Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI BELAJAR DALAM PERSPEKTIF MADZHAB PSOKOLOGI:


PSIKOANALISIS DAN BEHAVIORISME

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Ningsih Fadhilah, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Imelda Mifrotul Ain (20122114)


2. Taufiq abdullah ( 20122091)
3. Chayyunah Manzilatur Rohmah ( 20122101)
4. Khoerul Adnani (20122082)

KELAS E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.
Tidak lupa kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad
Saw. Semoga syafaatnya mengalir kepada kita di hari akhir kelak.

Makalah ini yang berjudul “TEORI BELAJAR DALAM PERSPEKTIF


MADZHAB PSOKOLOGI: PSIKOANALISIS DAN BEHAVIORISME” bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Pekalongan, 12 September 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi pendidikan merupakan bagian dari studi psikologi tentang faktor dan
proses yang berhubungan dengan pendidikan. Dari sana, kita bisa melihat bahwa ada
hubungan yang kuat antara psikologi pendidikan dan kegiatan belajar.Psikologi
pendidikan berfokus pada masalah kegiatan belajar, hal ini juga mengacu pada
kegiatan mengajar. Konsumen utama psikologi pendidikan adalah tenaga pendidik
yakni guru dan dosen. Mereka dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini dalam
menjalankan fungsinya untuk menciptakan tindakan proses belajar mengajar yang
efektif.

Psikologi pendidikan juga mempelajari tentang teori-teori psikologi yang


dapat diterapkan dalam bidang akademis, seperti teori behavioristik, teori humanistik,
teori kognitif, dan teori konstruktivisme. Selain itu, terdapat tren penelitian terkini
dalam psikologi pendidikan, seperti pengembangan teknologi pendidikan yang dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran psikologi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Teori Psikoanalisis


2. Bagaimana Implementasi Teori Psikoanalisis dalam Pendidikan
3. Bagaimana Konsep Teori Behavioristik
4. Bagaimana Implementasi Teori Behavioristik dalam Pendidikan

C. Tujuan penulisan

1. Mengetahui Bagaimana Konsep Teori Psikoanalisis


2. Mengetahui Bagaimana Implementasi Teori Psikoanalisis dalam Pendidikan
3. Mengetahui Bagaimana Konsep Teori Behavioristik
4. Mengetahui Bagaimana Implementasi Teori Behavioristik dalam Pendidikan

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Psikoanalisis


Teori psikoanalisis adalah suatu teori yang membahas hakikat dan
perkembangan bentuk kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori
ini adalah motivasi, emosi dan aspek kepribadian lainnya. Teori psikoanalisis juga
mengenalkan sebuah konsep yang tidak disadarinya sebagai bagian kepribadian,
dimana tempat keinginan dan konflikdapat mempengaruhi tingkah laku. Teori
psikoanalisis juga berperan sangat penting pada masa kecil dalam pembentukan
kepribadian seseorang, maka sebab banyak konflik dan masalah psikologis pada anak
tidak terselesaikan dan anak mengalami trauma.
Dalam kenyataan para psikologi social, teori psikoanalisis hanya dapat
menggambarkan fakta tetapi tidak dapat dipakai sebagai predictor tingkah laku. Teori
psikoanalisis dikembangkan oleh ilmuan psikologi yang Bernama Sigmund
Freunddan pengikutnya pada abad ke-20 sebagai stidi fngsi dan perilaku psikologis
manusia. Sigmund Freund terkenal karena gagasanya tentang kepribadian manusia.
Freud menggolongkan aparat " aparat psikis menjadi tiga
golongan,diantaranya:
1. Libido
Libido merupakan energi vital, murni bersifat psikologis, dan tidak
boleh tercampur dengan energi fisik yang berasal dari kebutuhan biologis,
seperti lapar dan haus. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan
sejumlah insting yang terbagi menjadi dua jenis: insting hidup dan insting
kematian. Insting hidup adalah insting untuk mempertahankan kehidupan atau
keturunan, sedangkan insting kematian adalah insting bahwa suatu saat
seseorang akan mati.
2. Struktur mental
Sigmund Freud percaya bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat
kesadaran, yaitu
a. Kesadaran (Concious)

v
Tingkat kesadaran memuat segala hal yang kita perhatikan pada waktu
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil dari kehidupan mental
(pikiran, persepsi, emosi dan ingatan) yang memasuki kesadaran. Isi dalam
kesadaran merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh
rangsangan atau sinyal dari luar. Isi kesadaran hanya ada di alam sadar
untuk waktu yang singkat dan segera terhapus di alam sadar atau tidak
sadar segera setelah orang tersebut mengalihkan perhatiannya ke alam
sadar lainnya.
b. Prasadar (Preconcious)
Dinamakan juga dengan istilah ready memory, yaitu tingkat kesadaran
yang menjembatani antara sadar dan tidak sadar. Prasadar berasal dari
alam sadar dan alam bawah sadar. pengalaman-pengalaman yang ditinggal
oleh perhatian, awalnya dikenali, tetapi tidak lagi diperhatikan, ditekan dan
dipindahkan ke alam bawah sadar. Sebaliknya, isi materi alam bawah sadar
bisa saja muncul di alam bawah sadar. Jika sensor sadar mendeteksi
bahaya yang mungkin timbul dari kehadiran materi yang tidak disadari,
materi tersebut kembali dihilangkan. Secara tidak sadar. Materi bawah
sadar yang sudah ada di alam bawah sadar dapat muncul dalam kesadaran
dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah pengucapan, dan
mekanisme pertahanan.
3. Struktur Kepribadian
Pendekatan secara struktual yang dikembangkan oleh Freund
memberikan ulasan tentang bagian dari psikologi yang mempunyai tugas untuk
memberi dorongan atau energi secara psikis yang ada, terdapat tiga struktur
utama:
a. Id
Ialah sumber dorongan dan motif yang telah ada sejak kelahiran dan
tidak disadari, yang bertindak atas prinsip kesenangan dan harus segera
mungkin dipuaskan.
b. Ego
Ialah mekanisme untuk beradaptasi terhadap realitas,serta bertindak
sebagai mediator antara id dan superego.
c. Superego

vi
Mewakili niali-nilai yang ada di dalam Masyarakat atau anggota
Masyarakat lainya dan dapat dianalogikan dengan hati Nurani.

B. Implementasi Teori Psioanalisis dalam Pendidikan


Dalam perkembangannya, teori psikoanalitik banyak diterapkan di dunia
pendidikan. Beberapa di antaranya dijelaskan pada uraian berikut ini.
1. Tentu saja berbicara tentang konsep kecemasan yang diperkenalkan oleh Freud
juga terkait dengan proses pendidikan. Kecemasan adalah fungsi dari ego
memperingatkan orang-orang tentang potensi bahaya respons adaptif yang tepat
dapat disiapkan. Dalam pendidikan, konsep kecemasan Setiap individu dapat
dirawat dan dikembangkan oleh seorang guru/konselor untuk kepentingan siswa.
Dengan konsep ini siswa terbantu hargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Dengan kata lain, konsepsi kecemasan diarahkan pada pendidikan di bidang emosi
atau karakter.
2. Dalam bidang yang lebih luas, teori psikoanalitik juga digunakan Proses
pendidikan didasarkan pada kecerdasan majemuk. Setiap individu memilikinya
kecerdasan yang berbeda. Namun, tidak akan ada dua kepribadian yang
berbeda.anak kembar mempunyai kecerdasan serupa. Kecerdasan bukanlah acuan
tentang angka-angka yang berhubungan dengan IQ. Menurut Garner, ada beberapa
kecerdasan ada pada manusia, khususnya matematika, bahasa,kinestetik,
visuospasial, musikal, intrapersonal, interpersonal, natural dan eksistensial.
Pendidikan harus menghubungkan semua pikiran milik siswa. Mengembangkan
bakat dan minat yang sesuai Kebutuhannya tentu sejalan dengan teori Freud
bahwa manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai keinginan dan kebutuhan
dasar.
3. Konsep psikoanalitik menegaskan bahwa manusia memang demikian makhluk
hidup dengan kebutuhan dan keinginan dasar. Dengan konsep ini, Guru dapat
mengimplementasikannya dalam dunia pendidikan. Berbagai faktor dalam
pendidikan dapat dikembangkan berdasarkan konsep ini. Misalnya kurikulum atau
perangkat pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh pendidik analisis
kebutuhan dan tujuan yang berbeda-beda sehingga apa yang diajarkannya sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Itu normal digunakan dalam berbagai
proses pendidikan dan pengembangan penelitian.

vii
4. Mengenai perilaku agresif siswa, pendidik harus mempunyai kemampuan untuk
mengontrol dan menyesuaikan sikap tersebut agar menjadi lebih positif. Agresi
dalam psikologi adalah salah satu caranya bagi siswa memuaskan keinginan yang
cenderung menghancurkan, mengganggu atau menyakiti orang lain. Dengan kata
lain, agresi adalah ekspresi perasaan frustrasi yang tidak pantas. Dalam hal ini,
penyebabnya adalah tindakan agresif Ini bisa berupa ulasan negatif atau komentar
yang menyakitkan. Jika siswa Jika Anda melakukan kesalahan, sebaiknya jangan
dihukum dengan kata-kata kasar atau kata-kata kasar Hukuman lain akan sangat
merusak secara psikologis. Perawatan untuk Situasi ini dapat dicapai dengan
mengajukan pertanyaan pribadi, memberikan saran dan nasihat, yang tidak
menghukum tetapi membawa semacam kebebasan batin bertanggung jawab dan
membantunya berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
5. Perlunya pendidikan inklusif pada semua jenjang pendidikan. Pendidikan inklusif
adalah pendidikan tanpa diskriminasi dengan siswa. Dalam hal ini, sekolah harus
siap merespons dan menerima siswa berkebutuhan khusus. Secara psikologis,
dengan kekurangan ini akan mengalami krisis kepercayaan diri.atau lebih rendah.
Untuk mengurangi dan menghilangkan rasa rendah diri tersebut, sekolahlah harus
menerima kecacatan ini tanpa merasa menjadi bagian yang terpisah darinya
publik. Dengan pendidikan inklusif, masalah ini perlu diselesaikan Membantu
anak-anak cacat.
6. Konsep psikoanalisis yang diterapkan pada pendidikan adalah pendidikan untuk
meningkatkan kreativitas siswa. Saat ini kita sedang berada kita berada di era
revolusi teknologi informasi. Di era sekarang ini, setiap manusia sangat
membutuhkan kemampuan kreatif yang unik dan lebih baik. Siapa yang berhasil
saat ini, adalah orang-orang dengan kreativitas tanpa batas. Melihat seperti pendiri
Facebook, Android, Samsung dan lain-lain. Mereka ada dan berhasil mencapai
puncak kejayaan melalui inovasi dan kreativitas standar. Menurut Freud,
kreativitas adalah bagian dari kepribadian didorong untuk menjadi kreatif jika
mereka tidak mampu melakukannya kebutuhan seksual langsung. Karena
kebutuhan mereka tidak terpenuhi kemudian terjadi sublimasi dan akhirnya
imajinasi muncul
C. Konsep teori Behavioristik
Teori behavioristik merupakan salah satu dari teori belajar. Dari asal katanya
behaviour memiliki arti “tingkah laku”. Dengan kata lain manusia belajar dipengaruhi

viii
oleh kejadian–kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman–
pengalaman belajar. Belajar sendiri memiliki pengertian sebagai proses tingkah laku
yang terjadi karena adanya stimulasi dan respons yang dapat diamati. Seseorang telah
dianggap belajar apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori
behavioristik ini manipulasi lingkungan sangat penting agar dapat diperoleh
perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Teori belajar behavoristik adalah teori pembelajaran yang mengamati dan
mempelajari perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman di masa
lalu. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan seseorang
merupakan akibat dari interaksi antara stimulus dengan respon. Teori ini berkembang
dan cenderung mengikuti aliran psikologi belajar lantas menjadi dasar pengembangan
teori pendidikan dan pembelajaraan saat ini.
Ciri dari implementasi sukses teori belajar behavioristik ini adalah adanya
perubahan perilaku yang ditunjukkan seseorang setelah mengalami kejadian di masa
lampau. Perubahan adalah tanda bahwa seseorang telah merespon suatu kejadian dan
menjadikannya pembelajaran untuk tidak menggunakan respon yang sama di masa
depan, guna menghindari akibat yang pernah dialaminya.
Teori ini masih banyak digunakan, baik dalam institusi pendidikan Indonesia
maupun dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh:Pendisiplinan
murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan mengurangi poin
perilakunya yang menjadi pertimbangan pemberian nilai akhir atau nilai rapor. Ketika
terlambat datang kerja maka seorang pekerja kantoran bisa mendapatkan sanksi,
mulai dari teguran sampai surat peringatan. Polisi yang memberikan surat tilang pada
pengendara kendaraan yang tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, seperti
menyalip ketika marka jalan berupa garis lurus atau ketika mengendarai motor tanpa
menggunakan helm. Sanksi sosial berupa pengucilan terhadap masyarakat yang
dianggap telah bertindak menyeleweng dari budaya dan norma sosial yang berlaku di
suatu tempat tertentu.
Perlu ditekankan kembali bahwa teori belajar behavioristik ini tidak hanya
mencakup dunia pendidikan saja, tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita melakukan
pembelajaran bukan hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Maka dari itu teori ini berhasil diimplementasikan pada hampir semua
lini kehidupan bermasyarakat, meski sebagian besar implementasi ini tak jauh dari
institusi pendidikan.

ix
Prinsip teori behavioristik merupakan pernyataan fundamental yang kemudian
dijadikan pedoman berpikir dan bertindak. Contoh prinsip adalah seseorang Gubernur
yang berintegritas adalah orang yang secara jujur menjalankan fungsinya sebagai
pemimpin daerah, bekerja untuk membenahi kerusakan, menghindari perilaku tak
jujur seperti korupsi dan kerja sama ilegal, sekaligus sebagai pemimpin yang bisa
memberikan contoh tersebut kepada bawahan maupun masyarakat yang dipimpinnya
secara nyata, bukan bualan belaka.
Prinsip tidak hanya dimiliki oleh manusia, tetapi juga teori ini. Pada teori
behavioristik, ada beberapa prinsip yang mencirikan teori kuno ini, di antaranya:
1. Reinforcement and Punishment,
2. Primary and Secondary Reinforcement,
3. Schedules of Reinforcement,
4. Contingency Management,
5. Stimulus Control in Operant Learning, dan
6. The Elimination of Responses.
Berikut teori behavioristik menurut beberapa ahli:
1. Iwal Pavlop
Pavlov mengemukakan sebuah teori belajar yang yang menggunakan media
berupa neutral stimulus (rangsangan) agar mendapat respon yang sama seperti pada
saat unresponse conditioning (respon yang didapat tanpa menggunakan media
apapun atau terjadi secara alami).
Dalam penelitiannya, Pavlov mencoba memberikan stimulus atau
rangsangan pada sebuah pembelajaran baru dan mengamati responnya. Ia
melakukan eksperimen terhadap anjing dengan memberikan dua stimulus yang
bebeda dan mengamati respon yang terjadi. Stimulus pertama yang diberikan
adalah daging. Walaupun tanpa latihan atau dikondisikan sebelumnya, anjing pasti
akan mengeluarkan air liur jika dihadapkan dengan daging. Respon tersebut
dinamakan sebagai respon yang tidak dikondisikan (unresponse conditioning).
Stimulus yang kedua berupa bel. Dalam hal ini bel tidak dapat serta merta
memberikan respon yang disebut juga dengan stimulus netral (neutral stimulus).
Dari kedua eksperimen tersebut, menurut Pavlov jika stimulus netral (bel)
dipasangkan dengan daging (stimulus yang tidak terkondisikan) dan dilakukan
secara berulang – ulang, maka stimulus netral akan berubah menjadi stimulus yang

x
terkondisikan dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan respons
anjing seperti ketika ia melihat daging.
Dengan melihat eksperimen tersebut dapat kita wujudkan dalam proses
pembelajaran dangan memberikan stimulus yang dilakukan secara berulang untuk
hal – hal yang baru agar mendapatkan respons yang sama seperti hal – hal yang
telah diketahui sebelumnya. Teori belajar ini disebut dengan “Teori Belajar
Kondisioning Klasik (clasical conditioning) yang berarti perilaku manusia telah
diarahkan oleh sebuah rangsangan. Beberapa penerapan prinsip kondisioning
klasik dalam kelas:
a. Memberikan suasana yang menyanangkan ketika memberikan tugas–tugas
belajar.
b. Membantu siswa mengatasi situasi – situasi yang mencemaskan atau menekan.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi–
situasi sehingga dapat menggeneralisasikannya secara tepat.
2. Edward lee thorndike
Thorndike memiliki pengertian dari teori belajar behavioristik yang
dipahaminya sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah
rangsangan, contohnya seperti pikiran dan perasaan. Sedangkan respon adalah
reaksi yang ditunjukkan akibat stimulus. Perubahan tingkah laku akibat
pembelajaran bagi Thorndike bisa berupa hal konkrit (bisa diamati dengan kasat
mata) maupun tak konkrit.

Thorndike dikenal akan percobaannya yang paling fenomenal yaitu meneliti


perilaku pembelajaran oleh kucing. Ia meletakkan kucing yang lapar pada sebuah
tempat transparan yang mengurung kucing tersebut dan makanan di luar tempat
pengurungan itu. Kucing tersebut diamati melakukan beberapa gerakan untuk
mencapai makanan yang dilihatnya dan inilah yang diamati Thorndike.

Pada awalnya, kucing berusaha untuk meloncat ke sana ke mari guna meraih
makanan yang dilihatnya. Sampai akhirnya kucing tersebut tidak sengaja
menyetuh kenop yang membukakan jalan dari tempat transparan tersebut dan
memperbolehkan kucing meraih makanan yang dilihatnya. Percobaan ini
dilakukan beberapa kali hingga kucing, secara otomatis, melakukan gerakan
menyentuh kenop untuk membuka jalan agar ia bisa mendapatkan makanan.

xi
Pemahaman dari tokoh Thorndike akhirnya melahirkan beberapa dalil belajar,
antara lain:

a. Hukum Sebab Akibat, yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antara


stimulus dengan respon tergantung pada akibat yang ditimbulkan.
b. Hukum Pembiasaan, yang menunjukkan bahwa hubungan stimulus dengan
respon bisa menjadi kuat ketika dilatih atau diulang.
c. Hukum Kesiapan, yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dengan
respon akan mudah terbentuk jika ada kesiapan dari individu itu
d. Hukum Reaksi Bervariasi, yaitu hukum yang menyatakan bahwa individu
melakukan trial and error lebih dulu untuk menunjukkan macam-macam
respon sebelum mendapat respon paling tepat.
e. Hukum Sikap, yaitu hukum yang menyatakan bahwa perilaku seseorang juga
ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri individu seperti emosi dan
psikomotor.
f. Hukum Aktivitas Berat Sebelah, yaitu individu memberikan respon pada
stimulus tertentu sesuai dengan persepsi terhadap keseluruhan situasi.
g. Hukum Respon, yang merupakan pemahaman bahwa individu bisa
menyatakan respon tindakan bahkan pada situasi yang belum pernah
dialaminya
h. Hukum Perpindahan Asosiasi, yaitu proses peralihan situasi lama ke situasi
baru dengan cara bertahap, mengurangi unsur situasi lama dan mengenalkan
unsur situasi baru.
3. Burhus Frederick Skinner
Skinner dalam teori behaviorisitk melahirkan buah pemikirannya yang dikenal
dengan istilah Teori Operant Condiitioning. Teori ini mengungkapakan bahwa
tingkah laku yang dilihatkan subyek tak semata-mata merupakan respon terhadap
stimulus tetapi juga tindakan yang disengaja. Skinner menyatakan pendapatnya
bahwa pribadi seseorang merupakan hasil dari respon terhadap lingkungannya.
Dua macam respon tersebut adalah:
a. Respondent Response yaitu respon akibat rangsangan tertentu. Contoh: anjing
yang mengeluarkan air liurnya ketika majikannya membawakan makanan
untuknya.

xii
b. Operant Response yaitu respon yang muncul dan semakin berkembang oleh
rangsangan tertentu. Contoh: seorang anak yang mendapatkan reward ketika
ia menjadi juara kelas, maka ia akan semakin giat belajar untuk
mempertahankan bahkan menaikkan prestasinya dengan harapan diberikan
reward kembali (dengan nilai yang sama atau lebih tinggi).

D. Implementasi teori behavioristik dalam pendidikan

Teori behavioristik adalah salah satu pendekatan dalam psikologi yang


mengemukakan bahwa perilaku manusia dapat dijelaskan dan diprediksi dengan
memerhatikan respons terhadap rangsangan atau stimulus lingkungan. Teori ini telah
diimplementasikan dalam pendidikan selama beberapa dekade dan memiliki dampak
yang signifikan terutama dalam pengembangan strategi pembelajaran yang lebih
terfokus pada perilaku dan hasil yang terukur. Di dalam dunia pendidikan telah
banyak sekali teori belajar yang telah dikembangkan dan digunakan. Teori belajar
digunakan untuk membantu pendidik dan peserta didik dalam mendesain
pembelajaran sehingga dapat memberikan kemudahan kepada pendidik dan peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Teori belajar
merupakan suatu pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan sesuatu setelah
adanya pembelajaran. Salah satu tanda seseorang telah mengalami proses belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang itu. Semakin banyak
kemampuan yang dimiliki siswa, maka semakin banyak pula perubahan yang dialami
siswa.1

Dalam dunia Pendidikan teori behavioristik digunakan untuk mengetahui


capaian-capaian Pendidikan pada pesrta didik dengan mengamati stimulus dari
pendidik atau lingkungan dan respons dari peserta didik. Teori belajar behavioristik
menekankan kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan
antara stimulus dengan respon yang bias diamati dan tidak menghubungkan dengan
kesadaran maupun konstruksimental. Teori belajar behavioristik berlawanan dengan
teori kognitif yang mengemukakan bahwa proses belajar merupakan proses mental
yang tidak diamati secara kasat mata. Teori belajar behavioristik sangat menekankan
pada hasil belajar, yaitu adanya perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dinilai secara konkret.
1
Suzana, Y., Jayanto, I., & Farm, S. (2021). Teori belajar & pembelajaran. Malang: Literasi
Nusantara.

xiii
Teori belajar behavioristik sangatlah penting diterapkan dalam proses
pembelajaran dan telah diterapkan oleh pendidik baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada dasarnya teori belajar behavioristik merupakan teori yang lebih
menekankan tingkah laku terhadap peserta didik. Proses pembelajaran dengan
menggunakan teori behavioristik yaitu manusia dituntun untuk lebih cenderung
responsif terhadap stimulus-stimulus yang diberikan kemudian menghasilkan prilaku
yang baik. Dalam lingkup akademik ada beberapa prinsip umum yang harus diketahui
yaitu: 1) teori ini berpendapat bahwa belajar adalah perubahan prilaku, 2) teori ini
berpendapat bahwa urgensi dari belajar adalah terjadinya rangsangan (stimulus) dan
tanggapan (respon) karena inilah bisa diamati, 3) penguatan (reinforcement), apa saja
yang dapat menjadi penguat terhadap penunjang responsif, semakin banyak penguatan
maka responsif pun akan semakin kuat.2

Implementasi dari teori behavioristik dapat dilaksanakan mengunakan


beberapa metode- metode Berkut:

a) Reward
Memberikan reward kepada peserta didik digunakan sebagai bentuk
motivasi atau sebuah penghargaan untuk hasil atau prestasi yang baik, sesuatu
yang menyenangkan anak didik. Penerapan aspek reward dalam kegiatan
Pendidikan dapat diwujudkan dengan, seorang guru memberikan apresiasi
kepada peserta didik yang rajin dan penuh semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam bentuk pemberian nilai. pemberian reward dapat
memberikan rangsangan dan mampu mendorong peserta didik untuk
mendapatkan hadiah. Tanpa disadari peserta didik tidak hanya sekedar
mendapat hadiah namun mampu mendapatkan hasil pembelajaran dengan
maksimal.3
b) Punishmant
Punishment adalah tindakan yang diberikan oleh pendidik terhadap
anak didik yang telah melakukan kesalahan, dengan tujuan agar anak didik
tidak akan mengulanginya lagi dan akan memperbaiki kesalahan yang telah
diperbuat. aspek punishment bertujuan agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatan yang tidak diperbolehkan. Guru memperingatkan agar anak tidak
2
Mukinan. (1997). Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.
3
Suyadi, S. (2021). Penerapan teori belajar behavioristik Skinner dalam pembelajaran baca tulis
Al-Qur’an. Ulumuddin: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, 11(2), 177-192.

xiv
mengulangi serta menjelaskan alasan sebab akibat mengapa hal tersebut tidak
diperbolehkan.4 Aspek punishment dalam kegiatan pembelajaran dalam bentuk
peserta didik ada yang tidak mengerjakan tugas, sekali dua kali kita berikan
teguran, jika tidak mengerjakan tugas ke tiga kalinya peserta didik di berikan
efek jera dengan menyuruh akan mengerjakan tugas di kantor. Dengan begitu
anak-anak bisa termitovasi untuk terus mengerjakan tugasnya.
Selain itu, pemberian punishment berupa saran dan bimbingan, memberikan
teguran keras, membersihkan ruangan sekolah atau ruangan kelas,
memberikan tugas tambahan dan menghafal surah atau ayat-ayat pendek
kepada peserta didik dengan begitu peserta didk akan termotivasi untuk terus
meningkatkan prestasi belajarnya. dengan penerapan punishment dengan
memberikan dampak yang dapat melemahkan respons ataupun mengurangi
terjadinya respons yang muncul di waktu yang akan datang. Punishment akan
membuat siswa menyesali perbuatannya yang salah itu.5
c) Reinforcement
Aspek reinforcement dalam pembelajaran dilakukan dalam bentuk
memberikan pujian kepada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan guru. Dengan demikian, akan membangkitkan semangat dan
motivasi peserta didik untuk mengikuti secara aktif kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini konsep behavioristik memandang bahwa perilaku individu
merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasikan kondisi-kondisi belajar dan didukung dengan berbagai
penguatan untuk mempertahankan prilaku atau hasil belajar yang di kehedaki.
Reinforcement (penguatan) dapat memberikan peningkatan atau memperkuat
perilaku yang memungkinkan akan mengakibatkan terjadinya respons pada
waktu yang akan datang.6
Ketiga metode pembelajaran tersebut di atas memberikan pengaruh terhadap
perubahan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Metode-metode
tersebut memberikan rangsangan stimulus yang diberikan dalam Pendidikan yang
kemudian dapat memberikan perubahan pada perilaku peserta didik.

4
Anggraini, S., Siswanto, J., & Sukamto, S. (2019). Analisis Dampak Pemberian Reward And Punishment Bagi
Siswa SD Negeri Kaliwiru Semarang. Mimbar PGSD Undiksha, 7(3), 221-229.
5
Latipah, E. (2017). Psikologi dasar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
6
Prawiro, P. A. (2014). Psikologi pendidikan dalam perspektif baru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

xv
BAB III

PENUTUP

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya

xvii

Anda mungkin juga menyukai