Anda di halaman 1dari 12

Makalah Akuntansi Perpajakan

Koreksi Fiskal

Oleh:

KELOMPOK VI

 Hidayat Harsudi (001804312021)


 Nurindah Sari (003704312021)
 Muh.Nur fauzy Anshar (004604312021)

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERITAS MUSLIM INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Koreksi Fiskal”.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Perpajakan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan penilaian,
masukan, maupun koreksi demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan untuk
para pembaca pada umumnya. Semoga menjadi sumbangsi untuk keperluan ilmu pengetahuan
Aamiin.

Makassar, 27 Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam membuat laporan keuangan ada beberapa perbedaaan pengakuan pendapatan dan biaya
antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan perpajakan menghasilkan jumlah angka
yang berbeda antara laba komersial dan laba fiskal. Perbedaan inilah yang menyebabkan
perlunya dilakuan Rekonsiliasi Fiskal, yaitu suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan
keuangan komersial perusahaan menjadi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Rekonsiliasi fiskal yang tujuannya adalah agar laporan keuangan komersial sebelum datanya
dimasukkan dalam SPT Tahunan PPh terlebih dahulu disesuaikan dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku. Rekonsiliasi fiskal perlu dilakukan karena terdapat beberapa perbedaan perlakuan
baik itu mengenai pengakuan penghasilan maupun mengenai biaya atau beban.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rekonsiliasi fiskal?
2. Apa pengertian koreksi fiskal?
3. Apa saja jenis-jenis koreksi fiskal?
4. Bagaimana teknis-teknis koreksi fiskal?
5. Bagaimana contoh format dari rekonsiliasi fiskal?

C. Tujuan

1. Memberi penjelasan mengenai Rekonsiliasi Fiskal


2. Untuk menjelaskan mengenai Koreksi Fiskal
3. Untuk menjelaskan Jenis – jenis koreksi fiscal
4. Menjelaskan teknik koreksi fiscal
5. Memberikan contoh format dari rekonsiliasi fiskal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi fiskal pada hakikatnya adalah merupakan proses untuk mendapatkan angka laba
fiskal atau laba kena pajak dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laba komersial
atau laporan laba rugi. Proses rekonsiliasi fiskal ini umumnya dilakukan oleh Wajib Pajak yang
berbentuk perusahaan. Rekonsiliasi yang dilakukan akan menghasilan koreksi fiskal yang akan
mempengaruhi besarnya laba kena pajak serta Pajak Penghasilan (PPh) terutang. Rekonsiliasi
dilakukan terhadap pos-pos biaya dan pos-pos penghasilan dalam Laporan keuangan Komersial,
antara lain:
1. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final.
2. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.
3. Wajib Pajak mengeluarkan biaya-biaya yang sebenarnya tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan bruto.
4. Wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak.
5. WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan Objek Pajak
serta pendapatan yang dikenakan PPh non Final.

B. Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya perbedaan
pengakuan metode, manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara komersial atau dengan
secara fiskal. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan antara laba atau rugi menurut
perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal ( berdasarkan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1994 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ), maka sebelum menghitung Pajak
Penghasilan yang terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi-
koreksi fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat
pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan
koreksi-koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut dilakukan baik terhadap penghasilan maupun
terhadap biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto).

C. Jenis – jenis koreksi fiskal

Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis – jenis  perbedaan antara akuntansi komersial dengan
ketentuan fiskal (UU Nomor 10 TAHUN 1994 dan UU Nomor 17 Tahun 2000). Secara umum
terdapat dua perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial
dengan perpajakan (fiskal) yang menyebabkan terjadinya koreksi fiskal, yaitu:
1. Beda Tetap
Beda tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya permanen artinya
koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba kena pajak tahun pajak
berikutnya.
Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda tetap terjadi karena :
a. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-
undang PPh bukan merupakan penghasilan, contohnya dividen atau bagian laba yang
diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi,
Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen
berasal dari cadangan laba yang ditahan serta kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (Pasal 4 ayat 3 UU PPh).
b. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-
undang PPh telah dikenakan PPh Final, contohnya:
1) Bunga Deposito dan Tabungan lainnya.
2) Penghasilan berupa hadiah undian.
3) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan.
4) Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan penghasilan dari persewaan tanah
dan/atau bangunan dan sebagainya (Pasal 4 ayat 2 UU PPh)
Dalam hal pengakuan biaya/beban koreksi karena beda tetap terjadi karena menurut akuntansi
komersial merupakan biaya, sedangkan menurut Undang-undang PPh bukan merupakan biaya
yang dapat mengurangi penghasilan bruto, misalnya:
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
1. Yang bukan objek pajak
2. Yang pengenaan pajaknya bersifat final
3. Yang dikenakan pajak berdasarkan norma penghitungan penghasilan
b. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan
c. Pajak Penghasilan
d. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
e. Biaya-biaya lainnya yang menurut Undang-undang PPh tidak dapat dibebankan (Pasal 9
ayat 1 UU PPh)
Koreksi atas beda tetap penghasilan akan menyebabkan koreksi negatif atau koreksi positif.
Koreksi negatif artinya penghasilan yang diakui oleh akuntansi komersial namun secara fiskal
harus dikoreksi baik itu karena bukan merupakan objek pajak maupun karena telah dikenakan
PPh final, menyebabkan laba kena pajak berkurang yang akhirnya akan menyebabkan PPh
terutang lebih kecil. Sedangkan koreksi atas beda tetap biaya akan menyebabkan koreksi positif
artinya biaya yang diakui oleh akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi, akan
menyebabkan laba kena pajak bertambah yang akhirnya akan menyebabkan PPh
terutang menjadi lebih besar.

2. Beda Waktu

Beda Waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara akuntansi
komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya sementara artinya koreksi fiskal
yang dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena pajak tahun-tahun pajak berikutnya.
            Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda waktu terjadi karena : Penerimaan
penghasilan cash basis untuk lebih dari satu tahun. Secara akuntansi komersial penghasilan
tersebut harus dialokasi sesuai dengan masa perolehannya sesuai dengan prinsip matching cost
with revenue. Sedangkan menurut Undang-undang PPh, penghasilan tersebut harus diakui
sekaligus pada saat diterima.
Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda waktu terjadi karena :
a. Perbedaan metode penyusutan, dimana menurut Undang-undang PPh metode penyusutan
yang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo menurun.
b. Perbedaan metode penilaian persediaan, dimana menurut Undang-undang PPh metode
penilaian persediaan yang diperbolehkan hanya metode rata-rata dan FIFO.
c. Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut Undang-undang Penyisihan piutang tak
tertagih tidak diperkenankan kecuali untuk usaha-usaha tertentu dan sebagainya
Koreksi atas beda waktu penghasilan akan menyebabkan koreksi positif pada saat penghasilan
diterima dan akan menyebabkan koreksi negatif pada tahun-tahun berikutnya. Koreksi positif ini
akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah, sedangkan koreksi negatif tahun-tahun
berikutnya akan menyebabkan laba kena pajak akan berkurang.
Koreksi atas beda waktu biaya dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi negatif
tergantung dari metode yang digunakan.
a. Koreksi Positif
Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya pengurangan biaya
yang telah diakuai dalam laporan laba rugi secara komersial menjadi semakin kecil
apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya penambahan
Penghasilan Kena Pajak. koreksi fiskal positif diantaranya:
1) Biaya yg dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham
2) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
3) Pengeluaran dalam bentuk natura
4) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kpd pemegang saham
5) Sumbangan atau bantuan
6) Pajak Penghasilan
7) Sanksi administrasi (Pajak)
8) Penyusutan/amortisasi
9) Dan lain - lain
b. Koreksi Negatif
Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya penambahan biaya
yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara komersial sehingga semakin besar
apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya pengurangan
Penghasilan Kena Pajak. Koreksi fiskal negatif diantaranya:
1) Penyusutan/amortisasi.
2) Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.
3) Dan lain - lain
Penyusutan bisa menimbulkan koreksi negatif atau positif tergantung hasil perhitungan apa
lebih besar atau malah lebih kecil. Untuk lebih mendalami koreksi fiskal kita dapat juga
membaca laporan audit akuntan publik atas laporan keuangan suatu perusahaan. Setiap
perusahaan akan mempunyai pos yang berbeda atas koreksi fiskalnya.

D. Teknik Rekonsiliasi Fiskal

Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:


1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal,
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut  dari
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut
fiskal,  rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
3. Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai
pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan
sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang berarti
menambah laba menurut akuntansi.
4. Jika suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai
pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan
sejumlah biaya atau pengeluaran teersebut pada biaya menurut akuntansi yang berarti
mengurangi laba menurut akuntansi.
E. Format Rekonsiliasi Fiskal

Contoh format Rekonsiliasi Fiskal.


Laba menurut Laporan Keuangan komersial ……………..                    Rp xxx
Koreksi Positif (Ditambah)
Pengeluaran yg tidak dapat dikurangkan………………..        Rp xxx
Pengeluaran berkaitan penghasilan yang bukan objek pajak   Rp xxx
Pengel. berkaitan pengh. yg telah dikenakan pjk brsfat final   Rp xxx.
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh ………….               Rp xxx.
Total koreksi positif                                                                                 Rp xxx
Koreksi Negatif (Dikurangi)
Penghasilan yang bukan objek pajak ……………………      Rp xxx
Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final….       Rp xxx
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh………...………     Rp xxx
Total koreksi negatif                                                                               Rp. xxx

Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal……………………….              Rp xxx


PPh terutang……………………………………………………             Rp xxx
Laba setelah PPh……………………………………….…….            Rp. xxx

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:


1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau suatu penghasilan
diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
2. Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau suatu
biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi
Perbedaan diakui sebagai koreksi negatif apabila:
1. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau suatu penghasilan
tidak diakui menurut fiskal (bukan objek pajak) tetapi diakui menurut akuntansi.
2. Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau suatu
biaya atau pengeluaran diakui menuruttt fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
3. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final.
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Rekonsiliasi Fiskal, yaitu suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial
perusahaan menjadi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Rekonsiliasi yang
dilakukan akan menghasilan koreksi fiskal yang akan mempengaruhi besarnya laba kena pajak
serta Pajak Penghasilan (PPh) terutang. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan antara
laba atau rugi menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiscal (berdasarkan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000).
Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara; Jika suatu penghasilan diakui menurut
akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, maka kurangkan sejumlah penghasilan tersebut  dari
penghasilan menurut akuntansi, begitupun sebaliknya, dan Jika suatu biaya atau pengeluaran
diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari
biaya menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi, begitupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: ANDI


Yogyakarta.
Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai