Anda di halaman 1dari 8

AKAD DALAM TRANSAKSI MUAMALAH

Puspita Rahmawati, M.E. (rahmawati4688@yahoo.co.id)


Ghina Rohadatul’aisy (ghinarohadatul05@gmail.com)
Maulana sidiq (Maulanasidiq05@gmail.com)
Naufal Ammar Rizky (Naufalamrrzky@gmail.com)

ABSTRAK : Akad dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,


memilik arti: Janji perjanjian atau kontrak.Misal akad jual beli,
akad nikah. Dan Akad juga bisa disebut dengan Kontrak yang
mempunyai makna perjanjian,menyelenggarakan perjanjian
(dagang, bekerja, dan lain sebagainya). Misal, kontrak antara
penulis dan penerbit”.Menurut fiqih,muamalah ialah tukar
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan
cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah
adalah jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam
meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat dan lain-lain.
Dalam penelitian ini permasalahan yang di bahas mengenai
prinsip-prinsip akad,syarat-syarat akad,rukun-rukun akad yang
akan di jabarkan secara menyeluruh,macam-macam akad dan
juga berakhirnya akad dan hikmahnya nya akad,akan kita
bahas secara menyeluruh.
PENDAHULUAN ‫الربط بنی أطراف الشىء سواء أكان ربطا حسیا أم‬
‫معنویا من جانب او من جانيب‬
1. Definisi Akad Artinya: “Ikatan antara dua hal, baik
Akad dalam Kamus Umum Bahasa ikatan seteknik khissy (nyata/fisik)
Indonesia, memilik arti: “Janji; maupuan ikatan seteknik ma’nawi
perjanjian; kontrak; Misal akad jual beli, (abstrak/psikis), dari satu sisi ataupun
akad nikah. Dan Akad juga bisa disebut dua sisi”. 45 Dalam terminologi ulama
dengan Kontrak yang mempunyai fiqh, aqad bisa ditinjau dari dua Definisi
makna : perjanjian, menyelenggarakan yaitu Definisi umum dan khusus.
perjanjian (dagang, bekerja, dan lain Definisi Umum mengenai aqad para
sebagainya). Misal, kontrak antara ulama fiqh memberi definisi :
penulis dan penerbit”.42 Dalam Kamus ‫كل ما عزم املرء على فعله سواء صدر بارادة‬
Lengkap Ekonomi ditetapkan bahwa : ‫منفردة كالوقف واالبراء والطالق والیمنی أم احتاج‬
Contract (kontrak) merupakan: “suatu ‫اىل ارادتنی ىف انشائ كالبیع واالجیار والتوكیل‬
perjanjian legal yang bisa dikerjakan ‫والرهن‬
Artinya: “segala sesuatu yang
antara dua pihak atau lebih. Suatu
dikerjakan oleh seseorang atas dasar
kontrak mencakup kewajiban untuk
kehendaknya sendiri, seperti wakaf,
kontraktor yang bisa ditetapkan
pembebasan, talak dan sumpah, atau
seteknik lisan maupun tertulis. Sebagai
sesuatu yang pembentukannya
contoh, perusahaan memiliki perjanjian
membutuhkan kehendak dari dua
guna memasok produk ke perusahaan
orang, seperti jual beli, sewa,
lain pada waktu tertentu dan ukuran
perwakilan dan gadai”. Sedang Definisi
tertentu. Kedua belah pihak akan
khusus, ialah:
terikat untuk menepati perjanjian
‫ارتباط اجیاب بقبول على وجه مشروع یثبت أثره ىف‬
mereka dalam penjualan dan pembelian
‫حمله‬
dari barang”.43 Ali Atabik dan Ahmad
Artinya: “perikatan yang ditetapkan
Zuhdi Muhdlor dalam Kamus
dengan ijab-qobul berdasarkan hukum
Kontemporer ArabIndonesia memberi
syara’ yang berdampak pada objeknya”.
arti bahwa Kata akad (‫( عقد‬berasal dari
Dari keterangan diatas bisa dipahami
mashdar ‫ربط عقدة اى‬yang artinya :
bahwa: difinisi akad ialah sebuah
mengikat, menyimpulkan,
perikatan, kesepakatan atau perjanjian,
menggabungkan. Dan mempunyai arti
antara pihak-pihak yang menciptakan
juga : ‫ االتفاق‬dan ‫ )العھد‬persepakatan,
perjanjian atas suatu obyek tertentu
perjanjian, kontrak). Misal : ‫)عقد رسمي‬
dan di shighoh (lafadz) kan dalam ijab-
kontrak resmi)”.44 Demikian juga
qobul.
Wahbah Al-zuhaili mendefinisikan aqad
2. Prinsip-Prinsip Akad
sebagai di bawah ini :
Adapun prinsip-psrinsip akad dalam b. Ma’qud Alaih Maqud ialah ialah: benda-
Islam, diantaranya: benda yang bakal di akadkan (objek
a. Prinsip kebebasan berkontrak. akad), seperti benda-benda yang di jual
b. Prinsip perjanjian itu mengikat. dalam akad jual beli, dalam akad hibah
c. Prinsip kesepakatan bersama. atau pemberian, gadai, dan utang
d. Prinsip ibadah. c. Maudhu’ Al-Aqid; Maudhu’ al-Aqid ialah
e. Prinsip keadilan dan kesemimbangan tujuan atau maksud menyelenggarakan
prestasi. akad. Berbeda akad maka berbedalah
f. Prinsip kejujuran (amanah) destinas pokok akad. Dalam akad jual
3. Syarat-Syarat Akad beli misalnya, destinsasi pokoknya yaitu
Syarat-syarat dalam akad diantaranya mengalihkan barang dari penjual untuk
ialah: pembeli dengan di beri ganti.
a. Yang di jadikan objek akad bisa d. Shighat Al-Aqid Sighat Al-Aqid yakni
menerima hukumnya ijab qabul. Ijab ialah “ungkapan yang
b. Akad tersebut di izinkan oleh syara’, pertama kali di lontarkan oleh salah
di kerjakan oleh orang yang satu dari pihak yang akan mengerjakan
memiliki hak mekerjakannya, akad, sementara qabul ialah:
walaupun dia bukan aqid yang pernyataan pihak kedua guna
memiliki barang. menerimanya. ijab qabul merupakan
c. Janganlah akad itu akad yang di bertukarnya sesuatu dengan yang lain
larang oleh syara’, seperti jual beli sehingga penjual dan pembeli dalam
mulasamah. Akad bisa memberikan mekerjakan pembelian terkadang tidak
faedah, sehingga tidaklah sah bila berhadapan atau ungkapan yang
rahn (gadai) di anggap sebagai mengindikasikan kesepakatan dua pihak
imbalan amanah (kepercayaan), yang mengerjakan akad, contohnya
d. Ijab itu berjalan terus, tidak di yang berlangganan majalah, pembeli
cabut sebelum terjadi qabul. Maka mengirim uang lewat pos wesel dan
apabila orang berijab menarik pembeli menerima majalah itu dari
kembali ijabnya sebelum qabul kantor pos”.
maka batallah ijabnya.
e. Ijab dan qabul harus bersambung, Berdasarkan pendapat ulama fiqh Dalam
ijab qabul terbisa beberapa syarat yang
sehingga bila seseorang yang
berijab telah berpisah sebelum harus di kerjakan,diantaranya:
adanya qabul, maka ijab tersebut  Adanya kejelasan maksud antara
menjadi batal”. kedua belah pihak,misalnya : aku
4. Rukun-Rukun Akad serahkan benda ini kepadamu
Rukun-rukun akad diantaranya, ialah: sebagai hadiah atau pemberian.
a. Aqid: Aqid ialah orang yang berakad  Adanya kecocokan antara ijab dan
(subjek akad). Terkadang dari setiap qabul.
pihak terdiri dari salah satu orang, dan  Adanya satu majlis akad dan
terkadang pula terdiri dari beberapa adanya kesepakatan antara kedua
orang.
belah pihak, tidak qabul akan di nyatakan batal
menngindikasikan penolakan dan bilamana :
pembatalan dari keduanya. a) Penjual unik kembali
 Menggambarkan kesungguhan ucapannya sebelum
keinginan dari pihak-pihak yang ada qabul dari pembeli,
bersangkutan, tidak terpaksa, dan b) Adanya penolak ijab
tidak karena di takut-takuti atau di qabul dari pembeli.
diancam oleh orang lain sebab c) Berakhirnya majlis
dalam tijarah (jual beli) mesti saling akad. Jika kedua pihak
merelakan. belum terbisa
kesepakatan, namun
Adapun terkait dengan teknik yang di dua-duanya telah pisah
ungkapkan dalam berakad, yaitu: dari majlis akad. Ijab
a. Dengan teknik tulisan atu dan qabul di pandang
kitabah, mcontohnya dua aqid batal,
berjauhan lokasinya maka ijab d) Kedua pihak atau salah
qabul boleh dengan kitabah satu, hilang
atau tulisan. kesepakatannya
b. Isyarat, untuk orang tertentu sebelum terjadi
akad atau ijab qabul tidak bisa kesepakatan
di laksanakan dengan tulisan Mengucapkan dengan lidah merupakan
maupun lisan, contohnya pada salah satu teknik yang di tempuh dalam
orang bisu yang tidak bisa baca menyelenggarakan akad, namun ada juga teknik
maupun tulis, maka orang lain yang bisa mencerminkan kehendak untuk
tersebut akad dengan isyarat. berakad. Para ulama fiqh menerangkan
c. Perbuatan, teknik lain untuk sejumlah teknik yang di tempuh dalam akad,
menyusun akad selain dengan yaitu:
teknik perbuatan. Misalnya
seorang pembeli memberikan Dengan teknik tulisan (kitabah),
sejumlah uang tertentu, lantas contohnya dua “aqid berjauhan tempatnya,
penjual menyerahkan barang maka ijab qabul boleh dengan kitabah. Atas
yang di belinya. dasar inilah semua ulama membuat kaidah :
d. Lisan al-Hal. Berdasarkan “Tulisan itu sama dengan ucapan”. Isyarat untuk
pendapat sebagian orang-orang tertentu akad tidak bisa di
ulama,apabila seseorang laksanakan dengan perkataan atau tulisan,
meniggalkan dagangan di misalnya seseorang yang bisu tidak bisa
hadapan orang lain, lantas dia mmenyelenggarakan ijab qabul dengan tulisan.
pergi dan orang yang di tinggali Maka orang yang bisu dan tidak pandai baca
dagangannya itu berdiam diri tulis tidak bisa mengerjakan ijab qabul dengan
saja, hal itu di pandang telah Perkataan dan tulisan. Dengan demikian, qabul
ada akad ida (titipan). Ijab atau akad di kerjakan dengan isyarat.
Berdasarkan kaidah sebagai berikut : Isyarat meminjam), dan al-wadi’ah (barang
bagi orang bisu sama dengan perakataan”. titipan).
d. Akad tidak Shahih
5. Macam-Macam Akad Akad yang tidak shahih ialah akad yang
Berdasarkan keterangan dari ulama’ terbisa kekurangan pada rukun atau
Fiqh, akad di bagi menjadi dua syarat-syaratnya, ssampai-sampai
a. Akad Shahih ialah akad yang telah seluruh dampak hukum akad itu tidak
memenuhi rukun-rukun dan syarat- berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak
syaratnya. Hukum dari akad shahih ini yang berakad. Akad yang tidak shahih
ialah: berlakunya seluruh dampak di bagi oleh ulama Hanafiyah dan
hukum yang di timunculkan akad Malikiyah menjadi dua macam, yaitu
tersebut dan mengikat pada pihak- sebagai berikut :
pihak yang berakad. Ulama Hanafiyah 1) Akad Bathil Akad bathil ialah akad
membagi akad shahih menjadi dua yang tidak memenuhi salah satu
macam yaitu: rukunnya atau ada larangan
b. Akad nafiz (sempurna untuk di langsung dari syara’.Misalnya, objek
laksanakan), ialah akad yang di jual beli tersebut tidak jelas. Atau
langsungkan dengan mengisi rukun dan terbisa unsur tipuan, seperti
syaratnya dan tidak terdapat menjual ikan dalam lautan, atau
penghalang untuk melaksanakannya. salah satu pihak yang berakad tidak
c. Akad mawquf, ialah akad yang di cakap bertindak hukum.
lakukan seseorang yang cakap beraksi 2) Akad Fasid Akad fasid ialah: akad
hukum, namun ia tidak memiliki yang pada dasarnya di syariatkan,
dominasi untuk menggelar dan namun sifat yang di akadkan
mengemban akad ini, seperti akad yang tersebut tidak jelas. Misalnya,
di langsungkan oleh anak kecil yang memasarkan rumah atau
mumayyiz”. kendaraan yang tidak di perlihatkan
Jika di lihat dari segi mengikat atau tipe, jenis, dan format rumah yang
tidaknya jual beli yang shahih itu, semua akan di jual, atau tidak di sebut
ulama’ fiqh membaginya untuk dua brand kendaraan yang di jual,
macam, yaitu sehingga memunculkan perselisihan
antara penjual dan pembeli. Ulama
1) Akad mempunyai sifat mengikat fiqh menyatakan bahwa akad bathil
untuk pihak-pihak yang berakad, dan akad fasid mengandung esensi
sehingga salah satu pihka tidak yang sama, yaitu tidak sah dan akad
boleh membatalkan akad tersebut itu tidak menyebabkan hukum
tanpa seizin pihak lain, seperti akad apapun
jual beli dan sewa menyewa.
2) Akad tidak mempunyai sifat B. Berakhir dan hikmah Akad
mengikat untuk pihak-pihak yang
berakad, seperti akad al-wakalah
(perwakilan), al-ariyah (pinjam
1. Berakhirnya Akad Akad selesai di ikatan perjanjian, sebab telah di
sebabkan oleh sejumlah hal, di atur oleh syar’i.
antaranya sebagai berikut: c) Akad merupakan “payung
hukum” di dalam kepemilikian
a) Berakhirnya masa berlaku akad sesuatu, sampai-sampai pihak
tersebut, apabila akad tersebut lain tidak bisa menggugat atau
tidak mempunyai tenggang memilikinnya.
waktu.
b) Di batalkan oleh pihak-pihak
yang berakad, bilamana akad
tersbeut sifatnya tidak
mengikat.
c) Dalam akad sifatnya mengikat,
suatu akad bisa dianggap
selesai jika:
1) Jual beli yang di
lakukan fasad, seperti
terbisa unsur-unsur
tipuan salah satu rukun
atau syaratnya tidak
terpenuhi
2) Berlakunya khiyar
syarat, aib, atau rukyat.
3) Akad itu tidak di
lakukan oleh salah satu
pihak
4) Salah satu pihak yang
mekerjakan akad
meninggal dunia”.

2. Hikmah Akad

Akad dalam muamalah antar sesama


Insan tentu memiliki hikmah, diantara hikmah
di adakannya akad ialah sebagai berikut:

a) Adanya ikatan yang Powerful


antara dua orang atau lebih di
dalam bertransaksi atau
mempunyai sesuatu.
b) Tidak dapat sembarangan
dalam membatalkan suatu
PUSTAKA ACUAN

WJS Poerwadarminta, KUBI, ( Jakarta, Balai Pustaka: 1976), hlm. 521

C.Pass, Bryan Lowes dan Leslie Davies, Kamus Lengkap Ekonomi, ( Jakarta,Erlangga, 1999),
hlm 115

A Zuhdi Muhdlor Ali Atabik, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, ( Yogyakarta,Yayasan Ali


Maksum: 1999) hlm 1303

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu, Juz IV, (Damsyik, DarAl-Fikr, 1989), hlm. 8

Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, ( Bandung, Pustakan Setia, 2001), hlm. 44

Sayid Abi Bakr bin Sayid Muhammad Syatho Al-Dimyathi Al-Misri, I’anah AlTholibin, (Al
Maarif, tt). Hlm 3-4 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta : UII Pres,
1982), hlm .65

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm 55

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogayakarta : Pustaka Kencana

Hasby Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah,........hlm. 30

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Amzah, 2010), hlm 20

Anda mungkin juga menyukai