Anda di halaman 1dari 20

Al-’Aqdu dan Al-Amwal

Ahmad Syaichoni
Pengertian Akad (al-’Aqdu)
• Akad berasal dari bahasa Arab ‘aqada-’aqdan artinya membangun,
mendirikan, memegang, perjanjian, percampuran, menyatukan.
• Akad (al-’aqdu) bermakna al-rabtu artinya ikatan, mengikat yaitu
menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan
salah satu pada yang lainnya hingga keduanya besambung dan
menjadi seutas tali yang utuh.
• Menurut Wahbah Zuhayli akad adalah ikatan antara dua perkara,
baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi dari satu
segi maupun dua segi
• Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah akad adalah
kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum
tertentu
Pembagian Akad

1. Akad Tabarru’
Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam
perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction
(transaksi nirlaba).
Contoh akad-akad tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah, wakalah,
kafalah, hibah, waqf, sadaqah, hadiah
Bentuk Akad Tabarru’
1) Meminjamkan Uang (Lending)
(1) Bila pinjaman diberikan tanpa mensyaratkan apa pun,
selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka
waktu tertentu maka bentuk pinjaman seperti ini disebut
qard. (2) Jika dalam meminjamkan uang ini si pemberi
pinjaman mensyaratkan suatu pinjaman dalam bentuk atau
jumlah tertentu, maka bentuk pemberian pinjaman seperti ini
disebut rahn. (3) jika bentuk pemberian pinjaman uang ,
dimana tujuannya adalah untuk mengambil alih piutang dari
pihak lain, maka bentuk pinjaman uang seperti disebut
hiwalah.
2. Meminjamkan Jasa Kita (Lending Yourself)
(1) Bila kita meminjamkan jasa keahlian/keterampilan, dan
sebagainya untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain,
maka hal ini disebut wakalah. (2) bila akad wakalah ini kita
rinci tugasnya, yakni bila kita menawarkan jasa untuk
menjadi wakil seseorang, dengan tugas menyediakan jasa
custody (penitipan, pemeliharaan) bentuk pinjaman jasa
seperti ini disebut wadi’ah. (3) Variasi lain dari akad wakalah,
yakni contingent wakalah (wakalah bersyarat). Dalam hal ini,
maka kita bersedia memberikan jasa kita untuk melakukan
sesuatu atas nama orang lain, jika terpenuhi kondisinya, atau
jika sesuatu terjadi. Wakalah bersyarat ini dalam terminologi
fiqih disebut sebagai kafalah.
3. Memberikan Sesuatu (Giving Something)
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah akad-akad
sebagai berikut: hibah, waqf, sadaqah, hadiah. Dalam semua
akad tersebut, si pelaku memberikan sesuatu kepada orang
lain. Bila penggunaannya untuk umum dan agama, akadnya
dinamakan waqf. Sedangkan hibah dan hadiah adalah
pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.
Bentuk Akad Tabarru’
2) Akad Tijarah
Akad tijarah/mu’awadah (compensational contract) adalah
segala macam perjanjian yang menyangkut for profit
transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari
keuntungan, karena itu bersifat komersil.

Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual beli,


sewa-menyewa, dan lain-lain.
AKAD TABARRU’
Lending $

Lending $ Qard

Lending $ + Collateral Rahn

Lending $ to take over loan from other Hiwalah


party

Lending yourself

Lending yourself now to do Wakalah


something on behalf of other

Wakalah, by specifying the job Wadi’ah

Contingent wakalah, I.e preparing yourself


Hiwalah
to do something if something happens

Giving something Hibah, shadaqah, waqf


Pembagian Akad Tijarah
1. Natural Uncertainty Contracts
Kontrak/akad bisnis yang memberikan kepastian
pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu
(timing)-nya. Cash flow-nya bisa diprediksi dengan relatif
pasti, karena sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang
bertransaksi di awal akad. Kontrak-kontrak ini secara
sunnatullah menawarkan return yang tetap pasti. Jadi
sifatnya fixed dan predetermined. Objek pertukarannya (baik
barang maupun jasa) harus ditetapkan di awal dengan pasti,
baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), harganya (price),
dan waktu penyerahannya (time of delivery).
Contoh akad-akad ini adalah jual beli, sewa-menyewa, upah-
mengupah dan lain-lain.
2. Natural Certainty Contract
Kontrak/akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian
pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun
waktu (timing)-nya. Tingkat return-nya bisa positif, negatif,
atau nol. Contohnya adalah akad-akad investasi.
AKAD TIJARAH
Natural Certainty Contract

Murabahah
Salam
Teori
Istishna’ Pertukaran
Ijarah

Natural Uncertainty Contract

Musyarakah: Wujuh,
‘inan, abdan, mufawadah)

Muzara’ah Teori
Percampuran
Musaqah
Mukhabarah
Ciri akad
• Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan qabul
yang berakibat timbulnya akibat hukum
• Tindakan hukum dua pihak
• Tujuannya melahirkan suatu akibat hukum (hukum akad=
hukm al-’aqad)
Rukun dan Syarat Akad

1. Para pihak yang membuat akad (al-‘aqidan)


2. Pernyataan kehendak para pihak (shighah al-‘aqd)
3. Objek akad (mahall al-‘aqd)
4. Tujuan akad (maudhu’ al-‘aqd)
Pelaku akad haruslah orang yang mampu melakukan akad
untuk dirinya (ahliyah) dan mempunyai otoritas syariah yang
diberikan pada seseorang untuk merealisasikan akad sebagai
perwakilan dari yang lain (wilayah). Objek akad harus ada ketika
terjadi akad, harus sesuatu yang disyariatkan, harus bisa
diserahterimakan ketika terjadi akad, dan harus sesuatu yang
jelas antara dua pelaku akad. Sementara itu shighat (ijab qabul)
harus jelas maksudnya, sesuai antara ijab dan qabul, dan
bersambung antara ijab dan qabul
HARTA (AL-AMWAL)
Pengertian Harta
• Kata harta dalam bahasa Arab berasal dari kata "mal" yang
berarti "condong, atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi.
• Jadi Harta adalah segala sesuatu yang menyenangkan manusia
dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam
bentuk manfaat
• menurut ulama Hanafi adalah "segala sesuatu yang digandungi
manusia dan dapat dihadirkan ketika dibutuhkan" atau "segala
sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan“.
Menurut Jumhur Ulama: "segala sesuatu yang
mempunyai nilai dan dikenakan ganti rugi bagi
orang yang merusak atau melenyapkannya.

Dalam kandungan kedua definisi di atas, terdapat


perbedaan esensi harta.
1. Jumhur Ulama: harta tidak saja bersifat materi,
tetapi juga termasuk manfaat dari suatu benda.
2. Golongan Hanafiah "harta" hanya bersifat
materi, sedangkan manfaat (seperti pendapat
Jumhur) termasuk ke dalam pengertian milik.
• Kasus(1):
"apabila seseorang merampas atau
menggunakan kendaraan orang lain tanpa izin
(gasab)".
• Jumhur: Orang tersebut dapat dikenakan ganti
rugi, karena manfaat kendaraan memiliki nilai
harta. Manfaat suatu benda merupakan unsur
terpenting dalam harta, nilai harta diukur pada
kualitas dan kuantitas manfaatnya.
• Hanafiah: Kendaraan yang digunakan orang lain
tanpa izin tidak dapat dikenakan ganti rugi,
karena orang tersebut bukan mengambil harta
tetapi hanya sekedar memanfaatkan. Sekalipun
Hanafiah mengakui bahwa manfaat sebagai hak
milik tdapat dijadikan sebagai mahar dalam
perkawinan dan wajib dizakatkan.
• Kasus (2):
“apabila seseorang menyewakan rumahnya
kepada seseorang, lantas sebelum berakhirnya
akad sewa-menyewa tersebut, pihak pemilik
rumah meninggal dunia”.
• Hanafi: Kontrak sewa-menyewa dapat
dibatalkan karena meninggalnya pemilik rumah,
sementara rumah yang disewa harus
dikembalikan kepada ahli warisnya, karena
manfaat (sewa rumah yang dikontrakkan) tidak
termasuk harta yang bisa diwarisi.
• Jumhur: Kontrak sewa-menyewa tetap
berlangsung sampai masa kontrak berakhir,
sekalipun pemilik rumah sudah wafat, karena
manfaat merupakaan harta yang bisa diwarisi.
Kontrak sewa-menyewa dapat berakhir karena
jatuhnya tempo, bukan karena wafatnya pemilik.
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai