Anda di halaman 1dari 7

BAB 11

AKUNTANSI TRANSAKSI ISTISHNA


DAN ISTISHNA PARALEL
DEFINISI DAN PENGGUNAAN

 Bai ‘ al istishna ‘ atau disebut dengan istishna’, merupakan kontrak jual beli dalam
bentuk pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan ( pembeli, mustahni’ ) dan penjual ( pembuat, shani’ ).
 Barang yang diperjualbelikan biasanya adalah barang manufaktur, adapun dalam
hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat dilakukan di muka, melalui cicilan atau
ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
 Penggunaan akad istishna’ oleh bank syariah diindonesia relatif masih minim.

Ketentuan syar’i, rukun transaksi dan pengawasan syariah

Transaksi istishna’ dan istishna’ paralel

 Ketentuan syar’i transaksi Istishna’ dan Istishna’ paralel


 Rukun transaksi Istishna
 transaktor
 Objek Istishna
 Ijab dan kabul
 Rukun Transaksi Istishna’ Paralel
 Pengawasan Syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna’ paralel
 Alur Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel

Ketentuan syar’i Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel

 Menurut mazhab Hanafi, istishna’ hukumnya boleh karena hal itu telah dilakukan
oleh masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang mengingkari.
Ketentuan syar’I transaksi istishna’ diatur dalam fatwa DSN no 06/DSN-
MUI/IV/2000 TENTANG jual beli istishna’
 Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran, dan ketentuan barang.

Rukun Transaksi Istishna

1. Transaktor
 Transaktor terdiri atas pembeli dn penjual. Kedua transaktor disyaratkan memiliki
kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal seperti tidak
gila, tidak sedang dipaksa dan yang lain sejenis.
 Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan
pantauan dari walinya. Terkait dengan penjual, DSN mengharuskan agar penjual
menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah
disepakati.
 Penjual diperbolekan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak
boleh menuntut tambahan harga.

2. Objek Istishna
 harus jelas spesifikasinya
 penyerahanya dilakukan kemudian
 waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
 pembeli ( mustashni’ ) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
 tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan
 memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
 barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan, bukan barang
masal
3. Ijab Kabul
Ijab dan kabul istishna’ merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual ( bank syariah ) dan penerimaan
yang dinyatakan oleh pembeli ( nasabah )

Menurut PSAK no 104 paragraf 12 pada dasarnya Istishna’ tidak dapat


dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi :

 Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya


 Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad

Rukun Transaksi Istishna’ Paralel

 Berdasarkan fatwa DSN no 6 tahun 2000, disebutkan bahwa akad istishna’ kedua
(antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus dilakukan
terpisah dari akad pertama
 Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah, rukun-rukun yang
terdapat pada akad istishna’ pertama juga berlaku pada akad istishna’ kedua

Pengawasan syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna parallel

Pengawasan tersebut dilakukan untuk :

 Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam


 Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan nasabah
sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati;
 Memastikan akad Istishna’ dan akad Istishna’ paralel dibuat dalam akad yang
terpisah;
 Memastikan bahwa akad Istishna’ yang sudah dikerjakan sesuai kesepakatan
hukimnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali memenuhi kondisi
antara lain (i) kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad Istishna’ (ii) akad
ini batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad

ALUR TRANSAKSI ISTISHANA’ PARALEL

1.Negosiasi,
Pesan barang
Bank Syariah Dan akad
Istishna’ Nasabah
Sebagai penjual
sebagai
( shani’ ) 1dan
Pembeli
Pembeli
( mustashni )
( mustashni’ )
Pada istishna’ 2
9. Pelunasan pembayaran

4.Kirim tagihan penyelesaian barang

8.Kirim dokumen pengiriman 7.Kirim


5.bayar barang

3. Buat barang
Pemasok
( shani’ )
1.Negosiasi,
Pesan barang
Dan akad
Istishna’
Cakupan Standar Akuntansi Istishna’Paralel

Akuntansi istishna’ diatur dalam Pernyataan Standar Keuangan ( PSAK ) no 104


tentang istishna’.terkait dengan pengakuan dan pengukuran transaksi, standar ini
mengatur tentang penyatuan dan segmentasi akad, pendapatan istishna’ dan istishna’
parale, istishna’dengan pembayaran tangguh, biaya perolehan istishna’, penyelesaian awal
pengakuan taksiran rugi, perubahan pesanan dan tagihan.

Teknis Perhitungan Transaksi Istishna’

Transaksi Istishna’ Pertama

Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursila berencana
menambah satu unit bangunan seluas 100 m2 khusus untuk rawat inap di sebelah barat
bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi Bank Berkah Syariah
untuk menyediakan bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah
serangkaian negosiasi beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain bangunan yang
akan dijadikan acuan spesifikasi barang, pada tanggal 10 Februari 20XA ditandatanganilah
akad transaksi istishna’ pengadaan bangunan untuk rawat inap. Adapun kesepakatan
antara dr. Ursila dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut:

Harga Bangunan : Rp 150.000.000

Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli)

Mekanisme panagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.0000 per termin mulai tanggal 10


Agustus

Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan

Transaksi Istishna’ Kedua

Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada tanggal 12 Februari
20XA, Bank Berkah Syariah memesan kepada kontraktor PT. Thariq Konstruksi dengan
kesepakatan sebagai berikut:

Harga Bangunan : Rp 130.000.000

Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tgl 25 Juni)

Mekanisme penagihan kontraktor: tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50% dan
100%.

Mekanisme pembayaran oleh Bank : dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor.

Penjurnalan Transaksi Istishna’

A. Transaksi biaya prakad ( Bank sebagai penjual )

Misalkan pada tanggal 5 20XA, untuk keperluan survey dan pembuatan desain bangunan
yang akan dijadikan acuan spesifkasi barang, bank Berkah syariah telah mengeluarkan kas
hingga Rp 2.000.000. jurnal untuk mengakui transaksi ini adalah sbb :

Tanggal Rekening Debit Kredit


5/2/XA Db.Bbn praakad yang ditangguhkan 2.000.000
Kr.Kas 2.000.000
B. Penandatanganan akad dengan pembeli ( Bank sebagai Penjual)

Misalkan kasus dr.susila dengan bank berkah syariah diatas, transaksi istishna’ jadi
disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan beban prakaad menjadi biaya
istishna’ adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Kredit ( Rp )


10/2/XA Db. Biaya istishna’ 2.000.000
Kr. Beban praakad yg ditangguhkan 2.000.000

C. Pembuatan akad istishna’ paralel dengan pembuat barang ( Bank Sebagai Pembeli )

Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’


paralel terdiri dari :

 biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor


kepada entitas
 biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan prakad; dan
 semua biaya akibat produsen atau kontrktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya , jika ada.

D. Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual ( pembuat ) barang istishna’

Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga termin
yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Misalkan dalam perjalanannya, realisasi
tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut:

No. Tingkat Tanggal Tanggal Tanggal Jumlah


Termin penyelesaian penagihan penagihan Pembayar- Pembayaran
kontraktor kontraktor an
I 20% 1 April 26.000.0000 8 April 26.000.0000
II 50% 15 Mei 39.000.0000 22 Mei 39.000.0000
III 100% 25 Juni 65.000.0000 2 Juli 65.000.0000

Misalkan pada tanggal 1 April, PT. Thariq Konstruksi menyelesaikan 20% pembangunan
dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000 (20% x Rp 130.000.000)
kepada Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat
barang adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Debit ( Rp )


1/4/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 26.000.0000
Kr. Hutang Istishna 26.000.000

Misalkan tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan pembayaran oleh
bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Debit Kredit
Tanggal Rekening
(Rp) (Rp)
15/5/XA Db. Aset istishna dalam 39.000.000
penyelesaian
Kr. Hutang istishna’ 39.000.000*
*(50%-20%) x Rp
130.000.000 = Rp
39.000.000
22/5/XA Db. Hutang istishna’ – 39.000.000
pembuat barang
Kr. Kas/rekening 39.000.000
nasabah pemasok
Misalkan tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli
20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


25/6/XA Db. Aset 65.000.000
istishna dalam
penyelesaian
Kr. Hutang 65.000.000*
istishna’
*(100%-50%)
x Rp
130.000.000 =
Rp 65.000.000

2/7/XA Db. Hutang 65.000.000


istishna’ –
pembuat
barang
Kr. 65.000.000
Kas/rekening
nasabah
pemasok

E. Pengakuan Pendapatan istishna’

Berdasarkan PSAK no 104 Paragraf 18 disebutkan bahwa jika metode prosentae


penyelesaian digunakan, maka :

 bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan
dalam periode tersebut, diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang
bersangkutan
 bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan
ditambahkan kepada aest istishna dalam penyelesaian ; dan
 pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tesebut

F. Penagihan Piutang Istishna’ Pembeli

Misalkan dalam kasus di atas, penagihan oleh bank kepada pembeli akhir dilakukan dalam
5 termin dalam jumlah yang sama yaitu Rp 30.000.000, setiap tanggal 10 mulai bulan
Agustus. Maka jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang istishna’ kepada pembeli
dan penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut.

Tangaal Rekening Debit ( Rp ) Kedit ( Rp )


10/8/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin Istishna’ 30.000.000
* Rp 150.000.000/ 5 termin = Rp 30.000.000
per termin

Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna’ dari Pembeli

Pembayaran piutang istishna’ oleh nasabah dilakukan setelah menerima tagihan


istishna dari bank. Oleh karena termin istishna’ merupakan pos lawan dari piutang
istishna’, maka pada waktu pembayaran piutang, bank sebagai penjual perlu menutup
termin istishna’.
Misalkan dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3 hari
setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual. Maka jurnal untuk mengakui setiap
penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


13/8/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna 30.000.000
Kr. Piutang Istishna’ 30.000.000

Db. Termin Istishna’ 30.000.000

Kr. Aset istishna’ dalam penyelesaian 30.000.000

G. Variasi Transaksi dan Kebijakan akuntansi

1. Pengakuan Pendapatan dengan metode akad selesai

Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 19 disebutkan bahwa pada metode akad selesai
melekat beberapa ketentuan berikut :

a) Tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan


tersebut selesai:
b) Tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan
tersebut selesai:
c) Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’ dalam
penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selsai: dan
d) Pengakuan pendapatan istishna’, harga pokok istishna’, dan keuntungan
dilakukan hanya pada saat penyelasaian pekerjaan.
2. Pembayaran dengan cara tangguh

Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 20, jika menggunakan metode persentase


penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun
setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi
dua bagian, yaitu:

a) Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila


istishna’ dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase penyelesaian; dan
b) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama
periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-25 PSAK 102
tentang Akuntansi Murabahah

PENYAJIAN

Berdasarkan PSAK no 104, penyajian rekening yang terkait transaksi istishna’ dan
istishna’ paralel antara lain :

1. Piutang istishna’, yang timbul kaena pemberian modal usaha istishna’ oleh bank
syariah
2. Piutng, yang timbul kerna penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi istishna’, Rekening ini disajikan terpisah dari piutang istishna’,
3. Hutang Istishna’, timbul bank menjadi penjual barang istishna’ yang dipesan
olehnasabah pembeli
PENGUNGKAPAN

Hal-hal yang diungkap dalam catatan atas laporan keungan tentang transaksi
istishna’ dan istishna paralel antara lain :

1. Rincian piutang istishna’ dan hutang istishna’ berdasarkan jumlah,jangka waktu,


jenis valuta, kualitas piutang dan penyisihankerugian piutang Istishna’,
2. Piutang istishna’ dan hutang istishna’ kepada penjual ( pemasok ) yang memiliki
hubungan istimewa
3. Besarnya modal usaha istishna’, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain
4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai