disusun oleh :
Fafar Ilhami
Diki Hermawan
Sofiyatunnisa
Manarul Hikam
Alya Bunga Nursilo
TIRTAYASA
2022
Daftar Isi
Daftar Isi i
Kata Pengantar 1
DASAR SYARIAH 3
DAFTAR PUSTAKA
i
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta Alam. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kit a nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat, serta
para pengikutnya hingga akhir zaman nanti. Dan tak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Tenny Badina selaku dosen yang membimbing mata kuliah
Akuntansi Syari’ah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini penyusun menjelaskan tentang Akad Murabahah dalam Akuntansi
Syariah. Dengan tersusunnya makalah ini penyusun sangat berharap bahwa makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa lain guna menambah pengetahuan tentang akad murabahah
dalam Akuntansi Syariah. Penyusun menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dalam
penyusunan hasil penelitian ini, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran dari yang telah membaca hasil penelitian ini guna memperbaiki hasil penelitian-
penelitian selanjutnya yang penyusun buat. Mohon maaf jika ada kesalahan atau kata-kata
yang kurang berkenan di hati para pembaca.
Alhamduillah wa syukurillah. Allah Maha besar dengan segala nikmat yang selalu
tercurah kepada kami. Semoga Allah Swt. Selalu memberkahi dan menjaga kami untuk tetap
beristiqomah.
Penyusun
1
PENGERTIAN AKAD MURABAHAH
Al-Murabahah diambil dari bahasa arab Al-Ribh yang artinya keuntungan. Dalam
bentuk wazan sebuah metode bentuk kata mufa’alat yang merupakan sebauh arti saling.
Maka dari itu, menurut bahasa sesuatu yang memberi makna keuntungan. Sedangkan
menurut istilah murabahah adalah suatu transaksi jual beli suatu barang dengan harga dan
keuntungan yang telah disetujui oleh masing-masing kedua belah pihak. Transaksi dapat
dilakukan antara uang dengan barang, atau barang dengan barang yang istilahnya disebut
dengan barter dan uang dengan uang contohnya transaksi nilai mata uang rupiah dengan yen.
Murabahah merupakan suatu transaksi jual beli dengan mengungkapkan harga awal dan
keuntungan yang telah disetujui oleh dua belah pihak.
Menurut sayyid sabiq, pengertian murabahah adalah suatu penjualan dimana
keuntungan dari harag pembelian barang diketahui. Lebih tepatnya murabahah adalah suatu
akad jual beli dimana penjual memberitahukan harga jual yang berupa harga pokok barang
dan sebuah keuntungan tertentu dari barang yang dipesan dan telah disetujui bersama.
Karakteristiknya, penjual harus mengemukakan harga produk yang dibeli dan merundingkan
suatu persentase keuntungan sebagai tambahan dalam penjualan barang tersebut.
Sri Nurhayati dan Wasilah mengatakan Murabahah adalah transaksi penjualan barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang di sepakati oleh penjual
dan pembeli .
Murabahah biasa disebut dengan sistem jual beli barang yang dimana
mengungkapkan harga perolehan dari margin (keuntungan) dari penjual dan pembeli.
Didalam akad ini ditentukan besarnya requied rate of profitnya (keuntungan yang akan
diperoleh) dalam bentuk natural certainty contracts.
2
tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
3
Skema Murabahah dengan Pesanan
Keterangan:
1. Melakukan akad murabahah
2. Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
3. Barang diserahkan dari produsen
4. Barang diserahkan kepada pembeli
5. Pembayaran dilakukan oleh pembeli
2. Murabahah tanpa pesanan; murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat
Keterangan:
1. Melakukan akad murabahah
2. Barang diserahkan kepada pembeli
3. Pembayaran dilakukan oleh pembeli
DASAR SYARIAH
Sumber Hukum Akad Murabahah
Al-Qur’an
4
“Hai orang-orang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan sukarela di antaramu….” (QS 4:29)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….” (QS 5:275)
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS 2:275)
“…dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia
berkelapangan,” (QS 2:280)
Al-Hadis
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu
Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban)
5
“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan
harganya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
b. Barang yang diperjual-belikan harus dapat diambil manfaatnya atau meiliki nilai, dan
bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjual-belikan, misalnya: jual beli
barang yang kadaluwarsa.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual
Jual beli atas barang yang tidak dimiliki oleh penjual adalah tidak sah karena
bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas
barang yang bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti itu, baru
akan sah apabila mendapat izin dari pemilik barang.
d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa
depan
Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat
menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan salah
satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan persengketaan.
e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian)
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, sehingga
tidak ada gharar
Apabila suatu barang dapat dikuantifisir/ditakar/ditimbang maka atas barang yang
diperjual belikan harus dikuantifisir terlebih dahulu agar tidak timbul ketidakpastian
(gharar)
g. Harga barang tersebut jelas
Harga atas barang yang diperjual-belikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut
cara pembayarannya tunai atau tangguh sehingga jelas dan tidak ada gharar.
h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual
Barang dagangan yang tidak berada di tangan penjual akan menimbulkan
ketidakpastian (gharar). Hakim bin Hizam berkata:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku membeli barang dagangan, apakah yang halal
dan apa pula yang haram darpadanya untukku?” Rasulullah bersabda:”Jika kamu
telah membeli sesuatu, maka janganlah kau jual sebelum ada di tanganku.”
Berdasarkan hadis ini dapat diqiyaskan future trading dilarang. Pembeli yang
menjual kembali barang ia beli sebelum serah terima, dapat diartikan ia menyerahkan
uang pada pihak lain dengan harapan memperoleh uang lebih banyak dan hal ini dapat
6
disamakan dengan riba. Misalnya, A membeli buku dari B. B belum mengirimkan
kepada A atau kepada agennya. A tidak bisa menjual buku kepada C. jika A
menjualnya sebelum menerima pengiriman dari B, maka penjualan yang dilakukan
oleh A tidak sah.
Contoh di atas berbeda dengan jual beli di mana barang yang diperjual-belikan
tidak ada ditempat akad, namun barang tersebut ada dan dimiliki penjual. Hal ini
dibolehkan asalkan spesifikasinya jelas, dan apabila ternyata barangnya tidak sesuai
dengan yang telah disepakati maka para pihak boleh melakukan khiyar (memilih
melanjutkan transaksi atau membatalkan).
“Siapa yang membeli sesuatu barang yang ia tidak melihatnya, maka dia boleh
memilih jika telah menyaksikannya.” (HR. Abu Hurairah)
3. Ijab Kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, melalui korespindensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya,
pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjual-belikan menjadi halal. Demikian
sebaliknya.
7
murabahah. (c). Melakukan konversi akad murabahah.
Jurnal :
Jika jumlah potongan yang diberikan melebihi saldo margin keuntungan murabahah
tangguhan, maka selisih diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
(c). Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil yaitu
biaya langsung (direct cost) dari aktivitas kreditor dalam melakukan
penjadwalan kembali.
pendapatan. Jurnal :
8
Kr. Pendapatan xx
a). Akad murabahah dihentikan dengan menjual objek murabahah oleh debitur kepada
kreditor dengan harga pasar :
Jurnal :
b). Debitur melunasi sisa utangnya kepada kreditor dari hasil penjualan,
Jurnal :
Jika hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap menjadi utang
debitur.
Jurnal:
9
Kr. Piutang Murabahah xxx
Jika hasil penjualan lebih kecil daripada sisa utang dan kreditor membebaskannya
maka kurang bayar diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
Pada pihak diatas (Kreditor dan Debitor) selanjutnya dapat membuat akad baru
dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah atau musyarakah.
Perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai denagan PSAK terkait.
Penyajian
Kerugian yang timbul (jika ada) atas restrukturisasi piutang murabahah disajikan seara
terpisah dalam laporan laba rugi.
Pengungkapan
Jurnal :
Kr. Kas/Utang xx
11
Kr. Kas xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Jika hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap menjadi utang
debitur.
Jurnal :
Dr. Utang Murabahah xxx
Dr. Beban xxx
Kr. Kas xxx
Kr. Utang lain-lain xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Jika hasil penjualan lebih kecil daripada sisa utang dan kreditor membebaskannya
maka kurang bayar diakui sebagai keuntungan.
Jurnal :
Dr. Utang Murabahah xxx
Kr. Kas xxx
Kr. Keuntungan xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Para pihak diatas (kreditor dan debitur) selanjutnya dapat membuat akad baru dengan akad
ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah, atau musyarakah. Perlakuan akuntansi untuk
akad baru sesuai dengan PSAK terkait.
Penyajian
Keuntungan neto atas restruktrisasi utang murabahah setelah pajak, jika ada, diakui dalam
laporan laba rugi dalam periode terjadinya dan disajikan tersendiri sebagai bagian
pendapatan non-usaha.
Pengungkapan
Debitur mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan informasi yang terkait
dengan restruturisasi utang murabahah meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama kreditor,
jumlah utang yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan.
12
ILUSTRASI AKAD MURABAHAH
I. Tunai
a. Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Mengikat
13
1 Juni 2007
Penjual sesuai akad Kas 115.000 Aset 115.000
menyerahkan barang kepada Keuntungan 20.000 Kas 115.000
pembeli dengan nilai Rp. Aset 95.000
115.000. Murabahah
II. Non-Tunai
a. Tidak menggunakan akun penjualan dan harga pokok penjualan ketika barang diserahkan
(biasa digunakan dalam Lembaga Keuangan)
14
Transaksi dalam Rp 000 Penjual Pembeli
1 Januari 2007
Penjual dan pembeli melakukan Aset Murabahah 200.000
akad murabahah pesanan Kas/Utang 200.000
mengikat. Penjual membeli dari
pihak lain barang yang akan dijual
oleh pembeli.
Penjual membeli persediaan dari
pihak lain dengan harga Rp
200.000 dan akan diserahhkan
pada 1 Juni 2007 akan dibayarkan
dalam dua kali angsuran.
1 Juni 2007
Penjual sesuai akad menyerahkan Piutang Murabahah 250.000 Aset 200.000
barang kepada pembeli dengan Keuntungan 50.000 Beban Ditangguhkan 50.000
nilai Rp 250.000 secara tidak Tangguhan 200.000 Utang 250.000
tunaai dan dan akan dibayar Aset Murabahah
selama 2 tahun. Nilai tunai dari (keuntungan
aset Rp 200.000. dengan dua kali tangguhan akan (beban ditangguhkan
angsuran. dimortisasi akan dimortisasi
sepanjang akad) sepanjang akad)
1 Juni 2008
Pembayaran sebesar Rp 125.000 Kas 125.000 Utang Murabahah 125.000
Keuntungan 25.000 Beban 25.000
Tangguhan
Piutang 125.000 Beban 125.000
1 Juni 2009 Murabahah 25.000 Ditangguhkan 25..000
Pembayaran sebesar Rp 125.000 Keuntungan Kas
Kas 125.000
Kuntungan 25.000 Utang Merunahah 125.000
Tangguhan Beban 25.000
Piutang 125.000
Murabahah 25.000 Beban 125.000
Keuntungan Ditangguhkan 25.000
Kas
a. Transaksi Murabahah jika Penjual adalah produsen (menggunakan akun pokok penjualan)
15
HPP 200.000 Uang Muka 60.000
Aset Murabahah 200.000
Penjualan 250.000
Jurnal pengakuan laba HPP 200.000
tangguhan/jurnal penutup Keuntungan 50.000
Tangguhan
1 September 2007 Kas 48.000 Utang 48.000
Pada saat pelunasan (dengan Piutang 48.000 Kas 48.000
dicicil 5 kali) dan dilakukan Keuntungan 12.000 Beban 12.000
amortisasi atas keuntungan dan Tangguhan Beban Ditangguhkan 12.000
biaya yang ditangguhkan. Keuntungan 12.000
1 Desember 2007 Dana Kebajikan-Kas 1.000 Kerugian 1.000
Jika pembeli tidak dapat Dana Kebajikan- 1.000 Kas 1.000
membayar karena kelalaiannya Dana 48.000 Utang 48.000
sehingga dikenakan denda Rp Kas 12.000 Beban 12.000
1.000. pada saat pelunasan Keuntungan Kas 48.000
(dengan dicicil 5 kali) dan Tangguhan 48.000 Beban 12.000
dilakukan amortisasi keuntungan Piutang 12.000 Ditangguhkan
dan biaya yang ditangguhkan. Keuntungan
1 Februari 2007 Keuntungan 36.000 Utang Murabahah 144.000
Jika pembeli dapat melunasi lebih Tangguhan Beban 25.000
sepat dari seharusnya, maka Kas 139.000 Beban 36.000
penjual dapat memberikan Piutang 144.000 Ditangguhkan 139.000
potongan. Pada saat pembayaran Keuntungan 25..000 Kas
cicilan ke-3, dilunasi kemudian di
berikan potongan Rp 5.000
16
angsuran berikutnya, pembeli
mengalami penurunan
kemampuan bayar, sehingga
penjual memutuskan akan
melakukan rekstrukturisasi utang
murabahahnya.
Posisi terakhir dari akun terkait
dengan utang piutang
murabahah adalah:
III.1 Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk Pemberian
Potongan Tagihan Murabahah
Transaksi (dalam Rp 000) Penjual Pembeli
Apabila penjual memberi Keuntungan 75.000 Utang Murabahah 75.000
potongan tagihan sebesar Rp Tangguhan Beban Tangguhan 75.000
75.000 sehingga saldo Piutang Murabahah 75.000
piutang/utang menjadi Rp
550.000 (625.000-75.000)
Angsuran keenam dan seterusnya Kas 110.000 Utang Murabahah 110.000
Rp 110.000 (550.000/5) Keuntungan 10.000 Beban 10.000
Tangguhan Beban Tangguhan 110.000
Pitang Murabahah 110.000 Kas 10.000
Keuntungan 10.000
Apabila penjual memberi Keuntungan 125.000 Utang Murabahah 175.000
potongan tagihan sebesar Rp Tangguhan Beban Tangguhan 150.000
175.000 sehingga saldo Kerugian 50.000 Keuntungan 25.000
piutang/utang menjadi Rp Restrukturisasi Restrukturisasi
450.000 (625.000-175.000) Piutang Murabahah 175.000
Angsuran keenam dan seterunya Kas 90.000 Utang Murabahah 90.000
Rp 90.000 (450.000/5); saldo Piutang Murabahah 90.000 Kas 90.000
keuntungan tangguhan dan
beban tangguhan sudah Rp 0.
III.2 Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk Penjadwalan
Kembali Tagihan Murabahah
Transaksi (dalam Rp 000) Penjual Pembeli
Apabila penjual memberi Kas 62.500 Utang Murabahah 62.500
perpanjangan waktu, di mna Keuntungan Tagihan 12.500 Beban 12.500
seharusnya pembeli harus Piutang 62.500 Beban 62.500
melunasi 5 angsuran lagi Murabahah 12.500 Ditangguhkan 12.500
(angsuran ke-6 sampai ke-10) Keuntungan Kas
menjaadi 10 kali angsuran untuk
saldo utang/piutang yang ada,
maka besarnya angsuran menjadi
lebih kecil yaitu Rp 62.500
(625.000/10)
17
III.1 Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk Konversi
Akad
Transaksi (dalam Rp 000) Penjuial Pembeli
Apabila Aset pembeli dijual Aset 800.000 Kas 800.000
kepada penjual dengan nilai Kas 800.000 Aset 800.000
pasar Rp 800.000 Keuntungan 125.000 Utang murabahah 625.000
Pelunasan Utaang Piutang tangguhan Beban 125.000
Kas 625.000 Beban tangguhan 625.000
Keuntungan 125.000 Kas 125.000
Piutang Murabahah 625.000
Kemudian selisih nilai jual aset Kas 175.000 Investasi musyarakah 175.000
dengan utang dapat digunakan Dana Syirkah 175.000 atau beban sewa
sebagai uang muka IMBT, bagian Temporer atau Kas 175.000
modal mudharabah musyarakah Pendapatan Sewa
atau musyarakah menurun.
Perlakuan akuntansinya
mengikuti masing-masing jenis
akad tersebut
Apabila aset pembeli dijual ke Aset 550.000 Kas 550.000
penjual dengan nilai pasar Rp Kas 550.000 Aset 550.000
550.000 Keuntungan 125.000 Utang murabahah 625.000
Pelunasan utang piutang Tangguhan Beban 125.000
Kas 550.000 Beban tangguhan 125.000
Piutang Lain-lain 75.000 Kas 550.000
Keuntungan 125.000 Utang lain-lain 75.000
Piutang Murabahah 625.000
Apabila pembeli melunasi sisanya Kas 75.000 Utang lain-lain 75.000
Piutang Lain-lain 75.000 Kas 75.000
Apabila penjual membebaskan Kerugian 75.000 Utang 75.000
sisa utang penjual Piutang 75.000 Keuntungan 75.000
18
Daftar Pustaka
Panji Adam. Fikih Muamalah Maliyah: Konsep, Regulasi dan Implementasi. Bandung : PT
Refika Aditama. 2017. Hal 15
Nuryati, Sri & Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Hal 67
Dadan Muttaqien. Aspek Legal Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Safira Insania
Press. 2009. Hal 92
Adiwarman Azwar Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : Penerbit III
Indonesia.2003. Hal 161
Nurhayai, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: PTSalemba
Empat.