Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH EKONOMI ISLAM

“ASURANSI SYARIAH”

Dosen Pembimbing : H. Muhammad Kamil Husain, Lc., MSI

Di Susun Oleh Kelompok 2:

1. Lathifah Indah Cahya Ningrum (31220118)


2. Lauerensius Naur (31220119)
3. Lilis Setiawati (31220120)
4. Losro Julina Sihombing (31220122)
5. Nida Hanifa Rachman (31220167)
6. Puput Novita Dewi (31220177)
7. Ranti Rahmawati (31220186)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SERANG RAYA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah Indonesia yang semakin


membaik, lembaga keuangan seperti Bank, Pasar Modal dan Asuransi semakin pesat
khususnya dalam lembaga keuagan syariah yang semakin gencar dipromosikan oleh
pemerintah. Banyaknya lembaga keuangan konvensional yang membuka cabang syariah
ataupun murni perusahaan syariah khususnya adalah perusahaan asuransi.

Perusahaan asuransi merupakan industri jasa yang sangat membutuhkan faktor


kepercayaan. Keberadaannya tidak hanya sebagai bentuk dari sebuah industri bisnis
semata, akan tetapi merupakan salah satu instrumen finansial kesejahteraan dan
ketentraman bagi nasabahnya. Kesejahteraan dan ketenteraman adalah tujuan utama dari
janji berasuransi. Misi ini akan menjadi absurd manakala hak nasabah atas indemnity
menjadi tidak terjamin sebagaimana yang mereka harapkan (Arjono, 2008).

Dalam pandangan Islam sistem perasuransian di satu sisi bisa menguntungkan


bagi penanam modal (dan tidak dirugikan), yang berujung status tabarru’ atau dana
kebajikan (derma). Akan tetapi, perlu disadari tidak semua asuransi membuat para
investor terlayani secara memuaskan, karena masih belum tampaknya kualitas pihak
perusahaan asuransi.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Asuransi Syariah


Asuransi Syariah adalah sebuah sistem di mana para peserta saling menanggung
risiko (sharing of risk) dengan menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi melalui
dana tabarru’, yang akan digunakan untuk membayar klaim, atau jika terjadi musibah
yang dialami oleh sebagian peserta.

2. Manfaat Asuransi Syariah


Ada beberapa manfaat dan keunggulan dari Asuransi Syariah yang perlu di
ketahui dan jadikan pertimbangan saat memilih jenis polis Asuransi, diantaranya adalah:
1. Dana yang dikumpulkan dikelola secara Syariah dan sesuai dengan fatwa sehingga Anda
tidak perlu khawatir melanggar peraturan Agama.
2. Denda ataupun Dana yang didapat oleh perusahaan Asuransi Syariah dialokasikan untuk
kegiatan-kegiatan sosial sehingga dengan mengikuti Asuransi Syariah, sama saja Anda
ikut membantu orang lain.
3. Biaya premi dalam Asuransi Syariah biasanya lebih rendah sehingga lebih terjangkau
untuk berbagai kalangan.

3. Akad dalam Asuransi Syariah


1) Akad Tabarru ’ digunakan diantara sesama peserta. Setiap peserta memberikan hibah
berupa kontribusi (premi) melalui dana tabarru’ yang akan digunakan untuk menolong
peserta lain yang terkena musibah. Perusahaan asuransi berfungsi sebagai pengelola dana
hibah tersebut.
2) Akad Tijarah adalah Akad antara Peserta (secara kolektif atau secara individu) dengan
Perusahaan dengan tujuan komersial.
3) Akad Wakalah bil Ujrah digunakan sebagai dasar peserta menyerahkan pengelolaan
keuangan kepada perusahaan asuransi, yaitu suatu akad Tijarah yang memberikan kuasa
kepada perusahaan sebagai wakil peserta untuk mengelola dana Tabarru’dan/atau dana
investasi peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa
Ujrah (fee).
4) Akad Mudharabah digunakan dalam pengelolaan investasi, yaitu suatu akad Tijarah yang
memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi dana
Tabarru’ dan/atau dana investasi peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan
dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya telah disepakati bersama.

4. Keunggulan Asuransi Syariah


1) Pengelolaan dana menggunakan prinsip syariah Islami

Contoh, suatu dana tidak dapat diinvestasikan pada saham dari emiten yang
memiliki kegiatan usaha perdagangan/jasa yang dilarang menurut prinsip syariah,
termasuk perjudian atau kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa haram
berdasarkan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI).

2) Transparansi pengelolaan dana pemegang polis

Pengelolaan dana oleh perusahaan asuransi syariah dilakukan secara transparan,


baik terkait penggunaan kontribusi dan surplus underwriting maupun pembagian hasil
investasi. Pengelolaan dana tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan keuntungan bagi
pemegang polis secara kolektif maupun secara individu.

3) Pembagian keuntungan hasil investasi


Hasil investasi yang diperoleh dapat dibagi antara pemegang polis (peserta), baik
secara kolektif dan/atau individu, dan perusahaan asuransi syariah, sesuai dengan akad
yang digunakan. Hal ini berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional yang hasil
investasinya merupakan milik perusahaan asuransi, kecuali untuk produk asuransi yang
dikaitkan dengan investasi.
4) Kepemilikan dana
Pada asuransi konvensional, seluruh premi yang masuk adalah menjadi hak milik
perusahaan asuransi, kecuali premi pada produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi
yang terdapat bagian dari premi yang dialokasikan untuk membentuk investasi/tabungan
pemegang polis. Sedangkan di asuransi syariah, kontribusi (premi) tersebut sebagian
menjadi milik perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dana dan sebagian lagi
menjadi milik pemegang polis secara kolektif atau individual.
5) Tidak berlaku sistem ‘dana hangus’
Dana kontribusi (premi) yang disetorkan sebagai tabarru’ dalam asuransi syariah
tidak hangus meskipun tidak terjadi klaim selama masa perlindungan. Dana yang telah
dibayarkan oleh pemegang polis tersebut akan tetap diakumulasikan di dalam dana
tabarru’ yang merupakan milik pemegang polis (peserta) secara kolektif.
6) Adanya alokasi dan distribusi surplus underwriting
Surplus underwriting yaitu selisih lebih dari total kontribusi pemegang polis ke
dalam dana tabarru' setelah ditambah recovery klaim dari reasuransi dikurangi
pembayaran santunan/klaim, kontribusi reasuransi, dan penyisihan teknis, dalam satu
periode tertentu. Pada asuransi konvensional, seluruh surplus underwriting ini menjadi
milik perusahaan asuransi sepenuhnya namun dalam asuransi syariah surplus
underwriting tersebut dapat dibagikan ke dana tabarru’, pemegang polis yang memenuhi
kriteria, dan perusahaan asuransi sesuai dengan persentase yang ditetapkan di dalam
polis.
5. Perbedaan Antara Asuransi Konvensional dan Asuransi
Berikut perbedaan antara asuransi konvensional dengan asuransi syariah.

PRINSIP KONVENSIONAL SYARIAH

Transfer risiko dari Sharing risiko antara satu peserta


Konsep peserta kepada penanggung dengan peserta lainnya (sharing
(transfer of risk) of risk)
Akad Jual beli Tolong-menolong
Dana dari peserta sebagian akan
Dana premi seluruhnya menjadi
menjadi milik peserta, sebagian
Kepemilikan milik perusahaan sehingga
lagi untuk  perusahaan sebagai
dana perusahaan bebas menggunakan
pemegang amanah dalam
dan menginvestasikannya
mengelola dana tersebut
Sumber Dari rekening perusahaan
Dari rekening tabarru’ yang
pembayaran sebagai konsekuensi
merupakan dana milik peserta
klaim penanggung terhadap peserta
PRINSIP KONVENSIONAL SYARIAH

Instrumen investasi berbasis


Bebas di instrumen investasi apa
Investasi & syariah. Hasil investasi dapat
pun. Hasil investasi seluruhnya
hasil investasi dibagi antara peserta dan
menjadi milik perusahaan
pengelola
Dapat dibagikan ke dalam
Surplus Menjadi milik perusahaan dana tabarru’, peserta, dan
underwriting* sepenuhnya perusahaan dalam bentuk hadiah
(waad to allocate surplus)
Ada untuk mengawasi
Dewan
manajemen, produk dan investasi
Pengawas Tidak ada
dana agar dikelola sesuai dengan
Syariah
prinsip syariah
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem di mana para peserta saling menanggung
risiko (sharing of risk) dengan menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi melalui
dana tabarru’, yang akan digunakan untuk membayar klaim, atau jika terjadi musibah
yang dialami oleh sebagian peserta. Dalam pandangan Islam sistem perasuransian di satu
sisi bisa menguntungkan bagi penanam modal (dan tidak dirugikan), yang berujung status
tabarru’ atau dana kebajikan (derma).  Kini masyarakat telah banyak yang beralih ke
asuransi syariah, Karena perasuransian yang ada selama ini mengandung unshur gharar,
maisir dan riba, yang mana ketiga unsure itu diharamkan oleh Islam. Keunggulan
asuransi syariah telihat dari segi konsep, sumber hokum, akad perjanjian, pengelolaan
dana, dan keuntungan, bila dibandingkan dengan asuransi konvensional.

Anda mungkin juga menyukai