“Mudharabah”
Disusun oleh :
Kelas : XI MIPA 5
SMAN 2 CIMAHI
Jawa Barat
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal. Mudharabah dapat diartikan sebagai akar kerjasama usaha antara dua pihak,
yaitu antara pengelola usaha yang disebut sebagai mudharib dan pihak memiliki modal disebut
sebagai shahibul maal.
Jenis Mudharabah
Akad mudharabah dibagi menjadi dua jika dilihat dari segi transaksi, yaitu:
• Mudharabah Mutlaqah: Usaha diajukan oleh mudharib kepada shahibul maal. Dalam
akad ini, pemberi modal tidak menentukan jenis usaha apa yang akan dilakukan, dan
hanya memberikan modal usaha. Nantinya pemberi modal akan menerima nisbah bagi
hasil dari usaha yang berjalan.
• Mudharabah Muqayyadah: Usaha ditentukan oleh pemberi modal (shahibul maal),
sedangkan pihak yang menerima pembiayaan (mudharib) hanya sebagai pengelola yang
menjalankan usaha.
Rukun Mudharabah
Rukun mudharabah penting untuk diketahui dan dilaksanakan karena jika satu rukun saja tidak
terpenuhi, maka dapat menyebabkan akad ini tidak sah. Berikut rukun mudharabah beserta
kriteria pelaksanaannya.
Pembiayaan kerjasama usaha harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Berikut ini ketentuan
pembiayaan dalam mudharabah.
• Disalurkan oleh shahibul maal kepada pihak lain untuk menjalankan suatu usaha
produktif. Kita ambil contoh shahibul maal disini adalah Lembaga Keuangan Syariah
(LKS).
• LKS akan membiayai 100% kebutuhan bisnis, nantinya pengelola atau mudharib akan
mengelola bisnis tersebut.
• Ketentuan mengenai jangka waktu dan cara pengembalian dana serta pembagian
keuntungan harus ditentukan dalam perjanjian antara kedua belah pihak.
• LKS tidak ikut dalam manajemen perusahaan namun boleh melakukan pengawasan.
• Ketentuan mengenai modal dan keuntungan harus memenuhi rukun mudharabah.
• LKS menanggung semua kerugian dalam mudharabah, kecuali kerugian itu disebabkan
kelalaian, kesengajaan, atau wanprestasi mudharib. Adapun mudharib akan
menanggung semua biaya operasional usaha.
• Pembiayaan mudharib tidak perlu adanya jaminan. Namun jaminan ini dapat diadakan
untuk mencegah mudharib agar tidak wanprestasi.
• Prosedur pembiayaan, kriteria para pihak, dan sebagainya diatur oleh LKS sesuai
dengan fatwa DSN.
• Apabila LKS tidak menjalankan kewajiban dalam kontrak, mudharib dapat meminta
ganti rugi atas biaya yang ia keluarkan.
Modal dan bagi hasil merupakan aspek penting yang menentukan kesuksesan mudharabah
antara dua pihak. Keduanya pun memiliki keterkaitan yang erat. Berikut ini uraian mengenai
modal dan bagi hasil mudharabah.
1. Modal
Modal untuk menjalankan usaha harus memenuhi kriteria yang telah
ditentukan dalam rukun mudharabah. Terpenuhinya kriteria mengenai kejelasan
bentuk dan jumlah modal akan menentukan pembagian keuntungan.
Apabila modalnya adalah barang atau aset yang tidak ditakar nilainya saat
akad, jika di kemudian hari nilainya berubah maka akan menimbulkan ketidakjelasan
dalam bagi hasil.
2. Bagi Hasil
Selain dilakukan menurut rukun mudharabah, bagi hasil juga harus dilakukan sesuai
ketentuan-ketentuan berikut ini.
• Objek bagi hasil adalah keuntungan dari usaha yang dikelola mudharib dengan
dana pembiayaan milik shahibul maal.
• Mudharib harus membagi keuntungan secara berkala berdasarkan periode
yang disepakati.
• LKS tidak akan menerima bagi hasil apabila terjadi kegagalan atau kerugian
yang bukan disebabkan atas kesalahan mudharib.
• Kegagalan dan kerugian akibat wanprestasi atau kelalaian mudharib akan
menjadi piutang milik LKS yang harus ditanggung mudharib.