Anda di halaman 1dari 28

Psikoterapi

Psikodinamika
Kelompok 1
Definisi
Psikoterapi Psikodinamika didirikan berdasarkan teori–teori Sigmund Freud, Ia mengasumsikan keberadaan komponen
tak-sadar yang kuat dari pikiran, dan tujuan utamanya adalah pemahaman atau membuat proses tak-sadar menjadi
disadari. Sebuah pendekatan psikoterapi yang sangat inferensial, yaitu masalah dan dampak terapi pada masalah itu sulit
untuk dinilai secara objektif dan empiris.

• Dasar teori ini membicarakan bahwa konflik psikologis di luar alam sadar dapat dilacak
pada masa kecil.
• Teori ini memiliki perhatian utama pada kehidupan dalam diri kita, mimpi-mimpi,
fantasi-fantasi, dan motif-motif tersembunyi kita
Teori Psikodinamika • Kesadaran orang dimotivasi oleh dorongan-dorongan dan impuls-impuls tersembunyi
(Denafianti, 2021) yang bersifat seksual atau agresif
Tujuan Psikoterapi Psikodinamika
Tujuan Psikoterapi Psikodinamika adalah untuk membuat yang tidak
disadari menjadi disadari (Cabanis, Cherry, Douglas & Scwartz, 2011;
Karon & Widener, 1995)

Kata pemahaman, yang sering digunakan oleh terapis maupun klien


psikodinamik, menangkap fenomena ini melihat ke dalam diri sendiri
dan melihat sesuatu yang sebelumnya tidak terlihat (Gibbons, Crits-
Christoph, Barber & Schamberger, 2007).

Ide fundamental ini adanya ketidaksadaran adalah salah satu kontribusi


terpenting dan abadi Freud pada psikologi klinis (Kernberg, 2004;
Lane & Harris, 2008).

Freud mengubah cara kita memikirkan tentang diri sendiri dengan


mengusulkan "proses-proses mental yang berada di luar kesadaran
individu" dan yang memiliki pengaruh penting dan kuat pada
pengalaman yang disadari" (Karon & Widener, 1995, hlm. 26).
Mengakses Ketidaksadaran
Psikoterapis psikodinamika mengapresiasikan proses tak sadar klien melalui inferensi, deduksi, dan
dugaan, sebuah teknik dengan mencoba “membaca” klien mereka dan menghipotesiskan tentang
kegiatan tak-sadar mereka dengan menggunakan proses – proses dibawah ini:

• Asosiasi Bebas

• “Slip Freudian”

• Mimpi

• Resistensi

• Mekanisme Pertahanan

• Transferensi
o Asosiasi Bebas
Asosiasi Bebas adalah sebuah teknik saat psikoterapis psikodinamika hanya sekadar meminta klien
untuk mengatakan apapun yang terlintas dibenaknya tanpa ada sensor sama sekali. Tugas klien
adalah memverbalisasikan pikiran apapun yang terjadi, tak peduli betapa tidak masuk akalnya, tidak
pantasnya, tidak logisnya, atau tidak pentingnya pikiran tersebut (Kernberg, 2004; Skelton, 2006)

o “Slip Freudian”
Menurut psikoterapis psikodinamik, semua perilaku kita sudah ditentukan tidak ada yang disebut
kesalahan acak, kecelakaan, atau slip (tergelincir). Jadi, jika sebuah perilaku tidak dapat dijelaskan
oleh motivasi yang kita sadari, pasti penyebabnya adalah motivasi yang tidak disadari. Dengan cara
ini, ketika kita mendapatkan sesuatu yang salah atau "lupa" akan sesuatu, kita mengungkapkan
keinginan tak-sadar. Psikoterapis psikodinamik yang melihat slips of tongue (salah bicara) selama
sebuah sesi atau yang mendengar cerita klien tentang kejadian semacam itu mungkin dapat melihat
sekelebat niat yang mendasari klien. Meskipun kebanyakan contoh slip Freudian bersifat verbal,
tetapi mereka juga bisa bersifat perilaku.
o Mimpi
Para psikoterapis psikodinamik percaya bahwa mimpi kita mengomunikasikan materi yang tidak disadari (Cabaniss dkk.,
2011). Freud berteori bahwa pada saat kita tidur, pikiran kita mengubah isi laten (pikiran dan perasaan mentah di dalam
ketidaksadaran) menjadi isi manifes (alur mimpi sebenarnya seperti yang kita ingat). Proses ini, yang disebut kerja
mimpi, menggunakan simbol- simbol untuk menyatakan keinginan, yang dapat menghasilkan keinginan tak- sadar yang
muncul dalam bentuk yang sangat terdistorsi atau tersamar. Didalam psikoterapi psikodinamik, terapis menganalisis
mimpi dengan berusaha mengungkapkan makna yang tidak disadari yang ada di baliknya/esensinya, melepaskan kerja
mimpi. Sering kali, terapis meminta klien untuk membantu di dalam proses interpretasi mimpi dengan menjelaskan
makna personal dari simbol-simbol yang muncul di dalam mimpi.

o Resistensi
Ketika isu-isu tertentu muncul selama perjalanan terapi, klien menjelaskan bahwa “mereka tidak mau ke sana" Mereka
mengkomunikasikan keengganannya dengan berbagai cara - sebagian dengan sangat jelas, Sebagian secara tidak
kentara. Mereka mungkin mengubah pokok bahasan, tiba-tiba ingat ada hal baru yang ingin mereka bahas. Mereka
mungkin mengisi sesi dengan membicarakan tentang topik-topik yang tidak esensial. Mereka mungkin datang terlambat
di pertemuan berikutnya atau sama sekali tidak datang. Psikoterapis psikodinamik mempunyai nama untuk perilaku klien
ini: resistensi (Dewald, 1964; Gabbard, 2009c; Karon & Widener, 1995; LaFarge, 2012; Lane & Harris, 2008).
o Mekanisme Pertahanan
Psikoterapis psikodinamik percaya bahwa dengan mengidentifikasi mekanisme mekanisme pertahanan yang tidak
disadari dan membawanya ke kesadaran klien, mereka dapat memperbaiki kualitas hidup klien. Menurut Freud,
komponen – komponen kepribadian menghasilkan mekanisme pertahanan tersebut. Model struktur pikiran Freud
mencakup tiga kekuatan, yang interaksi ketiganya kebanyakan terjadi di luar kesadaran kita, yaitu: id, superego dan
ego.

Id Superego Ego
Id adalah bagian pikiran yang superego adalah bagian pikiran Ego adalah penengah, pembuat
membangkitkan impuls hewani yang yang menetapkan aturan, kompromi antara id dan superego.
mencari kesenangan, mementingkan pembatasan, dan larangan. Kekuatan Kekuatan ini menghadapi tantangan
diri sendiri, memanjakan diri ini memberitahukan apa yang memuaskan secara parsial kekuatan-
sendiri. Kekuatan ini mencari "seharusnya" kita lakukan, dan kekuatan yang saling berlawanan,
kepuasan segera untuk keinginan- sering menggunakan rasa bersalah dan juga memenuhi tuntutan realitas.
keinginannya, yang sebagian besar untuk menekan kita agar tidak terlalu Ego bisa cukup kreatif dalam cara
bersifat biologis, tanpa mengingat menuruti kesenangan-segera menangani konflik id/superego.
konsekuensinya. Seiring berjalannya waktu, ia
mengembangkan koleksi teknik-
teknik yang diandalkannya
Freud percaya bahwa id adalah bawaan lahir, ia membuat teori bahwa
superego menjadi bagian dari pikiran melalui pengalaman-pengalaman
dengan figur-figur kekuasaan, khususnya orangtua. Secara esensial,
superego adalah internalisasi aturan dan moral yang diajarkan kepada kita,
dan posisinya secara langsung bertentangan dengan id (Kernberg, 2004,
Moore & Fine, 1990; Skelton, 2006). Menurut Freud, proses-proses mental
tak sadar kita melibatkan peperangan konstan antara id yang menuntut
pemuasan instan dan superego yang secara konstan menuntut untuk
menahan diri. Bagaimana pikiran mengelola peperangan ini? Apa yang
dilakukannya dengan impuls-impuls yang saling bertentangan? Tanggung
jawabnya jatuh pada ego, komponen ketiga di dalam model struktur pikiran
Freud. Ego adalah penengah, pembuat kompromi antara id dan superego.
Kekuatan ini menghadapi tantangan memuaskan secara parsial kekuatan-
kekuatan yang saling berlawanan, dan juga memenuhi tuntutan realitas. Ego
bisa cukup kreatif dalam cara menangani konflik id/superego. Seiring
berjalannya waktu, ia mengembangkan koleksi teknik-teknik yang
diandalkannya. Seperangkat teknik inilah yang oleh Freud dan para
pengikutnya disebut mekanisme pertahanan (Gabbard, 2005; Lane &
Harris, 2008).Jadi, apa sajakah mekanisme pertahanan yang lazim
digunakan? Meski- pun Sigmund Freud menawarkan deskripsi tentang
banyak mekanisme pertahanan, termasuk putrinya, Anna Freud, telah
menambah daftar tersebut (Dewald, 1964; Freud, 1936; Sandler & Freud,
1985).
Sebagian mekanisme pertahanan yang paling banyak diakui, dengan mengingat bahwa semuanya terjadi tanpa
disadari. Definisi-definisinya akan diikuti dengan contoh-contoh.•

➢ Represi.
Ketika id mempunyai sebuah impuls dan superego menolaknya, ego dapat merepresi (menekan) kesadaran tentang
impuls tersebut dan konflik id/superego di seputar itu. Dengan kata lain, ego dapat mengambil impuls tersebut dan
konflik batin yang diciptakannya dan "menyembunyikan masalahnya" sedemikian rupa sehingga kita bahkan tidak
pernah menyadari bahwa kita memilikinya. Denial (pengingkaran) adalah mekanisme pertahanan yang serupa dengan
itu, tetapi biasanya merujuk pada kejadian-kejadian yang terjadi pada diri kita, bukan impuls- impuls yang timbul dari
dalam diri kita.

➢ Proyeksi.
Ketika id mempunyai sebuah impuls dan superego menolaknya, ego dapat memproyeksikan impuls id tersebut kepada
orang lain di sekitar kita. Dengan cara ini, kita mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa impuls yang tidak dapat
diterima adalah milik orang lain, bukan milik kita. Secara esensial, kita mengatribusikan kualitas-kualitas paling tidak
dapat diterima kita pada orang lain, didalam prosesnya, kita menempatkan diri kita sebagai pihak yang mungkin
menerima perilaku orang lain yang tidak dapat diterima, bukan sebagai orang dengan impuls yang akan kita
laksanakan sendiri.

➢ Bentuk reaksi.
Ketika id mempunyai sebuah impuls dan superego menolaknya, ego dapat membentuk sebuah reaksi melawan impuls
id itu- secara esensial, melakukan hal yang merupakan lawan dari impuls tersebut. Jadi, ketika id mendorong kita untuk
melakukan sesuatu yang mementingkan diri sendiri, kita tidak sekadar menolak godaan; kita melakukan sesuatu yang
tidak mementingkan diri sendiri, seakan-akan mengimbangi impuls id aslinya.
➢ Pengalihan.
Ketika id mempunyai sebuah impuls dan superego menolaknya, ego dapat mengalihkan impuls id ke arah target yang
lebih amar.. Alih-alih mengarahkan tindakan yang diinginkan id kepada orang atau sesuatu yang diinginkannya, kita
mengalihkan arah impuls itu ke orang atau objek lain untuk meminimalkan penolakan-dengan cara ini, superego juga
sedikit dipuaskan. Frasa "kicking the dog" digunakan untuk mendeskripsikan pengalihan, yang mengilustrasikan
bagaimana ego dapat mengalihkan arah dorongan yang bersifat merusak

➢ Sublimasi.
Ketika id mempunyai sebuah impuls dan superego menolaknya, ego dapat menyublimasikannya secara esensial,
mengalihkan arahnya sedemikian rupa sehingga perilaku yang dihasilkannya sebenarnya menguntungkan orang lain.
Berbeda dengan "kicking the dog", yaitu tak seorang pun diuntungkan oleh perilaku itu (terutama "si anjing"),
sublimasi memungkinkan id untuk melakukan keinginannya, dan di dalam prosesnya, orang lain tertolong, bukan
dirugikan.
o Transferensi
Transferensi mengacu pada kecenderungan klien untuk membentuk hubungan dengan terapis, yaitu mereka secara
tidak sadar dan secara tidak realistis berharap terapisnya untuk berperilaku seperti orang-orang penting dari masa lalu
klien. Dengan kata lain, tanpa menyadarinya, seorang klien "memindahkan" perasaan, ekspektasi dan asumsi dari
hubungan yang lalu, biasanya hubungan dengan orangtua kehubungan dengan terapis. Secara esensial, klien
memungkinkan hubungan yang kuat di masa lalu untuk mendistorsi pandangannya tentang terapisnya, dan secara tidak
kentara mereka "berprasangka" bahwa terapis adalah seseorang yang respons-responsnya merupakan "gema" dari
respons ibu, ayah, atau figur penting lain di masa lalu (Gabbard, 2005; Gabbard, 2009c; Goldberg, 2012b; A.
Harris, 2012; Lane & Harris, 2008).

Transferensi “pada umumnya dianggap sebagai focus terpenting” psikoterapi psikodinamik (Galatzer-Levy,Bachrach
Skolnikoff & Waldron, 2000, Hal.27) dan dilihat sebagai alat paling kuat dari orang – orang yang melaksanakan
psikoterapi psikodinamik (Karon & Widener, 1995, hlm. 27).
Tahap – Tahap Psikoseksual: Implikasi Klinis
Tahap – tahap Perkembangan Psikoseksual Freud: Oral, anal,
falik, latensi dan genital adalah salah satu diantara aspek –
aspek yang paling luas diketahui dari teorinya. Implikasi –
implikasi yang paling relevan bagi psikolog klinis dan bagi
pendekatan psikoterapi psikodinamik diantara kelima tahap
adalah pada ketiga tahap pertama pada umumnya telah
menerima perhatian lebih banyak dari psikoterapis
psikodinamik, khususnya tentang fiksasi merujuk pada ide
bahwa ketika anak melalui tahap-tahap perkembangan mereka
mungkin menjadi “terjebak” secara emosional disalah satu
Tahap Perkembangan sampai tingkat tertentu dan mungkin
terus bergulat dengan isu- isu yang terkait dengan tahap itu
selama bertahun-tahun, seringkali bahkan sampai dewasa.
Meskipun Fiksasi dapat terjadi untuk beragam alasan, yang
paling sering terjadi jika orangtua “terlalu banyak” atau “terlalu
sedikit” merespon kebutuhan anak pada titik perkembangan
tertentu.
Tahapan Psikoseksual Menurut Freud
Tahap Genital
Dewasa 05 (Pubertas - Mati)

Tahap Latency
04 (7-13 tahun)

Tahap Phallic
Tahap perkembangan
03 (3-6 tahun)

Tahap Anal
02 (2-3 tahun)

Tahap Oral
Bayi 01 (0-1 tahun)
Bentuk - Bentuk Psikoterapi Psikodinamik yang lebih kontemporer
Psikologi Ego (Erick Erikson)

• Teori Perkembangan delapan tahapnya, merevisi tahap-tahap psikoseksual Freud untuk


menyoroti hubungan sosial dan menekankan kecenderungan adaptif ego atas dorongan
berbasis-kesenangan/id.

Aliran Relasi Objek (Melanie Klein, Otto Kernberg, Ronald Fairbairn, Dll)

• Tidak menekankan konflik internal (id versus superego) dan menekankan hubungan di antara
“objek” yang diinternalisasikan (yang pada dasarnya adalah orang-orang penting dari kehidupan
anak; William, 2012).

Aliran Psikologi Diri (Hans Kohut, Dll)

• Menekankan peran orangtua didalam Perkembangan diri anak, dengan perhatian khusus pada
makna narsisisme diberbagai titik, termasuk didalam terapi. (Karon & Widener, 1995; Skelton,
2006; Terman, 2012)
Perbandingan Psikoterapi Psikodinamik Singkat
dan Jangka panjang
Psikoterapi Psikodinamik Singkat Psikoterapi Psikodinamik Jangka Panjang
Membentuk aliansi terapeutik dengan cepat Membentuk aliansi terapeutik secara berangsur –angsur.

Fokus pada masalah spesifik yang didefinisikan secara Fokus pada rentang masalah yang luas
sempit
Tingkat aktivitas terapi relatif tinggi Tingkat aktivitas terapis relatif rendah

Psikopatologi klien tidak terlalu berat Psikopatologi klien lebih berat

Fokus terutama pada apa yang terjadi disini, pada saat Fokus pada masa lalu dan masa kini
ini
Kemampuan klien untuk menerima perpisahan tinggi Kemampuan klien untuk menerima perpisahan beragam

Klien memiliki hubungan objek yang baik Klien memiliki hubungan objek yang buruk

Sumber: Diadaptasi dari Dewan, M., Weerasekera, P. & Stormon, L. (2009)


Contoh Variasi psikoterapi psikodinamik :

1. Terapi Interpersonal (IPT)


Harry Stack Sullivan
Aliran Pemikiran Psikodinamik Interpersonal

1980 dikembangkan oleh Gerald Klerman, Myrna Diciptakan untuk menangani depresi, tetapi sejak itu digunakan
Weissman, dkk untuk mengangani banyak gangguan lain (Blanco & Weissman,
2005; Klerman, Weissman, Rousanville & Chevron, 1984;
Markowitz & Weissman, 2012; Weissman, 1995)

Terapi dirancang untuk berlangsung sekitar 14 – 20 Tujuannya lebih terfokus dan terbatas dibandingkan perubahan
Sesi struktural kepribadian secara keseluruhan. Metode – metode
diikhtisarkan didalam sebuah panduan yang disertai dengan
pedoman terapi (Klerman dkk, 1984)

Asumsi fundamental IPT adalah bahwa Terapi ini fokus pada hubungan interpersonal dan ekspektasi
depresi terjadi di dalam konteks hubungan peran saat ini dan cenderung kurang menekankan sebagian
interpersonal. Jadi, memperbaiki aspek psikoterapi psikodinamik yang lebih tradisional yang
hubungan klien dengan orang lain akan berkaitan dengan struktur intrapsikis dan fiksasi masa kanak-
memfasilitasi kemajuan di dalam gejala- kanak (Frank & Levenson, 2011; Levenson dkk., 1997; Swartz &
gejala depresif klien Markowitz, 2009; Weissman, 1995).
IPT berjalan dalam 3 tahap yaitu:

Tahap pertama (sekitar 2 sesi di kebanyakan kasus) melibatkan mengkategorisasikan


masalah klien ke dalam salah satu di antara keempat kategori yaitu transisi peran,
konflik peran, gangguan interpersonal dan kesedihan.

Sesi-sesi pertengahan (10-12 sesi) menekankan pada perbaikan masalah klien yang
diidentifikasi di tahap pertama. Metode psikodinamik lazim digunakan di sini,
termasuk fokus pada emosi-emosi saat ini, eksplorasi transferensi dan resistensi,
tahap pertengahan sering memasukkan sebuah komponen edukatif, yaitu terapis
mengajari klien tentang depresi dan gejala-gejalanya.

Tahap terakhir (2-4 sesi) melibatkan tinjauan tentang pencapaian klien pengakuan
akan kapasitas klien untuk berhasil mengatasi depresi tanpa bantuan terus-menerus
dari terapis, dan upaya untuk mencegah kambuhan (Klerman dkk, 1981: Levenson
dkk, 1997)
2. Terapi Dinamik Berbatas-waktu (TLDP)
Psikoterapi Dinamik Berbatas-Waktu (Time-Limited jika hubungan klien dengan terapis mengikuti "skrip" tak-sadar seperti
Dynamic Psychotherapy) (TLDP) adalah aplikasi modern hubungan-hubungan klien lainnya, hubungan itu mungkin akan berakhir
dari apa yang disebut "pengalaman emosional korektif" buruk, tetapi jika terapis dapat membuat klien lebih menyadari tentang
(Alexander & French, 1946): Klien akan dibawa pada skrip dan menawarkan peluang untuk memberlakukan skrip yang lebih
terapi isu transferensi yang sama yang mereka bawa ke realistis, maka "pengalaman emosional" itu akan "korektif" atau terapeutik
banyak hubungan lain, dan tugas terapis adalah (Binder, Strupp & Heny, 1995; Steenbarger, 2008)
memastikan bahwa kali ini interaksinya akan berakhir
dengan cara lain TLDP bersifat menurut pengalaman; hubungan di sini dan sekarang antara
terapis dan klien merupakan alat utama untuk perubahan terapeutik.
Seperti kebanyakan bentuk psikoterapi psikodinamik yang lebih baru,
TLDP biasanya jauh lebih singkat dibandingkan psikoanalis klasik (sekitar
20-25 sesi; Levenson, 2010).

Tugas primer terapis adalah mengidentifikasi "skrip" yang tampaknya


tanpa sadar diikuti oleh klien. Skrip ini adalah produk sampingan dari
hubungan-hubungan sebelumnya (sering kali dengan orangtua), ketika
klien belajar tentang apa yang dapat diharapkan dari orang lain. Terapis
TLDP berasumsi bahwa masalah klien paling tidak sebagian disebabkan
oleh penerapan skrip ini pada hubungan atau situasi yang tidak sesuai
Ketika terapis melaksanakan TLPD, mereka sering menggunakan sebuah diagram visual yang disebut pola siklus
maladaptif (Levenson, 1955). Model kerja dan isu – isu utama klien yang diorganisasikan menjadi 4 kategori,
yaitu:

2. Ekspektasi 3. Tindakan orang 4. Tindakan orang


1. Tindakan orang
tentang reaksi lain terhadap itu terhadap
itu sendiri
orang lain orang itu dirinya sendiri

Dengan mengidentifikasi keempat komponen siklusnya, terapis TLDP dapat membantu klien untuk lebih
menyadari tentang pikiran dan perilaku tertentu yang berkontribusi pada skrip keliru yang mereka terapkan,
maupun alternatif-alternatif yang lebih sehat untuk pikiran dan perilaku tersebut.
TOKOH ADLER:
PSIKODINAMIK Psikologi individual
YANG LAIN Psikoterapi berbasis Adler biasanya melibatkan analisis terhadap
pengalaman masa lalu dan dinamika keluarga seseorang. Terapis
juga dapat membantu klien dalam memperbaiki konsep diri dan
Konstelasi Keluarga Masa Kecil meningkatkan motivasi untuk mencapai tujuan hidup mereka.
> Konstelasi keluarga masa kecil merujuk
pada hubungan dan dinamika keluarga di
masa lalu seseorang.
> Urutan kelahiran dalam keluarga dapat
mempengaruhi kepribadian dan
karakteristik seseorang.
Mimpi
Ingatan > Mimpi adalah pengalaman bawah sadar
> Ingatan merupakan hal yang sangat yang dialami seseorang ketika sedang
penting dalam psikologi individual karena tidur. Menurut Adler, mimpi dapat
pengalaman masa lalu dapat memberikan wawasan tentang konflik
mempengaruhi kepribadian dan perilaku emosional dan psikologis yang dialami
seseorang pada masa kini. seseorang. Mimpi juga dapat memberikan
> Pengalaman masa lalu dapat menjadi gambaran tentang bagaimana seseorang
sumber motivasi dalam hidup seseorang. mempersepsikan diri mereka sendiri dan
dunia di sekitarnya.
TOKOH JUNG:
PSIKODINAMIK Psikologi Analitis
YANG LAIN Psikoterapi dalam psikologi analitis bertujuan untuk membantu
individu dalam memahami dan memperbaiki konsep diri dan
Tes Asosiasi Kata hubungan dengan orang lain. P
> Tes Asosiasi Kata adalah teknik psikologi untuk memahami
dan mengeksplorasi aspek-aspek tak sadar dari pikiran
seseorang.
> Tes Asosiasi Kata digunakan dalam psikologi analitis untuk
membantu individu mengenali aspek-aspek tak sadar dari diri
mereka yang mungkin mempengaruhi perilaku dan
pandangan hidup mereka.

Imajinatif Aktif
Analisis Mimpi
> Teknik ini melibatkan visualisasi kreatif, di mana individu diminta untuk
> Analisis mimpi dapat
memvisualisasikan dan berinteraksi dengan aspek-aspek tak sadar dalam diri
membantu individu dalam
mereka.
memahami diri mereka
> Membantu individu dalam memperoleh pemahaman yang lebih dalam
sendiri dan memperoleh
tentang konsep diri dan arketipe dalam diri mereka. Teknik ini juga dapat
pemahaman yang lebih
membantu individu dalam mengatasi masalah emosional dan psikologis
dalam tentang arketipe dan
dengan mengeksplorasi dan memahami aspek-aspek tak sadar dari diri
konsep-konsep tak sadar yang
mereka.
ada dalam diri mereka.
TOKOH KLEIN :
PSIKODINAMIK Relasi Objek
YANG LAIN
Dalam psikoterapi, teori relasi objek yang dikembangkan oleh
Klein dapat digunakan untuk membantu individu dalam
memahami dan mengatasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan hubungan interpersonal dan perasaan mereka
terhadap objek tersebut. Terapis akan membantu individu
dalam mengembangkan pemahaman yang lebih dalam
tentang bagaimana hubungan mereka dengan orang lain dan
bagaimana hubungan ini mempengaruhi perasaan mereka
terhadap diri sendiri.

Terapis juga akan membantu individu dalam memahami dan


mengatasi masalah-masalah internal yang mungkin muncul Terapis akan membantu individu dalam
dalam hubungan mereka dengan objek, seperti kecemasan, mengembangkan keterampilan dan strategi
rasa takut, dan perasaan bersalah. untuk mengatasi masalah-masalah yang
mungkin muncul dalam hubungan mereka
dengan orang lain, serta membantu individu
dalam memperoleh pemahaman yang lebih
dalam tentang konsep diri mereka sendiri
TOKOH
PSIKODINAMIK
YANG LAIN

Horney: Psikoanalisis Sosial


Fromm: Psikoanalisis Humanistis
Sullivan: Interpersonal
Erikson: Post-Freudian
Seberapa baikkah hasil psikoterapi psikodinamika ?
Sifat psikoterapi psikodinamik sangat menyulitkan pengukuran efek-efeknya. Dari sudut pandang
seorang peneliti empiris, tantangan mendefinisikan dan mengukur hasil psikoterapi psikodinamik-
dan bahkan konsep-konsep dasar psikoanalisis yang menjadi dasar terapi, seperti ketidaksadaran,
transferensi, pemahaman dan mekanisme pertahanan-akan amat sangat menantang (Gibbons dkk,
2007, Luborsky & Barrett, 2006).

Di samping itu, pertanyaan-pertanyaan ini membantu kita memahami mengapa metodologi


banyak studi tentang hasil terapi psikodinamik sangat diremehkan, dan mengapa begitu sedikit
terapi psikodinamik yang telah dijadikan panduan, dijadikan subjek percobaan empiris, atau
dimasukkan dalam daftar penanganan yang berhasil (Sandell, 2012).

Terlepas dari tantangan-tantangan metodologis ini, sudah ada banyak upaya untuk mengukur
hasil psikoterapi psikodinamik. Sebuah tinjauan skala- besar terhadap studi hasil psikodinamik
dan psikoanalisis yang, secara total, mencakup hampir 2.000 klien yang ditangani oleh sekitar
500 terapis di berbagai macam lingkungan, menunjukkan bahwa sebagian besar klien membaik
secara substansial (Galatzer-Levy dkk., 2000).
Rangkuman
Psikoterapi Psikodinamik didirikan berdasarkan teori – teori Sigmund Freud. Ia mengasumsikan keberadaan komponen
tak-sadar yang kuat dari pikiran, dan tujuan utamanya adalah nya adalah pemahaman atau membuat proses tak-sadar
menjadi disadari, Ini adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang sangat inferensial, yaitu masalah dan dampak terapi
pada masalah itu sulit untuk dinilai secara objektif dan empiris.

Psikoterapis psikodinamik mendapatkan akses ke ketidaksadaran klien dengan banyak cara, termasuk asosiasi bebas,
slip Freudian, mimpi dan resistensi yang diperlihatkan klien selama terapi. Konflik tak-sadar antara id dan superego
yang terus-menerus mengharuskan ego untuk menengahinya dengan menerapkan mekanisme pertahanan seperti
represi, proyeksi, bentuk reaksi, pengalihan dan sublimasi. Penyandaran diri pada mekanisme pertahanan tertentu
dapat menandai kepribadian seseorang maupun isu- isu klinis yang dibawanya ke terapi.

Klien sering mengalami transferensi terhadap terapis psikodinamiknya, dan mereka tanpa sadar dan secara tidak
realistis mengharapkan terapis untuk berhubungan dengannya seperti orang-orang penting dari masa lalu klien. Terapis
psikodinamik sering menjalankan peran "layar kosong" untuk memfasilitasi proses transferensi ini dan berasumsi bahwa
klien mungkin juga telah mentransfernya pada orang lain yang berhubungan dengannya.

Terapis psikodinamik juga memberikan perhatian signifikan pada isu-isu klinis yang mungkin timbul dari fiksasi di salah
satu tahap perkembangan psikoseksual awal (misalnya, oral, anal atau falik). Psikoterapi psikodinamik secara tradisional
relatif berjangka-panjang, tetapi versi versi yang lebih singkat, seperti ITP dan TKDP, telah muncul selama beberapa
dekade terakhir, dan bukti-bukti telah mulai terakumulasi untuk mendukung efikasinya, terutama untuk pasien depresi.
Secara keseluruhan, sifat psikoterapi psikodinamik telah menghalangi pengumpulan data hasil empiris, tetapi data yang
telah terkumpul menunjukkan bahwa terapi ini lebih-kurang sama efektifnya dengan bentuk-bentuk psikoterapi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J., Feist, J. G., & Roberts, A. T. (2017). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba
Humanika

Pomerantz, Andrew M. (2014). Psikologi Klinis, Ilmu Pengetahuan, Praktik, dan


Budaya Edisi 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Corsini, R. J. & Wedding, D., 2011. Current Psychotherapies. Ninth Edition. E-book
Our team

Bonaventura KR Indrawati
11107007 121107043

Lutfatun Meilani Natasya Rosdianita


121107005
121107107
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai