Disusun Oleh:
KELAS E
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.
Tidak lupa kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad
Saw. Semoga syafaatnya mengalir kepada kita di hari akhir kelak.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi pendidikan merupakan bagian dari studi psikologi tentang faktor dan
proses yang berhubungan dengan pendidikan. Dari sana, kita bisa melihat bahwa ada
hubungan yang kuat antara psikologi pendidikan dan kegiatan belajar.Psikologi
pendidikan berfokus pada masalah kegiatan belajar, hal ini juga mengacu pada
kegiatan mengajar. Konsumen utama psikologi pendidikan adalah tenaga pendidik
yakni guru dan dosen. Mereka dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini dalam
menjalankan fungsinya untuk menciptakan tindakan proses belajar mengajar yang
efektif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
Tingkat kesadaran memuat segala hal yang kita perhatikan pada waktu
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil dari kehidupan mental
(pikiran, persepsi, emosi dan ingatan) yang memasuki kesadaran. Isi dalam
kesadaran merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh
rangsangan atau sinyal dari luar. Isi kesadaran hanya ada di alam sadar
untuk waktu yang singkat dan segera terhapus di alam sadar atau tidak
sadar segera setelah orang tersebut mengalihkan perhatiannya ke alam
sadar lainnya.
b. Prasadar (Preconcious)
Dinamakan juga dengan istilah ready memory, yaitu tingkat kesadaran
yang menjembatani antara sadar dan tidak sadar. Prasadar berasal dari
alam sadar dan alam bawah sadar. pengalaman-pengalaman yang ditinggal
oleh perhatian, awalnya dikenali, tetapi tidak lagi diperhatikan, ditekan dan
dipindahkan ke alam bawah sadar. Sebaliknya, isi materi alam bawah sadar
bisa saja muncul di alam bawah sadar. Jika sensor sadar mendeteksi
bahaya yang mungkin timbul dari kehadiran materi yang tidak disadari,
materi tersebut kembali dihilangkan. Secara tidak sadar. Materi bawah
sadar yang sudah ada di alam bawah sadar dapat muncul dalam kesadaran
dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah pengucapan, dan
mekanisme pertahanan.
3. Struktur Kepribadian
Pendekatan secara struktual yang dikembangkan oleh Freund
memberikan ulasan tentang bagian dari psikologi yang mempunyai tugas untuk
memberi dorongan atau energi secara psikis yang ada, terdapat tiga struktur
utama:
a. Id
Ialah sumber dorongan dan motif yang telah ada sejak kelahiran dan
tidak disadari, yang bertindak atas prinsip kesenangan dan harus segera
mungkin dipuaskan.
b. Ego
Ialah mekanisme untuk beradaptasi terhadap realitas,serta bertindak
sebagai mediator antara id dan superego.
c. Superego
vi
Mewakili niali-nilai yang ada di dalam Masyarakat atau anggota
Masyarakat lainya dan dapat dianalogikan dengan hati Nurani.
vii
4. Mengenai perilaku agresif siswa, pendidik harus mempunyai kemampuan untuk
mengontrol dan menyesuaikan sikap tersebut agar menjadi lebih positif. Agresi
dalam psikologi adalah salah satu caranya bagi siswa memuaskan keinginan yang
cenderung menghancurkan, mengganggu atau menyakiti orang lain. Dengan kata
lain, agresi adalah ekspresi perasaan frustrasi yang tidak pantas. Dalam hal ini,
penyebabnya adalah tindakan agresif Ini bisa berupa ulasan negatif atau komentar
yang menyakitkan. Jika siswa Jika Anda melakukan kesalahan, sebaiknya jangan
dihukum dengan kata-kata kasar atau kata-kata kasar Hukuman lain akan sangat
merusak secara psikologis. Perawatan untuk Situasi ini dapat dicapai dengan
mengajukan pertanyaan pribadi, memberikan saran dan nasihat, yang tidak
menghukum tetapi membawa semacam kebebasan batin bertanggung jawab dan
membantunya berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
5. Perlunya pendidikan inklusif pada semua jenjang pendidikan. Pendidikan inklusif
adalah pendidikan tanpa diskriminasi dengan siswa. Dalam hal ini, sekolah harus
siap merespons dan menerima siswa berkebutuhan khusus. Secara psikologis,
dengan kekurangan ini akan mengalami krisis kepercayaan diri.atau lebih rendah.
Untuk mengurangi dan menghilangkan rasa rendah diri tersebut, sekolahlah harus
menerima kecacatan ini tanpa merasa menjadi bagian yang terpisah darinya
publik. Dengan pendidikan inklusif, masalah ini perlu diselesaikan Membantu
anak-anak cacat.
6. Konsep psikoanalisis yang diterapkan pada pendidikan adalah pendidikan untuk
meningkatkan kreativitas siswa. Saat ini kita sedang berada kita berada di era
revolusi teknologi informasi. Di era sekarang ini, setiap manusia sangat
membutuhkan kemampuan kreatif yang unik dan lebih baik. Siapa yang berhasil
saat ini, adalah orang-orang dengan kreativitas tanpa batas. Melihat seperti pendiri
Facebook, Android, Samsung dan lain-lain. Mereka ada dan berhasil mencapai
puncak kejayaan melalui inovasi dan kreativitas standar. Menurut Freud,
kreativitas adalah bagian dari kepribadian didorong untuk menjadi kreatif jika
mereka tidak mampu melakukannya kebutuhan seksual langsung. Karena
kebutuhan mereka tidak terpenuhi kemudian terjadi sublimasi dan akhirnya
imajinasi muncul
C. Konsep teori Behavioristik
Teori behavioristik merupakan salah satu dari teori belajar. Dari asal katanya
behaviour memiliki arti “tingkah laku”. Dengan kata lain manusia belajar dipengaruhi
viii
oleh kejadian–kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman–
pengalaman belajar. Belajar sendiri memiliki pengertian sebagai proses tingkah laku
yang terjadi karena adanya stimulasi dan respons yang dapat diamati. Seseorang telah
dianggap belajar apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori
behavioristik ini manipulasi lingkungan sangat penting agar dapat diperoleh
perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Teori belajar behavoristik adalah teori pembelajaran yang mengamati dan
mempelajari perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman di masa
lalu. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan seseorang
merupakan akibat dari interaksi antara stimulus dengan respon. Teori ini berkembang
dan cenderung mengikuti aliran psikologi belajar lantas menjadi dasar pengembangan
teori pendidikan dan pembelajaraan saat ini.
Ciri dari implementasi sukses teori belajar behavioristik ini adalah adanya
perubahan perilaku yang ditunjukkan seseorang setelah mengalami kejadian di masa
lampau. Perubahan adalah tanda bahwa seseorang telah merespon suatu kejadian dan
menjadikannya pembelajaran untuk tidak menggunakan respon yang sama di masa
depan, guna menghindari akibat yang pernah dialaminya.
Teori ini masih banyak digunakan, baik dalam institusi pendidikan Indonesia
maupun dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh:Pendisiplinan
murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan mengurangi poin
perilakunya yang menjadi pertimbangan pemberian nilai akhir atau nilai rapor. Ketika
terlambat datang kerja maka seorang pekerja kantoran bisa mendapatkan sanksi,
mulai dari teguran sampai surat peringatan. Polisi yang memberikan surat tilang pada
pengendara kendaraan yang tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, seperti
menyalip ketika marka jalan berupa garis lurus atau ketika mengendarai motor tanpa
menggunakan helm. Sanksi sosial berupa pengucilan terhadap masyarakat yang
dianggap telah bertindak menyeleweng dari budaya dan norma sosial yang berlaku di
suatu tempat tertentu.
Perlu ditekankan kembali bahwa teori belajar behavioristik ini tidak hanya
mencakup dunia pendidikan saja, tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita melakukan
pembelajaran bukan hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Maka dari itu teori ini berhasil diimplementasikan pada hampir semua
lini kehidupan bermasyarakat, meski sebagian besar implementasi ini tak jauh dari
institusi pendidikan.
ix
Prinsip teori behavioristik merupakan pernyataan fundamental yang kemudian
dijadikan pedoman berpikir dan bertindak. Contoh prinsip adalah seseorang Gubernur
yang berintegritas adalah orang yang secara jujur menjalankan fungsinya sebagai
pemimpin daerah, bekerja untuk membenahi kerusakan, menghindari perilaku tak
jujur seperti korupsi dan kerja sama ilegal, sekaligus sebagai pemimpin yang bisa
memberikan contoh tersebut kepada bawahan maupun masyarakat yang dipimpinnya
secara nyata, bukan bualan belaka.
Prinsip tidak hanya dimiliki oleh manusia, tetapi juga teori ini. Pada teori
behavioristik, ada beberapa prinsip yang mencirikan teori kuno ini, di antaranya:
1. Reinforcement and Punishment,
2. Primary and Secondary Reinforcement,
3. Schedules of Reinforcement,
4. Contingency Management,
5. Stimulus Control in Operant Learning, dan
6. The Elimination of Responses.
Berikut teori behavioristik menurut beberapa ahli:
1. Iwal Pavlop
Pavlov mengemukakan sebuah teori belajar yang yang menggunakan media
berupa neutral stimulus (rangsangan) agar mendapat respon yang sama seperti pada
saat unresponse conditioning (respon yang didapat tanpa menggunakan media
apapun atau terjadi secara alami).
Dalam penelitiannya, Pavlov mencoba memberikan stimulus atau
rangsangan pada sebuah pembelajaran baru dan mengamati responnya. Ia
melakukan eksperimen terhadap anjing dengan memberikan dua stimulus yang
bebeda dan mengamati respon yang terjadi. Stimulus pertama yang diberikan
adalah daging. Walaupun tanpa latihan atau dikondisikan sebelumnya, anjing pasti
akan mengeluarkan air liur jika dihadapkan dengan daging. Respon tersebut
dinamakan sebagai respon yang tidak dikondisikan (unresponse conditioning).
Stimulus yang kedua berupa bel. Dalam hal ini bel tidak dapat serta merta
memberikan respon yang disebut juga dengan stimulus netral (neutral stimulus).
Dari kedua eksperimen tersebut, menurut Pavlov jika stimulus netral (bel)
dipasangkan dengan daging (stimulus yang tidak terkondisikan) dan dilakukan
secara berulang – ulang, maka stimulus netral akan berubah menjadi stimulus yang
x
terkondisikan dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan respons
anjing seperti ketika ia melihat daging.
Dengan melihat eksperimen tersebut dapat kita wujudkan dalam proses
pembelajaran dangan memberikan stimulus yang dilakukan secara berulang untuk
hal – hal yang baru agar mendapatkan respons yang sama seperti hal – hal yang
telah diketahui sebelumnya. Teori belajar ini disebut dengan “Teori Belajar
Kondisioning Klasik (clasical conditioning) yang berarti perilaku manusia telah
diarahkan oleh sebuah rangsangan. Beberapa penerapan prinsip kondisioning
klasik dalam kelas:
a. Memberikan suasana yang menyanangkan ketika memberikan tugas–tugas
belajar.
b. Membantu siswa mengatasi situasi – situasi yang mencemaskan atau menekan.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi–
situasi sehingga dapat menggeneralisasikannya secara tepat.
2. Edward lee thorndike
Thorndike memiliki pengertian dari teori belajar behavioristik yang
dipahaminya sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah
rangsangan, contohnya seperti pikiran dan perasaan. Sedangkan respon adalah
reaksi yang ditunjukkan akibat stimulus. Perubahan tingkah laku akibat
pembelajaran bagi Thorndike bisa berupa hal konkrit (bisa diamati dengan kasat
mata) maupun tak konkrit.
Pada awalnya, kucing berusaha untuk meloncat ke sana ke mari guna meraih
makanan yang dilihatnya. Sampai akhirnya kucing tersebut tidak sengaja
menyetuh kenop yang membukakan jalan dari tempat transparan tersebut dan
memperbolehkan kucing meraih makanan yang dilihatnya. Percobaan ini
dilakukan beberapa kali hingga kucing, secara otomatis, melakukan gerakan
menyentuh kenop untuk membuka jalan agar ia bisa mendapatkan makanan.
xi
Pemahaman dari tokoh Thorndike akhirnya melahirkan beberapa dalil belajar,
antara lain:
xii
b. Operant Response yaitu respon yang muncul dan semakin berkembang oleh
rangsangan tertentu. Contoh: seorang anak yang mendapatkan reward ketika
ia menjadi juara kelas, maka ia akan semakin giat belajar untuk
mempertahankan bahkan menaikkan prestasinya dengan harapan diberikan
reward kembali (dengan nilai yang sama atau lebih tinggi).
xiii
Teori belajar behavioristik sangatlah penting diterapkan dalam proses
pembelajaran dan telah diterapkan oleh pendidik baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada dasarnya teori belajar behavioristik merupakan teori yang lebih
menekankan tingkah laku terhadap peserta didik. Proses pembelajaran dengan
menggunakan teori behavioristik yaitu manusia dituntun untuk lebih cenderung
responsif terhadap stimulus-stimulus yang diberikan kemudian menghasilkan prilaku
yang baik. Dalam lingkup akademik ada beberapa prinsip umum yang harus diketahui
yaitu: 1) teori ini berpendapat bahwa belajar adalah perubahan prilaku, 2) teori ini
berpendapat bahwa urgensi dari belajar adalah terjadinya rangsangan (stimulus) dan
tanggapan (respon) karena inilah bisa diamati, 3) penguatan (reinforcement), apa saja
yang dapat menjadi penguat terhadap penunjang responsif, semakin banyak penguatan
maka responsif pun akan semakin kuat.2
a) Reward
Memberikan reward kepada peserta didik digunakan sebagai bentuk
motivasi atau sebuah penghargaan untuk hasil atau prestasi yang baik, sesuatu
yang menyenangkan anak didik. Penerapan aspek reward dalam kegiatan
Pendidikan dapat diwujudkan dengan, seorang guru memberikan apresiasi
kepada peserta didik yang rajin dan penuh semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam bentuk pemberian nilai. pemberian reward dapat
memberikan rangsangan dan mampu mendorong peserta didik untuk
mendapatkan hadiah. Tanpa disadari peserta didik tidak hanya sekedar
mendapat hadiah namun mampu mendapatkan hasil pembelajaran dengan
maksimal.3
b) Punishmant
Punishment adalah tindakan yang diberikan oleh pendidik terhadap
anak didik yang telah melakukan kesalahan, dengan tujuan agar anak didik
tidak akan mengulanginya lagi dan akan memperbaiki kesalahan yang telah
diperbuat. aspek punishment bertujuan agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatan yang tidak diperbolehkan. Guru memperingatkan agar anak tidak
2
Mukinan. (1997). Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.
3
Suyadi, S. (2021). Penerapan teori belajar behavioristik Skinner dalam pembelajaran baca tulis
Al-Qur’an. Ulumuddin: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, 11(2), 177-192.
xiv
mengulangi serta menjelaskan alasan sebab akibat mengapa hal tersebut tidak
diperbolehkan.4 Aspek punishment dalam kegiatan pembelajaran dalam bentuk
peserta didik ada yang tidak mengerjakan tugas, sekali dua kali kita berikan
teguran, jika tidak mengerjakan tugas ke tiga kalinya peserta didik di berikan
efek jera dengan menyuruh akan mengerjakan tugas di kantor. Dengan begitu
anak-anak bisa termitovasi untuk terus mengerjakan tugasnya.
Selain itu, pemberian punishment berupa saran dan bimbingan, memberikan
teguran keras, membersihkan ruangan sekolah atau ruangan kelas,
memberikan tugas tambahan dan menghafal surah atau ayat-ayat pendek
kepada peserta didik dengan begitu peserta didk akan termotivasi untuk terus
meningkatkan prestasi belajarnya. dengan penerapan punishment dengan
memberikan dampak yang dapat melemahkan respons ataupun mengurangi
terjadinya respons yang muncul di waktu yang akan datang. Punishment akan
membuat siswa menyesali perbuatannya yang salah itu.5
c) Reinforcement
Aspek reinforcement dalam pembelajaran dilakukan dalam bentuk
memberikan pujian kepada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan guru. Dengan demikian, akan membangkitkan semangat dan
motivasi peserta didik untuk mengikuti secara aktif kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini konsep behavioristik memandang bahwa perilaku individu
merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasikan kondisi-kondisi belajar dan didukung dengan berbagai
penguatan untuk mempertahankan prilaku atau hasil belajar yang di kehedaki.
Reinforcement (penguatan) dapat memberikan peningkatan atau memperkuat
perilaku yang memungkinkan akan mengakibatkan terjadinya respons pada
waktu yang akan datang.6
Ketiga metode pembelajaran tersebut di atas memberikan pengaruh terhadap
perubahan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Metode-metode
tersebut memberikan rangsangan stimulus yang diberikan dalam Pendidikan yang
kemudian dapat memberikan perubahan pada perilaku peserta didik.
4
Anggraini, S., Siswanto, J., & Sukamto, S. (2019). Analisis Dampak Pemberian Reward And Punishment Bagi
Siswa SD Negeri Kaliwiru Semarang. Mimbar PGSD Undiksha, 7(3), 221-229.
5
Latipah, E. (2017). Psikologi dasar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
6
Prawiro, P. A. (2014). Psikologi pendidikan dalam perspektif baru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
xv
BAB III
PENUTUP
xvi
DAFTAR PUSTAKA
xvii