Anda di halaman 1dari 47

Pertemuan ke-12

TRANSAKSI AKAD ISTISHNA’ Prepared by:


Dian Yuni Anggraeni, M.S.Ak.
OUTLINE
KONSEP

SUMBER HUKUM

JENIS

RUKUN & KETENTUAN

KONTRAK/AKAD

TEKNIS PERHITUNGAN & PENJURNALAN

LATIHAN
DEFINISI
akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’).
KARAKTERISTIK
barang pesanan harus memenuhi kriteria:
a. memerlukan proses pembuatan setelah
akad disepakati;
b. sesuai dengan spesifikasi pemesan
(customized), bukan produk massal; dan
c. harus diketahui karakteristiknya secara
umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
SUMBER HUKUM
Mazhab hanafi: istishna’ hukumnya boleh
karena hal itu telah dilakukan oleh
masyarakat muslim sejak masa awal tanpa
ada ulama yang mengingkarinya.

Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000


tentang jual beli istishna’
Istishna’ 
akad jual beli dalam bentuk
JENIS (1) pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati
antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan
penjual (pembuat, shani’).
JENIS (1)

Nasabah
Konsumen
penjual
(pembeli)
Istishna’
Istishna’ Paralel 
suatu bentuk akad istishna’
JENIS (2) antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi
kewajibannya kepada pemesan,
penjual melakukan akad
istishna’ dengan pihak lain (sub
kontraktor) yang dapat
memenuhi aset yang dipesan
pembeli.
Syaratnya akad istishna’
pertama tidak bergantung
pada istishna’ kedua.
JENIS (2)

Produsen/
Nasabah Pembuat/
Konsumen sub
(pembeli) kontraktor

(1) pesan

(3) jual (2) beli


penjual
RUKUN & KETENTUAN
Pelaku (subjek): terdiri dari pemesan (pembeli/
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Harus cakap hukum dan
baligh

Objek akad: berupa barang yang akan diserahkan dan


modal istishna’ yang berbentuk harga

Ijab qabul/serah terima: pernyataan dan


ekspresi saling ridha/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern lainnya
KETENTUAN TENTANG PEMBAYARAN
√ Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang, atau manfaat; demikian juga
dengan cara pembayarannya
√ Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh
berubah. Akan tetapi apabila setelah akad
ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam
akad maka penambahan biaya akibat perubahan ini
menjadi tanggung jawab pembeli.
√ Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
√ Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang
KETENTUAN TENTANG BARANG (OBJEK)
√ Harus jelas spesifikasinya (jenis, kuantitas, kualitas), sehingga
tidak ada lagi jahalah (ketidakjelasan) dan perselisihan dapat
dihindari.
√ Penyerahannya dilakukan kemudian.
√ Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
√ Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
√ Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis
sesuai kesepakatan.
√ Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad.
√ Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan
kesepakatan hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan
sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan
kewajibannya sesuai kesepakatan.
BERAKHIRNYA AKAD
kondisi-kondisi berikut:
√ dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua
belah pihak
√ persetujuan bersama kedua belah pihak untuk
menghentikan kontrak
√ batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang
dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian
akad
TEKNIS PERHITUNGAN &
PENJURNALAN
TRANSAKSI ISTISHNA’
Transaksi Istishna’ Pertama
Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Kirana
berencana menambah satu unit bangunan seluas 100 m2 khusus untuk
rawat inap di sebelah barat bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr.
Kirana menghubungi Bank BRI Syariah untuk menyediakan bangunan baru
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah serangkaian negosiasi
beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain bangunan yang akan
dijadikan acuan spesifikasi barang, pada tanggal 10 Februari 2017
ditandatanganilah akad transaksi istishna’ pengadaan bangunan untuk rawat
inap. Adapun kesepakatan antara dr. Kirana dengan Bank BRI Syariah adalah
sebagai berikut:
 Harga bangunan : Rp 150.000.000,-
 Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli 2017)
 Mekanisme penagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.000,- per termin
mulai tanggal 10 April 2017
 Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan
Transaksi Istishna’ Kedua
Untuk membuat bangunan sesuai keinginan dr. Kirana,
pada tanggal 12 Februari 2017 Bank BRI Syariah
memesan kepada kontraktor PT. Waskita dengan
kesepakatan sebagai berikut:
 Harga bangunan : Rp 130.000.000,-
 Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat
tanggal 25 Juni 2017)
 Mekanisme penagihan : 3 termin pada saat
penyelesaian 20%, 50%, dan 100%
 Mekanisme pembayaran: dibayar tunai sebesar tagihan
dari kontraktor
1. Transaksi biaya pra-akad
(Bank sebagai penjual)

 (PSAK 104 pr. 25) biaya perolehan istishna’ terdiri


dari biaya langsung dan tidak langsung.
 Biaya langsung biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan.
 Biaya tidak langsung biaya overhead termasuk
biaya akad dan baiya pra-akad. (PSAK 104 pr. 26)
 Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan
dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika
akad disepakati.
1. Transaksi biaya pra-akad
(Bank sebagai penjual)

 Pada tanggal 5 Februari 2017, untuk keperluan survey


dan pembuatan desain bangunan yang akan dijadikan
acuan spesifikasi barang, Bank BRI Syariah telah
mengeluarkan kas sebesar Rp 2.000.000,-. Jurnal untuk
transaksi ini ialah:

(Db) Beban pra-akad yang


2.000.000
ditangguhkan

(Kr) Kas 2.000.000


2. Penandatanganan akad dg pembeli
(Bank sebagai penjual)

Pada saat ditandatangani antara bank dengan


pembeli, tidak ada jurnal yang harus dibuat untuk
mengakui adanya jual beli istishna’.
Akan tetapi, adanya kesepakatan jual beli istishna’
ini menyebabkan pengeluaran-pengeluaran pra-
akad diakui sebagai biaya istishna’ (PSAK 104 pr.
26: Biaya pra-akad diakui sebagai beban
tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna’ jika akad disepakati).
2. Penandatanganan akad dg pembeli
(Bank sebagai penjual)

Pada tanggal 10 Februari 2017, transaksi antara dr.


Kirana dan Bank BRI Syariah ditandatangani, maka
jurnalnya ialah:

(Db) Biaya Istishna’ 2.000.000

(Kr) Beban pra-akad yang 2.000.000


ditangguhkan
3. Akad istishna’ parallel dg kontraktor
/produsen (Bank sebagai pembeli)

 Pada saat akad istishna’ parallel disepakati dengan


pembuat barang, tidak ada jurnal yang harus dibuat
terkait dengan kesepakatan jual beli istishna.
 Jurnal dilakukan jika terdapat transaksi pembayaran
uang kepada pembuat barang oleh bank syariah.
 Berdasarkan contoh kasus, diketahui bahwa
pembayaran dilakukan berdasarkan tingkat
penyelesaian, sehingga pada saat akad, tidak ada kas
yang harus dikelaurkan oleh bank syariah.
3. Akad istishna’ parallel dg kontraktor
/produsen (Bank sebagai pembeli)

PSAK 104 pr. 29 biaya perolehan istishna’ parallel terdiri atas:
a) Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen
atau kontraktor kepada entitas;
b) Biaya tidak langsung, biaya overhead termasuk biaya akad dan
pra-akad;
c) Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajibannya, jika ada.

Biaya perolehan istishna’ parallel diakui sebagai aset istishna’


dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen
atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
4. Penerimaan & pembayaran tagihan
kepada penjual (pembuat) barang istishna’
 (PSAK 104 pr. 36) pembeli mengakui aset istishna’ sebesar
jumlah termin yang ditagih oleh penjual yang dalam hal ini
pembuat barang dan sekaligus mengakui utang istishna’
kepada pembuat barang tersebut.
 Berdasarkan contoh kasus, pembayaran dilakukan dalam 3
termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50%, dan 100%.
Misalkan realisasi pembayarannya ialah sebagai berikut:
Jumlah Tanggal Jumlah
Tingkat Tanggal
Termin Tagihan Pembayara Pembayaran
Penyelesaian Penagihan
(Rp) n (Rp)
1 20% 1 April 26 juta 8 April 26 juta
2 50% 15 Mei 39 juta 22 Mei 39 juta
3 100% 25 Juni 65 juta 2 Juli 65 juta
4. Penerimaan & pembayaran tagihan
kepada penjual (pembuat) barang istishna’
 Misalkan pada tanggal 1 April 2017, PT. Waskita
menyelesaikan 20% pembangunan dan menagih
pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000,-
(20% x Rp 130.000.000,-) kepada Bank BRI Syariah. Jurnal
pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat barang
ialah:

(Db) Aset Istishna’ dalam penyelesaian 26.000.000

(Kr) Utang istishna’ 26.000.000


4. Penerimaan & pembayaran tagihan
kepada penjual (pembuat) barang istishna’
 Misalkan pada tanggal 8 April 2017, Bank BRI Syariah
melakukan pembayaran atas tagihan termin pertama PT.
Waskita sebesar Rp 26.000.000,-. Jurnalnya ialah sebagai
berikut:
(Db) Utang Istishna’ 26.000.000

(Kr) Kas/Rekening nasabah 26.000.000


pemasok
4. Penerimaan & pembayaran tagihan
kepada penjual (pembuat) barang istishna’
 Jurnal yang sama untuk termin kedua:

Penagihan Termin kedua 15 Mei 2017

(Db) Aset Istishna’ dalam penyelesaian 39.000.000

(Kr) Utang istishna’ 39.000.000

(50%-20%) x Rp 130.000.000,- = Rp 39.000.000,-

Pembayaran Termin kedua 22 Mei 2017

(Db) Utang Istishna’ 39.000.000

(Kr) Kas/Rekening nasabah pemasok 39.000.000


4. Penerimaan & pembayaran tagihan
kepada penjual (pembuat) barang istishna’
 Jurnal yang sama untuk termin ketiga:
PenagihanTermin ketiga 25 Juni 2017
(Db) Aset Istishna’ dalam penyelesaian 65.000.000
(Kr) Utang istishna’ 65.000.000
(100%-50%) x Rp 130.000.000,- = Rp 65.000.000,-

Pembayaran Termin ketiga 2 Juli 2017


(Db) Utang Istishna’ 65.000.000
(Kr) Kas/Rekening nasabah 65.000.000
pemasok
5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
Pada istishna’ parallel, terdapat dua metode pengakuan pendapatan,
yaitu:
a) Metode akad selesai pengakuan pendapatan diakui setelah
barang selesai. Metode ini digunakan jika tidak terdapat alasan
rasional yang kuat untuk mengukur persentase penyelesaian
(progress pekerjaan atas barang yang dibuat).
b) Metode persentase penyelesaian pendapatan diakui sesuai
persentase penyelesaian dan menambah nilai aset istishna’ dalam
penyelesaian.
Dasar dari pengakuan pendapatan adalah alasan rasional yang
terdokumentasi, yaitu ketika bank dapat menaksir persentase
penyelesaian barang secara moneter untuk dijadikan nilai harga
pokok jual beli.
Pengakuan pendapatan ini dapat dilakukan secara periodic
(bulanan, triwulan, dll) atau pada periode tertentu sepanjang bank
memiliki dokumen persentase penyelesaian.
5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
PSAK 104 pr. 18: Jika menggunakan metode persentase
penyelesaian, maka:
 Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang
telah diselesaikan dalam periode tersebut, diakui sebagai
pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan;
 Bagian margin (keuntungan) istishna’ yang diakui selama
periode pelaporan ditambahkan kepada aset istishna’
dalam penyelesaian;
 Pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar
biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai dengan
periode tersebut.
5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
 Bank cenderung memilih menggunakan metode
persentase penyelesaian dan menyusun jadwal
pembayaran piutang dari nasabah yang besarnya
disesuaikan kemampuan arus kas nasabah.
 Hal tersebut juga disebabkan karena pada proyek dengan
periode pembuatan atau kontruksi aset istishna’ yang
melewati satu periode laporan keuangan, maka timbul
konsekuensi bahwa bank tidak dapat mengakui adanya
pendapatan.
 Hal tersebut juga terjadi untuk menghindari tiadanya
pendapatan bank terlalu lama yang akhirnya
mengakibatkan bagi hasil untuk nasabah deposan menurun
atau rendah pada periode tertentu.
5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
Berdasarkan contoh soal, maka pendapatan diakui sesuai
dengan persentase penyelesaian. Perhitungan pendapatan
istishna’, harga pokok, dan keuntungan istishna’ ialah sebagai
berikut:
a) Pendapatan istishna diukur sebesar bagian nilai akad
yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan
dalam periode tersebut.

Pendapatan istishna’ = % penyelesaian x nilai akad penjualan


= 20% x Rp 150.000.000,-
= Rp 30.000.000,-
5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
Berdasarkan contoh soal, maka pendapatan diakui sesuai
dengan persentase penyelesaian. Perhitungan pendapatan
istishna’, harga pokok, dan keuntungan istishna’ ialah sebagai
berikut:
b) Harga pokok istishna’ diakui sebesar persentase
penyelesaian aset istishna’.
Harga pokok istishna’ = % penyelesaian x nilai akad pembelian

= 20% x Rp 130.000.000,-

= Rp 26.000.000,-
5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
Berdasarkan contoh soal, maka pendapatan diakui sesuai
dengan persentase penyelesaian. Perhitungan pendapatan
istishna’, harga pokok, dan keuntungan istishna’ ialah sebagai
berikut:
c) Keuntungan istishna’ bagian margin (keuntungan)
istishna’ yang diakui selama periode pelaporan yang
ditambahkan kepada aset istishna’ dalam penyelesaian.

Keuntungan istishna’ = % penyelesaian x margin keuntungan istishna’


= 20% x (Rp 150.000.000 – Rp 130.000.000)
= 20% x Rp 20.000.000,-
= Rp 4.000.000,-
5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
 Jurnal untuk mengakui pendapatan pada termin pertama, 1
April 2017, ialah:
(Db) Aset Istishna’ dalam penyelesaian 4.000.000

(Db) Harga pokok istishna’ 26.000.000

(Kr) Pendapatan istishna’ 30.000.000


5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
 Jurnal yang sama untuk termin kedua 15 Mei 2017:
(Db) Aset Istishna’ dalam penyelesaian 6.000.000*
(Db) Harga pokok istishna’ 39.000.000**
(Kr) Pendapatan istishna’ 45.000.000***
Keterangan:
*Keuntungan istishna’ = % penyelesaian x margin keuntungan istishna’
= (50%-20%) x Rp 20.000.000,-
= Rp 6.000.000,-

** Harga Pokok Istishna’ = % penyelesaian x nilai akad pembelian


= (50%-20%) x Rp 130.000.000,-
= Rp 39.000.000,-

*** Pendapatan Istishna’ = % penyelesaian x nilai akad penjualan


= (50%-20%) x Rp 150.000.000,-
= Rp 45.000.000,-
5. Pengakuan Pendapatan Istishna’
 Jurnal yang sama untuk termin kedua 25 Juni 2017:
(Db) Aset Istishna’ dalam penyelesaian 10.000.000*
(Db) Harga pokok istishna’ 65.000.000**
(Kr) Pendapatan istishna’ 75.000.000***
Keterangan:
*Keuntungan istishna’ = % penyelesaian x margin keuntungan istishna’
= (100%-50%) x Rp 20.000.000,-
= Rp 10.000.000,-

** Harga Pokok Istishna’ = % penyelesaian x nilai akad pembelian


= (100%-50%) x Rp 130.000.000,-
= Rp 65.000.000,-

*** Pendapatan Istishna’ = % penyelesaian x nilai akad penjualan


= (100%-50%) x Rp 150.000.000,-
= Rp 75.000.000,-
6. Penagihan Piutang Istishna’ kepada
Pembeli
 PSAK 104 pr. 24 penagihan dilakukan penjual sesuai
dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai
dengan persentase penyelesaian pembuatan barang
pesanan.
 PSAK 104 pr. 23 tagihan setiap termin kepada pembeli
diakui sebagai piutang istishna’ dan termin istishna’
(billing) pada pos lawannya.
6. Penagihan Piutang Istishna’ kepada
Pembeli
 Berdasarkan contoh soal, maka pada termin pertama
penagihan, tanggal 10 April 2017, Bank BRI Syariah
melakukan penagihan kepada dr. Kirana sebesar Rp
30.000.000,-. Jurnalnya ialah:
(Db) Piutang Istishna’ 30.000.000

(Kr) Termin istishna’ 30.000.000

Karena besarnya jumlah penagihan setiap termin ialah sama,


maka untuk termin kedua-kelima jurnalnya ialah sama.
7. Penerimaan Pembayaran Piutang
Istishna’ dari Pembeli
 Berdasarkan contoh soal, maka pada termin pertama
pembayaran, tanggal 13 April 2017, Bank BRI Syariah
menerima pembayaran dari dr. Kirana sebesar Rp
30.000.000,-. Jurnalnya ialah:
(Db) Kas /Rekening nasabah 30.000.000

(Kr) Piutang istishna’ 30.000.000

Karena besarnya jumlah pembayaran setiap termin ialah sama,


maka untuk termin kedua-kelima jurnalnya ialah sama.
8. Penyerahan Barang
 PAPSI 2013 h. 4.19 pada saat barang pesanan telah
diserahkan kepada nasabah, bank melakukan jurnal balik
atas rekening aset istishna’ dalam penyelesaian dan termin
istishna’.
 Berdasarkan contoh soal, misalkan barang pesanan
diserahkan pada tanggal 13 Agustus 2017, maka jurnalnya
ialah:
(Db) Termin istishna’ 150.000.000

(Kr) Aset Istishna’ dalam 150.000.000


penyelesaian
9. (Kondisi Lain)
 Perlakuan akuntansi terhadap beban pra-akad
jika transaksi tidak jadi disepakati

(Db) Beban operasional 2.000.000

(Kr) Beban pra-akad yang 2.000.000


ditangguhkan
10. (Kondisi Lain)
 Pengakuan pendapatan dengan metode akad
selesai (25 Juni 2017)

(Db) Aset Istishna’ dalam 20.000.000


penyelesaian
(Db) Harga pokok istishna’ 130.000.000

(Kr) Pendapatan Istishna’ 150.000.000


LATIHAN
Latihan
Transaksi Istishna’ Pertama
Pada tanggal 5 Maret 2017 Bank Muamalat mendapat
pesanan dari Universitas Andalas dengan kontrak istishna’
untuk pembelian 10 unit rumah untuk karyawannya dengan
total nilai kontrak Rp 600.000.000,- dengan spesifikasi luas
bangunan 75 m2 bahan batu bata dan kayu bengkire.
 Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 5
Agustus 2017)
 Mekanisme penagihan : 3 termin sebesar Rp
200.000.000,- per termin mulai tanggal 5 Juli 2017
 Mekanisme pembayaran : setiap 10 hari setelah tanggal
penagihan
Latihan
Transaksi Istishna’ Kedua
Untuk pengadaan rumah tersebut, pada tanggal 10 Maret
2017 Bank Muamalat bekerja sama dengan PT. Wijaya Karya
dengan menggunakan kontrak istishna’ dengan nilai kontrak
Rp 560.000.000,- untuk 10 unit rumah.
 Lama penyelesaian : 4 bulan 20 hari
(paling lambat tanggal 30 Juli 2017)
 Mekanisme penagihan kontraktor : dua termin pada
saat penyelesaian 50% dan 100%
 Mekanisme pembayaran oleh bank : dibayar tunai 5
hari setelah tanggal tagihan dari kontraktor
Buatlah jurnal untuk kasus tersebut dan transaksi berikut ini! Adapun
metode pengakuan pendapatan menggunakan metode persentase
penyelesaian.

1) Tanggal 2 Maret 2017, untuk keperluan survey dan pembuatan


desain bangunan yang akan dijadikan acuan spesifikasi barang, Bank
Muamalat telah mengeluarkan kas hingga Rp 5.000.000,-.
2) Tanggal 5 Maret 2017, disepakati akad transaksi istishna pmbuatan
10 unit rumah antara bank syariah dengan Universitas Andalas.
Saat akad, beban pra akad diakui sebagai biaya istishna’.
3) Tanggal 20 Mei 2017, PT. Wijaya Karya menyelesaikan 50%
pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar
Rp 280.000.000,- (50% x Rp 560.000.000,-) kepada Bank
Muamalat.
4) Diakui pendapatan istishna’ saat penyelesaian 50%.
5) Tanggal 25 Mei 2017, Bank Muamalat membayar tagihan PT.Wijaya
Karya sebesar yang ditagihkan.
6) Tanggal 30 Juli 2017, PT. Wijaya Karya menyelesaikan 100%
pembangunan dan menagih pembayaran termin kedua sebesar Rp
280.000.000,- kepada Bank Muamalat.
Buatlah jurnal untuk kasus tersebut dan transaksi berikut ini! Adapun
metode pengakuan pendapatan menggunakan metode persentase
penyelesaian.

7) Diakui pendapatan istishna’ saat penyelesaian 100%.


8) Tanggal 4 Agustus 2017, Bank Muamalat membayar tagihan PT. Wijaya
Karya sebesar yang ditagihkan.
9) Tanggal 5 Juli 2017, Bank Muamalat melakukan penagihan termin pertama
pada Universitas Andalas sebesar Rp 200.000.000,-.
10) Tanggal 15 Juli 2017, Universitas Andalas membayar tagihan istishna’
termin pertama sebesar Rp 200.000.000,-.
11) Tanggal 5 Agustus 2017, Bank Muamalat melakukan penagihan termin
kedua pada Universitas Andalas sebesar Rp 200.000.000,-.
12) Tanggal 15 Agustus 2017, Universitas Andalas membayar tagihan istishna’
termin kedua sebesar Rp 200.000.000,-.
13) Tanggal 5 September 2017, Bank Muamalat melakukan penagihan termin
ketiga pada Universitas Andalas sebesar Rp 200.000.000,-.
14) Tanggal 15 September 2017, Universitas Andalas membayar tagihan
istishna’ termin ketiga sebesar Rp 200.000.000,-.
15) Penyerahan barang istishna’.

Anda mungkin juga menyukai