatif karena akan
mempengaruhi kebiasaan hidup yang sudah baik menjadi buruk. Kecemasan dalam masa kuliah
pasti dialami setiap orang dan pasti selalu ada jalan untuk menyelesaikannya.

Anda mungkin juga menyukai