Anda di halaman 1dari 13

Akuntansi Transaksi Istishna dan Salam Istishna Paralel

Kelompok 6
A.Irham Angkasa Putra
Ahmad Hakiki
Nur Komala Dewi
Kontrak jual beli dalam bentuk
Devinisi Al pembuatan barang tertetu dengan
Istishna kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara
pemesandan penjual

Barang yang diperjualbelikan biasanya


adalah barang manufaktur, adapun dalam
hal pembayaran dapat dilakukan di muka
melalui cicilan, atau ditangguhkan
RUKUN
TRANSAKS
I ISTISHNA

1.Transaktor
2.Objek Istishna
3.Ijab dan kabul
Ketentuan Syar’i Transaksi
Istishna dan Istishna Paralel

Menurut Mazhab Hanafi, istishna hukumnya boleh


karena hal itu telah dilakukan oleh masyarakat Muslim
sejak masa awal tanpa ada ulama yang mengingkari.

Ketentuan Syar’itransaksi Istishna diatur dalam fatwa DSN


no 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang istishna

Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran dan


ketentuan barang
Transaktor
~ Transaktor terdiri atas penjual dan
pembeli . Kedua transaktor disyaratkan
memiliki memiliki kompetensi berupa akil
dan baligh dan kemampuan memilih yang
optimal seperti tidak gila
Rukun transaksi ~ DSN mengharuskan agar menyerahkan
Istishna barang tepat waktu dengan kualitas dan
jumlah yang disepakati
~ Penjual diperbolehkan menyerahkan
barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan syarat kualitas dan dan jumlah
barang sesuai dengan kesepakatan dan ia
tidak boleh menuntut tambahan harga
Spesifikasi jelas

Penyerahan dilakukan
kemudian

Waktu dan tempat


penyerahan barang
ditetapkan berdasarkan
kesepakatan

Objek istishna Pembeli tidak boleh


menjual barang sebelum
menerimanya

Tidak boleh menukar


barang, kecuali sejenis

Memerlukan proses
pembuatan setelah
akad disepakati
Barang yang diserahkan
bukan barang massal
Ijab kabul

Ijab dan kabul dalam istishna merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak , dengan cara menawar dari penjual dan penerimaan yang dinyatakan oleh
pembeli

Menutur PSAK no 10 paragraf 12 pada dasarnya Istishna


tidak dapat dibatalkan kecuali :

• kedua belah pihak setuju untuk


menghentikannya
• akad batal demi hukum karena timbul
kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad
Rukun transaksi
Istishna Paralel

Berdassarkan fatwa DSN no 6 tahun 2000, disebutkan bahwa akad


istishna’ kedua
( antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual ) harus
dilakukan terpisah dari akad pertama

Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah, rukun-rukun
yang terdapat pada akad istishna’ pertama juga berlaku pada akad istishna’
kedua
ALUR TRANSAKSI ISTISHANA’ PARALEL

1.Negosiasi,
Bank Syariah Pesan barang
Dan akad Nasabah
Sebagai penjual
Istishna’ sebagai
( shani’ 1dan
Pembeli
Pembeli
( mustashni )
( mustashni’ )
Pada istishna’ 2 9. Pelunasan pembayaran

4.Kirim tagihan penyelesaian barang

8.Kirim dokumen pengiriman


5.bayar
7.Kirim
barang
Pemasok 3. Buat barang
( shani’ )
1.Negosiasi,
Pesan barang
Dan akad
Istishna’

Anda mungkin juga menyukai