Anda di halaman 1dari 128

No Kode: DAR2/Profesional/857/06/2022

PENDALAMAN MATERI AKUNTANSI

MODUL 6
PERBANKAN, LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

KB 4 Akad-akad Syariah

Nama Penulis:
Muhammad Andryzal Fajar, S.E., M.Sc., Ak.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


2022

1
A. Pendahuluan
Perkembangan lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah,
pasar modal syariah dan Industri keuangan non-bank (IKNB) syariah telah
meningkat volume dan nilai transaksi berbasis syariah sehingga kebutuhan
terhadap akuntansi syariah diperlukan. Akuntansi syariah atau pencatatan
terhadap akad-akad syariah berbeda dengan akuntansi konvensional melihat
dari sistem nilai dan aturan yang berbeda. Kegiatan dalam pencatatan akad
syariah harus merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai syariah, karena tidak
mungkin menerapkan akuntansi yang sesuai dengan syariah jika transaksi yang
akan dicatat oleh proses akuntansi tersebut tidak sesuai syariah.
Landasan akuntansi syariah adalah QS Al Baqarah 2:282 “Hai orang-
orang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannnya. Dan hendaklah seorang penulis
diantara kamu menuliskannya dengan benar” Berdasarkan definisi Akuntansi
adalah suatu informasi yang mengindentifikasi, mencatat, serta
mengkomunikasikan transaksi ekonomi yang terjadi pada suaru organisasi
kepada pihak berkepentingan (Wiroso, 2013)
Sistem keuangan syariah terkait erat dengan harta kekayaan, akad transaksi
serta yang diperbolehkan dan dilarang syariah. Akad menjadi dua bagian yaitu
akad tabarru dan akad tijarah/mu’awadah. Tijarah terbagi jual beli ( Murabahah,
salam,istisna dan ijarah) dan bagi hasil (Mudharabah dan musyarakah). Tabarru
terdiri dari meminjamkan uang ( Qard, hawalah, Rahn), Meminjam jasa
(wakalah, wadiah, dan kafalah) dan memberikan sesuatu (waqaf, hibah dan
sedekah) (Nurhayati dan Wasilah, 2017).
Pendidikan Profesi Guru (PPG) memberikan bekal bagi guru agar siap
menjalankan tugas-tugas yang diberikan sebagai guru profesional. Modul 6 KB
4 Akad-akad Syariah mengenalkan akad-akad syariah dan pencatatan transaksi
yang terdiri akad mudharabah, akad musyarakah, akad murabahah, akad salam
akad istishna’, akad ijarah, dan akad-akad lainnya
Agar peserta berhasil menguasai materi-materi Modul 6 KB 4 Akad-Akad
Syariah, ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Baca capaian/sub capaian dengan cermat sebelum membaca materi
kegiatan belajar.
2. Baca materi kegiatan belajar dengan cermat
3. Kerjakan latihan sesuai petunjuk atau rambu-rambu yang diberikan.
4. Baca rangkuman, kemudian kerjakan tes formatif secara jujur sesuai
kemampuan peserta.
5. Pelajari materi-materi pendukung dari power point (PPT) dan media lain
yang tersedia di KB ini.
6. Ikuti petunjuk di atas dengan baik dan benar
7. Selamat belajar dan berjuang. Terimakasih.

B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa menguasai teori dan aplikasi mencatat/menjurnal layanan berbagai
akad-akad syariah di lembaga keuangan syariah

2. Sub Capaian Pembelajaran


Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, mahasiswa diharapkan mampu :
a) Menerapkan pencatatan akuntansi di akad mudharabah
b) Menerapkan pencatatan akuntansi di akad musyarakah
c) Menerapkan pencatatan akuntansi di akad murabahah
d) Menerapkan pencatatan akuntansi di akad salam
e) Menerapkan pencatatan akuntansi di akad istishna’
f) Menerapkan pencatatan akuntansi di akad ijarah

3
g) Menerapkan pencatatan akuntansi di akad-akad lainnya

3. Pokok-Pokok Materi
a. Akad Mudharabah
b. Akad Musyarakah
c. Akad Murabahah
d. Akad Salam
e. Akad Istishna’
f. Akad Ijarah
g. Akad-akad Lainnya

4. Uraian Materi
a. Akad
Akad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘uqud, bearti ikatan
atau mengikat. Menurut terminologi hukum Islam, akad adalah pertalian
antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (Qabul) yang dibenarkan oleh
syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Mas’adi,
2002 dalam Nurhayati 2017). Jenis akad terbagi antara dua bagian yaitu:
1) Akad tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh
keuntungan.
2) Akad tabarru’ adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak
ditujukan untukmemperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari
transaksi ini adalah tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan.
KONTRAK

Non Profit
Profit (Tijarah)
(Tabarru’)

Meminjamkan Memberikan
Certainty Uncertainty Meminjamkan
Jasa sesuatu

Wakalah, Hibah,
Qardh,
Jual Beli Bagi Hasil Wadiah, Shadaqah,
Hawalah, Rahn
Kafalah wakaf, hadiah

Murabahah,
Mudharabah,
Salam,
Musyarakah
Istishna’, Ijarah

Gambar 4.1. Jenis Akad dalam Syariah

b. Akad Mudharabah
1) Pengertian Akad Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fl ardhi yaitu bepergian
untuk berdagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqardhy yang
berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk
diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan.
PSAK 105 mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana/shahibul
maal) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola
dana/mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi
diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana (PSAK 105, 2020). Kerugian akan
ditanggung pemilik dana sepanjang kerugian itu tidak diakibatkan oleh
kelalaian pengelola dana, apabila kerugian yang terjadi diakibatkan oleh

5
kelalaian pengelola dana maka kerugian ini akan ditanggung oleh
pengelola dana. PSAK 105 par 18 memberikan beberapa contoh bentuk
kelalaian pengelola dana, yaitu: persyaratan yang ditentukan di dalam akad
tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi diluar kemampuan (force majeur)
yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad, atau merupakan
hasil keputusan dari institusi yang berwenang.
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi investasi yang
berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur penting dalam
akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola
dana. Oleh karena kepercayaan merupakan unsur terpenting, maka
mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing. Pemilik
dana yang merupakan investor disebut beneficial ownership atau sleeping
partner, dan pengelola dana disebut managing trustee atau labour partner.
(Syahdeini, 1999 dalam Nurhayati dan Wasilah, 2017)
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan
sejumlah tertentu untuk bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba
yaitu meminta kelebihan atau imbalan tanpa faktor penyeimbang (iwad)
yang diperbolehkan syariah. Misalnya, ia memberi modal sebesar
Rp100.000.000,00 dan ia menyatakan setiap bulan mendapat Rp
5.000.000,00. Dalam mudharabah, pembagian keuntungan harus dalam
bentuk persentase/nisbah, misalnya 70:30, 70% untuk pengelola dana dan
30% untuk pemilik dana. Besarnya keuntungan yang diterima tergantung
pada laba yang dihasilkan (Nurhayati dan Wasilah, 2017)
Gambar 4.2. Skema Mudharabah
Keterangan:
(1) Pemilik dana dan pengelola dana menyepakati akad mudharabah.
(2) Proyek usaha sesuai akad mudharabah dikelola pengelola dana.
(3) Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi.
(4) Jika untung, dibagi sesuai nisbah.
(5) Jika rugi, ditanggung pemilik dana.
2) Jenis Akad Mudharabah
Dalam PSAK 105, mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)
jenis yaitu mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah, dan
mudharabah musytarakah.
a) Mudharabah muthalaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya. Mudharabah ini juga disebut investasi tidak terikat.

7
b) Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana,
lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau sektor usaha.
c) Mudharabah musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola
dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
3) Prinsip Pembagian Hasil Usaha (PSAK 105 PAR 11)
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat
digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak
termasuk kerugian (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan
digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian
tidak dibagi diantara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus
ditanggung sendiri oleh pemilik dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan
prinsip bagi hasil atau bagi laba. Jika berdasarka. Prinsip bagi hasil, maka
dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total
pendapatan usahan (omset). Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi lana,
dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi
beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah (PSAK 105,
par 11).
Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan
oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang
dapat dikurangkan dari pendapatan.
Contoh perhitungan pembagian hasil usaha:
Data:
Penjualan Rp 1.000.000,00
HPP (Rp 650.000,00)
Laba kotor Rp 350.000,00
Biaya-biaya (Rp 250.000,00)
Laba (rugi) bersih Rp 100.000,00
a) Berdasarkan prinsip bagi laba (sharing profit), maka nisbah pemilik
dana : pengelola dana = 30 : 70
Pemilik dana : 30% x Rp100.000,00 = Rp30.000,00
Pengelola dana: 70% x Rp100.000,00 = Rp70.000,00
Dasar pembagian hasil usaha adalah laba neto/laba bersih yaitu laba
kotor dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal
mudharabah.
b) Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha
adalah laba bruto/ laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah
pemilik dana : pengelola dana = 10 : 90
Bank syariah : 10% x Rp350.000,00 = Rp 35.000,00
Pengelola : 90% x Rp350.000,00 = Rp315.000,00
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan
usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati (PSAK 105 par 20 dalam Nurhayati dan Wasilah, 2017).
Pembagian hasil usaha mudharabah dibagi sesuai hasil nisbah yang
disepakati pada awal antara pemilik dana dan pengelola dana. Bagi hasil
diperoleh setelah usaha berjalan. Nasabah tidak pernah diberi jadwal
pembayaran bagi hasil dan tidak ada tunggakan bagi hasil (Wiroso, 2013)
4) Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah (PSAK 105 PAR
32-34)
Akad mudharabah musyarakah merupakan perpaduan antara akad
mudharabah dan akad musyarakah. Dalam mudharabah musyarkah,
pengelola dana (berdasarkan akad mudharabah) menyertakan juga
dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musyarakah). Pemilik
dana musyarakah (musytarik) memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi
dana yang disetorkan. Pembagian hasil usaha antara pengelolaan dana dan
pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah

9
setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.
Dalam Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2
pendekatan, yaitu:
a) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai
nisbah yang disepakati, selanjutnya sebagian hasil investasi setelah
dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana
(musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-
masing; atau
b) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya
sebagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana
sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh: jika terjadi kerugian atas
investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para
musytarik.
Contoh: Bapak A menginvestasikan uang sebesar Rp 2.000.000,00
untuk usaha siomay yang dimiliki oleh Bapak B dengan akad
mudharabah. Nisbah yang disepakati oleh Bapak A dan Bapak B adalah
1:3. Setelah usaha berjalan, ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka
atas persetujuan Bapak A, Bapak B ikut menginvestasikan uangnya
sebesar Rp 500.000,00. Dengan demikian bentuk akadnya adalah akad
mudharabah musytarakah. Laba yang diperoleh untuk bulan Januari
2013 adalah sebesar Rp 1.000.000,00.
Berdasarkan PSAK 105 par 34 jika terdapat keuntungan, maka bagi
hasil dapat dilakukan dengan cara:
Alternatif I:
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana
sesuai nisbah yang disepakati.
Bagian A: 1⁄4 x Rp1.000.000,00 = Rp 250.000,00

Bagian B: 3⁄4 x Rp1.000.000,00 = Rp 750.000,00


Kemudian dibagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola
dana tersebut (Rp 1.000.000,00 – Rp 750.000,00) dibagi antara
pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan
porsi modal masing-masing.
Bagian A: Rp 2.000.000,00/Rp 2.500.000,00 x Rp 250.000,00 = Rp
200.000,00
Bagian B: Rp 500.000,00/Rp 2.500.000,00 x Rp 250.000,00 = Rp
50.000,00
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp750.000 + Rp
50.000,00 = Rp 800.000,00 dan A sebagai pemilik dana akan
memperoleh Rp 200.000,00.
Alternatif 2:
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana (Sebagai
musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing.
Bagian A: Rp 2.000.000,00/Rp 2.500.000,00 x Rp 1.000.000,00 = Rp
800.000,00.
Bagian B: Rp 500.000,00/Rp 2.500.000,00 x Rp 1.000.000,00 = Rp
200.000,00.
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana
sebesar Rp 800.000,00 (Rp 1.000.000,00-Rp 200.000,00) tersebut
dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah
yang disepakati.
Bagian A: 1⁄4 x Rp 800.000,00 = Rp 200.000,00

Bagian B: 3⁄4 x Rp 800.000,00 = Rp 600.000,00

11
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 200.000,00 +
Rp 600.000,00 = Rp 800.000,00 dan A sebagai pemilik dana akan
memperoleh Rp 200.000,00.
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan
porsi modal para musytarik. Misalnya terjadi kerugian sebesar Rp 1.000.000,00
maka A akan menanggung rugi sebesar: Rp 2.000.000,00/Rp 2.500.000,00 x
Rp 1.000.000,00 = Rp 800.000,00 dan B akan menanggung rugi sebesar: Rp
500.000,00/Rp 2.500.000,00 x Rp 1.000.000,00 = Rp 200.000,00.
5) Perlakuan Akuntansi (PSAK 105)
Akuntansi untuk Pemilik Dana
a) Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset
non kas kepada pengelola dana.
b) Pengukuran investasi mudharabah
(1)Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
(2)Investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai
wajar aset non kas pada saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas harus
disetujui oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat kontrak.
Ada 2 (dua) alasan tidak digunakannya historical cost untuk mengukur
aset nonkas (Siswantoro, 2003).
(1) Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan
kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
(2) Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang
melakukan kontrak untuk nilai aset nonkas menuju aplikasi
konsep representational faithfulness dalam pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai
wajar aset nonkas pada saat penyerahan kemungkinan ada 2 (dua):
1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan
diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Cr. Keuntungan Tagihan xxx
Cr. Aset Nonkas xxx

Jurnal Amortisasi Tangguhan:


Dr. Keuntungan Tangguhan xxx
Cr. Keuntungan xxx
2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan
aset nonkas.
Jurnal:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas Mudharabah xxx
c) Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas:
1) Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai
disebabkan rusak, hilang, atau faktor lain yang bukan karena
kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai

13
tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Cr. Aset Nonkas Mudharabah xxx
2) Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha
tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka
kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi
mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
Jurnal pada saat terjadi kerugian:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx

Jurnal pada saat bagi hasil:


Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Investasi Mudaharabah xxx
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
d) Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir. Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum
akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan catat sebagai
penyisihan kerugian investasi.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Krugian Investasi Mudharabah xxx
Catatan:
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai investasi awal
mudharabah penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontra dari
investasi mudharabah.
e) Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang.
Jurnal:
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx
f) Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi
mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan
pengembalian investasi mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau
kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas/ Piutang/ Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Cr. Investasi Mudharabah xxx
Cr. Keuntungan Investasi Mudharabah xxx
Atau
Dr. Kas/ Piutang/ Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Cr. Investasi Mudharabah xxx
g) Penyajian

15
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan
keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi
penyisihan kerugian (jika ada).
h) Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:
1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian
hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
2) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya,
3) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.
4) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
Akuntansi untuk Pengelola Dana
a) Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset
nonkas yang diterima.
b) Pengukuran Dana Syirkah Temporer
Dana Syirkah Temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset
nonkas yang diterima.
Jurnal:
Dr. Kas/Aset Nonkas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
c) Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang
diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi
mudharabah). Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan
mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian
hak pemilik dana.
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari
penyaluran kembali dana syirkah temporer:
Dr. Kas/ Piutang xxx
Cr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx

Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui
sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik
dana.
Jurnal:
Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah xxx
Cr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
d) Apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dana beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan
akuntansi pada umumnya, yaitu:
Saat Mencatat Pendapatan:
Dr. Kas/ Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Saat Mencatat Beban:
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/ Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat pada akhir periode (apabila diperoleh
keuntungan):
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang Belum Dibagikan (Kewajiban) xxx

17
Jurnal Ketika Dibagihasilkan:
Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Cr. Kas xxx
Jurnal pentup yang dibuat apabila terjadi kerugian:
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Beban xxx
Catatan: Penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontrak dari Dana
Syirkah Temporer.
e) Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana
diakui sebagai beban pengelola dana.
f) Diakhir akad
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/ Aset Nonkas xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya:
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Aset Nonkas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
g) Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan:
1) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah, yaitu sebesar dana syirkah
temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian (jika ada)
2) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi
hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban.
h) Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan:
1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
2) Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.
3) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayyadah.
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
6) Ilustrasi Akuntansi Akad Mudharabah
a) Penyerahan Dana Investasi dalam Bentuk Kas (Asumsi: Pengelola
Dana Tidak Memudharabahkan Kembali)
b) Penyerahan Dana Investasi dalam Bentuk Aset Nonkas.

19
Tabel 4. 1. Ilustrasi Akuntansi Akad Mudharabah
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Maal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
1 Januari 2017
Setelah melakukan akad, pemilik dana Dr. Investasi Mudharabah Rp 100.000,00 Dr. Kas Rp 100.000,00
menyerahkan dana sebesar Rp100.000,00. Cr. Kas Rp 100.000,00 Cr. Dana Syirkah Rp 100.000,00
Periode akad: 2 tahun.
Nisbah bagi hasil pengelola : pemilik dana =
3:1 Keterangan: Dana syirkah temporer
disajikan sebagai akun terpisah dari utang
dan modal.

31 Desember 2017 Pengelola dana akan mencatat pendapatan


Jika hasil pengelolaan dana selama tahun dan beban kemudian diakhir periode akan
2017 adalah: dibuat jurnal penutup:
• Memperoleh Pendapatan Dr. Kas/Piutang Rp 100.000,00
Rp10.000,00 Cr. Pendapatan Rp
• Menanggung Beban Rp 8.000,00 100.000,00
Dr. Beban Rp 8.000,00
Cr. Kas/Utang Rp 8.000,00
Dr. Pendapatan Rp 10.000,00
Cr. Beban Rp 8.000,00
Cr. Pendapatan yang-
Belum dibagikan Rp
2.000,000

Membagi laba sesuai nisbah:


Pengelola Dana: 3⁄4 x Rp2.000,00 = Dr. Kas Rp500,00 Dr. Pendapatan yang-
Rp1.500,00 Cr. Pendapatan Bagi- Belum Dibagikan Rp2.000,00
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Maal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
Pemilik Dana : 1⁄4 x Rp2.000,00 = Rp Hasil Mudharabah Rp500,00 Cr. Kas Rp2.000,00
500,00

Pembayaran kepada Pemilik Dana:


Dr. Piutang Bagi Hasil Rp500,00
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Rp500,00

Jika tidak dibagi langsung:


Saat penerimaan uang:
Dr. Kas Rp 500,00
Cr. Piutang Bagi Hasil Rp 500,00

31 Desember 2017
Melakukan ayat jurnal penutup untuk bagi Aset: Utang:
hasil tersebut. Investasi Mudharabah Rp 100.000,00 Utang Bagi Hasil Mudharabah 0
Penyajian Laporan Keuangan Neraca Penyisihan Kerugian 0 Dana Syirkah Temporer Rp 100.000,00
Rp 100.000,00 Penyisihan Kerugian
0
Rp 100.000,00

31 Desember 2018 Pengelola dana akan mencatat pendapatan


Jika hasil pengelolaan dana selama tahun Dr. Kerugian Mudharabah Rp8.000,00 dan beban, kemudian akan ditutup:
2012 adalah: Cr. Penyisihan- Dr. Kas/Piutang Rp8.000,00
• Memperoleh Pendapatan Rp8.000,00 Kerugian Mudharabah Rp8.000,00 Cr. Pendapatan Rp8.000,00
• Menanggung Beban Rp10.000,00 Dr. Beban Rp 10.000,00
Cr. Kas/Utang Rp
10.000,00
Dr. Pendapatan Rp 8.000,00

21
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Maal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
Dr. Penyisihan-
Kerugian Rp 2.000,00
Cr. Beban Rp
10.000,00

Penyajian Laporan Keuangan Neraca Aset: Utang:


(31/12/2018) Investasi Mudharabah Rp 100.000,00 Utang Bagi Hasil Mudharabah 0
Penyisihan Kerugian Rp 2.000,00 Dana Syirkah Temporer Rp 100.000,00
Rp 98.000,00 Penyisihan Kerugian Rp 2.000,00
Rp 98.000,00

1 Januari 2019 Dr. Kas Rp 98.000,00 Dr. Dana Syirkah Temporer Rp


Mengembalikan investasi mudharabah pada Dr. Penyisihan Kerugian- 100.000,00
akhir akad dan menerima Rp 98.000,00 Mudharabah Rp 2.000,00 Cr. Kas
Rp98.000,00
Cr. Investasi- Cr. Penyisihan Kerugian Rp
Mudharabah Rp100.000,00 2.000,00

Sumber : Akuntansi Syariah ( Nurhayati dan Wasilah, 2017)


c. Akad Musyarakah
1) Pengertian Akad Musyarakah
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana
tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah
(PSAK 106, 2007). Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk
mendanai sebuah usaha tertentu dalam masyarakat,baik usaha yang telah
berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu mitra dapat
mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati
nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi
musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas
(Nurhayati dan Wasilah, 2017)
2) Jenis Akad Musyarakah
a) Berdasarkan Ulama Fikih
1) Syirkah Al Milk, mengandung arti kepemilikan bersama (co-
ownership) yang keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih
memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu
kekayaan (aset).

23
Skema Musyarakah

(1) (1)
Mitra 1 Akad Musyarakah Mitra 2

Proyek Usaha
(2) (2)

Laba/Rugi Laba/Rugi
Mitra 1 Mitra 2
(3)

(4) (4)

Hasil usaha:
Apabila untung akan dibagi sesuai
nisbah,
Apabila rugi, akan ditanggung
sesuai proporsi modal

Gambar 4.3. Skema Musyarakah


Keterangan :
(a) Mitra 1 dan Mitra 2 menyepakati akad musyarakah.
(b) Proyek usaha sesuai akad musyarakah dikelola bersama.
(c) Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi.
(d) Jika untung, dibagi sesuai nisbah.
Jika rugi, dibagi sesuai proporsi modal.
2) Syirkah Al’uqud (kontrak), yaitu kemitraan yang tercipta dengan
kesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu. Setiap mitra dapat berkonribusi dengn modal/dana dan
atau dengan bekerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian.
3) Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
a) Musyarakah Permanen, musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap
mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad
(PSAK No.106 par. 04).
b) Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah, musyarakah dengan
ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada
akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha
musyarakah tersebut (PSAK No. 106 par 04).
4) Penetapan Nisbah dalam Akad Musyarakah
Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.
a) Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal
Keuntungan harus dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai
modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan
yang dilaksanakan oleh para mitra sama atau tidak sama.
b) Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal
Dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal
yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi
atau waktu kerja yang lebih panjang.
5) Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)
Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua
sisi pelaku yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk
pihak lain untuk mengelola atas namanya; sedangkan mitra pasif adalah
pihak yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya adalah lembaga
keuangan.)
a) Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif
(1) Pengakuan investasi musyarakah

25
Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset
nonkas untuk usaha musyarakah.
(2) Biaya pra-akad
Biaya pra-akad yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya
studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi
musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluakan biaya:
Dr. Uang Muka Akad xxx
Cr. Kas xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian
investasi musyarakah maka dicatat sebagai penambah nilai investasi
musyarakah.
Jurnal:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Uang Muka Akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagain bagian
dari investasi musyarakah maka akan dicatat sebagai beban.
Jurnal:
Dr. Beban Musyarakah xxx
Cr. Uang Muka Akad xxx
(3) Pengakuan investasi Musyarakah
Penyerahan kas atau aset nonkas sebagai modal untuk investasi
musyarakah.
(a) Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah
yang diserahkan, maka jurnal:
Dr. Investasi Musyarakah – Aset Nonkas xxx
Cr. Kas xxx
(b) Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka dinilai sebesar
nilai wajar dan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih
besar dari nilai buku, maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat
dalam akun selisih penilaian aset musyarakah (dilaporkan dalam
bagian ekuitas).
Jurnal :
Dr. Investasi Musyarakah – Aset Nonkas xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Selisih Penilaian Aset Musyarakah (sebagai
bagian ekuitas) xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama
masa akad musyarakah menjadi keuntungan.
Jurnal:
Dr. Selisih Penilaian Aset Musyarakah xxx
Cr.Keuntungan xxx
Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai
buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat
penyerahan aset nonkas.
Jurnal :
Dr. Investasi Musyarakah – Aset Nonkas xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Dr. Keugian Penurunan Nilai xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan di akhir akad akan
diterima kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan
berdasarkan nilai wajar, dengan masa manfaat berdasarkan masa
akad atau masa manfaat ekonomis aset.
Jurnal:
Dr.Beban Depresiasi xxx
Cr.Akumulasi Depresiasi xxx

27
(4) Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan maka jurnal :
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan Bagi Hasil xxx
Apabila dari investasi yang dilakukan rugi maka jurnal:
Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
(5) Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di
akhir akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset
nonkas yang disepakati ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika
akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih
dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini.
Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian
dan penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan
aset nonkas menghasilkan keuntungan maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Pencatatan di akhir akad:
a) Apabila modal investasi yang diserahan berupa kas.
Jika tidak ada kerugian, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr.Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
b) Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan
dikembalikan dalam bentuk aset nonkas yang sama pada akhir akad.
Jika tidak ada kerugian, maka jurnal:
Dr. Aset Nonkas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian, mitra yang menyerahkan aset nonkas harus
menyetorkan uang sebesar nilai kerugian, maka jurnal:
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Aset Nonkas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
(6) Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan
pengembalian dana mitra secra bertahap) nilai investasi musyarakahnya
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diserahkan pada
awal akad ditambah jumlah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan kepada mitra pasif dan dikurangi kerugian jika ada.
Sedangkan bagian mitra pasif nilai investasi musyrakahanya sebesar kas
atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal akad dikurangi dengan
pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada).
(7) Penyajian
Mitra aktif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan sebagai berikut.
1) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktifdan yang
diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
2) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai
unsur dana syirkah temporer.

29
3) Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagai
unsur ekuitas.
Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan sebagai berikut.
a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan
sebagai investasi musyarakah.
b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra
account) dari investasi musyarakah.
(8) Pengungkapan
Mitra mengungkapan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi
tidak terbatas, pada :
1) Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
2) Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
NILAI YANG
TUNAI
DISERAHKA
N

Transaksi
Musyarakah Selisih
Penilaian Aset

Mitra Aktif

Keuntungan
Lebih Tinggi
Tangguhan
dari Nilai
Buku
Mitra Pasif
NON NILAI
TUNAI WAJAR

Lebih Rendah AKUI


dari Nilai KERUGIAN
Buku

Gambar 4.4. Pengungkapan tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah


Keterangan:
Keuntungan tangguhan disajikan sebagai akun kontra dari investasi
musyarakah. Selisih penilaian aset musyarakah akan disajikan di bagian
ekuitas oleh mitra aktif.

a) Akuntansi untuk Pengelola Dana


Akuntansi untuk pengelola musyarakah dilakukan oleh mitra aktif
atau pihak yang mewakilinya. Dalam ilustrasi ini pencatatan akuntansi
untuk usaha musyarakah dilakukan oleh pihak ketiga terpisah dari
pencatatan akuntansi mitra aktif.
(1) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar:

31
(a) Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, dan
jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
Selanjutnya untuk dana syrikah temporer harus dipisahkan (dalam
bentuk sub ledger) antara dana yang berasal dari mitra aktif dan
mitra pasif.
(b) Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan
dicatat sebesar nilai wajarnya dan jurnal:
Dr. Aset Nonkas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
Apabila di akhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang
mencatat beban despresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai
wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis.
Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban depresiasi
adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai modal
investasinya.
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx
(2) Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif
Saat mencatat pendapatan:
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Saat mencatat beban:
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila memperoleh
keuntungan) :
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang Belum Dibagikan (kewajiban) xxx
Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :

Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx


Cr. Kas xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Beban xxx
Jika ternyata kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau
pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau
pengelola usaha musyarakah. Maka ditambahkan jurnal:
Dr. Piutang – Mitra Aktif xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
(3) Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad.
(a) Apabila dana investasi yang diserahkan berupa kas, maka jurnal :
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
(b)Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di
akhir akad dikembalikan, maka jurnal :
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Jika harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka mitra yang
menyerahkan aset nonkas harus menyerahkan kas untuk menutup
kerugian. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

33
(c) Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di
akhir akad dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus
dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari
penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan nilai jual)
didistribusikan pada setiap mitra sesuai nisbah penyertaan. Jika
penjualan tersebut menghasilkan keuntungan maka akan menambah
dana mitra. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Cr. Keuntungan xxx
Keuntungan ditutup ke dana syirkah temporer, jurnalnya:
Dr. Keuntungan xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akan ditagih kepada
mitra, maka jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari
penjualan aset nonkas mengalami keuntungan, jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan aset
nonkas mengalami keuntungan, jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Kas xxx
6) Ilustrasi Akuntansi Akad Musyarakah
Penyerahan Modal Dilakukan secara Tunai
Tabel 4.2. Ilustrasi Akuntansi Akad Musyarakah

Transaksi (dalam
Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan/Mitra Aktif
ribuan rupiah)
24 Desember 2014 Dr. Uang Muka Rp 10.000,00
Mengeluarkan biaya pra Cr. Kas Rp 10.000,00
akad sebesar Rp Jika biaya pra akad disetujui oleh mitra
10.000,00 lain sebagai bagian investasi :
Dr. Investasi Musyarakah Rp 10.000,00
Cr. Uang Muka Rp 10.000,00
Jika tidak disetujui sebagai investasi :
Dr. Beban Musyarakah Rp 10.000,00
Cr. Uang Muka Rp 10.000,00

1 Januari 2017 Dr. Investasi Dr. Investasi Dr. Kas Rp 150.000,00


Mitra aktif menyetorkan Musyarakah-Kas Rp 100.000,00 Musyarakah-Kas Rp 100.000,00 Cr. Dana Syirkah Temporer
modal sebesar Rp - Mitra Aktif Rp100.000,00
100.000,00 sedangkan Cr. Kas Rp 100.000,00 Cr. Kas Rp 100.000,00
mitra pasif menyetorkan Cr. Dana Syirkah Temporer
modal sebesar Rp - Mitra Pasif Rp 50.000,00
50.000,00. Asumsi biaya
pra akad tidak disetujui
sebagai penambah
investasi musyarakah
nisbah bagi hasil 3:1
31 Desember 2018 Mencatat pendapatan, beban, dan jurnal
Perusahaan memperoleh penutup
- pendapatan Rp Dr. Kas / Piutang Rp 100.000,00
100.000,00 Cr. Pendapatan Rp 100.000,00
- beban Rp 80.000,00.

35
Transaksi (dalam
Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan/Mitra Aktif
ribuan rupiah)
Dr. Beban Rp 100.000,00
Cr. Kas / Utang Rp 100.000,00

Dr. Pendapatan Rp 100.000,00


Cr. Pendapatan yang
Belum Dibagikan Rp20.000,00

- Pembayaran bagi hasil Cr. Beban Rp80.000,00


Dr. Kas Rp 15.000,00 Dr. Kas Rp 5.000,00
Cr. Pendapatan Cr. Pendapatan Dr. Pendapatan yang
Bagi Hasil Rp 15.000,00 Bagi Hasil Rp 5.000,00 Belum Dibagikan Rp 20.000,00
Cr. Kas Rp 20.000,00
Jika tidak langsung dibagikan : Jika tidak langsung dibagikan :
Dr. Piutang Pendapatan Dr. Piutang Pendapatan
Bagi Hasil Rp 15.000,00 Bagi Hasil Rp 5.000,00

Cr. Pendapatan Cr. Pendapatan


Bagi Hasil Rp 15.000,00 Bagi Hasil Rp 5.000,00

Saat dibagikan: Saat dibagikan:


Dr. Kas Rp 15.000,00 Dr. Kas Rp 5.000,00
Cr. Piutang Pendapatan Cr. Piutang Pendapatan
Bagi Hasil Rp 15.000,00 Bagi Hasil Rp 5.000,00
Penyajian Laporan Aset : Aset : Kewajiban :
Keuangan Investasi Musyarakah Rp 100.000,00 Investasi Musyarakah Rp 50.000,00 Kewajiban Bagi-
Neraca Penyisihan Kerugian 0 Penyisihan Kerugian (Rp 5.000,00) Hasil Musyrakah 0
Investasi (net) Rp 100.000,00 Investasi (net) Rp 45.000,00 Dana Syirkah-
Temporer Rp 150.000,00
PenyisihanKerugian (Rp 15.000,00)
Dana Syirkah-
Temporer Rp 135.000,00
Transaksi (dalam
Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan/Mitra Aktif
ribuan rupiah)
1 Januari 2019 Dr. Kas Rp 90.000,00 Dr. Kas Rp 45.000,00 Dr. Dana Syirkah-
Pengembalian pada akhir Dr. Penyisihan- Dr. Penyisihan Kerugian Rp 5.000,00 Temporer Rp 150.000,00
akad Kerugian Rp 10.000,00 Cr. Investasi Musyarakah Cr. Penyisihan-
Cr. Investasi Rp 50.000,00 Kerugian Rp 15.000,00
Musyarakah Rp100.000,00 Cr. Kas Rp 135.000,00

37
d. Akad Murabahah
1) Pengertian Akad Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Menurut PSAK 102 Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang
disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
tersebut kepada pembeli (PSAK 102, 2016). Hal yang membedakan
murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara
jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut
dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual
dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan
sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan (Nurhayati dan Wasilah, 2017).
2) Jenis Akad Murabahah
Ada 2 (dua) jenis murabahah, yaitu:
a) Murabahah dengan pesanan (Murabaha to the purchase order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian
barang setelah ada pesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan
dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli
barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli
harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan
pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam
murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum
diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi
beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
Gambar 4.5. Skema Murabahah dengan Pesanan
(Sumber: Akuntansi Syariah di Indonesia, Sri Nurhayati hal 177)
Keterangan:
(1) Melakukan akad murabahah
(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/ produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

b) Murabahah tanpa pesanan. Murabahah jenis ini bersifat tidak


mengikat.

Gambar 4.6. Skema Murabahah Tanpa Pesanan


(Sumber: Akuntansi Syariah di Indonesia, Sri Nurhayati hal 177)
Keterangan:
(1) Melakukan akad murabahah
(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

39
3) Perlakuan Akuntansi (PSAK 102)
Akuntansi Murabahah (PSAK 102)
Ruang lingkup PSAK ini adalah untuk lembaga keuangan syariah dan
koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai
penjual maupun pembeli serta pihak lain yang melakukan transaksi
murabahah dengan entitas-entitas tersebut.
a) Akuntansi untuk Penjual
(1) Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar
biaya perolehan
Dr. Aset Murabahah xxx
Cr. Kas xxx
(2) Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran aset murabahah
setelah perolehan adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi
penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum
diserahkan kepada pembeli penurunan nilai tersebut diakui sebagai
beban dan mengurangi nilai aset. Jika terjadi penurunan nilai untuk
murabahah pesanan mengikat, maka jurnalnya:
Dr. Beban Penurunan Nilai xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak
mengikat maka aset dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih
yang dapat direalisasi, dan dipilih mana yang lebih rendah. Apabila nilai
bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika terjadi penurunan nilai untuk
murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnalnya:
Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
(3) Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka
perlakuannya adalah sebagai berikut.
(a) Jika terjadi sebelum akad murabahah akan menjadi pengurang
biaya perolehan aset murabahah. Jurnalnya:
Dr. Aset Murabahah xxx (harga perolehan-diskon)
Cr. Kas xxx
(b) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati
menjadi hak pembeli, menjadi kewajiban kepada pembeli.
Jurnalnya:
Dr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
(c) Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati
menjadi hak penjual, menjadi tambahan pendapatan murabahah.
Jurnalnya:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Murabahah xxx
(d) Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam
akad, maka akan menjadi hak penjual dan diakui sebagai
pendapatan operasional lain.

Jurnalnya:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Operasional Lain xxx
(4) Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon tersebut
akan tereliminasi pada saat:
(a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnalnya:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx

41
(b) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak
dapat dijangkau oleh penjual. Sehingga jurnalnya:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Dan
Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx
Cr. Dana Kebajikan Potongan Pembelian xxx
(5) Pengakuan keuntungan murabahah:
1) Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang
masa angsuran murabahah tidak melebihi satu periode laporan
keuangan, maka keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya
akad murabahah.
Dr. Kas xxx
Dr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
2) Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya
adalah sebagai berikut:
a) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat
apabila risiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang
sama pada butir a.
b) Keuntungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang
berhasil ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan
untuk transaksi murabahah tangguh dimana ada risiko piutang
tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk mengelola dan
menagih piutang yang relatif besar. Maka jurnalnya:
Pada saat penjualan kredit dilakukan
Dr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Cr. Margin Murabahah Tangguhan xxx
Margin Murabahah Tangguhan disajikan sebagai akun kontra dari
Piutang Murabahah.
Pada saat menerima angsuran:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Dr. Margin Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
Contoh: Pengakuan keuntungan secara proporsional adalah jika
perolehan aset Rp1.000,00. keuntungan Rp250,00 (20% dari
harga jual) maka:
Tabel 3.3. Keuntungan secara Proporsional
Tahun Angsuran Harga Pokok Keuntungan
1 600 480* 120**
2 400 320 80
3 250 200 50

Catatan:
* 600/125 = 48% → 48% x 1.000 = Rp480,00
** → 48% x 250 = Rp120,00

c) Keuntungan diakui saat seluruh piutang mudharabah berhasil


ditagih, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh
dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan
piutang serta penagihannya cukup besar. Pencatatannya sama

43
dengan poin (2), hanya saja jurnal pengakuan keuntungan dibuat
saat seluruh piutang telah selesai ditagih.
(6) Pada saat akad murabahah, piutang diakui sebesar biaya perolehan
ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode
laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasi sama dengan akuntansi konvensional, yaitu saldo
piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk penyisihan
piutang tak tertagih:
Dr. Beban Piutang Tak Tertagih xxx
Cr. Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
(7) Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli
yang melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati
diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.
(a) Jika potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap sebagai
pengurang keuntungan murabahah, dan jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Margin Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
(Nilai Pendapatan Margin Murabahah sebsar Saldo Margin Murabahah
Tangguhan - Potongan)
(b) Jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima
pelunaasan piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan
potongan pelunasannya kepada pembeli. Maka jurnalnya:
Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:
Dr. Kas xxx
Dr. Margin Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
(Nilai Pendapatan Margin Murabahah sebsar Saldo Margin
Murabahah Tangguhan)
Pada saat pengembalian kepada pembeli:
Dr. Pendapatan Margin Murabahah xxx
Cr. Kas xxx
(Nilai pendapatan Margin Murabahah sebesar potongan pelunasan)
(8) Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya
sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx
Cr. Dana Kebajikan-Denda xxx
(9) Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah:
(a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah
yang diterima.
(b)Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui
sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok).
(c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan
kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan oleh penjual.
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka:
(a) Penerimaan uang muka dari pembeli
Dr. Kas xxx
Cr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
(b)Apabila murabahah jadi dilaksanakan
Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Sehingga untuk penentuan margin keuntungan dapat didasarkan atas
nilai piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang
muka).

45
(c) Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon
pembeli lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka
selisihnya dikembalikan pada calon pembeli.
Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Operasional xxx
Cr. Kas xxx
(d)Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon
pembeli lebih kecil daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli, maka
penjual dapat meminta pembeli untuk membayarkan
kekurangannya dan pembeli membayarkan kekurangannya.
Dr. Kas/Piutang xxx
Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Operasional xxx
(e) Jika perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka
sama dengan beban yang dikeluarkan.
Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Operasional xxx
b) Akuntansi untuk Pembeli
(1) Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya
perolehan tunai. Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh
diakui sebagai utang murabahah sebesar harga beli yang disepakati
(jumlah yang wajib dibayarkan). Selisih antara harga beli yang disepakati
dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah
tangguhan.
Jurnal (apabila tidak ada uang muka):
Dr. Aset xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Utang Murabahah xxx
(2) Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan
porsi utang murabahah yang dilunasi. Jurnal:
Dr. Utang Murabahah xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Beban Murabahah xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
(3) Diskon pembelian yang telah diterima setelah akad murabahah, potongan
pelunasan dan potongan utang murabahah diakui sebagai pengurang
beban murabahah tangguhan.
Jurnal untuk diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah:
Dr. Kas xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Jurnal untuk potongan pelunasan dan potongan utang murabahah:
Dr. Utang Murabahah xxx
Dr. Beban Murabahah xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Keterangan: beban murabahah dihitung sebesar beban murabahah
tangguhan – potongan.
(4) Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban
sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian. Jurnal:
Dr. Kerugian-Denda xxx
Cr. Kas/Utang xxx

(5) Uang muka


Pembeli membayarkan uang muka. Jurnalnya:
Dr. Uang Muka xxx

47
Cr. Kas xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang
jurnalnya:
Dr. Aset xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Uang Muka xxx
Cr. Utang Murabahah xxx
Jika pembeli membatalkan transaksi dan dikenakan biaya, maka diakui
sebagai kerugan. Apabila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang
muka, maka jurnalnya:
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian Denda xxx
Cr. Uang Muka xxx
Sedangkan apabila biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka,
maka jurnalnya:
Dr. Kerugian xxx
Cr. Uang Muka xxx
Cr. Kas atau Utang xxx
(6) Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) utang murabahah.
(7) Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
a. Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah
b. Jangka waktu murabahah tangguh
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
4) Ilustrasi Akuntansi Akad Murabahah
a) Tunai
(1) Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Mengikat

Tabel 4.4. Transaksi Murabahah Tunai Mengikat


Transaksi (dalam
Penjual Pembeli
ribuan rupiah)
1 Januari 2018
Penjual dan pembeli Dr. Aset Murabahah Rp100.000,00
melakukan akad Cr. Kas/Utang Rp 100.000,00
murabahah. Penjual
membeli dari pihak lain
barang yang akan dijual
kepada pembeli.
Penjual membeli
persediaan dari pihak
lain dengan harga
Rp100.000,00 dan akan
diserahkan pada 1 Juni
2018. Pesanan mengikat.

1 Maret 2018
Jika terjadi penurunan Dr. Beban Penurunan-
nilai sebelum barang Nilai Rp5.000,00
pesanan diserahkan Cr. Aset Murabahah Rp5.000,00
kepada pembeli sebesar
Rp5.000,00

1 Juni 2018 Dr. Kas Rp115.000,00 Dr. Aset Rp115.000,00


Penjual sesuai akad Cr. Pendapatan Margin- Cr. Kas Rp115.000,00
menyerahkan barang Murabahah Rp20.000,00
kepada pembeli dengan Cr. Aset Murabahah
nilai Rp115.000,00 Rp95.000,00

Sumber: Nurhayati dan Wasilah, 2017

49
(2) Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Tidak Mengikat
Tabel 4.5. Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Tidak Mengikat
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Penjual Pembeli
1 Januari 2018
Jika penjual memperoleh aset murabahah Dr. Aset Murabahah Rp100.000,00
dengan harga beli sebesar Rp100.000,00 Cr.Kas/Utang Rp100.000,00

1 Maret 2018
Jika terjadi penurunan nilai sebelum barang Dr. Kerugian Penurunan-
pesanan diserahkan kepada pembeli sebesar Nilai Rp5.000,00
Rp5.000,00 Cr. Aset Murabahah Rp5.000,00

15 Maret 2018 Dr. Kas Rp115.000,00 Dr. Aset Rp115.000,00


Penjual sesuai akad menyerahkan barang Cr. Pendapatan Margin- Cr. Kas Rp115.000,00
kepada pembeli dengan nilai Rp115.000,00 Murabahah Rp 20.000,00
Cr. Aset Murabahah Rp 95.000,00

1 April 2018
Apabila diskon diberikan oleh pihak ketiga
setelah akad ditandatangani oleh pembeli
dan penjual, sebesar Rp5.000,00 dan biaya
pengembalian diskon Rp 1.000,00
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Penjual Pembeli
• Pada saat menerima diskon dari pihak
ketiga Dr. Kas Rp4.000,00
• Jika merupakan hak pembeli: Cr. Utang Rp4.000,00
✓ Saat diskon diterima Dr. Utang Rp 4.000,00 Dr. Kas Rp 4.000,00
Cr. Kas Rp 4.000,00 Cr. Aset Rp 4.000,00
✓ Saat diskon dibayar kepada
pembeli Dr. Dana Kebajikan-Kas Rp 4.000,00
Cr. Dana Kebajikan
-Denda Rp4.000,00
✓ aat diskon tidak dapat dibayarkan
kepada pembeli karena pembeli
tidak diketahui secara pasti Dr. Kas Rp 4.000,00
keberadaannya Cr. Pendapatan Margin-
Murabahah Rp 4.000,00
• Jika merupakan hak penjual:
✓ Saat diskon diterima dan Dr. Kas Rp 4.000,00
diperjanjikan dalam akad Cr. Pendapatan Operasional-
Lain Rp 4.000,00
✓ Jika tidak dijanjikan dalam akad

51
b) Non-Tunai
Tidak menggunakan akun penjualan dan Harga Pokok Penjualan ketika barang diserahkan (bisa digunakan dalam
Lembaga Keuangan)
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah)
1 Januari 2018
Penjual dan pembeli Dr. Aset Murabahah Rp 200.000,00
melakukan akad murabahah Cr. Kas/Utang Rp 200.000,00
pesanan mengikat. Penjual
membeli dari pihak lain
barang yang akan dijual
kepada pembeli.
Penjual membeli persediaan
dari pihak lain dengan harga
Rp200.000,00 dan akan
diserahkan pada 1 Juni 2018
akan dibayarkan dalam dua
kali angsuran.
I Juni 2018
Penjual sesuai akad Dr. Piutang Murabahah Rp 250.000,00 Dr. Aset Rp 200.000,00
menyerahkan barang kepada Cr. Margin Murabahah- Dr. Beban-
pembeli dengan nilai Tangguhan Rp 50.000,00 Murabahah-
Rp250.000,00 secara tidak Cr. Aset Murabahah Rp 200.000,00 Tangguhan Rp 50.000,00
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah)
tunai dan akan dibayar selama Cr. Utang Rp 250.000,00
2 tahun. Nilai tunai dari aset
Rp200.000,00 dengan dua kali (Margin murabahah tangguhan akan (Beban murabahah tangguhan
angsuran. diamortisasi sepanjang akad) akan diamortisasi sepanjang
akad)
1 Juni 2019
Pembayaran sebesar Dr. Kas Rp 125.000,00 Dr. Utang-
Rp125.000,00 Dr. Margin Murabahah- Murabahah Rp125.000,00
Tangguhan Rp 25.000,00 Dr. Beban-
Cr. Piutang Murabahah Rp125.000,00 Murabahah Rp 25.000,00
Cr. Pendapatan Margin- Cr. Beban Murabahah-
Murabahah Rp25.000,00 Tangguhan Rp 25.000,00
Cr. Kas Rp125.000,00
1 Juni 2019 Dr. Kas Rp 125.000,00 Dr. Utang-
Pembayaran sebesar Dr. Margin Murabahah- Murabahah Rp125.000,00
Rp125.000,00 Tangguhan Rp 25.000,00 Dr. Beban-
Cr. Piutang- Murabahah Rp 25.000,00
Murabahah Rp 125.000,00 Cr. Beban Murabahah-
Cr. Pendapatan Margin- Tangguhan Rp 25.000,00
Murabahah Rp 25.000,00 Cr. Kas Rp 125.000,00

53
e. Akad Salam
1) Pengertian Akad Salam
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di
mana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan,
dan pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan
barang baru dilakukan di kemudian hari (Nurhayati dan Wasilah, 2017).
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu (PSAK 103,2016). Untuk
menghindari resiko yang merugikan, pembeli boleh meminta jaminan dari
penjual.
2) Jenis Akad Salam
a) Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan
belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di
muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

Gambar 4.7. Skema Salam


Keterangan :
(1) Pembeli dan Penjual menyepakati akad salam
(2) Pembeli membayar kepada penjual
(3) Penjual menyerahkan barang
b) Salam paralel, artinya melaksanakan 2 transaksi salam,yaitu antara
pemesan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok
(supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak
memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan tersebut.
Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung
pada akad pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak
tergantung pada akad antara pembeli dan penjual,jika saling tergantung
atau menjadi syarat tidak diperbolehkan (terjadi taalluq).
Akad antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan
penjual.Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel
terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara
terus-menerus karena dapat menjurus kepada riba.
Skema Salam Paralel

Penjual atau Pembeli atau Pembeli


Pemasok Penjual

Gambar 8. Skema Salam Paralel

Prosedurnya sama dengan salam biasa hanya prosedurnya melibatkan pihak ke-3.
Perbedaan antara Salam, Forward dan Future
Tabel 4.6. Perbedaan antara Salam, Forward, dan Future
Salam Forward Future
Penentuan Saat kontrak dibuat Saat Saat kontrak dibuat
harga dan kontrak
kuantitas dibuat
produk yang
akan
dikirimkan

55
Pengiriman Di masa depan Di masa Tidak harus ada pengiriman
barang sesuai dengan depan karena pembeli/penjual dapat
kontrak sesuai menutup kewajibannya
dengan dengan bertukar
kontrak posisi.Misalnya,Tn.A
menjual 1000kg beras untuk
pengiriman 3 bulan
kemudian.Setelah kontrak
berjalan 2 minggu penjual
dapat menutup posisi awal
dengan menjadi pembeli
beras sebesar 1000kg.
Pembayaran Saat kontrak Saat barang Saat melakukan
oleh pembeli dibuat,pembeli harusditerima di pembelian/penjualan,investor
melunasi seluruh masa depan harus menyimpan uang di
nilai kontrak yang sesuai clearing house dan setiap
disetujui dengan hari akan proses mark-to-the
kontrak market
Barang yang Barang yang halal Sesuai Barang yang ditransaksikan
menjadi objek dan harus mudah dengan distandarisasi.Umumnya
kontrak ditemui di pasar kehendak future memperjualbelikan
(fungible).Umumnya pembeli komoditas dan aset keuangan
salam digunakan dan penjual
dalam kontrak jual yang
beli produk membuat
pertanian kontrak
forward
Tujuan Memberikan modal Lindung Lindung nilai dan spekulasi
dibuatnya kerja kepada penjual nilai dan
kontrak untuk memproduksi spekulasi

3) Perlakuan Akuntansi (PSAK 103)


Akuntansi untuk Pembeli
Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi
a) Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha
salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.Modal usaha salam
disajikan sebagai piutang salam.
b) Pengukuran modal usaha salam
Modal salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan

Jurnal :
Dr. Piutang Sala m xxx
Cr. Kas xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar,
selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang
diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat
penyerahan modal usaha tersebut.
(1) Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
Jurnal :
Dr. Piutang Salam xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
(2) Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat
Jurnal :
Dr. Piutang Salam xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
Cr. Keuntungan xxx
c) Penerimaan barang pesanan
(1)Jika barang pesanan sesuai dengan akad,maka dinilai sesuai nilai yang
disepakati
Jurnal :
Dr. Aset Salam xxx

57
Cr. Piutang Salam xxx

(2)Jika barang pesanan berbeda kualitasnya


(a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau
lebih tinggi dari niali barang pesanan yang tercantum dalam
akad,maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan
nilai akad.
Jurnal :
Dr. Aset Salam xxx
Cr. Piutang Salam xxx
(b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah
dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka
barang pesanan yang siterima diukur sesuai dengan nilai wajar
pada saat diterima dan selisishnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
Dr. Persediaan-Aset Salam (diukur pada nilai wajar) xxx
Dr. Kerugian Salam xxx
Cr. Piutang Salam xxx
(3)Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan
pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka :
(1) Jika tanggal pengiriman diperpanjang,maka nilai tercatat piutang
salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai
yang tercantum dalam akad,dan jurnal atas bagian barang pesanan
yang diterima :
Dr.Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima) xxx
Cr.Piutang Salam xxx
(2) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka
piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh
penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi dan jurnal :
Dr.Piutang Lain-lain Penjual xxx
Cr.Piutang Salam xxx
(3) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli
mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan
jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih
antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan
tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual (asumsi yang
menjual barang jaminan adalah pembeli). Jurnal :
Dr.Kas xxx
Dr.Piutang Lain-lain penjual xxx
Cr.Piutang Salam xxx
Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat
piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.
Dr.Kas xxx
Cr.Utang Penjual xxx
Cr.Piutang Salam xxx
d) Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai
bagian dana kebajikan.
Jurnal :
Dr.Dana Kebijakan-Kas xxx
Cr.Dana Kebijakan-Pendapatan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu
menyelesaikan kewajibannya tetapi sengaja tidak melakukannya lali.Hal
ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena force majeur.
e) Penyajian

59
a) Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai
piutang salam
b) Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari
piutang salam
c) Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.
Apabila niali bersih yang dapat direalisasikan lebih rendah dari baiaya
perolehan,maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
f) Pengungkapan
a) Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan
c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah

Akuntansi untuk Penjual


1) Pengakuan kewajiaban salam,kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima
disajikan sebagai kewajiban salam.
2) Pengukuran kewajiban salam,jika modal usaha salam dalam bentuk kas
diukur sebesar jumlah yang diterima.
Jurnal :
Dr.Kas xxx
Cr.Utang Salam xxx
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai
wajar.
Jurnal :
Dr.Aset Nonkas xxx
Cr.Utang saha xxx
3) Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
Jurnal :
Dr.Utang Salam xxx
Cr.Penjual xxx
4) Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah
yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang
pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan :
Dr.Aset Salam xxx
Cr.Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang pesanan.
Jurnal :
Dr.Utang Salam xxx
Dr.Kerugian Salam xxx
Cr.Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan.
Jurnal :
Dr.Utang Salam xxx
Cr.Aset Salam xxx
Cr.Keuntungan Salam xxx
5) Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh
melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau
nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat

61
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
6) Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai
kewajiban salam.
7) Pengungkapan
a) Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan
c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah
4) Ilustrasi Akuntansi Akad Salam
a) Modal Salam dalam bentuk Uang Tunai
Tabel 4.7. Modal Salam dalam bentuk Uang Tunai
Transaksi (dalam ribuan
Penjual Pembeli
rupiah)
1 Januari 2018
Pembeli memberikan modal Dr. Kas Rp Dr. Piutang Salam
salam kepada penjual senilai 100.000,00 Rp100.000,00
Rp 100.000,00 secara tunai. Cr. Utang Salam Cr. Kas
Pengiriman akan dilakukan Rp100.000,00 Rp100.000,00
setelah tanggal 31 Maret
2018/masa panen.

31 Maret 2018 Barang


dikirim oleh penjual. Dr. Utang Salam Dr. Aset Salam
- Barang yang dikirim Rp100.000,00 Rp100.000,00
sesuai akad. Cr. Penjualan Cr. Piutang
Rp100.000,00 Salam
- Barang yang dikirim Rp100.000,00
tidak sesuai akad.
Jika pembeli menerima: Dr. Utang Salam
• Nilainya lebih tinggi Rp100.000,00 Dr. Aset Salam
dari nilai akad Cr. Penjualan Rp100.000,00
salam(asumsi nilai Rp100.000,00
Transaksi (dalam ribuan
Penjual Pembeli
rupiah)
barang Rp Cr. Piutang
120.000,00). Dr. Utang Salam Salam
• Nilainya lebih rendah Rp100.000,00 Rp100.000,00
dari nilai akad salam Cr. Penjualan
(asumsi nilai barang Rp100.000,00 Dr. Aset Salam
Rp 95.000,00). Rp95.000,00
Dr. Kerugian
Rp5.000,00
• Dilakukan Salam Cr. Piutang
paralel dengan Salam
membeli aset sal am Rp100.000,00
dengan harga Rp Dr. Aset Salam
95.000,00. Rp95.000,00
▪ Jurnal pembelian Cr. Kas
aset salam. Rp95.000,00

Dr. Utang Salam Dr. Aset Salam


▪ Jurnal penyerahan Rp100.000,00 Rp95.000,00
aset salam ke Cr. Aset Salam Dr. Kerugian
pembeli. Rp95.000,00 Rp5.000,00
Cr. Keuntungan Cr. Piutang
Rp5.000,00 Rp 100.000,00
▪ Jika pembeli tidak
menerima.
➢ Penjual Perubahan
diberikan dilakukan secara
tambahan teknis operasional
waktu. Dr. Utang Salam Perubahan
➢ Pembeli Rp100.000,00 dilakukan secara
membatalkan Cr. Utang- teknis operasional
pesanan, dan Lain-lain Dr. P.Lain-lain
penjual Rp100.000,00 Rp100.000,00
melunasi. Cr. P.Salam
Dr. U.Lain-lain Rp 100.000,00
Rp100.000,00

63
Transaksi (dalam ribuan
Penjual Pembeli
rupiah)
➢ Pembeli Cr. Kas Dr. Kas
membatalkan Rp100.000,00 Rp100.000,00
pesanan,dan Cr. P.Lain-lain
pembeli Rp100.000,00
memiliki
jaminan.

Jika pihak penjual lalai Dr. Kerugian Dr. D.K-Kas


sehingga dikenakan denda, Rp5.000,00 Rp 5.000,00
sebesar Rp 5.000,00. Denda Cr. Kas Cr. D.K-Denda
tersebut dibayar secara Rp 5.000,00 Rp 5.000,00
tunai.

b) Transaksi dengan Penyerahan Aset Nonkas


Tabel 4.8. Transkaksi dengan Penyerahan Aset Nonkas
Transaksi Penjual Pembeli
Penyerahan aset Dr. Aset Dr. Piutang Salam
nonkas dengan nilai Rp110.000,00 Rp110.000,00
tercatat Rp 80.000,00 Cr. Utang Salam Cr. Aset nonkas
Nilai Wajar Rp Rp110.000,00 Rp80.000,00
110.000,00 Cr. Keuntungan
Rp30.000,00

Penyerahan aset Dr. Aset Dr. Piutang Salam


nonkas dengan nilai Rp70.000,00 Rp70.000,00
tercatat Rp 80.000,00 Cr. Utang Salam Dr. Kerugian
Nilai wajar Rp Rp 70.000,00 Rp10.000,00
70.000,00 Cr. Aset nonkas
Rp80.000,00

Pencatatan transaksi lainnya


yang relevan tidak
berbeda dengan
Transaksi Penjual Pembeli
pencatatan transaksi
lainnya pada butir a

Sumber: Nurhayati dan Wasilah, 2017

f. Akad Istishna’
1) Pengertian Akad Istishna’
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’) (PSAK
104,2016). Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi
kriteria :
a) Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b) Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal; dan
c) Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.

Perbedaan Salam dengan Istishna’


Tabel 4.9. Perbedaan Salam dengan Istishna'
Subjek Salam Istishna’ Aturan dan Keterangan
Pokok Barang ditangguhkan, dengan
Muslam fihi Mashnu’
Kontrak spesifikasi
Boleh saat Cara penyelesaian
Dibayar saat kontrak, boleh pembayaran merupakan
Harga
kontrak diangsur, boleh perbedaan utama antara salam
kemudian hari dan istishna’
Mengikat Salam mengikat semua pihak
Sifat Mengikat secara
secara asli sejak semula, sementara
Kontrak ikutan (thaba’i)
(thabi’i) istishna’ dianggap mengikat

65
Subjek Salam Istishna’ Aturan dan Keterangan
berdasarkan pandangan para
ahli fikih demi kemaslahatan,
serta tidak bertentangan
dengan aturan syariah
Baik salam paralel maupun
Kontrak istishna’ paralel sah asalkan
Salam Paralel Istishna’ Paralel
Paralel kedua kontrak secara hukum
adalah terpisah
Sumber: Nurhayati dan Wasilah, 2017)

2) Jenis Akad Istishna’


a) Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani’).
Skema Istishna’

Penjual Pembeli
1

Gambar 4.9. Skema Istishna'


Keterangan :
1) Melakukan akad istishna’
2) Barang diserahkan kepada pembeli
3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
b) Istishna’ Paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara penjual dan
pemesan, di mana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan,
penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor)
yang dapat memenuhi aset yang dipesan pemesan.
Skema Istishna’ Paralel

(1)
Penjual (4) Pembeli
(5)

(2) (2)
Produsen/
Pemasok

Gambar 4.10. Skema Istishna' Paralel


Keterangan :
1) Melakukan akad istishna’
2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
3) Barang diserahkan dari produsen
4) Barang diserahkan kepada pembeli
5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
3) Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)
a) Akuntansi untuk Penjual
Pengakuan untuk setiap aset tergantung dari akadnya. Jika
proposal, negosiasi dan biaya serta pendapatan aset dapat
diidentifikasi terpisah, maka akan dianggap akad terpisah. Jika tidak,
maka akan dianggap satu akad. Jika ada pesanan tamabahan dan
nilainya signifikan atau dinegosiasikan terpisah maka dianggap akad
terpisah.
(1)Biaya perolehan istishna’ terdiri atas :
(a) Biaya langsung yaitu: bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk
membuat barang pesanan, atau tagihan produsen/kontraktor pada entitas
untuk istishna’ paralel;

67
(b) Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan
pra akad;
(c) Khusus untuk istishna’ paralel: seluruh biaya akibat
produsen/kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada.
Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang
diterima dari produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset istishna’ dalam
penyelesaian, sehingga jurnal yang dilakukan bila entitas melakukan
pengeluaran untuk akad istishna’ adalah :
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx
Cr. Persediaan, Kas, Utang, dan lain-lain xxx
Untuk akun yang dikredit akan tergantung apa yang digunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kewajiban akad tersebut.
Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan
sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati. Jika akad tidak disepakati maka
biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.

Saat dikeluarkan biaya pra akad, dicatat:


Dr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
Cr. Kas xxx
Jika akad disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban Istishna’ xxx
Cr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx

Jika Akad tidak disepakati, maka dicatat:


Dr. Beban xxx
Cr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
(2) Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatah tempo dan
penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang
pendapatan istishna’.
(3) Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan dua metode berikut.
(a) Metode persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan
yang dilakukan seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad
istishna’.
(b) Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang
dilakukan ketika pekerjaan telah dilakukan.
Dari kedua metode ini PSAK 104 menyarankan penggunaan metode
persentase penyelesaian, kecuali jika estimasi persentase penyelesaian akad
dan biaya penyelesaiaannya tidak dapat ditentukan secara rasional maka
digunakan metode akad selesai.
(4) Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan
sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang
bersangkutan.
(a) Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan
biasanya estimasi menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya
yang dilakukan dibandingkan dengan total biaya, kemudian persentase
tersebut dikalikan dengan nilai akad.
(b) Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan
pendapatan.

Persentase Penyelesaian = Biaya yang telah dikeluarkan


Total biaya untuk penyelesaian
Pengakuan Pendapatan = Persentase Penyelesaian X Nilai Akad
Pengakuan Margin = Persentase Penyelesaian X Nilai Margin
Nilai margin tersebut adalah : Nilai Akad – Total Biaya

69
Untuk pengakuan pendapatan di tahun-tahun berikutnya jika proses
pembangunannya lebih dari satu tahun:
Pendapatan Tahun = Pendapatan Diakui - Pendapatan yang
Berjalan Sampai dengan Saat Ini Telah Diakui
(5) Untuk metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan istishna’
yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aset istishna’
dalam penyelesaian.
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan :
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
(sebesar margin keuntungan) xxx
Dr. Beban Istishna’
(sebesar biaya yang telah dikeluarkan) xxx
Cr. Pendapatan Istishna’ xxx
(sebesar pendapatan harus diakui
di periode berjalan) x
(6) Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok
istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai
episode tersebut.
(7) Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok
dan keuntungan sampai dengan pekerjaan telah dilakukan, sehingga
pendapatan diakui pada periode di mana pekerjaan telah selesai dilakukan.
(8) Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan
melebihi pendapatan istishna’ maka taksiran kerugian harus segera diakui.
(9) Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akad selesai,
maka jurnal:
Dr. Piutang Istishna’ (sebesar nilai tunai) xxx
Cr. Termin Istishna’ xxx
Termin istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari akun
Aset Istishna’ dalam Penyelesaian.
(10) Pada saat penerimaan tagihan, maka jurnal:
Dr. Kas (sebesar uang yang diterima) xxx
Cr. Piutang Usaha xxx
(11) Penyajian, penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai
berikut.
(a) Piutang Istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah
yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
(b) Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah
tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
(12) Pengungkapan, penjual mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan
keuangan, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan
kontrak istishna’;
(b) Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian
kontrak yang sedang berjalan;
(c) Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan
kualitas piutang;
(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Jika akad istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka pengakuan


pendapatan dibagi menjadi 2 (dua) bagian sebagai berikut.
(a) Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila
istishna’ dilakukan tunai, akan diakui sesuai persentase penyelesaian;
(b)Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui
selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayaran.

71
Walaupun terdapat 2 (dua) bagian tersebut, hanya ada satU harga yang
ditetapkan dalam akad.
Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal istishna’ tangguhan dengan
istishna’ yang dibayar tunai terletak pada 2 (dua) jurnal yang terdiri atas: jurnal
pengakuan pendapatan dan jurnal untuk pengakuan margin keuntungan.
a) Jurnal pengakuan margin keuntungan pembuatan barang adalah:
Dr. Aset istishna’ dalam penyelesaian
(sebesar margin keuntungan) xxx
Dr. Beban Istishna’
(sebesar biaya yang dikeluarkan) xxx
Cr. Pendapatan Istishna’ xxx
(sebesar pendapatan yang harus diakui
di periode berjalan)
b) Jurnal pengakuan pendapatan selisih antara nilai akad dan nilai tunai
Dr. Piutang Istishna’
(sebesar selisih Nilai Tunai dan Nilai Akad) xxx
Cr. Pendapatan Istishna’ Tangguh xxx
Pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan selisih nilai tunai dan
nilai akad:
Dr. Pendapatan Istishna’ Tangguh
(secara proporsional periode) xxx
Cr. Pendapatan Akad Istishna’ xxx
Dr. Piutang Istishna’
(sebesar kas yang diterima) xxx
Cr. Kas xxx
Untuk membedakan apakah suatu akad istishna’ yang pembangunan aset
istishna’nya dilakukan lebih dari satu tahun itu dikelompokkan sebagai
akad tunai dan/atau akad tangguh, maka yang harus menjadi dasar adalah
sesuai waktu serah terimanya.
b) Akuntansi untuk Pembeli
(1) Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin
yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada
penjual. Jurnal :
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx
Cr. Utang kepada Penjual xxx
(2) Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan
pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar: biaya perolehan
tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna’
tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna’
tangguh.
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
(sebesar nilai tunai) xxx
Dr. Beban Istishna’ Tangguh xxx
Cr. Utang kepada Penjual xxx
(3) Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai
dengan porsi pelunasan utang istishna’. Jurnal:
Dr. Beban Istishna’ xxx
Cr. Beban Istishna’ Tangguh xxx

Pembayaran utang, jurnal:


Dr. Utang kepada Penjual xxx
Cr. Kas xxx
(4) Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan
penjual, dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut
dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan
penjual.

73
Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka selisihnya diakui sebagai
piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk
penyisihan kerugian piutang. Jurnal:
Dr. Piutang Jatuh Tempo kepad Penjual xxx
Cr. Kerugian Aset Istishna’ xxx
Setelah sebelumnya pembeli mengakui adanya kerugian.
(5) Jika pembeli menolak barang pesanan karena tidak sesuai dengan
spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang
telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh
kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang Jatuh Tempo kepada Penjual xxx
Cr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx
(6) Jika pembeli menerima barng pesanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih
rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
(nilai wajar) xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
(biaya perolehan) xxx
(7) Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai
berikut.
a) Utang Istishna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang
belum dilunasi.
b) Aset Istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
i. Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada
pembeli akhir, jika istishna’ paralel; atau
ii. Kapitlasisasi biaya perolehan, jika istishna’.
(8) Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam
laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada :
a) Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu;
b) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

4) Ilustrasi Akuntansi Akad Istishna’


a) Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan pembayaran secara Tunai
Tabel 4.10. Metode Persentase Penyelesaian dan Pembayaran secara Tunai

Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)

Sebelum melakukan Dr. Beban Pra Akad


akad, dikeluarkan biaya Ditangguhkan Rp 250,00
sebesar Rp 250,00 untuk Cr. Kas Rp 250,00
melakukan survei

Jika ternyata di Dr. Beban Istishna’ Rp 250,00


kemudian hari dilakukan Cr. Beban Pra Akad
akad Ditangguhkan Rp 250,00

Jika tidak terjadi akad Dr. Beban Pra Akad Rp 250,00


Cr. Beban Pra Akad
Ditangguhkan Rp 250,00
Dilakukan akad dengan
informasi sebagai berkut:
- Biaya perolehan
(produksi) Rp
1.000,00
- Margin keuntungan
Rp 200,00
- Nilai Tunai saat
Penyerahan Rp
1.200,00 Dr. Aset Istishna’
dalam Penyelesaian Rp 1.000,00
Mengeluarkan biaya Cr. Kas/Utang/
perolehan istishna’ Persediaan Rp1.000,00

75
Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)

Pada akhir periode tahun Dr. Aset Istishna’


buku, pengakuan dalam Penyelesaian Rp 200,00
pendapatan (tergentung Dr. Beban Istishna’ Rp 1.000,00
persentse penyelesaian Cr. Pendapatan-
yang telah diakui). Istishna’ Rp 1.200,00
Kalau pada metode akad
selesai dilakukan pada
akhir masa akad
Pada saat penagihan dan Dr. Piutang Istishna’ Rp 1.200,00 Dr. Aset Rp 1.200,00
penyerahan aset istishna’ Cr. Termin Istishna’ Rp 1.200,00 Cr. Utang-
kepada pembeli. Istishna’ Rp 1.200,00

Termin istishna’ sebagai Dr. Termin Istishna’ Rp 1.200,00


contra account dari aset Cr. Aset Istishna’
istishna’ dalam Dalam Penyelesaian Rp1.200,00
penyelesaian
Pada saat kas diterima Dr. Kas Rp 1.200,00 Dr. Utang-
Cr. Piutang Istishna’Rp 1.200,00 Istishna’ Rp 1.200,00
Cr. Kas Rp 1.200,00

Untuk kasus istishna’ dengan metode akad selesai, jurnal yang


digunakan sama dengan metode persentase penyelesaian, yang membedakan
adalah waktu pengakuan pendapatan yang dilakukan pada akhir masa akad.

b) Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan pembayaran secara Tangguh


Tabel 4.11. Metode Persentase Penyelesaian dan pembayaran secara Tangguh
Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Dilakukan akad dengan infomasi Dr. Aset Istishna’
sebagai berikut : Dalam Penyelesaian Rp1.000,00
- Biaya Perolehan Cr. Kas/Utang/
(produksi) Rp 1.000,00 Persediaan Rp1.000,00
- Margin Keuntungan
Rp 200,00
- Nilai Tunai saat Penyerahan
Rp 1.200,00
Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
- Nilai Akad karena Tangguh
Rp 1.500,00
- Selisih Nilai Akad dan Tunai
Rp 300,00

Mengeluarkan biaya perolehan


istishna’
Pada akhir periode tahun buku, Dr. Aset Istishna’ dalam
pengakuan pendapatan Penyelesaian Rp200,00
(tergantung persentase Dr. Beban
penyelesaian yang telah diakui) Istishna’ Rp1.000,00
Cr. Pendapatan
Istishna’ Rp1.200,00
Pada saat penagihan dan Dr. Piutang Istishna’ Rp1.200,00 Dr. Aset Rp1.200,00
penyerahan aset istishna’ kepada Cr. Termin- Cr. Utang-
pembeli. Istishna’ Rp1.200,00 Istishna’ Rp1.200,00

Dr. Piutang Istishna’ Rp 300,00 Dr. Beban Istishna’-


Cr. Pendapatan Istishna’ Tangguh Rp300,00
Tangguh Rp300,00 Cr. Utang-
Termin istishna’ sebagai contra Istishna’ Rp300,00
account aset istishna’ dalam Dr. Termin Istishna’ Rp 1.200,00
penyelesaian Cr. Aset Istishna’dalam
Penyelesaian Rp1.200,00

Pada saat kas diterima. Diangsur Dr. Utang Istishna’ Rp 500,00


selama 3 tahun, jadi setiap tahun Dr. Kas Rp 500,00 Cr. Kas Rp 500,00
membayar Rp 500,00 Cr. PiutangIstishna’ Rp 500,00
Dr. Beban Istishna’ Rp100,00
Dr. Pendapatan Istishna’ Cr. Beban Istishna’ –
Tangguh Rp 100,00 Tangguh Rp 100,00
Cr. Pendapatan-
Istishna’ Rp100,00
Jika pembeli melakukan
kewajiban pembayaran istishna’
lebih awal dan penjual
memberikan potongan sebesar Rp
75,00. Maka potongan :
- Jika potongan diberikan pada
saat pelunasan Dr. Pendapatan Istishna’ Dr. Utang Istishna’ Rp 75,00
Tangguh Rp 75,00 Cr. Beban Istishna’
Cr. Piutang Istishna’ Rp 75,00 Tangguh Rp 75,00

77
Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)

Dr. Kas Rp 425,00 Dr. Utang Istishna’ Rp 425,00


Dr. Pendapatan Istishna’- Dr. Beban Istishna’ Rp 25,00
Tangguh Rp 25,00 Cr. Beban Istishna’
Cr. Piutang Istishna’ Rp 425,00 Tangguh Rp 25,00
- Jika potongan diberikan Cr. Pendptn Istishna’ Rp 25,00 Cr. Kas Rp 425,00
setelah pelunasan
Dr. Kas Rp 500,00 Dr. Utang Istishna’ Rp 500,00
Dr. Pendapatan Istishna’- Dr. Beban Istishna’Rp 100,00
Tangguh Rp 100,00 Cr. Kas Rp 500,00
Cr. Piutang Istishna’ Rp 500,00 Cr. Beban Istishna’-
Cr. Pendapatan- Tangguh Rp 100,00
Istishna’ Rp 100,00

Dr. Pendapatan Istishna’Rp 75,00 Dr. Kas Rp 75,00


Cr. Kas Rp 75,00 Cr. Beban Istishna’ Rp 75,00

Untuk kasus istishna’ dengan metode akad selesai, jurnal yang digunakan sama
dengan metode persentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu
pengakuan pendapatan yaitu akan dilakukn pada akhir masa akad.

c) Jika Terjadi Kerugian atas Akad Istishna’ dan Dibayar Tunai


Tabel 4.12. Jika Terjadi Kerugian atas Akad Istishna’ dan Dibayar Tunai
Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Dilakukan akad dengan Dr. Aset Istishna’
infomasi sebagai berikut : Dalam Penyelesaian Rp 1.000,00
- Biaya Perolehan Cr. Kas/Utang/
(produksi) Rp 1.000,00 Persediaan Rp 1.000,00
- Margin Keuntungan Rp
200,00
- Nilai Tunai saat
Penyerahan Rp 1.200,00
Mengeluarkan biaya perolehan
istishna’
Ternyata biaya perolehan yang Dr. Aset Istishna’
diperkirakan Rp 1.000,00 Dalam penyelesaian Rp 250,00
Transaksi
Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
realisasinya adalah Rp Cr. Kas/Utang/
1.250,00. Persediaan Rp250,00
Saat akhir periode, pengakuan Dr. Beban Istishna’ Rp1.250,00
kerugian dan istishna’ Cr. Aset Istishna’
Dalam penyelesaian
(kerugian) Rp 50,00
Cr. Pendapatan-
Istishna’ Rp1.200,00
Pada saat penagihan dan Dr. Piutang Istishna’ Rp1.200,00 Dr. Aset Rp 1.200,00
penyerahan aset istishna’ Cr. Termin- Cr. Utang-
kepada pembeli. Termin Istishna’ Rp1.200,00 Istishna’ Rp 1.200,00
istishna’ sebagai contra
account dari aset istishna’ Dr. Termin Istishna’ Rp 1.200,00
dalam penyelesaian Cr. Aset Istishna’ dalam
Penyelesaian Rp 1.200,00
Pada saat kas diterima Dr. Kas Rp 1.200,00 Dr. Utang-
Cr. Piutang Istishna’ Rp 1.200,00 Istishna’ Rp 1.200,00
Cr. Kas Rp 1.200,00

g. Akad Ijarah
1) Pengertian Akad Ijarah
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunah, al Ijarah berasal dari kata
al Ajru yang berarti al ‘Iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat
didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset
dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sewa yang dimaksud
adalah sewa operasi (operating lease) (PSAK 107, 2016). Jadi ijarah
dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa
(memperkerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa
atau upah sejumlah tertentu).

2) Jenis Akad Ijarah


a) Berdasarkan Objek yang Disewakan
Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2 (dua), yaitu:

79
(1) Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak
seperti mobil, motor, pakaian, dan sebagainya.
(2) Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
b) Berdasarkan PSAK 107
Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3 (tiga), namun yang
telah dikenal secara luas adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama,
yaitu sebagai berikut.
(1) Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko
dan manfaat yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa
wa’ad untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada
penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.
(2) Ijarah Muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan
kepemilikan aset yang diijarahkan pada saat tertentu.

Skema Ijarah
1

2
Pemberi Penyewa/
Sewa/Jasa Pengguna Jaasa
3

Gambar 4.11. Skema Ijarah


Keterangan:
(1) Penyewa dan pemberi sewa melakukan kesepakatan ijarah.
(2) Pemberi sewa menyerahkan objek sewa pada penyewa.
(3) Penyewa melakukan pembayaran.
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada
penyewa, dalam Ijarah Muntahiya Bit Tamlik dapat dilakukan jika seluruh
pembayaran sewa atas objek ijarah yang dialihkan telah diserahkan kembali
kepada pemberi sewa. Kemudian untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat
akad baru, terpisah dari akad ijarah sebelumnya.
Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui :
(1) Hibah;
(2) Penjualan, di mana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad
penjualan, namun pelaksanaan penjualan dapat dilakukan:
(a) Sebelum akad berakhir;
(b) Setelah akad berakhir;
(c) Penjualan secara bertahap sesuai dengan wa’ad (janji) pemberi sewa.
Untuk perpindahan secara bertahap, harus ditentukan bagian penyewa
setiap kali ia melakukan pembayaran dari harga total sampai ia
memiliki aset tersebut secara penuh di akhir kontrak.
(3) Jual dan Ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain,
dan kemudian menyewa kembali objek ijarah tersebut yang telah dijual
tersebut.
(4) Ijarah – Lanjut menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang
sebelumnya disewa dari pemilik.
3) Perbedaan Ijarah dengan Sewa
Ada orang berpendapat ijarah sama dengan sewa (leasing), padahal pendapat
ini tidak sepenuhnya benar, Karim (2003) dalam Nurhayati 2017 mencoba
membandingkan ijarah dengan sewa sebagai berikut.
Tabel 4.13. Perbedaan Ijarah dan Sewa
No Keterangan Ijarah Sewa
1. Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja
2. Metode Pembayaran Tergantung atau tidak Tidak tergantung
tergantung pada kondisi pada kondisi barang
barang/jasa yang disewa yang disewa
3. Perpindahan a. Ijarah a. Sewa Guna
Kepemilikan Tidak ada perpindahan Operasi: tidak ada
kepemilikan

81
No Keterangan Ijarah Sewa
b. IMBT transfer
Janji untuk kepemilikan.
menjual/menghibahkan b. Sewa Guna
di awal akad dengan Opsi:
Memiliki opsi
membeli atau tidak
membeli di akhir
masa sewa.
4. Jenis Leasing Lainnya a. Lease Purchase a. Lease Purchase
Tidak dibolehkan Dibolehkan
karena akadnya gharar, b. Sale and Lease
yakni antara sewa dan Back
beli. Dibolehkan
b. Sale and Lease Back
Dibolehkan

4) Perlakuan Akuntansi (PSAK 107)


a) Akuntansi untuk Pemberi Sewa (Mu’jir)
(1)Biaya perolehan, untuk objek ijarah baik aset berwujud maupun tidak
berwujud, diakui saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Aset
tersebut harus memenuhi syarat, yaitu:
a) Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis
masa depan dari aset tersebut, dan
b) Biaya perolehannya dapat diukur secara andal.
Jurnal:
Dr. Aset Ijarah xxx
Cr. Kas/Utang xxx
(2) Penyusutan, jika aset ijarah tersebut dapat disusutkan/diamortisasi maka
penyusutan atau amortisasinya diperlakukan sama untuk aset sejenis selama
umur manfaatnya (umur ekonomisnya). Jika aset ijarah untuk akad jenis
IMBT maka masa manfaat yang digunakan untuk menghitung penyusutan
adalah periode akad IMBT.
Jurnal :
Dr. Biaya penyusutan xxx
Cr. Akumulasi Penyusutan xxx
(3) Pendapatan Sewa, diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan
kepada penyewa pada akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah
diserahkan tapi perusahaan belum menerima uang, maka akan diakui
sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat
direalisasikan.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang Sewa xxx
Cr. Pendapatan Sewa xxx
(4)Biaya Perbaikan Objek Ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi
pengeluarannya dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau
dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik.
(a) Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan
pemilik maka diakui sebagai beban pemilik pada saat terjadinya.
Jurnal:
Dr. Biaya Perbaikan xxx
Cr. Utang xxx
(b) Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh
penyewa diakui pada saat terjadinya.
Jurnal:
Dr. Biaya Perbaikan xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
(c) Dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap,
biaya perbaikan objek ijarah yang dimaksud dalam angka 1) dan 2)

83
ditanggung pemilik maupu penyewa sebanding dengan bagian
kepemilikan masing-masing atas objek ijarah.
Jurnal:
Dr. Biaya perbaikan xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
(5) Perpindahan Kepemilikan Objek Ijarah dalam Ijarah Muntahiya bit Tamlik
dapat dilakukan dengan cara:
(a) Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban.
Jurnal:
Dr. Beban Ijarah xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
(b)Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau
jumlah yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah
tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Dr. Kerugian* xxx
Cr. Keuntungan** xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
(c) Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan
jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr, Kerugian* xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Keuntungan** xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
(d)Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:
i. Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah
yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian* xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Keuntungan** xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
*jika nilai buku lebih besar dari harga jual
**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual
ii. Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset
tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset
tersebut.
Jurnal:
Dr. Aset Lancar/Tidak Lancar xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Aset Ijarah xxx
Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat
penjualan ijarah tersebut diakui sebagia beban/keuntungan/kerugian
pada periode berjalan. Keuntungan/kerugian yang timbul tidak dapat
diakui sebagai pengurang atau penambah dari beban ijarah.
(6) Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-
beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan
perbaikan, dan sebagainya.

85
(7) Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keungan terkait
transaksi ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak
terbatas pada:
i. Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada wa’ad pengalihan kepemilikan);
ii. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
iii. Agunan yang digunakan (jika ada);
(b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset
ijarah; dan
(c) Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).
b) Akuntansi untuk Penyewa (Musta’jir)
1) Beban sewa, diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah
diterima.
Jurnal Pencatatannya:
Dr. Beban Sewa xxx
Cr. Kas/Utang xxx
Untuk pengakuan sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas
manfaat yang telah diterima.
2) Biaya Pemeliharaan Objek Ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi
tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Sedangkan
dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan objek ijarah secara
bertahap, biaya pemeliharaan objek ijarah yang menjadi beban penyewa
akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan objek ijarah.
Jurnal:

Dr. Beban Pemeliharaan Ijarah xxx


Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
Jurnal pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan
pemberi sewa tapi dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa.
Dr. Piutang xxx
Cr. Kas/Utang/Perlengkapan xxx
3) Perpindahan Kepemilikan, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat
dilakukan dengan cara:
a) Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar
objek ijarah yang diterima.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Keuntungan xxx
b) Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengikuti aset
sebesar pembayaran sisa cicilan sewa atau jumah yang disepakati.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Kas xxx
c) Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengkui aset
sebesar pembayaran yang disepakati.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Kas xxx
d) Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset
sebesar biaya perolehan objek ijarah yang diterima.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah) xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
4) Jika suatu entitas/penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut
pada pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa, maka ia harus

87
menerapkan perlakuan akuntansi untuk pemilik dan akuntansi penyewa
dalam PSAK ini.
5) Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait
transaksi ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetap tidak
terbatas pada:
(1) Total pembayaran;
(2) Keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan
mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad pemilik untuk
pengalihan kepemilikan);
(3) Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
(4) Agunan yang digunakan (jika ada)
b) Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang
diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah).
5) Ilustrasi Akuntansi Akad Ijarah
Kasus Ijarah
Tabel 4.14. Ilustrasi Akuntansi Akad Ijarah
Transaksi (dalam ribuan
Pemberi Sewa Penyewa
rupiah)
Tgl 2 Januari 2007 Saat pembelian aset dari PT.B:
Pemberi sewa dan penyewa Dr. Aset Ijarah Rp150.000,00
menandatangani akad ijarah Cr. Kas Rp150.000,00
atas mobil selama 3 tahun.
Disepakati bahwa
pembayaran dilakukan setiap
bulan sebesar Rp 12.500,00 Saat menerima pendapatan dari
Pemberi sewa membeli penyewa:
mobil yang disewakan Dr. Kas Rp 12.500,00
sebesar Rp 150.000,00 dari Cr. Pendapatan Dr.Beban Sewa Rp12.500,00
PT.B Sewa Rp 12.500,00 Cr. Kas Rp12.500,00

Setiap penerimaan Dr. Kas Rp 12.500,00 Dr.Beban Sewa Rp12.500,00


pendapatan sewa pada awal Cr. Pendapatan Cr. Kas Rp12.500,00
bulan Sewa Rp 12.500,00
Transaksi (dalam ribuan
Pemberi Sewa Penyewa
rupiah)
Pada akhir periode Dr. Beban
dilakukan alokasi untuk Penyusutan Rp30.000,00
beban depresiasi selama 5 Cr. Akumulasi
tahun sesuai masa manfaat Penyusutan Rp 30.000,00
mobil dengan metode garis
lurus
Penyajian pada akhir tahun Aset Ijarah Rp 150.000,00
pertama untuk aset ijarah Akumulasi
Penyusutan Rp 30.000,00
Rp 120.00,00

Pada saat kontrak ijarah Dr. Aset Nonkas-


dikembalikan kepada (Eks Ijarah) Rp 150.000,00
pemberi sewa, sehingga Cr. Aset Ijarah Rp150.000,00
dibuatkan ayat jurnal
reklasifikasi

Kasus Ijarah Muntahiya bit Tamlik


Tabel 4.15. Ilustrasi Akuntansi Akad Ijarah Muntahiya bit Tamlik
Transaksi (dalam ribuan
Pemberi Sewa Penyewa
rupiah)
Tgl 2 Januari 2007 Saat pembelian aset dari PT.B:
Pemberi sewa dan penyewa Dr. Aset Ijarah Rp 150.000,00
menandatangani akad ijarah Cr. Kas Rp 150.000,00
atas mobil selama 3 tahun.
Disepakati bahwa pembayaran Saat menerima pendapatan dari
dilakukan setiap bulan sebesar penyewa:
Rp 12.500,00. Dr. Kas Rp 12.500,00 Dr. Beban-
Cr. Pendapatan Sewa Rp12.500,00
Pemberi sewa membeli mobil Sewa Rp 12.500,00 Cr. Kas Rp 12.500,00
yang disewakan sebesar Rp
150.000,00 dari PT.B dan
disepakati bahwa pada akhir
masa sewa akan dibeli oleh
penyewa.

Setiap penerimaan pendapatan Dr. Kas Rp 12.500,00 Dr. Beban-


sewa pada awal bulan Cr. Pendapatan Sewa Rp 12.500,00
Sewa Rp 12.500,00 Cr. Kas Rp 12.500,00

89
Transaksi (dalam ribuan
Pemberi Sewa Penyewa
rupiah)
Pada akhir periode dilakukan Dr. Beban
alokasi untuk beban depresiasi Penyusutan Rp 30.000,00
selama 5 tahun sesuai masa Cr. Akumulasi
manfaat mobil dengan metode Penyusutan Rp30.000,00
garis lurus

Penyajian pada akhir tahun Aset Ijarah Rp 150.000,00


untuk aset ijarah, jurnal untuk Akumulasi
tahun ke-2 dan ke-3 dengan Penyusutan (Rp 30.000,00)
pencatatan di atas Rp 120.000,00

Pada saat akhir kontrak aset Dr. Kas Rp65.000,00 Dr. Aset-
ijarah dijual kepada pemberi Dr. Akumulasi Nonkas Rp65.000,00
sewa secara tunai Rp Penyusutan Rp90.000,00 Cr. Kas Rp65.000,00
65.000,00. Dilakukan dengan Cr. Aset Ijarah Rp 150.000,00
akad jual beli Cr. Keuntungan
Penjualan Rp5.000,00
Apabila pada saat akhir Dr. Beban Ijarah Rp 60.000,00 Dr. Aset-
kontrak aset ijarah dihibahkan Dr. Akumulasi Nonkas Rp 40.000,00
dari pemberi sewa kepada Penyusutan Rp 90.000,00 Cr. Keuntungan
penyewa dan nilai wajar Cr. Aset Ijarah Rp150.000,00 Rp40.000,00
Rp 40.000,00

Sumber: Nurhayati dan Wasilah, 2017


h. Akad-Akad Lainnya
1) Akad Sharf
a) Pengertian Akad Sharf
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran, atau
transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan
valuta lainnya.
Skema Sharf

Gambar 4.121. Skema Sharf


Keterangan:
(1) Pembeli dan penjual menyepakati akad sharf
(2) Pembeli menyerahkan valuta kepada penjual
(3) Penjual menyerahkan valuta lain kepada pembeli
b) Perlakuan Akuntansi Akad Sharf
Saat membeli valuta asing
Jurnal:
Dr. Kas (Dolar) xxx
Cr. Kas (Rp) xxx
Saat dijual
Jurnal:
Dr. Kas (Rp) xxx
Dr. Kerugian* xxx
Cr. Keuntungan** xxx
Cr. Kas (Dolar) xxx
*Jika harga beli valas lebih besar dari pada harga jual

91
** Jika harga beli valas lebih kecil dari pada harga jual
Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode, aset moneter (piutang
kan utang) dalam satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah
dengan menggunakan nilai kurs tengah. Bank Indonesia pada tanggal laporan
keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut.
Jika nilai kurs tengah BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal
pencatatannya:
Dr. Kerugian xxx
Cr. Piutang (valas) xxx
Dr. Utang (valas) xxx
Cr. Keuntungan xxx
Jika nilai kurs tengah BI lebih besar dari nilai kurs tanggal transaksi,
jurnal pencatatannya:
Dr. Piutang (valas) xxx
Cr. Keuntungan xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Utang (valas) xxx
2) Akad Wadiah
a) Pengertian Akad Wadiah
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada
pihak lain yang bukan pemiliknya, untuk tujuan keamanan. Wadiah
adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada
pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil
pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan
tersebut dan dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan.
Menurut PSAK 59 wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan
menghendaki.
b) Jenis Akad Wadiah (PSAK 59)
(1) Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan
hanya boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan.

Skema Wadiah Yad Al Amanah


(1)

(2)
Pihak yang menitipkan/ Penerima Titipan/
Muwaddi Mustawda

(3)

Gambar 4.13. Skema Wadiah Yad Al Amanah

Keterangan:
(a) Pihak yang menitipkan menyepakati akad wadiah dengan
penerima titipan.
(b) Pihak yang menitipkan menyerahkan barang untuk disimpan oleh
penerima titipan.
(c) Penerima titipan menyerahkan barang kembali kepada pihak yang
menitipkan ketika diminta.
(2) Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat
memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan
menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat,
saat si pemilik menghendakinya.

93
c) Perlakuan Akuntansi Wadiah
Pencatatan akuntansi wadiah bagi pihak pemilik barang dan bagi pihak
penyimpan barang adalah sebagai berikut.
Bagi Pihak Pemilik Barang
(1) Pada saat menyerahkan barang (menerima tanda terima penitipan barang)
dan membayar biaya penitipan (menerima tanda terima pembayaran)
Jurnal:
Dr. Beban Wadiah xxx
Cr. Kas xxx
Jika biaya penitipan belum dibayar
Dr. Beban Wadiah xxx
Cr. Utang xxx
(2) Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Bagi Pihak Penyimpan Barang
(1) Pada saat menerima barang (mengeluarkan tanda terima barang) dan
penerimaan pendapatan penitipan (membuat tanda terima pembayaran)
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Wadiah xxx
(2) Jika biaya penitipan belum dibayar
Jurnal:
Dr. Piutang xxx
Cr. Pendapatan Wadiah xxx
(3) Pada saat menyerahkan barang dan menerima pembayaran kekurangan
pendapatan penitipan (mengeluarkan tanda penyerahan barang)
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx

3) Akad Al-Wakalah (Deputyship/Agen/Wakil)


a) Pengertian Akad Wakalah
Al Wakalah atau Al Wikalah atau At Tahwidh artinya penyerahan,
pendelegasian, atau pemberian mandat (Sabiq, 2008 dalam Nurhayati
2017). Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
Skema Wakalah
(1)

Pemberi kuasa/ Penerima kuasa/


mutawakil wakil

(2)

(3)
Pelaksanaan
wakalah

Gambar 4.14. Skema Wakalah


Keterangan:
(1) pemberi kuasa menyepakati pemberian hak tertentu kepada pihak
yang menerima kuasa.
(2) penerima kuasa melaksanakan wakalah
(3) setelah akad berakhir, penerima kuasa mengembalikan objek yang
dikuasakan.
b) Perlakuan Akuntansi Al-Wakalah
Bagi Pihak yang Mewakilkan/Wakil/Penerima Kuasa
1) Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka
waktu).

95
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Wakalah xxx
2) Pada saat membayar beban.
Jurnal:
Dr. Beban Wakalah xxx
Cr. Kas xxx
3) Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Wakalah Diterima di Muka xxx
4) Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode.
Jurnal:
Dr. Pendapatan Wakalah Diterima di Muka xxx
Cr. Pendapatan Wakalah xxx

Bagi Pihak yang Meminta Diwakilkan


Pada saat membayar ujr/komisi.
Jurnal:
Dr. Beban Wakalah xxx
Cr. Kas xxx
4) Akad Al-Kafalah (Jaminan)
a) Pengertian Akad Kafalah
Akad kafalah merupakan perjanjian antara seseorang yang
memberikan penjaminan (penjamin) kepada seorang kreditur yang
memberikan utang kepada seorang debitur, dimana utang debitur akan
dilunasi oleh penjamin apabila debitur tidak membayar utangnya.
Skema Kafalah

(2)
Kaafil/penanggung Makful/pihak ke-3

(1)

Makful alaih/
Pihak yang
ditanggung
Gambar 4.15. Skema Kafalah
Keterangan:
(1) Penanggung bersedia menerima tanggungan dan pihak yang
ditanggung
(2) Penanggung menyepakati akad kafalah dengan pihak ketiga.

97
b) Perlakuan Akuntansi Al-Kafalah
Bagi Pihak Penjamin
(1) Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka
waktu).
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Kafalah xxx
(2) Pada saat membayar beban.
Jurnal:
Dr. Beban Kafalah xxx
Cr. Kas xxx
Bagi Pihak yang Meminta Jaminan
Pada saat membayar beban.
Jurnal:
Dr. Beban Kafalah xxx
Cr. Kas xxx

5) Qardhul Hasan
a) Pengertian Qardhul Hasan
Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib
membayar sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang
sesuai dengan ketentuan syariah (tidak ada riba), karena kalau
meminjamkan uang maka ia tidak boleh meminta pengembalian yang lebih
besar dari pinjaman yang diberikan.
Skema Qardhul Hasan
(2)

Pemberi pinjaman (1) Peminjam

(4) (2)

Bisnis

(2)

(3)
Hasil Usaha Laba

Gambar 4.16. Skema Qardhul Hasan


Keterangan:
(1) Pemberi pinjaman menyepakati akad qardhul hasan dengan
peminjam.
(2) Peminjam menerima dan menjalankan usaha dengan dana pinjaman
(3) Jika memperoleh laba maka akan diperoleh peminjam
(4) Dana pinjaman akan dikembalikan kepada pemberi pinjaman.
b) Perlakuan Akuntansi Qardhul Hasan
Bagi Pemberi Pinjaman
(1)Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal, jurnal:
Dr. Dana Kebajikan – Kas xxx
Cr. Dana Kebajikan – Infak /Sedekah/Hasil Wakaf xxx
(2)Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal,
jurnal:
Dr. Dana Kebajikan – Kas xxx
Cr. Dana Kebajikan - Denda/Pendapatan Non-Halal xxx
(3)Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardh hasan, jurnal:
Dr. Dana Kebajikan – Dana Kebajikan Produktif xxx
Cr. Dana Kebaijkan – Kas xxx

99
(4)Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman untuk qardh hasan,
jurnal:
Dr. Dana Kebajikan – Kas xxx
Cr. Dana Kebajikan - Dana Kebajikan Produktif xxx
Bagi Pihak yang Meminjam
(a) Saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
(b) Saat pelunasan, jurnal:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx

6) Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)


a) Pengertian Akad Al-Hiwalah
Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan,
perubahan warna kulit atau memikul sesuatu di atas pundak. Objek yang
dialihkan dapat berupa utang atau piutang. Jenis akad ini pada dasarnya
adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling tolong menolong
untuk menggapai ridho Allah.
b) Jenis Akad Hiwalah
Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dapat dibagi menjadi 2 (dua)
sebagai berikut.
(1)Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak menagih piutang, maka
pemindahan itu disebut hiwalah al haqq (pemindahan hak)/ anjak
piutang.
(2)Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang,
maka pemindahan itu disebut hiwalah ad-dain (pemindahan utang).
Skema Hiwalah (Anjak Piutang)
(2)

(1)
Penyuplai Pembeli

(3) (5)

(4) Pengambil Alih


(6)

Gambar 4.17. Skema Hiwalah (Anjak Piutang)


Keterangan:
(1) pembeli dan penjual melakukan transaksi jual beli.
(2) penjual menyerahkan barang dan berhak menerima
uang/mengambil piutang.
(3) penjual mengalihkan hak tagih kepada pihak pengambil alih.
(4) pengambil alih membayar kepada penjual
(5) pengambil alih menagih kepada pembeli
(6) pembeli membayar kepada pengambil alih.

Ditinjau dari sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu


sebagai berikut.
(1)Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat) adalah hawalah di
mana munhil adalah pihak yang berutang sekaligus berpiutang kepada
muhal’alaih.
(2)Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) adalah hawalah di
mana muhil adalah pihak yang berutang, tetapi tidak berpiutang
kepada muhal’alaih.

101
7) Akad Al-Rahn (Pinjaman Dengan Jaminan)
a) Pengertian Akad Rahn
Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas utang. Akad rahn
juga diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau
dengan melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya.
Skema Rahn

Pemberi utang

(1)
Pemberi barang/peminjam/
Penerima Barang/murtahin (2) rahin

(3)

Gambar 4.18. Skema Rahn


Keterangan:
(1) Pemberi pinjaman menyepakati akad rahn/rahn tajlisi dengan
peminjam.
(2) Pemberi pinjaman menerima barang/surat berharga atas barang (jika
fidusia)
(3) Penerima barang-barang akan mengembalikan barang yang
dijaminkan ketika akad selesai.
b) Perlakuan Akuntansi Rahn
Bagi Pihak yang Menerima Gadai (Murtahin)
Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda
terima atas barang
(1)Pada saat menyerahkan uang pinjaman.
Jurnal:
Dr. Piutang xxx
Cr. Kas xxx
(2)Pada saat menerima uang untuk baiya pemeliharaan dan penyimpanan.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan xxx
(3)Pada saat mengeluarkan biaya untuk biaya pemeliharaan dan
penyimpanan.
Jurnal:
Dr. Beban xxx
Cr. Kas xxx
(4)Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan
dengan membuat tanda serah terima barang
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
(5)Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadai dijual oleh pihak yang menggadaikan.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara
nilai penjualan dengan saldo piutang.

103
Bagi Pihak yang Menggadaikan
Pada saat menyerahkan aset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima
atas penyerahan aset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas
barang yang digadaikan.
(1)Pada saat menerima uang pinjaman.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
(2)Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan.
Jurnal:
Dr. Beban xxx
Cr. Kas xxx
(3)Ketika dilakukan pelunasan atas utang.
Jurnal:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
(4)Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga barang
gadai dijual. Pada saat penjualan barang gadai.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan (apabila aset tetap) xxx
Dr. Kerugian (apabila rugi) xxx
Cr. Keuntungan (apabila untung) xxx
Cr. Aset xxx
Jika masih ada kekurangan pembayaran utang setelah penjualan
barang gadai tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih
memiliki saldo utang kepada pihak yang menerima gadai.
8) Akad Ju’alah (Hadiah)
a) Pengertian Ju’alah
Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki arti: jumlah imbalan,
meletakkan, membuat, menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu
tanggung jawab dalam bentuk janji memberikan hadiah tertentu secara
sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau
memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan.
b) Perlakuan Akuntansi
Bagi Pihak yang Membuat Janji
Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti
hasil atas sayembara tersebut.
Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka dijurnal:
Dr. Beban Ju’alah xxx
Cr. Kas/Aset Nonkas Lain xxx
Jika yang diberikan adalah aset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga
wajar, setelah sebelumnya nilai aset nonkas tersebut dinilai sejumlah harga
wajarnya.
Bagi Pihak yang Menerima Janji
Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum
pasti hasil atas sayembara tersebut.
Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka dijurnal:
Dr. Kas/Aset Nonkas Lain xxx
Cr. Pendapatan Ju’alah xxx
Jika yang diberikan adalah aset nonkas lain maka harus dinilai dengan harga
pasar.

105
5. Forum Diskusi
Bapak Zacky seorang pedagang pengumpul hasil panen terbesar di desa.
Dikenal para petani sebagai pedagang yang saleh, berhasil dan baik hati.
Kebaikan bapak Zacky selalu membeli harga baik, bahkan di saat panen raya
pun selalu membeli dengan harga baik untuk kualitas yang baik. Di saat sulit
pun selalu membantu para petani dengan membeli ijon untuk hasil pertanian
yang belum dapat dipanen. Alasan bapak Zacky melakukan hal tersebut adalah
untuk membantu petani kesulitan dana. Disamping itu, ia selalu memberikan
harga yang tinggi untuk pembelian ijon tersebut sesuai dengan informasi dan
pengalamannya atas hasil pertaniaan milik petaniyang bersangkutan. Selain itu
pembelian ijon dilakukan dengan saling rela dan tanpa unsur paksaan. Oleh
karena itu bapak Zacky selalu berusaha untuk menjalankan syariat islam dengan
benar. Namun bapak Zacky kaget ketika dijelaskan oleh seseorang bahwa yang
dijalankan tersebut tidak sesuai syariah islam. Berdasarkan kasus diatas:
a. Bagaimana pendapat anda apakah sudah sesuai syariah Islam yang dilakukan
oleh bapak Zacky?
b. Bagaimana seharusnya sudut pandang syariah berdasarkan kasus diatas?

C. Penutup
1. Rangkuman
Sistem keuangan Islam dilakukan untuk memenuhi maqashidu syariah
bagian memelihara harta. Sistem keuangan islam faktor utama adalah adanya
akad/kontrak/ transaksi yang sesuai dengan syariah islam. Prinsip keuangan
syariah sendiri secara ringkas harus mengacu pada prinsip rela sama rela, tidak
ada pihak yang menzhalimi dan dizhalimi, hasil usaha muncul bersama biaya
(al kharaz bi al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al
ghurmi).
Berbagai instrumen keuangan syariah berkembang di Indonesia. Salah
satu bagian syariah adalah mengatur bagaimana melakukan kegiatan ekonomi,
termasuk di dalamnya kewajiban melakukan transaksi ekonomi secara syariah.
Sumber hukum islam merupakan dasar untuk menilai apakah yang telah
dilakukan manusia sesuai dengan syariah yang telah digariskan oleh Allah
SWT. Pencatatan akad berdasarkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan antara
lain PSAK No. 102 Akuntansi Murabahah, PSAK No. 103 Akuntansi Salam,
PSAK No. 104 Akuntansi Istishna’, PSAK No. 106 Akuntansi Musyarakah,
PSAK No. 105 Akuntansi Mudharabah PSAK No. 107 Akuntansi Ijarah, serta
akad-akad lain yang terkait di lembaga keuangan syariah di Indonesia.

2. Tes Formatif
1. Bank Mitra Sejahtera (BMS) melakukan kerjasama bisnis dengan Arif,
seorang pengusaha meubel di Yogyakarta menggunakan akad mudharabah
(BMS sebagai pemilik dana dan Arif sebagai pengelola dana). BMS
memberikan modal kepada Arif sebesar Rp 20.000.000,00 sebagai modal
usaha pada tanggal 6 Januari 2019 dan berakhir 28 Februari 2019 dengan
nisbah bagi hasil = Arif : BMS = 3 : 2. Bagaimana pencatatan yang dibuat
oleh BMS selaku pemilik dana ketika menyerahkan dana ….
a. Dr. Investasi Mudharabah Rp 20.000.000,00
Cr. Kas Rp 20.000.000,00
b. Dr. Investasi Mudharabah Rp 20.000.000,00
Cr. Meubel Rp 20.000.000,00
c. Dr. Kas Rp 20.000.000,00
Cr. Dana Syirkah Temporer Rp 20.000.000,00
d. Dr. Dana Syirkah Temporer Rp 8.000.000,00
Cr. Kas Rp 8.000.000,00
e. Dr. Investasi Mudharabah Rp 8.000.000,00
Cr. Kas Rp 8.000.000,00

107
2. Pada tanggal 1 Januari 2019 mitra aktif menyerahkan kendaraan angkut
barang dengan harga perolehan Rp 250.000.000,00 akumulasi
penyusutan Rp 5.000.000,00 nilai pasar Rp 265.000.000,00. Pencatatan
yang dilakukan oleh perusahaan bentukan yaitu ....
a. Dr. Investasi Musyarakah Rp 265.000.000,00
Dr. Akumulasi Penyusutan Rp 5.000.0000,00
Cr. Aset Nonkas Rp
250.000.000,00
Cr. Selisih Penilaian Aset Rp 20.000.000,00
b. Dr. Investasi Musyarakah Rp 250.000.000,00
Cr. Aset Nonkas Rp
250.000.000,00
c. Dr. Aset-Nonkas Rp 265.000.000,00
Cr. Dana Syirkah Temporer Mitra Aktif Rp
265.000.000,00
d. Dr. Aset-Nonkas Rp 250.000.000,00
Cr. Dana Syirkah Temporer Mitra Aktif Rp
250.000.000,00
e. Dr. Aset-Nonkas Rp 265.000.000,00
Cr. Dana Syirkah Temporer Mitra Pasif Rp
265.000.000,00
3. Pada tanggal 1 Maret 2019 setelah melakukan akad murabahah, penjual
membeli persediaan dari pihak lain dengan harga Rp 6.000.000 dan akan
diserahkan pada 1 September 2019. Pesanan tersebut bersifat mengikat,
maka jurnal yang harus dibuat oleh penjual adalah ....
a. Dr. Aset Murabahah Rp 6.000.000,00
Cr. Piutang Rp 6.000.000,00
b. Dr. Kas/Utang Rp 6.000.000,00
Cr. Aset Murabahah Rp 6.000.000,00
c. Dr. Kas/Utang Rp 6.000.000,00
Cr. Pendapatan Murabahah Rp 6.000.000,00
d. Dr. Aset Murabahah Rp 6.000.000,00
Cr. Kas/Utang Rp 6.000.000,00
e. Dr. Aset Murabahah Rp 6.000.000,00
Cr. Kas/Piutang Rp 6.000.000,00
4. PT. Sinar Jaya (pembeli) mengadakan akad salam dengan CV. Berkah
(penjual) untuk mengirimkan 5 ton padi 3 bulan mendatang. Harga yang
disepakati adalah Rp 2.000.000,00/ton. Pada saat akad ditandatangani,
bagaimana pencatatan yang dibuat PT. Sinar Jaya ….
a. Dr. Piutang salam Rp 10.000.000,00
Cr. Kas Rp 10.000.000,00

b. Dr. Kas Rp 10.000.000,00


Cr. Utang salam Rp 10.000.000,00
c. Dr. Piutang salam Rp 2.000.000,00
Cr. Kas Rp 2.000.000,00
d. Dr. Aset Salam Rp 2.000.000,00
Cr. Kas Rp 2.000.000,00
e. Dr. Aset Salam Rp 10.000.000,00
Cr. Kas Rp 10.000.000,00
5. PT Aryaduta membutuhkan rumah tipe 120/216 dengan spesifikasi
khusus untuk kantor. Harga rumah Rp 300.000.000,00 dana yang
dibayarkan PT Aryaduta untuk uang muka sebesar Rp 100.000.000,00.
Perusahaan mengajukan pembiayaan kepada Bank Syariah. Setelah akad
ditandatangani antara PT Aryaduta dan Bank Syariah dengan nilai akad
Rp 300.000.000,00 Bank Syariah memesan kepada pengembang, dan
pengembang akan menyelesaikan pemesanannya selama 10 bulan. Bank
membayar biaya pra akad sebesar Rp 2.000.000,00 dan akad

109
ditandatangani antara bank dan PT Aryaduta pada 1 juli 2019. Jurnal yang
dibuat oleh Bank Syariah ketika terjadi akad adalah ....
a. Dr. Beban Pra akad Rp 2.000.000,00
Cr. Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp 2.000.000,00
b. Dr. Beban Istishna’ Rp 2.000.000,00
Cr. Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp 2.000.000,00
c. Dr. Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp 2.000.000,00
Cr. Kas Rp 2.000.000,00
d. Dr. Beban Istishna’ Rp 2.000.000,00
Cr. Kas Rp 2.000.000,00
e. Dr. Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp 2.000.000,00
Cr. Beban Istishna’ Rp 2.000.000,00
6. PT. Surya selaku pemberi sewa menandatangani akad ijarah atas kendaraan
selama 5 tahun dengan PT. Citra Buana selaku penyewa. Disepakati bahwa
pembayaran dilakukan setiap bulan sebesar Rp 5.000.000,00. PT Surya
membeli kendaraan yang disewakan dari PT. Astro sebesar Rp
200.000.000,00. Jurnal yang dibuat oleh PT.Surya ketika pembelian aset
dari PT. Astro adalah ....
a. Dr. Aset Ijarah Rp 200.000.000,00
Cr. Beban Sewa Rp 2.000.000,00
b. Dr. Kas Rp 200.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp 200.000.000,00
c. Dr. Beban Sewa Rp 200.000.000,00
Cr. Kas Rp 200.000.000,00
d. Dr. Aset Ijarah Rp 200.000.000,00
Cr. Kas Rp 200.000.000,00
e. Dr. Kas Rp 200.000.000,00
Cr. Pendapatan Sewa Rp 200.000.000,00
7. Pada tanggal 1 Juni 2015, menggunakan akad Wadiah, seorang pemilik
barang menyerahkan barang dan membayar biaya penitipan sebesar
Rp50.000,00. Jurnal yang benar yang dicatat oleh pemilik barang adalah….
a. Dr. Beban Wadiah Rp 50.000,00
Cr. Kas Rp 50.000,00
b. Dr. Beban Wadiah Rp 50.000,00
Cr. Utang Rp 50.000,00
c. Dr. Utang Rp 50.000,00
Cr. Kas Rp 50.000,00
d. Dr. Kas Rp 50.000,00
Cr. Pendapatan Wadiah Rp 50.000,00
e. Dr. Kas Rp 50.000,00
Cr. Piutang Rp 50.000,00
8. Pada tanggal 1 Januari 2013 seorang pembeli memberikan modal salam
kepada penjual senilai Rp 200.000,00 secara tunai. Pengiriman akan
dilakukan setelah tanggal 31 Maret 2013/masa panen. Berdasarkan
ilustrasi tersebut, jurnal akuntansi yang dicatat oleh pembeli pada tanggal
1 Januari 2013 adalah….
a. Dr. Kas Rp 200.000,00
Cr. Utang Salam Rp 200.000,00
b. Dr. Piutang Salam Rp 200.000,00
Cr. Kas Rp 200.000,00
c. Dr. Utang Salam Rp 200.000,00
Cr. Penjualan Rp 200.000,00
d. Dr. Aset Salam Rp 200.000,00
Cr. Piutang Salam Rp 200.000,00
e. Dr. Aset Salam Kerugian Rp 200.000,00
Cr. Piutang Salam Rp 200.000,00

111
9. Pada tanggal 2 Januari 2007 dalam akad Ijarah, Pemberi sewa dan
penyewa menandatangani akad ijarah atas mobil selama 3 tahun.
Disepakati bahwa pembayaran dilakukan setiap bulan sebesar Rp
12.500,00. Pada saat menerima pendapatan dari penyewa diawal bulan,
jurnal akuntansi yang dicatat oleh pemberi sewa yang benar adalah…
a. Beban Sewa Rp.12.500,00
Kas Rp.12.500,00
b. Kas Rp.12.500,00
Pendapatan Sewa Rp.12.500,00
c. Aset Ijarah Rp.150.000,00
Kas Rp.150.000,00
d. Beban Sewa Rp.150.000,00
Kas Rp.150.000,00

e. Aset Nonkas Rp.150.000,00


Aset Ijarah Rp.150.000,00
10. Pada tanggal 1 Januari 2015, Bapak Dedi melakukan kerjasama bisnis
dengan Bapak Jamal, seorang pengusaha siomay dengan menggunakan
akad mudharabah. Bapak Dedi sebagai pemilik dana (shahibul Maal) dan
Bapak Jamal sebagai pengelola dana (Mudharib). Setelah melakukan akad,
pemilik dana menyerahkan dana sebesar Rp10.000.000,00 dengan periode
akad 2 tahun. Berdasarkan ilustrasi tersebut, jurnal akuntansi yang dicatat
oleh pemilik dana pada tanggal 1 Januari 2015 adalah..
a. Investasi Mudharabah Rp.10.000.000,00
Kas Rp.10.000.000,00
b. Kas Rp.10.000.000,00
Dana Syirkah Rp.10.000.000,00
c. Kas Rp. 5.000.000,00
Pendapatan Bagi Hasil Rp.5.000.000,00
d. Kas Rp.5.000.000,00
Piutang Rp.5.000.000,00
e. Piutang Bagi Hasil Rp.10.000.000,00
Pendapatan Bagi Hasil Rp.10.000.000,00

3. Tugas Akhir
1. Pada tanggal 1 Februari 2019 Farhan membuka tabungan Simaskot pada
Bank Arthapadya Surabaya dengan setoran berupa uang tunai Rp
15.000.000, wesel yang telah jatuh tempo dan telah diendos oleh Bank
Sinargold Cabang Cilacap sebesar Rp 6.000.000. Biaya materai untuk surat
kuasa Rp 10.000. Buatlah jurnal sesuai transaksi yang terjadi pada tanggal
1 Februari 2019!
2. Pada awal tahun 2018, karyawan PT. Mitra Mandiri yang berlokasi di suatu
kawasan industri di Jakarta, ingin mendirikan koperasi. Koperasi ini
direncanakan akan bergerak di bidang usaha jasa simpan pinjam. Koperasi
ini akan berfungsi sebagai wadah untuk meyimpan dana anggota yang
ingin menyimpan uangnya dan memberikan pinjaman kepada anggota
yang membutuhkannya. Akhirnya didirikanlah koperasi oleh 250 orang
karyawan perusahaan tersebut dan diberi nama koperasi “Sumber
Makmur”. Untuk aktivitas harian, koperasi ini akan menggunakan salah
satu ruangan di perusahaan sebagai kantor.
a. Pada tanggal 2 April 2018, 250 orang anggota Koperasi Sumber
Makmur menyerahkan uang sebesar Rp500.000,00 per orang sebagai
simpanan pokok anggota koperasi.
b. Tanggal 6 April 2018, Koperasi Sumber Makmur membeli peralatan
kantor di Toko Sinar seharga Rp30.000.000,00 Pembelian peralatan
kantor ini dibayar secara tunai sebesar Rp18.000.000.00 dan sisanya
akan dibayar kemudian.

113
c. Tanggal 7 April 2018, Koperasi Sumber Makmur kembali membeli
peralatan kantor seharga Rp3.000.000,00 dibayar secara tunai.
d. Tanggal 2 Mei 2018, setiap anggota Koperasi Sumber Makmur
menyetorkan uang sebesar Rp30.000,00 sebagai simpanan wajib
anggota.
e. Tanggal 5 Mei 2018, Koperasi Sumber Makmur memperoleh kredit
usaha dari Bank Mandiri sebesar Rp82.000.000,00
f. Tanggal 6 Mei 2018, seorang anggota menyimpan uangnya sebesar
Rp18.000.000,00 di koperasi Sumber Makmur.
g. Tanggal 10 Mei 2018, koperasi memberikan pinjaman uang kepada 30
orang anggotanya sebesar Rp7.000.000,00 per orang, dengan nilai
total pinjaman sebesar Rp210.000.000,00 pada suku bungan 3% per
bulan.
h. Tanggal 29 Mei 2018, anggota koperasi yang meminjam uang pada
koperasi membayar angsuran pokok, bunga pinjaman, dan jasa provisi
sebesar Rp30.000.000,00. Dari jumlah tersebut sebesar
Rp22.000.000,00 merupakan angsuran pokok pinjaman, sebesar
Rp4.200.000,00 merupakan pembayaran bunga pinjaman, dan sebesar
Rp3.800.000,00 merupakan jasa provisi.
i. Tanggal 30 Mei 2018, dibayar gaji dua orang karyawan koperasi
sebesar Rp900.000,00 per orang. Kedua karyawan tersebut mulai
bekerja tanggal 1 Mei 2010. Pada saat yang sama, koperasi membayar
beban bunga pinjaman ke Bank Mandiri sebesar Rp1.500.000,00
j. Tanggal 31 Mei 2018, koperasi membayar sebagian utangnya kepada
Toko Sinar sebesar Rp12.000.000,00
Berdasarkan transaksi tersebut, buatlah ayat jurnalnya!
3. Bank Sejahtera Syariah (BSS) melakukan kerjasama bisnis dengan Bapak
Ahmad, seorang pengusaha bakso dengan menggunakan akad mudharabah
(BSS sebagai pemilik dana dan Ahmad sebagai pengelola dana). Berikut
ini adalah transaksi yang terjadi selama tahun 2018:
a. Pada tanggal 1 Januari 2018, setelah melakukan akad, pemilik dana
menyerahkan dana sebesar Rp1.000.000,00 dengan periode akad 2
tahun dan nisbah bagi hasil pengelola : pemilik dana = 3 : 1.
b. Pada tanggal 31 Desember 2018, Hasil pengelolaan dana selama tahun
2018 memperoleh pendapatan sebesar Rp100.000,00 dan menanggung
beban Rp80.000,00.
c. Pada tanggal 31 Desember 2018 terjadi pembagian laba sesuai nisbah
yang telah disepakati yaitu pengelola dana : pemilik dana = 3 : 1 dan
dibagikan secara langsung.
d. Pada tanggal 31 Desember 2018, Pengelola dana dan pemilik dana
mencatat ayat jurnal penutup untuk bagi hasil tersebut.
Berdasarkan transaksi tersebut, buatlah jurnal pencatatan yang dicatat
oleh Shahibul Maal (pemilik dana) dan Madhrib (pengelola dana)!

4. Tes Sumatif
1. Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat
berbeda dengan bank konvensional. Penentuan harga bagi bank syariah
didasarkan pada kesepakatan bagi hasil antara bank dengan nasabah
penyimpan dana. Prinsip yang berlaku pada bank syariah yang didasarkan
pada prinsip penyertaan modal disebut ...
a. Mudharabah
b. Musyarakah
c. Ijarah
d. Ijarah wa iqtina
e. Murabahah
2. Apabila masyarakat mempunyai dana yang berlebih dan ingin
menyimpannya di bank sebagai investasi untuk mempersiapkan dana

115
pendidikan anak dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, maka produk
perbankan yang tepat digunakan adalah ...
a. deposito
b. tabungan
c. safe deposit box
d. cek
e. bilyet giro
3. Kiki membuka rekening giro dengan menyetorkan dana perdana sebesar
Rp5.000.000,00 secara tunai. Biaya penggantian barang cetakan berupa
buku cek dan bilyet giro sebesar Rp200.000,00 yang dibayar tunai. Jurnal
yang dibuat untuk pembukuan transaksi di atas adalah ...
a. Dr. Kas Rp5.000.000,00
Dr. Barang cetakan-buku cek Rp200.000,00
Cr. Giro Tn. Kiki
Rp5.200.000,00
b. Dr. Kas Rp5.000.000,00
Cr. Giro Tn. Kiki
Rp5.200.000,00
c. Dr. Kas Rp5.200.000,00
Cr. Giro Tn. Kiki
Rp5.200.000,00
d. Dr. Kas Rp5.200.000,00
Cr. Giro Tn. Kiki
Rp5.000.000,00
Cr. Barang cetakan-buku cek
Rp200.000,00
e. Dr. Kas Rp5.000.000,00
Cr. Giro Tn. Kiki
Rp4.800.000,00
Cr. Barang cetakan-buku cek
Rp200.000,00
4. Pada tanggal 1 Juni 2019 Ali membuka tabungan Simaskot pada Bank
Cahaya Solo dengan setoran berupa uang tunai Rp15.000.000,00 wesel
yang telah jatuh tempo dan telah diendos oleh Bank Makmur Cabang
Semarang sebesar Rp3.000.000,00. Biaya meterai untuk surat kuasa
Rp6.000,00. Maka jurnal untuk mencatat ke tabungan pada tanggal 1 Juni
2019 adalah ...
a. Dr. RAK Cabang Solo Rp3.000.000,00
Dr. Kas Rp15.000.000,00
Cr. Bea Materai Rp6.000,00
Cr. Tab Simaskot-Ali Rp17.994.000,00
b. Dr. RAK Cabang Solo Rp3.000.000,00
Dr. Kas Rp15.000.000,00
Cr. Tab Simaskot-Ali Rp18.000.000,00
c. Dr. RAK Cabang Semarang Rp3.000.000,00
Dr. Kas Rp15.000.000,00
Cr. Tab Simaskot-Ali Rp18.000.000,00
d. Dr. RAR Warkat Inkaso Diterima Rp3.000.000,00
Cr. Tab Simaskot-Ali Rp3.000.000,00
e. Dr. RAK Cabang Semarang Rp3.000.000,00
Dr. Kas Rp15.000.000,00
Cr. Bea Materai Rp6.000,00
Cr. Tab Simaskot-Ali Rp17.994.000,00
5. Ny.Eny nasabah Bank ABC Jakarta telah menarik cek no.018.000.20
sebesar Rp170.000.000,00 dan cek no.018.000.22 sebesar
Rp50.000.000,00 untuk membayar pembelian peralatan salon kepada
Ny.Endang nasabah giro Bank Mega Jakarta. Jurnal untuk mencatat
transaksi di Bank Mega Jakarta adalah ...

117
a. Dr. RAR Kliring Rp220.000.000,00
Cr. RAR Kliring
Rp220.000.000,00
b. Dr. Giro Bank Indonesia Rp220.000.000,00
Cr. Giro Ny. Endang Rp220.000.000,00
c. Dr. RAR Kliring Rp170.000.000,00
Cr. RAR Kliring Rp170.000.000
d. Dr. RAR Kliring Rp50.000.000
Cr. RAR Kliring Rp50.000.000
e. Dr. Giro Bank Indonesia Rp220.000.000
Cr. Giro Ny. Eny Rp220.000.000
6. Perhatikan tabel dibawah ini!
1 Prinsip Bagi Hasil
2 Prinsip Jual Beli dengan Keuntungan
3 Prinsip Non Profit
4 Prinsip Lembaga Profit
5 Prinsip Hutang

Baitul Maalwat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro yang


berlandaskan tiga prinsip utama, yaitu….
a. 1, 2, 4
b. 1, 3, 5
c. 1, 2, 3
d. 2, 4, 5
e. 2, 3, 5
7. Salah satu tujuan Bank Dunia memberikan pinjaman untuk proyek kecil
dan mikro adalah…
a. Untuk mengurangi ketergantungan keluarga pedesaan ketika
menghadapi kekeringan tanaman rentan melalui diversifikasi kegiatan
yang menghasilkan pendapatan mereka.
b. Untuk membantu bisnis yang ada tumbuh
c. Untuk mendorong pengembangan bisnis baru.
d. Untuk memberdayakan perempuan atau kelompok masyarakat yang
kurang beruntung
e. Untuk menciptakan lapangan kerja pada daerah kota
8. Koperasi Maju Lancar pada tanggal 1 Februari 2018 menerima simpanan
pokok dan simpanan wajib dari 50 orang anggota koperasi masing-
masing sebesar Rp30.000,00 per anggota dan Rp20.000,00 per anggota.
Jurnal yang tepat untuk mencatat transaksi tersebut adalah…
a. Dr. Kas Rp2.500.000,00
Kr. Simpanan Pokok Rp1.500.000,00
Kr. Simpanan Wajib Rp1.000.000,00
b. Dr. Kas Rp2.500.000,00
Kr. Simpanan Pokok Rp30.000,00
Kr. Simpanan Wajib Rp20.000,00
c. Dr. Kas Rp2.500.000,00
Kr. Simpanan Pokok Rp1.000.000,00
Kr. Simpanan Wajib Rp1.500.000,00
d. Dr. Simpanan Pokok Rp1.500.000,00
Dr. Simpanan Wajib Rp1.000.000,00
Kr. Kas Rp2.500.000,00
e. Dr. Simpanan Pokok Rp1.000.000,00
Dr. Simpanan Wajib Rp1.500.000,00
Kr. Kas Rp2.500.000,00
9. Koperasi Maju Lancar membeli peralatan kantor di Toko Sejahtera seharga
Rp24.500.000,00. Dari jumlah tersebut, dibayar secara tunai sebesar

119
Rp15.000.000,00 dan sisanya akan dibayar kemudian. Jurnal yang tepat
untuk mecatat transaksi tersebut adalah…
a. Dr. Peralatan Kantor Rp24.500.000,00
Kr. Kas Rp9.500.000,00
Kr. Utang Usaha Rp15.000.000,00
b. Dr. Peralatan Kantor Rp24.500.000,00
Dr. Utang Usaha Rp9.500.000,00
Kr. Kas Rp15.000.000,00
c. Dr. Kas Rp24.500.000,00
Kr. Utang Usaha Rp9.500.000,00
Kr. Peralatan Kantor Rp15.000.000,00
d. Dr. Peralatan Kantor Rp24.500.000,00
Kr. Kas Rp24.500.000,00
e. Dr. Peralatan Kantor Rp24.500.000,00
Kr. Kas Rp15.000.000,00
Kr. Utang Usaha Rp9.500.000,00
10. Pada akhir bulan Juni, Koperasi Maju Lancar membayar gaji dua orang
karyawan koperasi sebesar Rp1.300.000,00 per orang. Pada saat yang
sama, koperasi membayar beban bunga pinjaman ke Bank Mandiri
sebesar Rp1.000.000.00. Jurnal yang tepat untuk mencatat transaksi
tersebut adalah…
a. Dr. Beban Bunga Rp2.600.000,00
Dr. Gaji Rp1.000.000,00
Kr. Kas Rp3.600.000,00
b. Dr. Kas Rp3.600.000,00
Dr. Beban Bunga Rp1.000.000,00
Kr. Gaji Rp2.600.000,00
c. Dr. Gaji Rp2.600.000,00
Dr. Beban Bunga Rp1.000.000,00
Kr. Kas Rp3.600.000,00
d. Dr. Gaji Rp2.600.000,00
Kr. Beban Bunga Rp1.000.000,00
Kr. Kas Rp3.600.000,00
e. Dr. Beban Bunga Rp1.000.000,00
Dr. Kas Rp3.600.000,00
Kr. Gaji Rp2.600.000,00
11. Berikut ini merupakan produk-produk pembiayaan dalam perbankan
syariah.
No. Produk Pembiayaan Prinsip
1 Modal Kerja Istishna, Qardh
2 Investasi Salam, Istishna’
3 Surat Berharga Mudharabah, Qardh
4 Perumahan, properti Salam, Salam Paralel
5 Pengadaan barang Mudharabah, Ijarah Muntahiya bit
investasi, aneka barang Tamlik, Musyarakah Mutanaqisah
Pernyataan diatas yang benar mengenai produk pembiayaan dan prinsip
yang digunakan adalah…
a. 1, 2
b. 2, 3
c. 3, 5
d. 4, 5
e. 1, 5
12. Kegiatan yang melibatkan perjudian di mana pihak yang memenangkan
perjudian akan mengambil taruhannya dan pihak yang kalah akan
kehilangan taruhannya disebut ...
a. Gharar

121
b. Riba
c. Risywah
d. Maksiat
e. Maisir
13. Barang yang tidak dapat diterima sebagai marhun banyak jenisnya, antara
lain ...
a. Barang milik pemerintah seperti perlengkapan Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI);
b. Surat berharga, surat bukti kepemilikan, surat penting, dan surat
lainnya yang mempunyai nilai ekonomis
c. Kendaraan seperti mobil, sepeda motor, dan sepeda
d. Tekstil seperti bahan pakaian, kain, sarung, sprei, dan permadani/
ambal
e. Barang yang tidak berbahaya dan tidak mudah terbakar
14. Perbedaan utama antara dana pensiun syariah dengan dana pensiun
konvensional adalah ...
a. Adanya akad pada saat menjadi peserta atau pada saat pembayaran
iuran
b. Dikelola berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku di
bidang dana pensiun dan prinsip syariah
c. Selain pengurus dan dewan pengawas, terdapat Dewan Pengawas
Syariah (DPS)
d. Instrumen investasi yang digunakan harus sesuai dengan prinsip
syariah
e. Apabila pemberi kerja telat membayar iuran pensiun, pemberi kerja
dikenakan sanksi ta’zir yang dimasukkan ke dalam dana sosial
15. Perhatikan tabel dibawah ini!
No Jenis Akad Penyataan
1 Ijarah Perjanjian antara pihak penjamin (guarantor) dan
pihak yang dijamin (orang yang berutang) untuk
menjamin kewajiban pihak yang dijamin kepada
pihak lain (orang yang berpiutang).
2 Istishna’ Perjanjian antara pihak pemberi kuasa dan pihak
penerima kuasa dengan cara pihak pemberi kuasa
memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa
untuk melakukan tinda kan atau perbuatan tertentu.
3 Kafalah Perjanjian antara pihak pemberi sewa/ pemberi jasa
dan pihak penyewa/ pengguna jasa untuk
memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu objek
ijarah yang dapat berupa manfaat barang dan/ atau
jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
dan/ atau upah (ujrah) tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan objek ijarah itu sendiri.
4 Mudharabah Perjanjian antara pihak pemberi kuasa dan pihak
penerima kuasa dengan cara pihak pemberi kuasa
memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa
untuk melakukan tinda kan atau perbuatan tertentu.
5 Musyarakah Perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih
dengan cara menyertakan modal baik dalam bentuk
uang maupun bentuk aset lainnya untuk melakukan
suatu usaha.

6 Wakalah Perjanjian antara pihak pemberi sewa/ pemberi jasa


dan pihak penyewa/ pengguna jasa untuk
memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu objek
ijarah yang dapat berupa manfaat barang dan/ atau
jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
dan/ atau upah (ujrah) tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan objek ijarah itu sendiri.
Berdasarkan tabel diatas, pernyataan yang benar sesuai dengan akad yang
digunakan dalam Pasar Modal Syariah adalah..
a. 1
b. 2

123
c. 3
d. 4
e. 5
16. Kegiatan muamalah yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan
manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar, riba, maisir,
risywah, maksiat dan kezaliman. Pengertian dari risywah adalah…
a. Suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil sesuatu yang bukan
haknya, membenarkan yang batil dan menjadikan yang batil sebagai
sesuatu yang benar.
b. Kegiatan yang melibatkan perjudian di mana pihak yang
memenangkan perjudian akan mengambil taruhannya dan pihak yang
kalah akan kehilangan taruhannya.
c. Tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-barang ribawi dan
tambahan yang diberikan atas pokok utang dengan imbalan
penangguhan pembayaran secara mutlak.
d. Ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau
kuantitas obyek akad maupun mengenai penyerahannya.
e. Suatu perbuatan yang merugikan, mengambil atau menghalangi hak
orang lain yang tidak dibenarkan secara syariah, sehingga dapat
dianggap sebagai salah satu bentuk penganiayaan.
17. Pada tanggal 1 Januari 2012 pada akad musyarakah, mitra aktif
menyetorkan modal sebesar Rp1.000.000, sedangkan mitra pasif
menyetorkan modal sebesar Rp 500.000. Berdasarkan ilustrasi tersebut,
jurnal akuntansi yang dicatat oleh mitra aktif pada tanggal 1 Januari 2012
adalah…
a. Kas Rp1.000.000
Dana Syirkah Temporer Rp1.000.000
b. Investasi Musyarakah-Kas Rp500.000
Kas Rp500.000
c. Pendapatan Rp1.000.000
Utang Rp1.000.000
d. Investasi Musyarakah-Kas Rp1.000.000
Kas Rp1.000.000
e. Kas Rp500.000
Pendapatan Bagi Hasil Rp500.000
18. Pada tanggal 1 Januari 2013 Penjual dan pembeli melakukan akad
murabahah. Penjual membeli dari pihak lain barang yang akan dijual
kepada pembeli. Penjual membeli persediaan dari pihak lain dengan harga
Rp500.000,00 dan akan diserahkan pada 1 Maret 2013. Berdasarkan
ilustrasi tersebut, jurnal akuntansi yang dicatat oleh penjual pada tanggal 1
Januari 2013 adalah…
a. Kas/Utang Rp500.000,00
Aset Murabahah Rp500.000,00
b. Beban Penurunan Nilai Rp500.000,00
Aset Murabahah Rp500.000,00
c. Kas Rp500.000,00
Pendapan Margin Murabahah Rp500.000,00

d. Pendapatan Margin Murabahah Rp500.000,00


Kas Rp500.000,00
e. Aset Murabahah Rp500.000,00
Kas/Utang Rp500.000,00
19. Pada tanggal 1 Maret 2018 penjual dan pembeli berencana untuk
melakukan akad istishna’. Sebelum melakukan akad, dikeluarkan biaya
sebesar Rp500.000,00 untuk melakukan survey. Jurnal yang dicatat oleh
penjual adalah…
a. Beban Istishna’ Rp500.000,00
Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp500.000,00

125
b. Beban Pra Akad Rp500.000,00
Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp500.000,00
c. Aset Istishna’ Rp500.000,00
Persediaan Rp500.000,00
d. Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp500.000,00
Kas Rp500.000,00
e. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian Rp500.000,00
Beban Istishna’ Rp500.000,00
20. Toni membutuhkan kendaraan untuk mengangkut barang dagangnya, ia
berencana membeli pick up dengan harga Rp90.000.000,00. Ketika akan
membeli kendaraan tersebut, ia harus pergi ke luar kota. Hal tersebut
membuat Toni mengutus Bayu, adiknya untuk membeli kendaraan
tersebut. Toni kemudian menyerahkan uang secara penuh kepada Bayu dan
memberikan komisi/al-ujr sebesar Rp1.000.000,00. Jurnal yang harus
dibuat oleh Toni ketika membayar ujr/komisi adalah ...
a. Beban Wakalah Rp1.000.000,00
Pendapatan Wakalah Diterima di muka Rp1.000.000,00
b. Kas Rp1.000.000,00
Beban Wakalah Rp1.000.000,00
c. Pendapatan Wakalah Rp1.000.000,00
Kas Rp1.000.000,00
d. Pendapatan Wakalah Rp1.000.000,00
Beban Wakalah Rp1.000.000,00
e. Beban Wakalah Rp1.000.000,00
Kas Rp1.000.000,00
5. Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1-4

No. KB 1 KB 2 KB 3 KB 4
1. D A A A
2. B C C C
3. A D E D
4. D D B A
5. C C A B
6. A C A D
7. B E D A
8. D B D B
9. C C A B
10. A B C A
11. A
12. E

127
6. Kunci Jawaban Tes Sumatif
Tes Sumatif Tes Sumatif
No. No
Modul 6 Modul 6
1. B 11. C
2. A 12. E
3. D 13. A
4. E 14. A
5. A 15. E
6. C 16. A
7. A 17. D
8. A 18. E
9. E 19. D
10. C 20. E

Anda mungkin juga menyukai