NIM : 11180820000039
Kelas : Akuntansi 5 D
Judul : Akuntansi Salam
Sumber : PSAK 103, Emerald Insight
1. Pendahuluan
Pertanian berperan besar dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesempatan kerja
dibeberapa Negara dengan populasi mulis yang besar, seperti Indonesia, Pakistan, dan Sudan.
Pertanian adalah contributor signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dinegara ini.
Indonesia sendiri menyumbang lebih dari 15 persen dari BDP dengan sekitar 40 persen dari
penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini.
Kerangka keuangan islam untuk keuangan pertanian mencari kepatuhan dengan beberapa
norma syariah yang mendasar. Dua norma yang paling penting dan relevan adalah: larangan riba
dan larangan berlebihan gharar. Yang pertama pada dasarnya mengesampingkan keuntungan
finansial atau non finansial untuk pemberi pinjaman yang menawarkan produk berbasis kredit.
Yang kedua mengesampingkan risiko yang berlebihan, ketidakpastian, kompleksitas yang tidak
semestinya dan persyaratan dalam produk keuangan. Maka dalam hal ini ada salam sebagai
pendorong transaksi pertanian yang sesuai dengan syariat islam.
Bai-salam pada dasarnya adalah perjanjian berjangka dimana pengiriman terjadi dimasa
yang akan datang sesuai dengan perjanjian dan dengan imbalan pembayaran bagi pihak penjual.
Salam pada awalnya dirancang sebagai mekanisme pembiayaan pra-budidaya untuk petani kecil.
Dibawah salam, para petani akan menerima harga produk mereka dimuka pada awal musim
pertanian dengan kewajiban untuk mengirimkan sejumlah produk tertentu kepada pembeli setelah
jangka waktu tertentu dimasa depan (setelah panen). harga jual yang diterima dimuka tersedia bagi
petani sebagai sarana untuk membiayai semua kebutuhan terkait pertanian. Keuntungan lainnya
adalah petani tidak harus menjual produknya pada saat pasar kelebihan pasokan akibat panen.
sehingga menekan harga dan menurunkan pendapatan petani.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Akuntansi Salam, dalam tulisan ini akan dibahas
terkait pengertian dan karakteristik salam, cakupan akuntansi salam, akuntansi salam dari pihak
pembeli dan penjual, serta terdapat kasus mengenai transaksi terjadinya akad salam.
2. Tinjauan Pustaka
a. Artikel
Menurut Anwer Z (Dalam Al-Zuhayli) salam adalah jenis transaksi penjualan khusus,
yang sebagian besar digunakan untuk pemebelian komoditas pertanian dan logam dasar.
Madzhab hanafi mengatakan bahwa salam adalah penjualan barang yang ditangguhkan
(kewajiban) dengan imbalan harga (forward) langsung atau jumlah modal. Menurut syafi’i
dan hambali salam merupakan kontrak atas barang dagangan yang dijelaskan kriterianya, yang
kemudian dijual sebagai kewajiban tangguhan pada satu pihak, dengan imbalan harga yang
akan diterima selama sesi kontrak. Menurut Maliki salam merupakan penjualan dimana
jumlah modal (harga) dibayarkan dimuka, dan objek penjualan ditangghkan ke spesifikasi
tertentu. Dalam hal penawaran dan penerimaan, hanafi dan hambali berpandangan bahwa
tawaran tersebut dibuat dengan menggunakan persyaratan salam atau dijual bersamaan
dengan persyaratan kontrak.
b. Peraturan
PSAK 103 merupakan Pernyataan Standar Akuntansi Salam yang mengatur tentang
pengakuan dan pengukuran, baik dari pihak pembeli maupun penjual. Serta diatur dalam fatwa
DSN nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang
ketentuan pembayaran, barang, salam paralel, waktu penyerahan, dan syarat pembatalan
kontrak.
3. Pembahasan
a. Pengertian dan Karakteristik Salam
Bai’as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan pembelian barang yang
pembayarannya dilunasi dimuka, sedangkan penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
Akad salam digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang hasil
pertanian) yang memerlukan waktu untuk produksinya. dalam PSAK 103 paragraf 4 dikatakan
bawah salam merupakan akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman
dikemudian hari oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada
saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Adapun Salam Paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam.
Transaksi Salam pertama, dilakukan antara nasabah dengan bank, dan transaksi salam kedua
dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.
Karakteristik Salam
Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam.
Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat:
1) Akad antara entitas (sebagai pembeli) dan produsen (penjual) terpisah dari akad
antara entitas (sebagai penjual) dan pembeli akhir
2) Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq)
Spesifikasi dan harga pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual diawal akad.
Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas, barang, manfaat.
Pelunasan harus dilakukan saat akad disepakati, tidak boleh dalam bentuk hutang.
Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu
untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi batangnya, barang yang dipesan
memiliki spesifikasi khusus, atau pembeli ingin mendapatkan kepastian dari penjual.
c. Akuntansi Pembeli
1. Akun yang dipergunakan
Akun Laporan Posisi Keuangan (Necara)
1. Piutang salam, diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dilaihkan
kepada penjual
2. Persediaan (Asset Salam)
3. Piutang kepada petani
Akun Laporan Laba Rugi
1. Keuntungan penyerahan asset salam
2. Kerugian penyerahan asset salam
2. Modal salam
Modal salam adalah kas yang dibayarkan kepada penjual pada saat terjadinya akad
akibat dari pemesanan suatu jenis barang.
Modal usaha salam dapat berupa
1. Kas, diukur sebesar jumlah yang dibayarkan
2. Asset non kas, diukur sebesar nilai waja serta selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan.
3. Barang salam
Ketentuan Barang
1) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
2) Penyerahan dilakukan kemudian
3) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
4) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan
kesepakatan
Barang Pesanan
Berdasarkan PSAK 103 paragraf 13, penerimaan barang diakui dan diukur:
1) Sesuai akad, dinilai sesuai nilai yang sudah disepakati pada saat akad
2) Jika barang berbeda kualitasnya, maka:
a. Diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar sama atau lebih tinggi dari
nilai akad
b. Diukur sesuai nilai wajar dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai
wajar lebih rendah dari nilai akad.
4. Denda
Denda yang diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dari dana kebajikan.
Denda ini diberikan dari penjual karena tidak mampu menjalankan kewajibannya.
d. Akuntansi Penjual
1. Akun yang dipergunakan
Akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
1. Hutang salam (Kewajiban salam)
2. Persediaan (Aset salam)
3. Hutang kepada LKS
Akun Laporan Laba Rugi
1. Keuntungan penyerahan aktiva
2. Kerugian penyerahan aktiva
3. Kerugian salam
4. Keuntungan salam
4. Denda
Penjual membayar denda kepada pembeli apabila penjual mampu namun tidak
melaksanakan kewajibannya atau barang yang dijanjikan tidak sesuai dengan spesifikasi
awal sehingga pembeli merasa tidak rela, maka penjual harus membayar denda sesuai
dengan besaran yang telah disepakati diawal akad.
4. Contoh Soal
a. Transaksi
Transaksi salam pertama
PT. Agro Mas membuthkan 100 ton biji jagung hybrid untuk diekspor 6 bulan mendatang.
Pada 1 Juni 2020, PT Agro Mas melakukan pembelian jagung dengan skema Salam kepada
Bnak Syariah Amanah, dengan informasi:
Spesifikasi barang : Biji Jagung manis hybrid kualitas no.2
Kuantitas : 100 ton
Harga : Rp. 700.000.000 (Rp. 7.000.000 / ton)
Waktu penyerahan : dua tahap. Setiap 3 bulan sebanyak 50 ton (2 Sept dan 2 Des)
Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani
Jurnal pada saat bank syariah menyerahkan modal berupa uang tunai pada KUD. Bakti, maka
jurnal saat penyerahan modal salam oleh bank syariah:
02/06/20 Piutang Salam 650.000.000
Kas 650.000.000
Jurnal penyerahan barang salam dari bank syariah kepada nasabah (PT Agro Mas)
02/09/20 Utang salam 350.000.000
Persediaan produk salam 325.000.000
Pendapatan neto salam 25.000.000
02/12/20 Utang salam 350.000.000
Persediaan produk salam 325.000.000
Pendapatan neto salam 25.000.000
b. Kasus
Apakah perbedaan jual beli salam dengan jual beli barang yang belum dimiki? Karena
jual beli barang yang belum dimiliki tidak diperbolehkan dalam syariah, sedangkan dalam
transaksi salam bank syariah belum memiliki barangnya.
Jawab: perbedaan antara akad salam dengan menjual barang yang belum dimiliki, keduanya
terlihat berbeda
Akad salam menjual barang berdasarkan spesifikasi atau kriteria yang diminta oleh si
pembeli, dan barang ini bukanlah barang yang sudah ditentukan oleh penjual, melainkan
barang sesuai dengan keinginannya pembeli. Dengan demikian, kita bebas mendatangkan
barang darimanapun asal barang tersebut sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.
Sedangkan penjualan barang yang belum dimiliki barangnya sudah ditentukan, bukan
berdasarkan kriteria, jadi penjual tidak bebas mendatangkan barang, misalnya Andi
menawarkan sepeda motor kepada Angga, dengan spesifikasi tertentu yang bukan kemauan
Angga, nantinya Andi akan membeli sepeda motor itu dari showroom, namun belum ada
kesepakatan antara Andi dengan pihak showroom, sedangkan jika pada akad salam, nasabah
datang sendiri kepada bank syariah agar dicarikan barang sesuai dengan spesifikasinya,
semisal bibit cabai hybrida kulitas no. 1, dan bank syariah juga sudah bekerja sama dengan
petani atau KUD pemilik bibit cabai ini. Inilah yang membendakan antara akad salam dengan
penjualan barang yang dimiliki barangnya. Sehingga akad salam lebih jelas, serta lebih
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
5. Kesimpulan
Salam merupakan akad jual beli dimana pembayaran dilakukan diawal pada saat terjadinya
akad, dan penyerahan barang dilakukan dikemudian hari sesuai dengan permintaan nasabah. Akad
salam biasa digunakan untuk memfasilitasi barang hasil pertanian yang mana memerlukan waktu
untuk memproduksinya. Walaupun barang diserahkan dikemudian hari, namun akad salam halal
secara syariah, karena akadnya jelas, barang yang dibeli beserta spesifikasinya juga jelas, dan
pembeli rela akan hal tersebut.
Akad salam tidak hanya menguntungkan bagi bank syariah, tapi juga menguntungkan untuk
beberapa pihak di antaranya, pemerintah, petani dan pengusaha. Dalam pelaksanaan salam apabila
penjual dengan sengaja tidak melaksanakan kewajibannya, maka penjual dikenakan denda sebesar
yang telah disepakati pada saat akad. Sehingga pembeli tidak perlu khawatir walaupun sudah
menyerahkan uang diawal, maka tidak akan merasa dirugikan.
Dalam memastikan kesesuaian praktik jual beli salam dan salam paralel yang dilakukan
dengan ketentuan syariah yang ditetapkan oleh DSN, DPS melakukan pengawasan syariah secara
periodic, pengawasan tersebut berdasarkan pedoman yang dutetapkan oleh Bank Indonesia, guna
memastikan bahwa barang yang diperjual belikan bukanlah barang yang diharamkan oleh syariah
islam, memastikan bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahim, A. Martawireja, A. E & Yaya, R. 2018. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan
Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Anwer, Z. 2019. Salam for Import Operations: Mitigating Commodity Macro Risk. Jourmal of
Islamic Accounting and Business Research.
Obaidullah, M. 2015. Enhancing Food Security with Islamic Microfinance: Insight from Some
Recent Experiments. Agricultular Finance Review. Vol. 75 Iss pp. 142 – 168.