Anda di halaman 1dari 16

AKAD MUDARABAH :

TRANSFORMASI DARI
AKAD FIQH KE PRODUK
Nur Anisa Setyaningrum
NIM : 214120100013 BANK
Prodi Magister Ekonomi Syariah (MES)
Pascasarjana UIN Prof. Kiai Haji
Saifuddin Zuhri Purwokerto
Kamis, 29 September 2022.
Pendahuluan
Bisnis syariah di Indonesia mengalami
perkembangan yang semakin pesat, tentunya
pelaku usaha bisnis syariah dihadapkan pada
masalah mengembangkan sumber daya masyarakat
yakni mengenai sosialisasi mekanisme, transaksi
dan kegiatan operasional pada bisnis tersebut
dengan tujuan agar bisnis syariah yang telah ada
dapat berkembang dengan signifikan dan maksimal.
--------------------------------------------------------------
Pengertian, Dasar Implementasi pada Analisis terkait
Mudharabah merupakan akad/perjanjian kerjasama hukum dan Konsep produk-produk transformasi akad
usaha antara kedua pihak, dimana pada sisi pihak
mudharabah dalam perbankan syariah mudharabah dari
pertama menjadi pemilik dana (Shohibul mal) yang
telah menyediakan 100% hartanya untuk modal, Fikih fikih pada produk
sedangkan pada pihak lainnya berlaku sebagai bank
pengelola usaha atau mudharib. Mudharabah secara
teknisnya merupakan bentuk kemitraan
laba,dimana pada satu sisi ada pihak penyedia jasa
dan satu sisi yang menyediakan tenaga kerja.
2
Konsep 1 2 3

Mudharabah Pengertian Dasar Hukum Konsep

dalam Fikih

3
• Syirkah atau Musyarakah berasal dari bahasa arab, syirkatan (mashdar/kata dasar) dan
syarika (fi’il madhi/kata kerja) yang berarti mitra/sekutu/kongsi/serikat.
• Kemitraan ini dibagi menjadi empat tipe, a) syarikah al-amwal (kemitraan modal), b)
syarikah al-‘amal (kemitraan jasa/tenaga), c) syarikah al-wujuh (kemitraan reputasi), d)
syarikah al-mudharabah, secara teknis mudharabah adalah kemitraan laba, yang melaluinya
satu pihak (rabbul mal) menyediakan modal dan pihak yang lain (mudharib) yang
menyediakan tenaga kerja
• Asal kata mudharabah menurut Nahwu Bashrah berasal dari kata dharab (mashdarnya),
dikarenakan lafadz-lafadz mutashorif tersebut menurut Ulama Nahwu Bashrah berasal dari
mashdar. Akan tetapi menurut Ulama Nahwu Kuffah berpendapat bahwa asal kata
mudharabah yaitu dharab yang berasal dari lafadz-lafadz yang mutasharif dari fi’il mahdi.
Maka dari proses pembentukan asal kata mudharabah menurut ilmu sharaf yaitu kata
mudharabah sebagai masdar dari lafadz dhaaraba- yudhaaribu-mudharabatan yang artinya
memukul atau berjalan. Kata ini yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab yang lafadz
fi‘il madhi-nya berwazan faa‘ala maka masdarnya fiaa‘lan dan mufaa‘alan. Kata
mudharabah mempunyai beberapa persamaan kata yaitu muqaradhah, qiradh atau
muamalah 4
Al-Qur’an

Al-Hadits

Dasar Ijma’
Hukum
Qiyas

Fatwa DSN-MUI Nomor


07/DSN-MUI/IV/2000 5
a) Ulama Hanafiyah : mudharabah adalah sebuah alat akad perkongsian dalam keuangan,
satu sisi menjadi pemilik harta dan satu sisi menjadi pelaku usaha/pemilik jasa.

b) Ulama Malikiyah : mudharabah merupakan sebuah akad perwakilan , dimana adanya


pihak sebagai pemilik modal yang mengeluarkan hartanya untuk orang lain dan untuk
diperdagangkan dengan pembayaran yang telah ditentukan

Konsep c) Ulama Syafi’iyah : mudharabah adalah akad yang menentukan seseorang untuk
memberikan hartanya (pemodal) untuk diperdagangkan dan untuk keuntungannya
dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.

d) Ulama Hanabilah : pemilik harta (pemilik modal) menyerahkan modalnya dengan


jumlah tertentu kepada seorang pedagang dan untuk pembagian keuntungannya telah
diketahui bersama-sama. Mudharabah juga merupakan sebuah barang tertentu yang
diserahkan dengan jumlah yang jelas dan untuk dimanfaatkan atau dikembangkan untuk
mendapatkan keuntungan.

6
Rukun dan Syarat Mudharabah
Ada beberapa perbedaan persepsi dari para ulama terkait dengan rukun dan syarat Mudharabah, adapun beberapa persepsi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Menurut Jumhur Ulama rukun mudharabah yaitu : a) Shahib al-mal dan Mudharib (pelaku akad); b) Ma’qud (Modal); c) Shighat (Ijab
Qabul)
2) Abu Zaid menyampaikan bahwa rukun mudharabah yaitu : a) Dua pihak yang berakad; b) Shighat Aqad (Ijab Qabul); c) Al-mal; d) Al-
Ribh (tambahan modal)dan e) al ‘amal (Usaha yang dilakukan mudharib dalam mendapatkan keuntungan)
3) Umar Musthafa Jabar Ismail memaparkan dalam pandangan Ulama Hanafiyah rukun mudharabah hanya ada satu yaitu shighat (ijab
qabul)
Sedangkan syarat mudharabah dalam hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Pihak yang melakukan akad mudharabah harus memiliki kecakapan hukum untuk melakukan kesepakatan dan menerima kuasa
dikarenakan dalam akad mudharabah terkandung didalamnya wakalah (kuasa), tentunya dalam hal ini pemilik harta akan menyerahkan kuasa
kepada dalam pengelolaan modalnya.
2) Modal (Ro’sul Al-mal) dalam akad mudharabah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Modal harus berupa alat tukar (nuqud/uang), bukan berupa barang selain itu
b) Modal harus diketahui dan harus terukur
c) Modal berbentuk tunai bukan piutang 7
d) Modal harus bisa dipindahkan serta bisa diserahkan dari pemodal kepada pengelola modal
Pembagian Mudharabah
Akad mudharabah terbagi menjadi dua bagian yaitu: a) akad mudharabah muthlaqah (mudharabah yang
tidak terikat/bebas); b) akad mudharabah muqayyadah (mudharabah yang terikat). Menurut Wahbah al-
Zuhayli menjelaskan keduanya Yaitu:
a) Mudharabah muthlaqah (tidak terikat) yaitu penyerahan harta/modal dari shohibul al-mal kepada
mudharib untuk melakukan usaha bisnis tanpa ditentukan tempat, waktu, sifat usahanya dan pelaku yang
melakukan usaha.
b) Mudharabah muqayyadah (terikat) merupakan akad mudharabah berupa penyerahan harta/modal dari
shahib al-mal kepada mudharib melakukan usaha yang telah ditentukan jenis tempat, waktu, sifat bisnisnya
dan pelaku yang melakukan usaha.
Berakhirnya Mudharabah
Berdasarkan sumber dari kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 250 dan 253 disampaikan bahwa
berakhirnya akaad mudharabah adalah apabila waktu dari kerjasama yang telah disepakati di awal kontrak
telah habis maka berakhir pula akad mudharabah tersebut (250). Dan apabila pemilik modal dan pengelola
modal meninggal dunia atau tidak cakapnya dalam perbuatan hukum (253)
8
1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah Pasal 19 huruf
(b) dan huruf (c)
2. Studi kasus di salah satu BPRS di kota
Purwokerto yaitu BPRS Bina Amanah
Satria (BAS) yang beralamat di Jalan 1. Deposito iB BAS (Simpanan
Pramuka No.124 Purwokerto Kabupaten Berjangka)
Banyumas Jawa Tengah 2. Tabungan Berjangka (TAPPLUS)

Implementasi
Mudarabah Mekanisme Jenis Produk

dalam Pihak terlibat

Perbankan
Syariah 1. shahibul maal (pemilik modal) dan bank
sebagai mudharib (pengelola)
2. Rukun mudharabah terpenuhi semua
(ada mudharib-ada pemilik dana, ada usaha
yang dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada 9
ijab Kabul). Prinsip mudharabah ini
diaplikasikan pada produk tabungan
berjangka dari deposito berjangka
Analisis pertama yang penulis dapat sampaikan adalah adanya
skema penyaluran dana dan penghimpunan dana dari produk
mudharabah yang mengakibatkan munculnya prinsip
mudharabah, yaitu mudharabah muqayyadah dan mudharabah
mutlaqah.
1. Mudharabah Mutlaqah : Dari penerapan mudharabah
mutlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito,
sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah
2. Mudharabah Muqayyadah (Mudharabah Muqayyadah on
Balance Sheet, Mudharabah Muqayyadah of Balance sheet)
3. Pembiayaan Mudharabah Transaksi jenis ini tidak
mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam

Analisis Transformasi manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib


harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap
Akad Mudarabah dari kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai
wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal
Fikih ke Produk Bank dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal
10
skema penyaluran dana
dan penghimpunan
dana dari produk
mudharabah

11
Skema
Pembiayaan
Mudharabah

12
Analisis kedua penulis adalah dengan adanya kehadiran perbankan
syariah dengan praktek akad mudharabah telah mampu mendukung
ekonomi Islam dan membantu masyarakat dalam bertransaksi sesuai
dengan prinsip yang telah disyariatkan. Ini nampak pada praktek atau
implementasi mudharabah dalam bank syariah dibedakan menjadikan
dua :
1.Mudharabah hadir dan dijadikan sebagai sebuah sistem, ini tentunya
menjadi pedoman Bank dalam melakukan segala jenis transaksi produk
perbankan. Dengan adanya sistem ini tentunya bank akan membagikan
Analisis keuntungan yang diperolehnya dengan para nasabahnya dan investor
yang menggunakan jasanya. Sudah pasti dalam hal ini mudharabah
Transformasi hadir dan dapat menjadi pengganti dari sistem bunga.
Akad Mudarabah 2.Mudharabah dijadikan sebagai sebuah produk, ini tentunya
disediakan oleh pihak Bank dengan tujuan pelayanan terhadap para
dari Fikih ke nasabahnya. Dalam hal ini seperti yang telah penulis sampaikan pada
Produk Bank pemaparan sebelumnya mudharabah dibagi menjadi dua bagian yaitu
mudharabah yang bersifat tabungan/Deposito (sebagai penghimpunan
dana) dan mudharabah yang bersifat sebagai pembiayaan.
13
Analisis ketiga penulis adalah terkait pembebanan jaminan dalam
perbankan syariah masih menjadi problematika yang ramai dibahas hingga
saat ini, syarat adanya jaminan dalam pembiayaan di bank syariah menurut
peneliti menunjukan bahwa bank syariah dalam melakukan praktik
pembiayaannya sama seperti bank konvensional. Hal ini dikarenakan belum
adanya aturan yang jelas tentang jaminan pada bank syariah dalam praktik
pembiayaanya. Sehingga praktik pembebanan jaminan dalam bank syariah
terkesan ambigu dan mencampurkan prinsip dan aturan antara bank
konvensional dan bank syariah.

Analisis Jaminan yang di praktikan oleh bank konvensional lahir atas dasar
utang piutang antara bank dengan nasabah atau antara kreditu deengan
Transformasi debitur dan dengan berlandaskan undang-undang tentang hak tanggungan,
sedangkan ulama fiqih klasik menjalskan bahwa pembiayaan mudharabah
Akad Mudarabah merupakan bentuk pembiyaan Kerjasama yang saling menguntungkan,
bukan merupakan utang piutang yang menempatkan adanya perbedaan
dari Fikih ke posisi antara debitur dan kreditur. Penggunaan peraturan perundang-
undangan yang sama dalam prinsip yang berbeda akan menimbulkan tidak
Produk Bank adanya perbedaan praktik antara bank konvensional dan bank syariah,
padahal secara prinsip dan konteks pembiayaan bank syariah dan bank
konvensional merupakan produk perbankan yang jauh berbeda. 14
Akad mudharabah dari persepsi sebagian besar fuqaha adalah akad yang dilakukan
oleh kedua belah pihak yang saling terikat dan yang saling menanggung, salah satu
menjadi pemodal dan menyerahkan hartanya untuk dikelola dikembangkan atau
diperdagangakan dengan tujuan memperoleh keuntungan dimana keuntungan
tersebut dibagi dengan perjanjian awal yang telah ditetapkan dalam akad. Dalam
perbankan pada khususnya, mudharabah merupakan salah satu ujung tombak atau
tonggal ekonomi syariah yang telah menjadi perwakilan dalam prinsip Islam untuk
mewujudkan keadilan dan saling tolong menolong dalam masyarakat dengan
mengimplementasikan sistem bagi hasil. Dalam prakteknya, mudharabah dibagi
menjadi dua bentuk, yang pertama menjadi sebuah sistem, mudharabah hadir
sebagai pengganti bunga bank dimana bank akan membagikan keuntungan dengan
para nasabah dan investor yang telah menggunakan jasanya. Yang kedua,
bertujuan dalam memaksimalkan pelayanan kepada nasabahnya, mudharabah
dalam hal ini terbagi menjadi dua bagian yaitu mudharabah yang bersifat
tabungan/deposito dan mudharabah yang bersifat sebagai pembiayaan. Yang
ketiga, mengenai konsep jaminan dalam penyaluran dana/pembiayaan
mudharabah . Jaminan yang di praktikan oleh bank konvensional lahir atas dasar
utang piutang antara bank dengan nasabah atau antara kreditur deengan debitur dan
dengan berlandaskan undang-undang tentang hak tanggungan, sedangkan ulama
fiqih klasik menjelaskan bahwa pembiayaan mudharabah merupakan bentuk
pembiyaan kerjasama yang saling menguntungkan, bukan merupakan utang 15

piutang yang menempatkan adanya perbedaan posisi antara debitur dan kreditur.
Penerapan jaminan pada pembiayaan mudharabah dilakukan atas dasar prinsip
kehati-hatian.
16

Anda mungkin juga menyukai