Anda di halaman 1dari 21

PASAR MODAL SYARIAH

Makalah ini disusun untuk mata kuliah Akuntansi Keuangan Syariah


Dosen pengampu: Rahmawati S.E., M.M

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aulia Qisti H. (11180820000037)
Leni Dewi Marlina (11180820000039)
Nina Restiana (11180820000077)
Lulu Syifa F. (11180820000120)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020/1441 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada
junjungan besar kita, Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita kepada zaman yang
penuh ilmu ini.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat-Nya, sehingga kami
mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
Akuntansi Keungan Syariah dengan judul “Pasar Modal Syariah”

Tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan pembuatan makalah ini. Kami
menyadari bahwa masih banyak kesalahan serta kekurangan pada makalah ini. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, sehingga nantinya makalah
ini dapat menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf
sebesar-besarnya.

Kami juga berterimakasih kepada semua pihak terutama pada Ibu Dosen kami yang telah
membimbing kami dalam penulisan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 06 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Isi..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 6
2.1 Overview Pasar Modal Syariah ............................................................... 6
2.2 Saham dan Obligasi Syariah (Sukuk) ...................................................... 7
2.3 Prinsip Dasar Obligasi Syariah ................................................................ 8
a. Pengertian Sukuk ............................................................................... 8
b. Dasar Hukum Sukuk .......................................................................... 8
c. Karakteristik Sukuk ........................................................................... 8
d. Jenis Sukuk Di Indonesia .................................................................. 9
2.4 Penilaian Investasi Syariah (Indeks dan Rating) ..................................... 13
2.5 Cakupan Akuntansi Sukuk ...................................................................... 14
2.6 Akuntansi Sukuk Untuk Penerbit Dan Investor ...................................... 15
2.7 Penilaian Kerja Pasar Modal Syariah ..................................................... 18

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 20


3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan pasar modal, di Indonesia kegiatan
investasi sudah banyak dilakukan oleh masyarakat tentunya dikalangan pengusaha.
Menurut undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal (UUPM) merupakan
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya. Serta, lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Saat ini di Indonesia tidak hanya pasar modal konvensional saja,
bahkan sudah ada pasar modal syariah yang mulai banyak diminati.
Pada awal abad ke-19 pemerintah Belanda mulai membangun perkebunan secara
besar-besaran di Indonesi, sumber dana diperoleh dari penabung yang terdiri atas orang
Belanda dan Eropa mulai pada saat itulah pemerintah Belanda mendirikan pasa modal.
Akhirnya pada 14 Desember 1912 pasar modal secara resmi ada di Indonesia. Namun
bagaimana dengan pasar modal syariah (sukuk)? Sejak kapan pasar modal syariah mulai
berkembang di Indonesia? Apakah ada dasar hukumnya dalam islam? Lalu bagaimana
dengan prosesnya?.
Pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan terbitnya Reksa Dana Suariah oleh
PT. Danareksa Investmen Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya BEI bekerjasama
dengan PT. Danareksa Investment Management dengan meluncurkan JII (Jakarta Islamic
Index) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin
menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, para
pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai
dengan prinsip syariah. Sekilas mengenai awal mulanya pasar modal syariah, pada bab
pembahasa kami akan mengulas lebih lanjut menganai pasar modal syariah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasar latar belakang sebelumnya, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pasar modal syariah (sukuk)?
2. Apakah ada jenis-jenis sukuk di Indonesia?
3. Bagaimana cakupan akuntansi untuk sukuk?
4. Kapan sukuk mulai berkembang pesat di Indonesia?
5. Bagaimana penilaian kinerja sukuk setelah sudah lama muncul di Indonesia?

4
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Memberikan penjelasan mengenai pasar modal syariah
2. Memberikan penjelasan mengenai jenis-jenis sukuk di Indonesia
3. Menjelaskan mengenai cakupan akuntansi untuk sukuk
4. Menginformasikan sejak kapan sukuk berkembang pesat di Indonesia
5. Memberikan penjelasan mengenai kinerja sukuk di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Overview Pasar Modal Syariah


Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang seluruh aktivitasnya berdasarkan
prinsip-prinsip islam, baik dari akadnya, caranya, serta kegiatan usahanya tidak boleh
bertentangan dengan syariat islam. Visi dari pasar modal syariah yaitu memberikan
kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, berkeadilan, dan melindungi
kepentingan masyarakat. Pasar modal syariah memiliki dua peran penting yaitu:
a) Sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan untuk pengembangan usahanya melalui
penerbitan efek syariah
b) Sebagai sarana investasi efek syariah bagi investor
Pasar modal syariah merupakan bagian dari Industri Pasar Modal Indonesia. Secara
umum kegiatan pasar modal syariah sejalan dengan pasar modal pada umumnya.
Namun, terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk
dan mekanisem transaksi tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar
modal seperti, maysir, gharar, riba. Maka dari sinilah kita ketahui bahwa pasar modal
syariah sudah halal, Karena pada dasarnya kegiatan pasar modal yang merupakan
kegiatan penyertaan modal tau jual beli efek (saham/sukuk) termasuk kedalam
kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam pasar modal diperbolehkan sepanjang
tidak ada larangan menurut syariah. Kegiatan muamalah yang dilarang adalah kegiatan
spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung unsur riba, maysir, risywah,
maksiat, dan kedzholiman.
Dalam pasar modal syariah para pemilik modal biasa disebut Supplier of fund dengan
para pengguna dana atau disebut User of fund. Jika dilihat memang syariah dan
konvensional untuk pasar modal tidaklah jauh berbeda, hanya saja yang membedakan
tentunya pedoman aturan yang bdigunakan haruslah berbasis syariah. Penerapan prinsip
syariah di pasar modal tentunya bersumber pada Al Quran sebagai sumber hukum
tertinggi dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Kemudian dari kedua sumber tersebut para
ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqh. Salah satu pembahasan
dalam ilmu fiqs adalah muamalah yaitu hubungan antar manusia terkait dengan
perdagangan.

6
b.2 Saham dan Obligasi Syariah (Sukuk)
Saham Syariah merupakan saham yang ditawarkan kepada investor oleh perusahaan-
perusahaan yang memenuhi ketentuan syariah dan diatur sesuai fatwa DSN MUI No.
40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal, pasal 4 ayat 3. Saham syariah merupakan efek berbentuk
saham yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Definisi saham
dalam konteks syariah merujuk pada definisi saham pada umunya yang diatur dalam
undang-undang maupun peraturan OJK lainnya. Ada duna jenis saham syariah yang
diakui di pasar modal Indonesia. Pertamam saham yang dinyatakan memenuhi kriteria
seleksi saham syariah berdasarkan peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang
kriteria dan penerbitan daftar efek syariah. Kedua adalah saham yang dicatatkan sebagai
saham syariah oleh emiten atau perusahaan publik syariah berdasarkan OJK Nomor
17/POJK.04/2015. Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia,
baik yang terjatat di BEI maupun tidak, dimasukkan dalam Daftar Efek Syariah (DES)
yang diterbitkan oleh OJK secara berkala setiap bulan Mei dan November.
Obligasi Syariah (Sukuk), merupakan Salah satu instrumen investasi,
transaksi/akadnya sesuai dengan sistem pembiayaan dan pendanaan dalam perbankan
syariah, dengan tujuan untuk menerima kebutuhan produksi, yakni dengan adanya
keprluan penambahan modalnya mengadakan rehabilitasi perluasan usaha, ataupun
pendirian proyek baru dengan ciri-ciri untuk pengadaan barang-barang modal,
mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan tertata, serta mempunyai jangka
waktu menengah dan panjang. Dalam fatwa Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002, DSN-MUI
mendefinisikan sukuk sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariag yang mewajibkan
emiten membayar pendapatan kepada pemegang saham obligasi syariah berupa bagi
hasil, serta membayar kembali dana obligasi saat jatuh tempo. Sukuk dapat pula
diartikan dengan Efek Syariah berupa sertifikat atau buktu kepemilikan yang bernilai
sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan.

7
b.3 Prinsip Dasar Obligasi Syariah (Sukuk)
a) Pengertian Sukuk
Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari
‘sakk’ yang berarti dokumen atau sertifikat. Berdasarkan DSN-MUI (Fatwa
No.32/DSN-MUI/IX/2002), “Surat Berharga Syariah adalah surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh Emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee/ serta membeayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo”.

b) Dasar Hukum Sukuk


Dasar hukum mengenai penerbitan sukuk diatur dalam:
1. UU No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
2. Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat
Berharga Syariah Negara
3. Peraturan Menteri Keuangan No.218 Tahun 2008 tentang Penerbitan dan Penjualan
Surat Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri
4. Peraturan Dewan Syariah Nasional-MUI No.69/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN
5. Pernyataan Kesesuaian Syariah DSN-MUI No.B-077/DSN-MUI/II/2012 tanggal
22 Februari 2012

c) Karakteristik Sukuk
Sukuk memiliki 5 karekteristik yaitu :
1. Sukuk merupakan sertifikat bernilai sama yang diterbitkan oleh pihak penerbit
untuk menetapkan klaim pemegang sukuk atas hak dan kewajiban finansial yang
direpresentasikan dalam sukuk.
2. Sukuk merepresentasikan kepemilikan bersama atas aset (underlying aset) yang
ditujukan untuk kepentingan investasi. Aset tersebut dapat berupa aset berwujud,
hak guna, jasa, atau berupa kombinasi dari kesemua aset tersebut ditambah
dengan intangible rights, hutang/piutang, dan aset moneter. Sukuk tidak
merepresentasikan pemberian utang oleh investor kepada pihak penerbit sukuk.
3. Sukuk diterbitkan berdasarkan akad-akad syariah. Penerbitan sukuk dengan
menggunakan akad syariah tersebut harus sesuai dengan aturan syariah yang
terkait penerbitan dan perdagangannya.

8
4. Perdagangan suatu jenis sukuk mengikuti ketentuan syariah yang mengatur
mengenai perdagangan hak atas aset yang direpresentasikan dalam sukuk.
5. Pemegang sukuk (investor) secara bersama-sama berbagi keuntungan atau
imbalan yang dihasilkan (return) sesuai dengan yang dinyatakan dalam
prospektus, dan berbagi kerugian sesuai dengan porsi kepemilikan sukuk.Semoga
paparan diatas dapat memperkuat pengetahuan anda mengenai sukuk

d) Jenis Sukuk Di Indonesia


Surat Berharga Syariah Negara merupakan bagian dari Surat Berharga Negara
(SBN). Pemerintah sendiri menyediakan dua jenis SBN yang bisa dipilih masyarakat,
yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Menurut Kementerian Keuangan, Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah ataupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara sesuai masa berlakunya.
SUN dibagi dalam beberapa jenis, yaitu Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
dan Obligasi Negara (ON). Kedua SUN ini punya masa berlaku yang rata-rata 12
bulan dan mekanisme pengembalian yang berbeda-beda. Sementara SBSN adalah
SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah, baik dalam mata uang
Rupiah maupun valuta asing. Istilah Sukuk sendiri berasal dari bahasa Arab yang
berarti dokumen atau sertifikat.
Sejauh ini ada dua jenis sukuk yang bisa dimiliki setiap orang, yaitu:
1. Sukuk Ritel
Sukuk ritel adalah adalah produk investasi syariah yang ditawarkan oleh
Pemerintah kepada individu Warga Negara Indonesia, sebagai instrumen
investasi yang aman, mudah, terjangkau, dan menguntungkan. Pada sukuk ritel,
pemesanan atau investasi bisa dimulai dengan modal minimal hanya Rp 1 juta
dengan tenor selama 3 tahun.

Sukuk ritel bisa kamu beli pada agen penjual. Siapa aja agen penjual sukuk
ritel? Sukuk ritel di jual oleh bank ataupun perusahaan sekuritas. Sukuk
pemerintah ini telah sesuai syariah karena dikelola berdasarkan prinsip syariah,
tidak mengandung unsur maysir (judi) gharar (ketidakjelasan) dan riba (usury),
serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI).

9
Penerbitan sukuk menggunakan akad Ijarah dengan format asset to be leased.
Ini adalah jenis ijarah dimana obyeknya sudah ditentukan dari segi spesifikasinya
dan sebagian obyeknya sudah terlihat pada saat terjadinya akad namun
keseluruhan atas obyek ijarah dilakukan pada masa mendatang sesuai
kesepakatan. Pada sukuk ritel return/imbal hasil yang ditawarkan khususnya pada
seri SR-011 adalah 8,05%.

2. Sukuk Tabungan
Sukuk tabungan juga merupakan produk investasi syariah dari pemerintah
tetapi perbedaannya terdapat pada tenornya dimana pada sukuk tabungan tenor
yang berlaku adalah selama 2 tahun.Menariknya per Agustus 2019, pemerintah
menawarkan produk sukuk berseri ST005. Sukuk tabungan yang baru dikeluarkan
ini menawarkan imbal hasil sebesar 7,4% dengan tenor selama 2 tahun.
Untuk pembelian sukuk tabungan, kita bisa membelinya di 22 mitra distribusi
sukuk yang tersebar diantaranya di PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk, PT Bank Negara lndonesia (Persero) Tbk, PT Bank Permata Tbk,
PT Bank Rakyat lndonesia (Persero) Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero)
Tbk, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk dan beberapa lembaga keuangan lainnya.

Ditinjau dari jenis akadnya berdasarkan Standar Syariah The Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutons (AAOIFI), sukuk dibagi
menjadi sembilan jenis, yaitu:
1. Sukuk Ijarah
Sukuk Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri. Sukuk Ijarah
adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah. Sukuk Ijarah terdiri dari;
sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan, sukuk kepemilikan manfaat
dan sukuk kepemilikan jasa.
2. Sukuk Mudharabah
Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak
lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja sama
tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya.
Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi

10
penyedia modal.
3. Sukuk Salam
Sukuk Salam adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan
dana untuk modal dalam akad salam, sehingga barang yang akan disediakan
melalui akad salam menjadi milik pemegang sukuk.
4. Sukuk Musyarakah
Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada,
atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
pihak.
5. Sukuk Istishna’
Sukuk Istishna’ adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akadistishna’ dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan
suatu proyek/barang. Ad apun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi
proyek/barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
6. Sukuk Murabaha
Sukuk Murabaha adalah sukuk yg diterbitkan berdasarkan prinsip jual-beli,
penerbit sertifikat sukuk adalah penjual komoditi, sedangkan investornya adalah
pembeli komoditi tersebut.
7. Sukuk Wakalah
Sukuk Wakalah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu proyek atau
kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad wakalah, dengan menunjuk agen
(wakil) tertentu untuk mengelola usaha atas nama pemegang sukuk.
8. Sukuk Muzara’ah
Sukuk Muzara’ah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan
dana untuk membiayai kegiatan pertanian berdasarkan akad muzara’ah, sehingga
pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam perjanjian.
9. Sukuk Musaqah
Sukuk Musaqah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan
dana hasil penerbitan sukuk untuk melakukan kegiatan irigasi atas tanaman
berbuah, membayar biaya operasional dan perawatan tanaman tersebut

11
berdasarkan akad musaqah, dengan demikian pemegang sukuk berhak atas bagian
dari hasil panen sesuai kesepakatan.

Ditinjau dari pihak penerbit, berdasarkan sumber penerbitannya, sukuk dibagi


menjadi dua jenis, yaitu:
1. Sukuk Korporasi
Sukuk korporasi merupakan jenis obligasi syariah yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan yang memenuhi prinsip syariah.
2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat
disebut sukuk negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

Ditinjau dari pembagian atau pendapatan hasil, Berdasarkan pembagian atau


pendapatan hasil, terdapat tiga jenis sukuk, yaitu sebagai berikut:

1. Sukuk marjin
Sukuk marjin yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersumber dari
marjin keuntungan akad jual beli, sukuk ini terdiri dari sukuk murabahah, sukuk
salam, sukuk istishna’.
2. Sukuk fee
Sukuk fee yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersifat tetap karena
bersumber dari pendapatan tetap dari sewa atau fee yaitu sukuk ijarah.
3. Sukuk bagi hasil
Sukuk bagi hasil yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya berdasarkan bagi
hasil dari hasil yang diperoleh dalam menjalankan uasaha yang dibiayai, yaitu
sukuk mudharabah dan sukuk musyarakah.

Ditinjau dari basis aset Berdasarkan basis aset, terdapat dua jenis sukuk, yaitu:
1. Sukuk aset
Sukuk aset, yaitu pembiayaan yang berbasis pada aset, termasuk di dalamnya
sukuk salam seperti dalam pembiayaan produksi pertanian, sukuk istishna’ seperti
proyek konstruksi gedung dan perumahan atau insfrastruktur lainnya, sukuk

12
murabahah seperti pembiayaan usaha perdagangan, pembiayaan bahan baku
produksi, dan sukuk ijarah, misalnya leasing.
2. Sukuk penyertaan atau sukuk equity
Sukuk penyertaan, yaitu pembiayaan yang berbasis pada penyertaan modal.
Sukuk yang termasuk dalam sukuk equity adalah sukuk mudharabah atau yang
lebih dikenal pembiayaan bisnis (business financing) atau sukuk musyarakah atau
yang dikenal kerja sama kemitraan (joint venture).

2.4 Penilaian Investasi Syariah (Indeks dan Rating)


Keberadaan lembaga keuangan syariah (LKS) sudah berjalan dalam dua dekade,
berbagai peran dan manfaat dari (LKS) tersebut cukup dirasakan oleh masyarakat dalam
menggerakkan ekonomi. Meski demikian keberadaan dari LKS tak bisa hanya dipandang
sebagai sebuah instrumen lembaga keuangan yang hanya memberikan pelayanan kepada
masyarakat saja. Tapi keberadaan dari LKS harus mampu dipandang dari segala aspek
secara komperehensif, sehingga peran dan fungsi LKS memiliki dampak dan
pengaruhnya terhadap perubahan ekonomi dan sosial.
Maka sangat penting, sebuah rating dalam bentuk indeks syariah yang dikembangkan
untuk mengetahui secara kuantitatif dan kualitatif LKS secara menyeluruh. Dengan
adanya indeks syariah itulah masyarakat akan dicerdaskan—dalam memilih LKS yang
bagus sebagai alat transaksi dan investasi.
Diakui selama ini, untuk memberikan daya tarik LKS dari segi kinerja—pendekatan
yang dilakukan oleh LKS dengan memberikan laporan kesehatan dengan berbagai
indikator-indikator. Umumnya aspek penilaian kesehatan LKS tersebut digunakan
pendekatan penilaian, yaitu: Capital, Assets, Management, Earnings, dan Liquidity yang
biasa disebut CAMEL. Dengan pendekatan CAMEL inilah LKS bisa menunjukkan
berapa besar omzet, laba dan perkembangan aset yang diperoleh dalam tiap tahunnya.
Lantas dengan pendekatan kuantitatif dari aspek kinerja kesehatan tersebut, apakah
berdampak pada tingkat kesejahteraan para karyawan dan apakah keberadaan LKS
memiliki dampak perubahan terhadap sosial ekonomi masyarakat? Untuk itulah sangat
penting pengukuran kualitatif LKSuntuk melihat sejauhmana tingkat kemaslahatan
keberadaan LKS terhadap tingkat kesejahteraan karyawan, budaya perusahaan dampak
terhadap lingkungan dll. Untuk mengukur kualitatif LKS tak bisa dengan sekedar dengan
metodologi empiris yang selama ini biasa dilakukan. Perlu sebuah metodologi Islam
sebagai alat ukur secara kualitatif sehingga hasil pengukuran tentang LKS bisa diketahui

13
sejauhmana keberadaan LKS memiliki dampak terhadap kemaslahatan. Dengan adanya
pengukuran-pengukuran tersebut maka indeks syariah bagi semua LKS akan bisa
diketahui, perusahaan-perusahaan mana yang terbaik dalam setahun dan layak untuk
dijadikan mitra berbisnis.

Indeks syariah selama ini belum diterbitkan oleh lembaga survai independen atau
otoritas keuangan pemerintah sehingga masyarakat belum bisa mengetahui secara
banyak LKS yang terbaik dan memiliki nilai kemaslahatan. Anehnya banyak LKS
selama ini sudah berbangga diri dan merasa cukup senang ketika sudah memperoleh
sertikat syariah dari Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan izin dari regulator. Tetapi esensi dan nilai-nilai syariah terkadang dilewatkan ketika
berlari mengejar profit dan omzet bisnis.
Maka dari itu keberadaan rating indek syariah untuk menilai secara kuantitatif dan
kualitatif sangat perlu dilakukan bagi LKS. Pemerintah atau masyarakat bisa melakukan
ini dan rating indeks syariah sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab dan perlindungan
konsumen terhadap jasa keuangan syariah. Begitu juga, dengan adanya indeks syariah
LKS, industri akan berlomba-lomba untuk meningkatkan performa perusahaannya dan
berorientasi kepada kemaslahatan

2.5 Cakupan Akuntansi Sukuk


Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan 110: Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
(PSAK 110) pertamakali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAS IAI) pada 26 Oktober 2011. Setelah pertama kali disahkan di
tahun 2011, PSAK 110 direvisi pada 24 Februari 2015 terutama terkait klasifikasi
investasi sukuk yang mengacu pada revisi atas International Financial Reporting
Standards 9: Financial Instruments. PSAK 110 mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah. 13
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah, baik sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk. Berbeda dengan
PSAK 110 yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2011, PSAK 110 (revisi 2015)
memberikan perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan keuangan investor.
Investasi sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan model usaha dan arus kas kontraktual.
Pada sisi investor, investasi sukuk diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan
jika:

14
1. Investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk
memperoleh arus kas kontraktual
2. Persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau
hasilnya.
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:

1. Aset berwujud tertentu;


2. Manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;
3. Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada
4. Aset proyek tertentu, atau
5. Kegiatan investasi yang telah ditentukan.

2.6 Akuntansi Sukuk untuk Penerbit dan Investor


PSAK 110 mengatur mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas
yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mu dharabah, baik sebagai penerbit
sukuk maupun investor sukuk.
Sukuk adalah efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai
sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a. Aset berwujud tertentu
b. Manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada
c. Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada.
d. Aset proyek tertentu, atau
e. Kegiatan investasi yang telah ditentukan.

Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor


Pengakuan awal Sukuk ijarah diakui pada saat Entitas mengakui
entitas menjadi pihak yang investas pada sukuk ijarah dan
terikat dengan ketentuan sukuk mudharabah sebesar
penerbitan sukuk ijarah. Sukuk biaya perolehan.
ijarah diakui sebesar nilai
nominal, disesuaikan dengan

15
premium atau diskonto, dan
biaya transaksi terkait dengan
penerbitannya.
Penyajian Pendapatan investasi dan
Sukuk ijarah disajikan
beban amortisasi disajikan
sebagai liabilitas.
secara neto dalam laba rugi
pengungkapan Untuk sukuk ijarah, entitas Entitas mengungkapkan hal-
mengungkapkan hal-hal hal berikut ini:
berikut: a) Klasifikasi investasi
a) Uraian tentang berdasarkan jumlah
persyaratan utama dalam investasi
penerbitan sukuk ijarah, b) Tujuan model usaha
termasuk: yang digunakan
1. Ringkasan akad c) Jumlah investasi yang
syariah yang direklasifikasikan, jika
digunakan ada, dan penyebabnya
2. Aset atau manfaat d) Nilai wajar untuk
yang mendasari investasi yang diukur
3. Besaran imbalan pada biaya perolehan;
4. Nilai nominal dan lain-lain.

5. Jangka waktu
6. Persyaratan penting
lain.
b) Penjelasan mengenai
aset atau manfaat yang
mendasari penerbitan
sukuk ijarah, termasuk
jenis dan umur
ekonomik.
Pengukuran Untuk investasi pada sukuk
setelah yang diukur pada nilai wajar
pengakuan awal melalui penghasilan
ED PSAK 110 komprehensif lain, selisih

16
(2014) antara nilai wajar dan jumlah
tercatat (perubahan nilai
wajar) diakui dalam
penghasilan komprehensif
lain

Berbeda dengan PSAK 110 yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2011, PSAK
110 (revisi 2015) memberikan perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan keuangan
investor. Investasi sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan model usaha dan arus
kaskontraktual.

Pada sisi investor,investasi sukuk diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan
jika

1. investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk

2. memperoleh arus kas kontraktual dan persyaratan kontraktual menentukan tanggal


tertentu pembayaran pokok dan/atau hasilnya.

Sedangkan sukuk mudharabah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat
dengan ketentuan penerbitan sukuk mudharabah. Sukuk mudharabah diakui sebesar
nominal. Biaya transaksi diakui secara terpisah dari sukuk mudharabah. Pengakuan awal
sukuk mudharabah dilakukan pada saat sukuk mudharabah diterbitkan. Biaya transaksi
diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk mudharabah dan diakui
sebagai beban penerbitan sukuk mudharabah. Bagi hasil yang menjadi hak investor
sukuk mudharabah diakui sebagai pengurang pendapatan, bukan sebagai beban. Dalam
neraca sukuk mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer.

2.7 Penilaian Kinerja Pasar Modal Syariah


17
Dalam melihat kinerja pasar modal syariah maka indikator yang dapat digunakan
antara lain dengan melihat perkembangan instrumen-instrumen (produk-produk) yang
ada pada pasar modal syariah, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Obligasi Syariah
Pada bulan Maret 2004 PT Matahari Putra Prima Tbk menerbitkan obligasi
syariah ijarah (sewa menyewa/leasing bonds). Perusahaan yang bergerak dalam
penjualan barang-barang ritel itu mengeluarkan obligasi senilai Rp 300 miliar,
sebanyak Rp 100 miliar di antaranya adalah obligasi syariah dengan skema ijarah.
Menyusul setelah itu, sejumlah perusahaan juga menerbitkan obligasi syariah baik
dengan skema mudharabah (bagi hasil) maupun ijarah (sewa).

2. Instrumen Sukuk
Pada prinsipnya sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga sebagai
instrumen investasi yang diterbitkan berdasarkan suatu transaksi atau akad syariah
yang melandasinya (underlying transaction). Sukuk dapat berupa ijarah (sewa),
mudharabah (bagi-hasil), musyarakah atau yang lain. Sukuk yang sekarang sudah
banyak diterbitkan adalah berdasar akad sewa (sukuk al-ijarah), dimana hasil
investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset tersebut.
Meskipun demikian, sukuk dapat pula diterbitkan berdasar akad syariah yang lain.
3. Saham Syariah
Produk syariah lain di BEJ, yang juga muncul sebelum hadirnya pasar Modal
Syariah adalah Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan pengelompokkan saham-
saham 30 emiten yang dipandang paling mendekati kriteria syariah. 
Mulai diluncurkan pada tahun 2000, seleksi yang dilakukan terhadap saham-
saham yang dimasukkan dalam kelompok JII meliputi seleksi yang bersifat normatif
dan finansial. Perhitungan lain memperlihatkan, selama akhir tahun 2004 hingga
awal Januari 2005 diperoleh return kelompok JII pada bulan Desember sebesar 1,23
% sedangkan return IHSG 1,92%. Memasuki tahun 2005 (bulan Januari ) return JII
sudah melewati return IHSG.
4. Reksadana Syariah
Selain obligasi dan saham, produk pasar modal syariah yang lain yaitu
reksadana syariah. Beberapa reksadana syariah yang diluncurkan pada tahun 2004
sebagai berikut: Pada Januari 2004 PT Permodalan Nasional Madani Investment

18
Management (PNM-IM) melakukan kerja sama dengan Bank Internasional Indonesia
(BII) Syariah Platinum Access untuk memasarkan reksadana syariah. Saat ini dana
kelolaan reksadana syariah PNM-IM hanya sekitar Rp 48 miliar dari keseluruhan
kelolaan reksadana sekitar Rp 78 miliar.

Per Februari 2019, sebanyak 68 persen dari saham yang beredar di BEI merupakan
saham syariah. Jumlah saham ini mencakup 52 persen dari total kapitalisasi pasar di BEI.
Volume transaksi efek syariah mencapai 66 persen, sedangkan frekuensinya mencakup
67 persen, dan nilianya 61 persen dari total aktivitas transksi harian. Dari situlah kita bisa
mengetahui pasar modal syariah di Indonesia telah meng alami perkembangan yang
cukup memuaskan dalam tahun terakhir ini. Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar
modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit Penyertaan dari Reksa Dana
Syariah.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, kita dapat mengatahui bahwa pasar modal syariah
definisinya sama dengan pasar modal konvensional, yang membedakan hanya, pada
pasar modal syariah dilarang adanya transaksi yang mengandung unsur gharar, riba,
maysir, dzolim dan yang lainnya. Seiring berkembangnya zaman, pasar modal syariah
semakin diminati oleh masyarakat.
Pasar modal syariah juga merupakan produk yang halal. Karena pada dasarnya
kegiatan pasar modal yang merupakan kegiatan penyertaan modal dan atau jual beli
efek (saham, sukuk), termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga transaksi dalam
pasar modal diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut syariah. Kegiatan
muamalah yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan manipulasi yang di
dalamnya mengandung unsur gharar, riba, maisir, risywah, maksiat, dan kedzhaliman.
Per Februari 2019, sebanyak 68 persen dari saham yang beredar di BEI merupakan
saham syariah. Jumlah saham ini mencakup 52 persen dari total kapitalisasi pasar di BEI.
Volume transaksi efek syariah mencapai 66 persen, sedangkan frekuensinya mencakup
67 persen, dan nilianya 61 persen dari total aktivitas transksi harian. Dari situlah kita bisa
mengetahui pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang
cukup memuaskan dalam tahun terakhir ini. Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar
modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit Penyertaan dari Reksa Dana
Syariah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ojk.go.id
Iaiglobal.or.id
Abdalloh, Irwan. 2019. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Elex Media Komputindo.

21

Anda mungkin juga menyukai