Anda di halaman 1dari 5

teori akuntansi murabahah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Oleh karena itu, akuntansi syariah
diperlukan untuk mendukung kegiatan yang harus dilakukan sesuai syariah, karena tidak
mungkin dapat menerapkan akuntansi yang sesuai dengan syariah jika transaksi yang akan
dicatat oleh proses akuntansi tersebut tidak sesuai dengan syariah.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai instrument keuangan syariah yang lebih
spesifik. Akad dalam jual beli cukup banyak, dan kali ini akan dibahas mengenai akuntansi akad
murabahah.
B.

Rumusan Masalah

1.

Pengertian akuntansi murabahah

2.

Landasan Syariah

3.

Jenis-jenis akuntansi murabahah

4.

Contoh Kasus dalam transaksi akad murabahah

C. Tujuan Penulisan
1. Agar memahami pengertian Murabahah dan jenis-jenis dari akad murabahah
2. Agar mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi dalam akad murabahah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
tersebut kepada pembeli (PSAK 102 Paragraf 5). Definisi ini menunjukkan bahwa transaksi
murabahah tidah harus dalam bentuk pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat juga dalam
bentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima barang
ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus di kemudian hari (PSAK 102 paragraf 8).[1]
B. Sumber Hukum Akad Murabahah[2]

1) Al-Quran
Terdapat dalam Q.S Al-Maidah yang artinya :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu.. (Q.S. Al-Maidah, 5:1)
2)

Al-hadits
Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jual beli itu harus
dilakukan suka sama suka. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban)
Dari Shuaib Ar Rumi R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tiga hal yang di dalamnya
terdapat keberkahan, yaitu jual beli secara tangguh muqaradhah (mudharabah) dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah.[3]

C. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah


Rukun dan ketentuan murabahah, yaitu:[4]
1)

Pelaku

2)

Objek Jual Beli, harus memenuhi

a) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal


b) Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai
c) Barang tersebut dimiliki oleh penjual
d) Barang tersebut harus diketahui secara spesifik
e) Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, sehingga tidak ada
gharar
f)

Harga barang tersebut jelas

g) Barang yang diakadkan ada ditangan penjual


3)

Ijab Kabul

D. Jenis Akad Murabahah


Ada dua jenis akad murabahah, yaitu:[5]
a.

Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)


Bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari Nasabah.

Skema Murabahah dengan pesanan

keterangan : [6]
1. Nasabah bernegosiasi kepada bank untuk melakukan pembiayaan murabahah
2. Karena bank tidak memiliki stok barang yang dibutuhkan nasabah, maka bank selanjutnya
melakukan pembelian barang kepada supplier/pemasok .
3. a. Nasabah dan bank melakukan akad murabahah.
3. b. Bank melaksanakan serah terima barang.
3. c. barang yang diinginkan pembeli (nasabah) selanjutnya diantar oleh pemasok (supplier) kepada
nasabah (pembeli).
4. Setelah menerima barang, nasabah (pembeli)selanjutnya membayar kepada bank. Pembayaran
kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka
waktu yang disepakati.
b.

Murabahah tanpa pesanan; murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat


Skema Tanpa Pesanan
Keterangan :

1. Kedua belah pihak melakukan akad yaitu pihak penjual (bai) dan pembeli (musytari)
melaksanakan akad murabahah.
2. a. bank (penjual) menyerahkan barang kepada pembeli (musytari) karena telah memilikinya
terlebih dahulu
b. membayar atas barang.

BAB III
KESIMPULAN

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
tersebut kepada pembeli.
Harga tidak boleh berubah sepanjang akad, kalau terjadi kesulitan bayar dapat dilakukan
restrukturisasi dan kalau tidak membayar karena lalai dapat dikenakan denda. Denda tersebut
akan dianggap sebagai dana kebajikan.
Sumber hukumnya sudah jelas ada di Al Quran dan Al Hadist. Jenis akad yang ada pada
murabahah ada dua,yaitu :
1. Akad dengan pesanan
2. Akad tanpa pesanan.

DAFTAR PUSTAKA

Yaya rizal, Martawireja aji erlangga, abdurahim ahim, Akuntansi Perbankan Syariah: teori dan
Praktik Kontemporer, (Jakarta:Salemba Empat, 2009)
Nurhayati sri dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2011)

[1] Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah: teori dan
Praktik Kontemporer, (Jakarta:Salemba Empat, 2009), hlm.180
[2] Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm.172
[3] Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim abdurahim, Op.Cit., hlm.180
[4] Sri Nurhayati dan Wasilah, Op.Cit., hlm.173

[5] Ibid, hlm.171


[6] Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim abdurahim, Op Cit h.

Anda mungkin juga menyukai