ISTISHNA’
Kelompok 3 :
Mana Nishino 8335152394
Mokhammad Ridwan Fauzi 8335154817
Muhammad Arvin 8335132408
Nurul Fitria Kamilah 8335142778
◦ Akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati
APA ITU antara pemesan (mustashni’) dan penjual
(shani’).
ISTISHNA’?
◦ Shani’ akan menyiapkan barang yang
dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah
disepakati dimana ia dapat menyiapkan
sendiri atau membeli melalui pihak lain.
2
Al-Qur’an
QS. Al Baqarah : 275
“…dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.”
Dasar As-Sunnah
Hukum Diriwayatkan dari sahabat Anas ra, pada suatu hari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menuliskan surat
kepada seorang raja non arab, lalu dikabarkan kepada
beliau: Sesungguhnya raja-raja non arab tidak sudi
menerima surat yang tidak distempel, maka beliau pun
memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan
perak….” (HR. Muslim)
3
Fatwa DSN
Nomor 06/DSN-MUI/VI/2000 tentang Jual Beli Istishna’.
PSAK 104
2. Menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah.
Mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi istishna’ biasa dan paralel,
diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan
koperasi syariah yang melakukan transaksi istishna’,
baik sebagai penjual maupun pembeli.
4
Pemesan/Pembeli
(Mustashni’)
Produsen/Penjual
(Shani’)
5
◦ Pemesan (Mustashni’) menugaskan Bank
(Shani’) untuk menyediakan barang pesanan
(Mashnu’) sesuai spesifikasi yang disyaratkan,
dengan cara pembayaran dimuka atau
Karakteristik ditangguhkan.
6
Barang pesanan harus memenuhi kriteria :
a. memerlukan proses pembuatan setelah akad
disepakati;
b. sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized),
bukan produk massal; dan;
c. harus diketahui karakteristiknya secara umum
yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas,
dan kuantitasnya.
2.
Pada dasarnya Istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali :
a. Kedua belah pihak setuju untuk
menghentikannya;
b. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi
hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan
atau penyelesaian akad.
7
◦ Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang, atau manfaat; demikian juga
dengan cara pembayarannya
◦ Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh
Ketentuan berubah. Akan tetapi apabila setelah akad
8
◦ Harus jelas spesifikasi (jenis, ukuran, mutu),
sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan
yang dapat dihindari.
Ketentuan ◦ Penyerahannya dilakukan kemudian
9
◦ Tidak boleh menukar barang kecuali dengan
barang sejenis sesuai kesepakatan
◦ Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak
sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki
hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan
2. atau membatalkan akad.
◦ Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai
dengan kesepakatan hukumnya mengikat, tidak
boleh dibatalkan sehingga penjual tidak
dirugikan karena ia telah menjalankan
kewajibannya
10
◦ Jika pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan
kesepakatan, hukumnya mengikat.
◦
Ketentuan Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau terjadi perselisihan antara
Lainnya kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
11
JENIS - JENIS
ISTISHNA’
12
Jika akad Istishna’ yang disepakati hanya
13
Nasabah 1. Pesan
Konsumen Bank Syariah
(Pembeli) 2. Jual (Penjual)
14
Hanya terjadi 1 akad :
Akad antara Pemesan Barang dengan Penjual
Akad?
15
Jika bank bertindak sebagai penjual,
Istishna’ kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan
Paralel dengan cara istishna’, maka hal ini
disebut istishna’ paralel.
16
Produsen/
Nasabah
Pembuat/
Konsumen
Sub
(Pembeli)
kontraktor
Bank
Syariah
(Penjual)
3. Jual
17
Terdapat 2 akad :
1. Akad Pertama, antara Pemesan Barang
dengan Penjual
2. Akad Kedua, antara Penjual dengan Pihak
Akad? lain (Sub-Kontraktor).
Akad Akad
Pertama Kedua
18
1. Akad Kedua, yang terjadi antara Bank dan
Pihak Lain, terpisah dari akad pertama.
Apa saja
syaratnya? 2. Akad kedua dilakukan setelah akad
pertama telah sah disepakati.
19
Mekanisme
Pembayaran
20
Pembayaran di muka secara
1
langsung
Pembayaran secara
2
angsuran
Pembayaran setelah
3
penyerahan barang
21
Pembayaran di muka secara
1
langsung
“
Pembayaran dilakukan secara
keseluruhan harga barang pada
saat akad sebelum aktiva
istishna’ tersebut diserahkan
kepada si pemesan.
22
Pembayaran secara
di muka secara
21
angsuran
langsung
“
Pembayaran dilakukan oleh
pemesan secara bertahap
atau angsuran selama
proses pembuatan barang.
23
Pembayaran secara
di muka secara
21
angsuran
langsung
“
Penyelesaian piutang
Istishna’ terjadi saat
penyerahan aktiva Istishna’
kepada pemesan.
24
Pembayaran secara
di muka secara
21
angsuran
langsung
Biaya Pra-Akad Biaya Tangguhan yang Biaya Istishna’ diakui Biaya Istishna’ paralel
diakui sebagai biaya berasal dari biaya pra- sebagai aktiva dalam diakui sebagai aktiva
Tangguhan sebesar akad diakui sebagai penyelesaian pada saat dalam penyelesaian
jumlah yang aktiva Istishna’ dalam terjadinya akad akhir. pada saat diterimanya
dikeluarkan oleh bank. penyelesaian pada saat tagihan dari sub-
akad ditandatangani. kontraktor sebesar
jumlah tagihan dan
pada saat yang
bersamaan diakui
hutang istishna’ kepada
Tagihan setiap termin Jika menggunakan Jika menggunakan sub-kontrak..
dari bank kepada metode persentase metode akad selesai,
nasabah diakui sebagai penyelesaian, pada akhir pada saat barang
piutang usaha dan periode laporan keuangan selesai dibuat, diakui
pada saat bersamaan diakui pendapatan pendapatan istishna’
diakui termin istishna’. istishna’ dan harga pokok dan harga pokok
istishna’. Selisihnya diakui istishna’. Selisihnya
sebagai margin diakui sebagai margin
keuntungan. keuntungan.
25
setelah
Pembayaran secara
di muka secara
3
21
penyerahan
angsuran
langsung barang
“
Pembayaran dilakukan oleh
Pemesan kepada Bank setelah
aktiva Istishna’ yang dipesan
diserahkan kepada si Pemesan,
baik pembayaran secara
keseluruhan ataupun cicilan.
26
ISTISHNA’
vs
SALAM?
27
Salam Istishna Aturan dan keterangan
Pokok kontrak Muslam fiih Mushnu Barang ditangguhkan dengan
pembeli Muslim Mustashni’ spesifikasi
penjual Muslam ilaih Shani’i
Sifat kontrak Mengikat secara Mengikat secara Salam mengikat semua pihak sejak
asli (thabi’i) ikutan (thaba’i) semula, sementara istishna dianggap
mengikat berdasarkan pandangan para
fuqaha demi kemashlatan, serta tidak
bertentangan dengan aturan syariah
Kontrak paralel Salam paralel Istishna paralel Baik salam paralel maupun istishna
paralel sah asalkan: kedua kontrak
secara hukum adalah terpisah
28
Akuntansi
Istishna’
29
Biaya istishna terdiri dari :
30
◦ Biaya pra-akad diakui sebagai biaya
ditangguhkan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad ditandatangani, tetapi jika akad
tidak ditandatangani, maka biaya tersebut
2. dibebankan pada periode berjalan
31
Biaya istishna paralel terdiri dari :
32
◦ Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli
akhir diakui sebagai piutang istishna dari sebagai
termin istishna (istishna billing) pada pos lawannya.
◦ Pendapatan istishna adalah total harga yang
disepakati dalam akad antara bank dari pembeli
akhir; termasuk margin keuntungan.
4. ◦ Margin keuntungan adalah selisih antara
pendapatan istishna dari harga pokok istishna.
Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan
metode persentase penyelesaian atau metode akad
selesai.
33
Metode persentase penyelesaian digunakan, maka:
34
Jika estimasi persentase penyelesaian akad tidak dapat
ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan
keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan
ketentuan sebagai berikut:
35
Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal
jatuh tempo dari bank memberikan potongan, maka bank
menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat penyelesaian
awal tersebut.
36
Bank sebagai
Penjual
37
Pembayaran di muka secara
1
langsung
Pembayaran secara
2
angsuran
Pembayaran setelah
3
penyerahan barang
38
Saat pengeluaran biaya sebelum akad :
Dr. Beban Istishna yang ditangguhkan xxx
Cr. Kas xxx
39
Pembayaran di muka
Pembayaran secara
di muka secara
1langsung
langsung
40
Pembayaran secara
2
angsuran
41
Pembayaran secara
2
angsuran
42
Pembayaran secara
2
angsuran
43
Pembayaran secara
2
angsuran
44
Pembayaran secara
2
angsuran
Penyajian di neraca :
Dr. Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian xxx
Cr. Termin Istishna’ xxx
45
Pembayaran setelah
3
penyerahan barang
46
Bank sebagai
Pembeli
47
Pembayaran di muka
Pembayaran secara
di muka secara
1langsung
langsung
48
Pembayaran secara
2
angsuran
Penyajian di neraca :
Dr. Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian xxx
Cr. Termin Istishna’ xxx
49
Pembayaran secara
2
angsuran
50
Pembayaran secara
2
angsuran
4. Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka selisihnya diakui
sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor dan jika
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Cr. Kerugian aset istishna’ xxx
51
Pembayaran secara
2
angsuran
Jika pembeli (Bank) menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai
dengan spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang
telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali
diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan
dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Cr. Aset istishna’ dalam penyelesaian xxx
Dr. Beban penyisihan kerugian piutang xxx
5. Cr. Penyisihan piutang istishna’ xxx
Jika pembeli (Bank) menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih
rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.
Dr. Aset istishna’ dlm penyelesaian (nilai wajar) xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset istishna’dlm penyelesaian xxx
52
Pembayaran setelah
3
penyerahan barang
53
Bank menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai
berikut:
a. Hutang ishtisna' sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor
yang belum dilunasi.
Penyajian b. Aset istishna' dalam penyelesaian sebesar:
(i). persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan
kepada pembeli akhir, jika istishna' paralel; atau
(ii). kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’ biasa.
54
Bank mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan
keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
a. rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan
Pengungkapan jangka waktu.
b. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.
101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah.
55
Contoh Kasus
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
THANKS!
Any questions?
66