PERTEMUAN KE - 6
MANAJEMEN LIABILITIES
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami permasalahan pengelolaan liabilitas di perbankan berikut dengan
komponen-komponennya
2. Memahami permasalahan tentang sumber dan,produk-produk penghimpuanan
dan perbankan
3. Memahami permasalahan model perhitungan pendapatan Nasional
4. Memahami permasalahan pengelolaan cara pengeluaran,cara produksi netto
dan cara pendapatan..
B. URAIAN MATERI:
Dari gambaran tersebut, terlihat bahwa kebijakan otoritas moneter dan juga
gejolak perekonomian global maupun nasional berpengaruh terhadap kebijakan
internal perbankan, khususnya terhadap pengelolaan likuiditas bank, dimana
tujuannya adalah untuk menjaga kelangsungan hidup industri perbankan itu
sendiri.
Beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh bank untuk menjaga posisi
likuiditas dan proyeksi cashflow, antara lain :
1) Semua kewajiban bank yang telah jatuh tempo diperpanjang, kecuali bila
tingkat bunga cenderung mengalami penurunan.
2) Mendiversifikasi sumber dana bank.
3) Jangka waktu asset dan kewajiban bank dijaga keseimbangannya.
4) Mengalihkan aset yang kurang marketable menjadi lebih marketable, guna
memperbaiki posisi likuiditas.
Pengelolaan likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan :
1) Mematuhi aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang
ditentapkan oleh bank sentral.
2) Mengelola penarikan dana oleh deposan
3) Mengelola penarikan dana oleh debitur
4) Melakukan pembayaran kewajiban yang jatuh tempo
1. Kas / Cash
2. Giro pada Bank Indonesia (Current account with BI)
3. Giro pada bank lain (Current account with other
Banks)
4. Penempatan pd BI dan bank lain (Placement with BI
and other Banks)
5. Efek-efek/ Surat berharga (Marketable securities)
6. Tagihan derivatif (Derivatives receivable)
7. Kredit yang diberikan (Loans)
8. Tagihan akseptasi (Acceptance receivables)
9. Aset moneter lainnya (Other monetary assets)
(a) Total Aset keuangan
Tabel 6-2 : Komponen Liabilitas Keuangan :
Akun-akun Liabilitas Keuangan Rp Valas Total
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dari akun-akun aset dan liabilitas
keuangan pada tabel 6-1 dan 6-2 di atas antara lain sebagai berikut :
1) Komposisi dari nilai aset keuangan pada bank yang sehat normalnya
didominasi oleh pinjaman yang diberikan yang merupakan porsi terbesar
pertama, sedangkan porsi terbesar kedua oleh kas serta giro pada Bank
Indonesia sebagai aset liquid primer. Bahwa nilai pinjaman yang diberikan
merupakan porsi terbesar dari keseluruhan nilai aset keuangan bank, hal ini
mengingat fungsi dan peran utama bank adalah menyalurkan kredit. Bahwa
nilai Kas dan Giro pada Bank Indonesia serta Penempatan dana pada Bank
Indonesia merupakan porsi terbesar kedua setelah pinjaman yang diberikan,
hal ini mengingat bisnis bank sebagai penyedia dana harus memiliki alat
likuid atau dana segar (fresh money) yang kuat setiap saat guna mendukung
operasional bisnisnya. Sedangkan komposisi dari nilai liabilitas keuangan
pada umumnya didominasi oleh nilai simpanan nasabah dalam bentuk
tabungan, giro dan deposito. Hal ini mengingat fungsi dan kegiatan bank
adalah menghimpun dana dari masyarakat.
2) Bank yang sehat akan memiliki posisi aset keuangan neto yang positif,
artinya total aset keuangan lebih besar dari pada liabilitas keuangan.
Seberapa besar porsinya, tergantung dari banyak faktor dan perlu
memperhitungkan berbagai risiko relevan. Bila aset keuangan berada pada
posisi 10%-20% di atas liabilitas keuangan, hal itu sudah menunjukkan
tingkat yang aman dan memadai bilamana seluruh faktor risiko bisa dikelola
dan dikendalikan dengan baik. Namun demikian, perlu dijaga sedemikian
rupa agar saldo aset keuagan netto selain harus berada pada tingkat yang
aman, juga harus bisa memberikan profit marjin yang memadai, artinya
seluruh komponen asset keuangan harus produktif menghasilkan marjin bagi
bank, bukan sebaliknya mendatangkan kerugian. Misalnya, dana yang
ditanam pada efek-efek dan pada kredit diberikan bisa saja menghasilkan
profit marjin, namun bisa juga tidak bilamana kondisi sosial/ekonomi/politik
berubah drastis sehingga terjadi peningkatan kredit macet dalam jumlah
material dan efek-efek yang maturitas tidak bisa dikonversikan menjadi kas.
3) Untuk kepentingan analisis pengelolaan likuiditas, data aset dan liabilitas
keuangan, baik dalam valuta rupiah maupun valuta asing, lazimnya
distrukturkan lebih lanjut menurut tingkat maturitasnya (jatuh temponya) ke
dalam beberapa interval waktu : belum jatuh tempo, jatuh tempo < 2 minggu,
jatuh tempo < 1 bulan, jatuh tempo 1-3 bulan, jatuh tempo 3-6 bulan, jatuh
tempo 6 -12 bulan, dst. Data tersebut disajikan ke dalam Laporan Profil
Maturitas yang dibuat secara bulanan. Dengan data itu maka analisis
ratio/nisbah likuiditas dan analisis risiko likuiditas serta analisis penurunan
nilai (impairment losses) dapat dilakukan secara valid.
4) Khusus untuk aset dan liabilitas moneter dalam valuta asing, baik yang
terdapat di laporan posisi keuangan maupun di rekening administratif, jumlah
absolut dari selisih antara aset dan liabilitas keuangan dalam valuta asing
akan menghasilkan Posisi Devisa Neto/ PDN (Net Open Position/ NOP)
yang harus dilaporkan kepada Bank Indonesia secara berkala (mingguan).
Berdasarkan ketentuan Peraturan BI No.12/10/PBI/2010 tanggal 1 Juli 2010,
PDN tidak boleh melebihi 20% dari modal bank. Apabila bank melanggar
ketentuan BI itu maka bank ybs akan terkena penalty.
4. RATIO LIKUIDITAS
5. RISIKO LIKUIDITAS
Risiko Likuditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan
akibat dari adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada
umumnya berjangka pendek dan aset keuangan yang pada umumnya
berjangka panjang.
Dalam likuiditas terdapat dua risiko penting yaitu risiko ketika kelebihan
dana dimana dana yang ada dalam bank banyak yang idle, hal ini akan
menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Kedua, risiko ketika
kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi
kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada. Dan juga akan mendapat
penalti dari bank sentral. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh bank
karena akan mengganggu kinerja keuangan dan kepercayaan masyarakat
terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika bank
mengharapkan keuntungan yang maksimal akan berisiko pada tingkat
likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi berarti tingkat
keuntungan tidak maksimal. Disini terjadi konflik kepentingan antara
mempertahankan likuiditas yang tinggi dan mencari keuntungan yang
tinggi.
Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi bank terutama untuk mengatasi
risiko likuiditas yang disebabkan oleh dua hal di atas. Untuk menjaga agar
risiko likuiditas ini tidak terjadi, kebijakan manajemen likuiditas yang dapat
dilakukan antara lain dengan menjaga kecukupan asset jangka pendek,
seperti kas.
3. Simpanan dari bank lain (Deposit from other Banks) 2.002.893 915.769
4. Liabilitas derivatif (Derivative payable) 8.397 19.374
5. Hutang akseptasi (Acceptance payable) 607.277 594.064
6. Pinjaman yang diterima (Fund borrowing) 135.675 538.900
7. Beban yg harus dibayar dan liabilitas lain-lain
(Accrued expenses and Other Monetary liabilities) 0 0
Total Liabilitas Moneter 68.729.655 57.707.791
Penyelesaian :
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Kredit yang diberikan
LDR (Loan to
= Total simpanan x 100%
Deposit Ratio) nasabah (tabungan,
giro, deposito)
Rp.34.748.506
LDR 2018 = x 100%
7.932.885 + 10.927.297 + 42.422.689
Rp.34.748.506
LDR 2018 = x 100%
Rp.61.282.871
Rp.27.777.461
LDR 2017 = x 100%
5.568.710 + 10.688.046 + 34.816.471
Rp.27.777.461
LDR 2017 = x 100%
Rp.51.073.227
Total simpanan
nasabah (tabungan,
giro, deposito)
34.125.316
PLADR 2018 = x 100%
61.282.871
30.178.235
PLADR 2017 = x 100%
51.073.227
E. DAFTAR PUSTAKA:
1. Dahlan Siamat, “Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2005.
2. Hadiwidjaja, Rivai Wirasasmita, “Manajemen Dana Bank”, Penerbit CV. Pionir
Jaya, Bandung, 2005.
3. Ismail, “Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi”, Edisi Pertama,
Cetakan Ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011.
4. Muchdarsyah Sinungan, “Manajemen Dana Bank”, Edisi Kelima, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta, 2005.
5. Thomas Suyatno, et.al, “Kelembagaan Perbankan”, Edisi Kelima, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
6. Y. Sri Susilo, et.al, “Bank & Lembaga Keuangan Lain”, Cetakan Pertama,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2.000.
7. Peraturan Bank Indonesia No.12/10/PBI/2010 tanggal 1 Juli 2010 tentang Posisi
Devisa Neto Bank Umum
8. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.42/POJK.03/2015 tentang Kewajiban
Pemenuhan Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio) bagi Bank
Umum.