Anda di halaman 1dari 10

Nama : Leni Dewi Marlina

NIM : 11180820000039

Kelas : Akuntansi 5 D

Judul : Akuntansi Zakat

Sumber : PSAK 109

1. Pendahuluan
Sistem ibadah dalam Islam tidak terbatas pada seperangkat ritual belaka melainkan
mewujudkan ketaatan penuh kepada Allah Yang Maha Kuasa dan hubungan damai dengan
manusia. Dalam hal ini terkait dengan rukun islam keempat yaitu zakat. Disatu sisi zakat dapat
memurnikan jiwa sang pemberi dan membawanya lebih dekat kepada Allah, sementara di sisi lain,
menghasilkan dalam dirinya perasaan cinta, persaudaraan dan kemurahan hati terhadap sesame
manusia. Orang-orang yang rendah hati, penuh kasih dan perhatian ini kemudian bekerja sama
untuk membuat masyarakat manusia yang lebih baik.
Al Quran dan Al Hadits menyatakan bahwa zakat adalah salah satu rukun Islam dan orang
yang menunaikan nisab wajib membayar zakat. Signifikansi bagi pembangunan nasional dan
komunal tidak terbantahkan, karena berkontribusi pada jaminan sosial dan kerukunan dengan
membantu menutup kesenjangan antara yang punya dan yang tidak, dan memperkuat kemandirian
ekonomi masyarakat Muslim. Dana zakat juga merupakan sumber keuangan penting bagi negara
selain dana pajak. Secara umum, penyaluran dana zakat dapat membantu menggerakkan dan
mengarahkan kegiatan perekonomian negara melalui peningkatan daya beli individu.
Dalam Membantu menggerakkan dan mengarahkan kegiatan perekonomian Negara, maka
zakat perlu dikelola secara profesional karena melibatkan dana umat yang peruntukannya sudah
ditentukan. Salah satu contoh pengelolaan dana secara profesional adalah bank syariah. Bank
syariah sebagai salah satu lembaga highly regulated memiliki keunggulan dalam hal pengelolaan
dana dan penyaluran kepada pihak yang membutuhkan. Dalam pelaksanaannya bank syariah dapat
menerima dana zakat dari masyarakat yang nantinya akan disalurkan langsung ke badan amil
zakat. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Akuntansi zakat, pada penulisan kali ini akan
dibahas mengenai Akuntansi zakat mulai dari pengakuam, pengukuran, dan penyajian akuntansi
zakat.

2. Tinjauan Pustaka
a. Artikel
Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam. Ini pada dasarnya adalah bentuk ibadah
material dan juga spiritual. Ini bertujuan untuk memurnikan kekayaan dan posisi seseorang
dengan memberikan sejumlah uang kepada orang miskin dan yang membutuhkan dari
pendapatan bersih melebihi nisab 3 setelah setahun penuh. Istilah ini berasal dari akar kata
kerja bahasa Arab, yang artinya meningkat ( al ‐ namaa), untuk memurnikan ( al ‐ taharatu)
dan untuk memberkati ( al ‐ barakatu). Dengan membayar, seseorang bercita-cita untuk
mencapai berkah, pemurnian dan pengembangan perbuatan baik (Hafiduddin, 2002)
Zakat adalah instrumen penting untuk keadilan sosial karena mengarah pada peningkatan
kemakmuran di dunia ini dan juga mengarah pada peningkatan pahala agama (thawab) di
akhirat sebagai pembayarannya membersihkan individu dari dosa (Muhammad Abdul Aziz,
1987)
Al-Qardawi (1993) menyatakan bahwa kewajiban zakat disebutkan dalam Al-Qur’an
sebanyak tiga puluh kali, dimana dua puluh tujuh diantaranya diakitkan dengan shalat.
Selanjutnya istilah zakat dalam Al-Qur’an muncul dibanyak ayat shadaqah.

b. Peraturan
Kewajiban untuk melaksanakan akuntabilitas oleh LAZ telah diklaim dalam Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat serta tertuang dalam PSAK 109
terkait Akuntansi Zakat dan Infak atau Sedekah.

3. Pembahasan
a. Pengertian dan Karakteristik zakat
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Pembayaran zakat dilakukan
apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteri wajib zakat. Unsur dasar
laporan sumber dan penggunaan dana zakat meliputi, sumber dana, penggunaan dana,
penggunaan dana selama jangka waktu, serta saldo dana zakat yang menunjukkan dana zakat
yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Dalam hal ini, dana zakat tidak diperkenankan
untuk menutup cadangan kerugian asset produktif. Sumber dana zakat di bank syariah terdiri
atas:
 Zakat dari dalam entitas bank syariah
 Dana zakat dari pihak luar entitas bank syariah (termasuk zakat dari nasabah)

Penyaluran dana zakat dibatasi pada 8 golongan (Asnaf) yang sudah ditentukan oleh syariah:
1) Fakir
2) Miskin
3) Amil
4) Orang yang baru masuk islam (Mualaf)
5) Hamba sahaya (Riqab)
6) Orang yang terlilit utang (Ghorim)
7) Orang yang sedang berjihad (fisabilillah)
8) Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil)

Karakteristik Zakat
 Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada
mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur
mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik), tarif
zakat (qadar), dan peruntukannya.
 Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak ditentukan
peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah.
 Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah dan tata kelola yang baik.

b. Cakupan Akuntansi Zakat


Ketentuan tentang akuntansi mudharabah diatur dalam PSAK 109 tentang Akuntansi
zakat dan infak/sedekah. Standar ini mengatur tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi
zakat. Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada
mustahik, baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai
persyaratan nishab, haul periodeik maupun tidak periodik, tarif zakat (qadar), dan
peruntukannya. Zakat meliputi zakat maal dan zakat fitrah. Zakat mal merupakan zakat atas
harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan usaha yang meliputi:
1) Emas, perak, dan logam mulia lainnya, Nishab zakat emas dan logam mulia adalah 85
gram emas, sedang untuk nishab zakat perak sebesar 595 gram perak. Tarif zakat emas,
perak dan logam mulai 2,5% dan berlaku haul.
2) Uang dan surat berharga lainnya, Nishab zakat uang dan surat berharga adalah senilai 85
gram emas dengan tarif 2,5% dan berlaku haul
3) Perniagaan, Nishab zakat perdagangan 85 gram emas, tarif 2,5% dan berlaku haul. Zakat
perniagaan dihitung dari aset lancar dikurangi dengan kewajiban lancar.
4) Pertanian, perkebunan, dan kehutanan, Nishab zakat pertanian, perkebunan, dan
kehutanan adalah senilai 653 kg gabah dan/atau 524 kg beras dengan tarif 10% jika tadah
hujan atau 5% jika menggunakan irigasi dan perawatan lainnya dan dikeluarkan pada saat
panen.
5) Peternakan dan perikanan.

Sedangkan zakat fitrah adalah Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk beras atau makanan
pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter per jiwa. Kualitas beras atau makanan pokok yang
dizakatkan sesuai dengan kualitas beras atau makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari.
Beras atau makanan pokok dapat diganti dalam bentuk uang senilai 2,5 kg atau 3,5 liter beras.
Zakat fitrah ditunaikan sejak awal Ramadhan dan paling lambat sebelum pelaksanaan Shalat
Idul Fitri.

c. Akuntansi Zakat
1. Pengakuan Awal
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. Zakat yang diterima
dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat:
a) jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima
b) jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut

Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga
pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya
sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan. Zakat yang diterima diakui sebagai dana
amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk bagian nonamil. Penentuan jumlah atau
persentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan
prinsip syariah dan kebijakan amil.

Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui
amil maka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa
tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah dana amil.

2. Pengukuran setelah pengakuan awal


Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, jumlah kerugian yang ditanggung
harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil tergantung
dari sebab terjadinya kerugian tersebut.
Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
a) pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil;
b) kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

3. Penyaluran Zakat
1) Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar:
a) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
b) Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas.
2) Efektifitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil.
Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya
operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah atau prinsip
syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
3) Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahik ditentukan
oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku
yang dituangkan dalam bentuk kebijakan amil
4) Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil. Amil
dimungkinkan untuk meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun zakat.
Pinjaman ini sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu periode (haul).
5) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana amil
6) Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika sudah diterima oleh mustahik
nonamil tersebut. Zakat yang disalurkan melalui amil lain, tetapi belum diterima oleh
mustahik nonamil, belum memenuhi pengertian zakat telah disalurkan. Amil tersebut
tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari
amil sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan diakui sebagai
piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas
penyaluran. Piutang penyaluran dan liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang
ketika zakat disalurkan secara langsung kepada mustahik nonamil.
7) Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil dengan keharusan untuk
mengembalikanya kepada amil, belum diakui sebagai penyaluran
8) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan),
misalnya rumah sakit, sekolah, mobil ambulan, dan fasilitas umum lain, diakui
sebagai:
a) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tersebut diserahkan untuk dikelola kepada
pihak lain yang tidak dikendalikan amil.
b) Penyaluran secara bertahap jika aset tetap tersebut masih dalam pengendalian amil
atau pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar
penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola pemanfaatannya.

4. Penyajian
 Saldo dana zakat disajikan secara terpisah dengan dana lainnya pada komponen saldo
dana
 Zakat yang diterima dalam bentuk aset nonkas disajikan dalam kelompok aset lancar
jika OPZ berkewajiban untuk menyalurkannya secara langsung, dan disajikan
kedalam kelompok aset tidak lancar jika aset nonkas tersebut dikelola oleh OPZ.
 Zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap yang dikelola oleh OPZ
disajikan kedalam kelompok aset tidak lancar
 Zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil dengan keharusan untuk
mengembalikanya kepada amil, disajikan sebagai piutang bergulir
 Zakat yang disalurkan melalui amil lain disajikan sebagai piutang penyaluran sampai
amil lain melaporkan program penyalurannya.
5. Pengungkapan Zakat
Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak
terbatas pada:
a) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan
penerima
b) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan zakat,
seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan
c) metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset
nonkas;
d) rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan
jumlah dana yang diterima langsung mustahiq; dan
e) hubungan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi:
1) sifat hubungan istimewa;
2) jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan
3) presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.

4. Contoh Soal
a. Transaksi
Pada laporan keuangan tahun 2018, saldo dana zakat bank syariah Amanah adalah sebesar
Rp. 15.000.000. berikut merupakan transaksi yang terkait dengan dana zakat pada bank
syariah Amanah selama tahun 2018
15 Januari 2018 Diterima zakat dari Bapak Kholik secara tunai sebesar Rp. 5.000.000
13 Maret 2018 Diterima zakat dari Ibu Inayah secara tunai sebesar Rp. 7.000.000
17 Maret 2018 Disalurkan tunai dana zakat kepada masyarakat miskin sebesar Rp.
10.000.000
1 April 2018 Diterima zakat perniagaan bank syariah Amanah selama tahun 2018
sebesar Rp. 40.000.000
2 Mei 2018 Diterima via rekening tabungan, zakat, dari jamaah pengajian BUMN
sebesar Rp. 8.000.000
Maka jurnal yang dibuat sebagai berikut:
15/01/18 Kas 5.000.000
Dana zakat 5.000.000
Ket: zakat dari pihak luar BPRS
13/03/18 Kas 7.000.000
Dana Zakat 7.000.000
Ket: zakat dari pihak luar BPRS
17/03/18 Dana Zakat 10.000.000
Kas 10.000.000
Ket: dibayar kepada mustahiq orang miskin
01/04/18 Zakat Bank Syariah Amanah 40.000.000
Dana Zakat 40.000.000
Ket: Zakat dari bank
02/05/18 Rekening tabungan nasabah 8.000.000
Dana zakat 8.000.000
Ket: zakat dari pihak luar BPRS

b. Kasus
Pak Banu seorang nasabah di Bank Syariah yang memiliki Deposito di Bank Syariah.
Apakah Pak Banu masih harus mengeluarkan zakatnya? Sementara Pak Banu sudah
bertransaksi di bank syariah?

Jawab:
Terkait hal ini, maka Pak Banu dapat mengkonfirmasikannya kepada Bank Syariah
tersebut, jika bank syariah belum mengeluarkan zakat Pak Banu sebsar 2,5 persen, maka Pak
Banu wajib untuk berzakat. Tentunya dengan syarat setelah deposito yang dimiliki Pak Banu
setara nisabnya dengan 85 gram emas atau sekitar Rp. 44.200.000 apabila emas senilai Rp
520.000/gram, harga emas mengikuti harga yang paling terbaru dan syarat lainnya yaitu,
deposito yang dimiliki Pak Banu tersbut sudah berjalan setahun.
5. Kesimpulan
Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada mustahik,
baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan
nishab, haul periodeik maupun tidak periodik, tarif zakat (qadar), dan peruntukannya. Zakat
terbagi atas zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal merupakan zakat atas harta yang dimiliki oleh
muzaki perseorangan atau badan usaha seperti emas, perak, barang perniagaan, perkebunan,
perternakan dan lainnya. Sedangkan zakat fitrah adalah Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk
beras atau makanan pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter per jiwa.
Zakat adalah instrumen penting untuk keadilan sosial karena mengarah pada peningkatan
kemakmuran di suatu Negara. Seperti pada bahasan sebelumnya bahwa Penerima zakat telah
diklasifikasikan ke dalam kategori (ashnaf). Kelompok ini didasarkan pada Surah al-Taubah: 60.
Penerima zakat ini adalah orang miskin (fuqara), yang membutuhkan (masakin), pemungut zakat
(amilin), mereka yang baru masuk Islam (muallaf), tebusan budak (riqab), para debitur (al‐
gharimin), di jalan Allah (fi sabilillah), dan para musafir (ibnu sabil)
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. & Suhaib, A. 2011. The Impact of Zakat on Social Life of Muslim Society. Pakistan
Journal of Islamic Research. Vol. 8.

Abdurahim, A., Martawireja, A. E & Yaya, R. 2018. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan
Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

Firdaus, M., Juanda, B., Irawan, T. & Beik, S. 2012. Economic Estimation and Determination of
Zakat Potential in Indonesia

Kajian Penyusunan Pedoman Akuntansi dan Keuangan Organisasi Pengelola Zakat. 2020. Jakarta:
Pusat Kajian Strategis BAZNAS

Mardiana, L., Marliyati. & Nikmatuniayah. 2017. Effects of Accounting Information Quality,
Accountability, and Transparency on Zakat Acceptance. Vol. 33, No. 1.

PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. 2007. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai