Anda di halaman 1dari 23

WAJIB PAJAK DAN Oleh Risqoh Yusely, SE

NPWP
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menerapkan permohonan nomor pokok wajib pajak (NPWP)
4.2 Membuat surat permohonan nomor pokok wajib pajak (NPWP)
3.3 Menerapkan permohonan nomor pengukuhan pengusaha kena pajak (NPPKP)
4.3 Membuat surat permohonan nomor pengukuhan pengusaha kena pajak (NPPKP)
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
(NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan (Pasal 1 ayat 6 UU KUP)
Dasar hukum NPWP yang berlaku adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-02/PJ/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor
Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.
FORMAT NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK
NPWP terdiri dari 15 (lima belas) digit dan setiap digitnya
mengandung kode-kode tertentu.
Tiga digit (YYY) terakhir adalah status Wajib Pajak (Tunggal,
Pusat atau Cabang). 000 untuk status Wajib Pajak Tunggal
atau Pusat, sedangkan 001, 002, dst untuk status Wajib Pajak
Berikut adalah struktur dari NPWP: Cabang.
X X .YYY.YYY. Z – X X X .YYY Contoh : NPWP PT ABC : 01.855.081.4-412.000, dengan
penjelasan sebagai berikut:
Penjelasan:
– 01 artinya WP Badan
Dua digit (XX) pertama menunjukkan identitas Wajib Pajak,
Contoh, 01 – 03 adalah Wajib Pajak Badan, 04 – 06 adalah – 855.081, artinya nomor registrasi / nomor urut terdaftar
Wajib Pajak Pengusaha, dst.
– 4 artinya kode cek digit
Enam digit (YYY.YYY) setelahnya menunjukkan nomor
registrasi atau nomor urut KPP yang diberikan oleh kantor – 412 artinya kode KPP Depok
pusat DJP.
– 000 artinya status WP adalah WP tunggal
Satu digit (Z) selanjutnya berfungsi sebagai kode pengaman
agar tidak terjadi kesalahan atau pemalsuan NPWP.
Tiga digit (XXX) selanjutnya merupakan kode KPP terdaftar.
FUNGSI NPWP
1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan;
2. Sebagai identitas Wajib Pajak;
3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasirasi
perpajakan;
4. Menjadi persyaratan dalam pelayanan umum, misalnya paspor, kredit bank dan
lelang, persyaratan pegawai bagi beberapa perusahaan
SYARAT PEMBUATAN NPWP
a) Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:
 Fotokopi KTP bagi warga negara Indonesia.
 Fotokopi paspor, fotokopi kartu izin tinggal terbatas (KITAS) atau kartu izin tinggal tetap
(KITAP) bagi warga negara asing.
b) Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:
 Fotokopi KTP bagi warga negara Indonesia, dan Surat Pernyataan di atas materai yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas.
 Fotokopi paspor, fotokopi kartu izin tinggal terbatas (KITAS) atau kartu izin tinggal tetap
(KITAP) bagi warga negara asing, beserta Fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
 Surat Keterangan Tempat Kegiatan Usaha atau Pekerjaan Bebas dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.
c) Untuk Wajib Pajak badan yang berorientasi pada profit, syaratnya berupa:
•Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan
dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha
tetap;
•Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor
dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara
Asing; dan
•Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan
Listrik/bukti pembayaran listrik.
d) Untuk Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit berupa:
•Fotokopi e-KTP salah satu pengurus badan atau organisasi;
•Surat keterangan domisili dari pengurus rukun tetangga (RT)/rukun warga (RW).
e) Untuk Wajib Pajak badan berupa:
•Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation);
•Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi
(Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
•Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan
anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan
tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa
dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan
•Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
f) Untuk Bendahara sebagai Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut pajak berupa:
•Fotokopi surat penunjukan sebagai bendahara; dan
•Fotokopi kartu tanda penduduk.
g) Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu berupa:
•Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak pusat atau induk;
•Surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan; dan
•Fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau
surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
h) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan
dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus dilampiri dengan:
•Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak suami; fotokopi Kartu Keluarga; dan
•Fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan
menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak
dan kewajiban perpajakan suami.
PENDAFTARAN NPWP
1. Datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak/ KP2KP terdekat tempat
tinggal/usaha
•Siapkan dokumen persyaratan yang telah difotokopi.
•Datang ke KPP terdekat dari alamat pada KTP Anda. Bila alamat domisili sekarang
berbeda dengan KTP, Anda diharuskan melampirkan surat keterangan tinggal dari
Kelurahan.
•Isi formulir pengajuan NPWP.
•Serahkan berkas ke petugas pendaftaran.
•Menerima tanda terima pendaftaran Wajib Pajak.
2. Mengirim lewat kantor pos formulir pendaftaran beserta dokumen yang
disyaratkan ke KPP terdekat tempat tinggal/usaha
•Unduh formulir, cetak lalu isi formulir tersebut dengan lengkap pada kolom-kolom
yang tersedia. Jangan lupa ditandatangani.
•Kirim formulir yang sudah kamu isi, beserta dengan seluruh dokumen yang diminta
sesuai dengan kategori wajib pajak melalui: Kantor pos, jasa ekspedisi atau kurir,
seperti JNE, J&T, TIKI, dan sebagainya.
•Setelah seluruh persyaratan Permohonan Pendaftaran diterima oleh KPP secara
lengkap, maka KPP akan menerbitkan Bukti Penerimaan Surat.
•Lalu, KPP menerbitkan kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) paling
lambat 1 hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.
•Kamu hanya perlu menunggu SKT dan NPWP dikirimkan ke alamat tempat tinggal
kamu melalui pos atau ekspedisi/kurir.
3. Daftar online melalui e-registration Direktorat Jenderal Pajak pada
https://ereg.pajak.go.id/.
Untuk mendaftar NPWP Online ada 3 langkah yaitu membuat akun, membuat
NPWP, dan penyampaian formulir. Berikut adalah langkahnya:
1) Membuat Akun
1. Buka halaman ereg.pajak.go.id dan klik daftar.
2. Masukkan alamat e-mail yang masih aktif agar verifikasi bisa dilakukan.
3. Buka link verifikasi yang telah dikirim melalui e-mail.
4. Lakukan pengisian data diri secara lengkap agar bisa melangkah ke proses
selanjutnya. Pastikan data diri yang diisikan adalah benar.
5. Setelah pengisian data diri selesai, buka e-mail dan klik link verifikasi.
2) Membuat NPWP
1. Masuk ke sistem e-registrasi dan pilih menu pengajuan NPWP.
2. Isi kategori wajib pajak
3. Isi identitas kamu dengan baik dan benar
4. Untuk menu penghasilan, kamu dapat memilih 4 pilihan jenis pekerjaan
5. Isi alamat tempat tinggal
6. Isi alamat sesuai KTP
7. Isi Alamat Usaha
8. Isi tanggunan dan gaji
9. Isi Persyaratan
 1) Pilih metode pengiriman berkas. Bisa dengan unggah/upload, bisa juga kirim manual via jasa antar.
 2) Jika kamu pilih metode unggah, maka silahkan unggah scan KTP pada tombol upload.

10. Isi Pernyataan


 1) Klik 2 centang Benar dan Lengkap
 2) Klik Finish
3) Penyampaian Formulir
Setelah selesai mengisi syarat untuk NPWP akan otomatis masuk ke menu
dashboard. Pada menu dashboard klik “Minta token”. Setelah itu jika berhasil akan
muncul notif token telah dikirimkan ke email yang diregistrasikan. Lalu buka email
copy token, pilih “kirim permohonan” masukan kode token. Jika berhasil akan
keluar notif NPWP akan diproses. Untuk bentuk fisik akan dikirimkan maksimal 1
bulan setelah pendaftaran.
PENETAPAN WAJIB PAJAK
NON EFEKTIF
WP dapat ditetapkan sebagai WP non efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. WP OP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas tetapi secara nyata tidak lagi menjalankan kegiatan usaha atau
tidak lagi melakuka pekerjaan bebas;
2. WP OP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan penghasilannya di bawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak;
3. WP OP yang bertempat tinggal atau berada di luar negeri lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan dan tidak bermaksud meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
4. WP yang mengajukan permohonan penghapusan dan belum diterbitka keputusan; atau
5. WP yang tidak lagi memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif tetapi belum dilakukan penghapusan NPWP.
Termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Non Efektif ini antara lain :
a) Wajib Pajak Orang Pribadi wanita kawin yang telah memiliki NPWP yang berbeda dengan suami dan tidak berniat
melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan secara terpisah;
Orang Pribadi yang memiliki NPWP sebagai anggota keluarga atau tanggungan, yaitu NPWP dengan kode cabang “001”,
“999”, “998” dan seterusnya;
b) Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak karena yang bersangkutan
sudah tidak lagi melakukan pembayaran dan belum dilakukan penghapusan NPWP; atau
c) Wajib Pajak yang tidak diketahui atau ditemukan lagi alamatnya.
PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dilakukan:
1. Atas permohonan Wajib Pajak; atau
2. secara jabatan Penghapusan NPWP secara jabatan dilakukan Kepala KPP berdasarkan data dan/atau informasi perpajakan yang
dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak melalui penerbitan keputusan penghapusan NPWP. (Pasal 14 ayat (1) dan (3)
PMK-147/PMK.03/2017)
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal (Pasal 12 ayat (2) PMK-147/PMK.03/2017)
1. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan;
2. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
3. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham atau pemilik dan pegawai yang telah
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak melalui pemberi kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak;
5. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya; atau
6. Wanita kawin yang memiliki NPWP berbeda dengan NPWP suami dan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya
digabungkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suaminya.
Penghapusan NPWP dimaksudkan untuk kepentingan administrasi perpajakan dan tidak menghilangkan hak dan/atau kewajiban
perpajakan yang harus dilakukan WP yang bersangkutan.
NOMOR PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK
(NPPKP)
Nomor pengukuhan PKP (NPPKP) merupakan nomor identitas Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yang disematkan saat pengusaha dikukuhkan sebagai PKP lewat surat pengukuhan
PKP. Jika pengusaha sudah mendapat nomor pengukuhan PKP (NPPKP) berarti PKP
tersebut dinyatakan sudah resmi menjadi PKP dan dengan demikian terikat kewajiban-
kewajiban perpajakan yang diperuntukan bagi PKP.
Nomor pengukuhan PKP (NPPKP) ini berbeda dengan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) meski keduanya berfungsi sebagai identitas perpajakan. Perbedaannya adalah,
NPWP merupakan identitas wajib pajak, baik pribadi maupun badan yang merupakan
identitas atau bukti kepesertaan dalam melakukan hak dan kewajiban perpajakan.
Sedangkan nomor pengukuhan PKP (NPPKP) lebih menitikberatkan pada identitas wajib
pajak perorangan atau badan yang terikat pada kewajiban perpajakan untuk PKP.
FUNGSI NOMOR
PENGUKUHAN PKP (NPPKP)
Nomor pengukuhan PKP (NPPKP) memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan, selain tentunya NPWP.
2. Sebagai penanda bagi PKP yang memiliki untuk melaksanakan hak dan
kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM).
3. Sebagai pengawasan administrasi perpajakan
Nomor pengukuhan PKP (NPPKP) ini tertera dalam surat pengukuhan PKP bersama
dengan identitas wajib pajak lainnya, seperti Nama, NPWP, Klasifikasi Lapangan
Usaha (KLU), status usaha hingga kewajiban pajak.
KEWAJIBAN YANG MELEKAT
PADA NOMOR PENGUKUHAN
PKP (NPPKP)
Jika pengusaha telah mendapatkan nomor pengukuhan PKP (NPPKP) yang disertai
juga dengan surat pengukuhan PKP, maka kepada pengusaha tersebut terikat
kewajiban-kewajiban sebagai PKP, yakni:
1. Memungut pajak yang terutang.
2. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar
dari pada pajak masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan PPnBM yang
terutang.
3. Melaporkan pemungutan, penyetoran, dan penghitungan pajaknya paling lambat
akhir bulan berikutnya.
SYARAT MENDAPATKAN
NOMOR PENGUKUHAN PKP
(NPPKP)
Untuk mendapatkan nomor pengukuhan PKP, pengusaha baik pribadi maupun
badan, harus memenuhi kriteria PKP, yang utama adalah memiliki omzet atau
perderan bruto usaha satu tahun sebesar Rp4,8 miliar.
Pengusaha yang sudah memiliki omzet per tahun Rp 4,8 miliar atau lebih wajib
dikukuhkan sebagai PKP dan harus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP. Sementara, bagi pengusaha yang belum memiliki omzet sebesar Rp 4,8 miliar
namun ingin dikukuhkan sebagai PKP, harus mengajukan permohonan pengukuhan
PKP untuk mendapatkan surat pengukuhan dan nomor pengukuhan PKP (NPPKP).
Dokumen yang dibutuhkan saat pengajuan untuk mendapatkan surat dan nomor pengukuhan PKP (NPPKP) antara lain:
1. Untuk wajib pajak pribadi:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia (WNI) atau fotokopi paspor, fotokopi
Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing (WNA)
yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.
b. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
c. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari pejabat Pemerintah Daerah (Pemda) sekurang-
kurangnya dari Lurah atau Kepala Desa.
2. Untuk wajib pajak badan:
a. Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau surat
keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap, yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang.
b. Fotokopi NPWP salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat
Pemda sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah WNA.
c. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
d. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari pejabat Pemda sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
3. Untuk wajib pajak badan berbentuk Kerja Sama Operasional (KSO):
a. Fotokopi perjanjian kerjasama/akta pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (joint
operation), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.
b. Fotokopi NPWP masing-masing anggota bentuk KSO yang diwajibkan untuk memiliki NPWP.
c. Fotokopi NPWP orang pribadi salah satu pengurus perusahaan KSO, atau fotokopi paspor
dalam hal penanggung jawab adalah orang WNA.
d. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
e. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari pejabat Pemda sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa bagi wajib pajak badan dalam negeri maupun badan asing.
Kelengkapan dokumen-dokumen ini disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), pengusaha akan menerima bukti
penerimaan surat. Setelah itu, KPP atau KP2KP kemudian akan melakukan survey.
Setelah dokumen diterima dan survey dilakukan, maka KPP atau KP2KP harus memberikan
keputusan dalam jangka waktu 5 hari kerja setelah bukti penerimaan surat diterbitkan. Jika keputusan
dari KPP atau KP2KP adalah menerima permohonan pengusaha untuk menjadi PKP, maka KPP atau
KP2KP akan memberikan surat pengukuhan PKP disertai dengan nomor pengukuhan PKP (NPPKP).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai