Anda di halaman 1dari 56

MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK

A. Khoirul Anam, S.E., M.Si.


FEB UNISNU JEPARA
Strategi umum Bank yang Likuid?
§ Likuiditas dapat diartikan sebagai • Memiliki alat likuid (primary reserve)
kemampuan perusahaan dalam yang cukup untuk membayar
memenuhi kewajibannya yang kewajiban segera. Alat likuid terdiri
segera harus dibayar.
dari: kas dan setara kas; giro dan
§ Likuiditas bank adalah tabungan pada bank lain.
kemampuan bank untuk
memenuhi kemungkinan
• Bila cadangan primer tidak
penarikan simpanan dan mencukupi, bank memiliki cadangan
kewajiban lainnya dan/atau sekunder (secondary reserve) yang
memenuhi kebutuhan masyarakat terdiri dari: deposito pada bank lain
berupa kredit dan penempatan dan SBI.
dana lainnya. • Dapat menciptakan hutang baru,
§ Manajemen likuiditas bank apabila alat likuid dan cadangan
diartikan sebagai suatu proses sekunder tidak mencukupi.
pengendalian dari alat-alat likuid
yang mudah ditunaikan guna
memenuhi semua kewajiban bank
yang segera harus dibayar.
Fungsi Likuiditas Bank (Sinkey, 1999)
§ Untuk menunjukkan dirinya atau bank sebagai tempat yang aman
untuk menyimpan uang;
§ Memungkinkan bank untuk memenuhi komitmen kreditnya;
§ Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntungkan;
§ Untuk menghindari diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan
negatif dari otoritas pengawas atau penguasa moneter karena
meminjam dana likuiditas dari bank sentral;
§ Memperkecil penilaian risiko ketidakmampuan membayar kewajiban
penarikan dananya.
Teori Likuiditas (John Halsem, 1988)
Productive Theory of Credit Doctrine of Asset Shiftability
(Commercial Loan Theory) Menurut teori ini, bank2 dapat menamakan
Likuiditas bank akan terjamin apabila “shiftable loans” yaitu kredit yang harus
aktiva produktif (earning assets) dibayar dengan pemberitahuan satu atau
disusun dari kredit jangka pendek yang beberapa hari sebelumnya dengan jaminan
mudah dicairkan selama bisnis dlm surat berharga pasar modal (stock exchange
kondisi normal. Secara spesifik bahwa collateral). Bila bank memerlukan tambahan
bank hanya akan memberikan kredit likuiditas dapat menagih kpd peminjam.
jangka pendek yang sangat mudah Peminjam meminjam kembali scr langsung
dicairkan atau likuid (short term, self maupun tak langsung melalui jaminan surat
liquidating) melalui pembayaran berharga.
kembali (angsuran) atas kredit tersebut
sebagai sumber likuiditas.

Theory of Shiftability to The Market


Likuiditas bank dapat dijamin apabila bank memiliki portofolio surat2 berharga
yang dapat segera dialihkan menjadi dana likuid untuk memenuhi likuiditas
bank. Konsep yg lebih luas dari konsep ini meliputi pembelian bank terhadap
sekuritas jangka pendek.
Pendekatan dalam Manajemen Likuiditas

1. Pendekatan Likuiditas Aktiva (Assets 2. Pendekatan Likuiditas Pasiva (Liability


Liquidity) Liquidity)
§ Aktiva likuid/lancar merupakan § Perbedaan substansial bank besar dan bank
alternatif sumber dana bank. Bank kecil dalam penggunaan manajemen
dapat menggunakan baik asset likuiditas pasiva. Bank besar yg aktif di pasar
maupun liabilities untuk memenuhi uang memiliki keuntungan alami daripada
kebutuhan kas. bank kecil dalam hal kemampuan untuk
§ Sebagai reserve, jika pasar uang membelanjainya, sebaliknya bank kecil
kurang percaya pada kemampuan sering memperoleh dana pasar uang
bank hal ini akan menyebabkan melalui bank2 koresponden yang besar,
sumber dana peminjam sulit diakses oleh karenanya bank kecil cenderung
atau diperoleh. Dalam situasi seperti memiliki simpanan lebih besar diatas
ini bank akan menyandarkan diri pada permintaan kredit.
aktiva likuidnya untuk memelihara § Keuntungan utama pada manajemen pasiva
operasi bisnisnya adalah bahwa aktiva dapat digeser dari
instrumen pasar uang yang memberikan
keuntungan yang rendah menjadi kredit
yang memberikan keuntungan lebih tinggi
dari surat berharga jangka panjang.
Perputaran Aktiva dan Pasiva,
serta Kontribusi Pendapatan & Biaya Dana
A Aktiva Perputaran dan Kontribusi Kontribusi terhadap
terhadap Likuiditas pendapatan Bank
1 Jangka Pendek Tinggi Rendah
2 Jangka Panjang Rendah Tinggi
B Pasiva Perputaran dan Kontribusi Kontribusi terhadap
terhadap Likuiditas pendapatan Bank
1 Jangka Pendek Tinggi Rendah
2 Jangka Panjang Rendah Tinggi
Bagaimana Manajemen Likuiditas Yang Baik?
§ Manajemen likuiditas yang terbaik adalah melalui kombinasi
likuiditas aktiva dengan likuiditas pasiva, selanjutnya disebut
pendekatan manajemen dana.
§ Dalam pendekatan ini akan meliputi perbandingan total kebutuhan
likuiditas dengan total sumber likuiditas.
§ Pendekatan tersebut adalah menghitung perubahan overtime pada
keduanya yaitu kebutuhan likuiditas dan sumber likuiditas.
Berapakah Rasio Likuiditas Yang
Rasio Likuiditas: Optimal?
§ Rasio Likuiditas dapat digunakan untuk § Likuiditas sebaiknnya tidak terlalu
menilai kemampuan bank dalam memenuhi tinggi sebab hal itu merupakan
kewajiban- kewajiban jangka pendek atau biaya oportunitas dari kelebihan
kewajiban yang sudah jatuh tempo. likuiditas;
§ Rasio Likuiditas yang digunakan untuk § Manajemen Likuiditas juga dpt
menilai kinerja suatu bank antara lain: konflik dg tujuan manajemen yg
a. Indikator Posisi Kas lain di dlm area manajemen
Indikator posisi kas yang dihitung dengan sensitivitas suku bunga,
formula jumlah kas/total aset, indikator ini manajemen kredit dan portofolio
digunakan untuk mengukur jumlah kas manajemen;
terhadap besarnya aset yang dikelola § Pada manajemen tsb biasanya
b. Cash Ratio (CR) mengutamakan profitabilitas
Cash Ratio yang dihitung dengan formula alat sementara manajemen likuiditas
likuid/hutang lancar sebagai indicator lebih mementingkan tingkat
kemampuan LK dalam menghadapi likuiditas yang dipertahankan.
kewajiban lancar, termasuk kemungkinan
penarikan dana simpanan oleh nasabah *) Lakukan analisis historis untuk
c. Loan to Deposit Ratio (LDR) mengetahui tingkat aman dari IPS &
CR, sehingga dapat dijadikan acuan
pengelolaan likuiditas harian.
Mengidentifkasi mengukur rasio likuiditas diantaranya:
1. Likuiditas Jangka Pendek, untuk jangka waktu sampai 7 hari yang akan datang:
a. Cash Indicator Position (CIP)
Cash Indikator Pasition (CIP) = Kas/Total Aktiva x 100%
Rasio ini digunakan untuk mengukur besaran kontribusi dana tunai ke dalam
aktiva bank. Semakin tinggi dan terus meningkat setiap hari dari ratio ini,
menunjukkan bahwa transaksi kas masuk lebih besar dari kas keluar sehingga
likuiditas bank dapat diturunkan dan begitupun sebaliknya.
b. Cash Ratio (CR)
Cash Ratio (CR) = Alat Likuid/Hutang Lancar x 100%
§ Alat Likuid meliputi:
Kas dan Penanaman pada Bank Lain dalam bentuk Giro dan Tabungan dikurangi
dengan tabungan bank lain pada BPR.
§ Pasiva Lancar meliputi:
Kewajiban segera, Tabungan dan Deposito.
(SK.DIR.BI. Nomor 30/12/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar
kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid
yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin tinggi kemampuan
likuiditas bank dan di sisi lain, akan mempengaruhi kemampuan bank dalam
menyalurkan kredit yang akhirnya akan berdampak pada profitabilitas.
c. Loan to Deposit (LDR)
LDR = Kredit yang diberikan/Dana yang diterima x 100%

Kredit yang diberikan meliputi:


a) Kredit yang diberikan kepada masyarakat dikurangi dengan bagian kredit
sindikasi yang dibiayai bank lain,
b) Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit yang diberikan dalam jangka
waktu lebih dari 3 (tiga) bulan,
c) Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit sindikasi.

Dana yang diterima meliputi:


a) Deposito dan tabungan dari masyarakat,
b) Pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan (di luar
pinjaman subordinasi),
c) Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan,
d) Modal inti,
e) Modal pinjaman.
§ Loan to deposit ratio yaitu rasio antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan
deposit yang terdiri dari tabungan, deposito berjangka, modal pinjaman,
pinjaman yang diterima dan ekuitas. Apabila rasio antara 90% - 94.75%
tergolong sehat dan apabila lebih dari 102,25% tergolong tidak sehat.
§ Formula ini juga tidak dapat dijadikan acuan dalam mengukur rasio likuiditas
karena risiko likuiditas pada hakekatnya adalah apabila asset yang dapat
dikonversikan menjadi kas tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban yang
harus dibayar.
§ Disamping itu, dengan dimasukkannya modal pinjaman yang diterima tidak
mencerminkan deposit (simpanan) yang sebenarnya.
§ Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank membayar kembali dana
yang diterima dengan mengandalakan kredit yuang diberikan sebagai sumber
likuiditas atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah
dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang hendak menarik kembali dananya yang telah disalurkan oleh bank
berupa kredit.
§ Semakin tinggi rasio tersebut, memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan
Keseimbangan Antara Biaya Pemeliharaan
dan Biaya Ketidakcukupan Likuiditas

Total Cost
Cost
Total of Maintanance

Cost of Insufficient

0
Optimum Bank Liquidity
Pengukuran Likuiditas Bank

Dalam perspektif memenuhi Ragulasi


1. Giro Wajib Minimum (GWM)
2. Current Ratio (CR)
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Dalam konteks pemenuhan kebutuhan internal


1. Cash Flow Method
2. Basic Surplus
3. Rasio Likuiditas Proyeksi
4. Indeks Likuiditas
1. Giro Wajib Minimum (GWM)
• Merupakan jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank yang
besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari Dana Pihak
Ketiga (DPK)
• GWM terdiri dari GWM Valas dan GWM Rupiah
• Untuk mengukur pemenuhan tingkat GWM menggunakan pendekatan
Lagged Reserve Requirement (LRR) dan Contamporaneous Reserve
Requirement (CRR)
• LRR adl ketentuan reserve berdasarkan pada kewajiban yg tlh terjadi pada
periode sblmnya
• CRR adl ketentuan reserve yg dihitung berdasarkan keadaan kewajiban
sesaat pd periode waktu yg sama
• Pemenuhan GWM dihitung dengan membandingkan saldo rekening Giro
Bank pd BI setiap akhir hari dlm 1 masa laporan terhadap rata2 harian jml
DPK dlm 1 masa laporan pd 2 masa laporan sblmnya
Masa Laporan I GWM harian untuk masa laporan sejak tgl 1 s.d 7 adl
sebesar persentase GWM yg ditetapkan dr rata2 harian
juml DPK dlm masa laporan sejak tgl 16 s.d 23 bulan
sebelumnya
Masa Laporan II GWM harian untuk masa laporan sejak tgl 8 s.d 15 adl
sebesar persentase GWM yg ditetapkan dr rata2 harian juml
DPK dlm masa laporan sejak tgl 24 s.d akhir bulan
sebelumnya
Masa Laporan III GWM harian untuk masa laporan sejak tgl 16 s.d 23 adl
sebesar persentase GWM yg ditetapkan dr rata2 harian juml
DPK dlm masa laporan sejak tgl 1 s.d 7 bulan yg sama
Masa Laporan IV GWM harian untuk masa laporan sejak tgl 24 s.d tanggal
akhir bulan adl sebesar persentase GWM yg ditetapkan dr
rata2 harian juml DPK dlm masa laporan sejak tgl 8 s.d 15
bulan yg sama
Masa Laporan I II III IV

16 23 24 Akhir bln 1 7 8 15 16 23 24 Akhir bln


% GWM yg I II III IV
ditetapkan
dari rata2
harian DPK
Giro Wajib Minimum Valuta Rupiah
§ Bank wajib memenuhi GWM valuta rupiah sebesar 7,5% dari DPK
§ GWM valuta rupiah ini dipenuhi dari GWM utama 5% dari DPK dan
GWM sekunder 2,5% dari DPK
§ GWM utama yaitu simpanan minimum yg wajib dipelihara oleh bank
dlm bentuk saldo Rekening Giro pd BI
§ GWM sekunder adalah cadangan minimum yg wajib dipelihara oleh
bank berupa SBI, SUN atau Excess Reserve
Giro Wajib Minimum Utama

Jumlah harian saldo Rekening Giro Bank yg tercatat


di BI Setiap hari dlm 1 masa laporan
X 100% = 5% dari DPK
Rata2 harian juml DPK Bank dlm 1 masa laporan
Pada 2 masa laporan sebelumnya

• Rekening Giro adalah rek pihak eksternal tertentu di BI yg merupakan sarana


bagi penatausahaan transaksi dari simpanan yg penarikannya dpt dilakukan
setiap saat.
• Rekening Giro dalam rupiah adalah rek giro dlm mata uang rupiah yg
penarikanya dpt dilakukan dg menggunakan cek BI, BG BI, atau sarana lainnya
yg berlaku mengenai hub rek giro antara BI dg pihak eksternal.
• DPK adalah kewajiban bank kpd penduduk dan bukan penduduk dlm rupiah
rata-rata harian total DPK dlm rupiah kpd pihak ketiga bukan bank, baik kpd
pendudduk maupun bkn penduduk, terdiri dari Giro, Tabungan, Simpanan
Berjangka/Deposito & Kewajiban lainnya
Giro Wajib Minimum Sekunder dalam Rupiah

SBI + SUN + SBSN + Excess Reserve


X 100% = 2,5% dari DPK
Rata2 harian juml DPK Bank dlm 1 masa laporan
Pada 2 masa laporan sebelumnya

• GWM sekunder adl cadangan minimum yg wajib dipelihara oleh bank


berupa SBI, SUN, Surat Berharga Syariah Negara / Excess Reserve, yg
besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari DPK,
ditetapkan sebesar 2,5% dari DPK rupiah.
• Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yaitu srt berharga dlm mata uang
rupiah yg ditetapkan oleh BI sbg pengakuan utang berjangka wkt
pendek.
Giro Wajib Minimum Sekunder dalam Rupiah
• Surat berharga Negara (SBN) adl srt berharga berupa Surat Utang Negara dlm mata
uang Rp dan/atau srt berharga berdsrkan prinsip syariah dlm mata uang Rp yg
diterbitkan oleh Pemerintah.
• Surat Utang Negara (SUN) yaitu surat pengakuan utang yg diterbitkan oleh
Pemerintah RI.
• Obligasi Negara (ON) merupakan SUN yg berjangka waktu >12 bulan dg kupon
dan/atau pembayaran scr diskonto.
• Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yaitu SUN yg berjangka wkt s.d 12 bln dg
pembyrn bunga scr diskonto
• Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adl srt berhrg negara yg
diterbitkan berdsrkan prinsip syariah sbg bukti atas bag penyertaan terhdp SBSN
• Excess Reserve adl kelebihan saldo Rekening Giro Bank dari GWM yg dipelihara di BI.
Giro Wajib Minimum dalam Valuta Asing

Jumlah harian saldo Rekening Giro Bank yg tercatat


di BI Setiap hari dlm 1 masa laporan
X 100% = 1% dari DPK valas
Rata2 harian juml DPK Bank dlm 1 masa laporan
Pada 2 masa laporan sebelumnya

• Rekening Giro adalah rekening pihak eksternal tertentu di BI yg merupakan sarana


bagi penatausahaan transaksi dari simpanan yg penarikannya dpt dilakukan setiap
saat.
• Rekening Giro dalam valas adalah rek giro dlm valas yg penarikanya dpt dilakukan
dg pemindahbukuan atau sarana lainnya yg berlaku mengenai hub rek Giro antara
BI dg pihak eksternal.
• DPK adalah kewajiban bank kpd penduduk dan bukan penduduk dlm valas. Rata-
rata harian total DPK dalam valas adalah dlm seluruh kantor Bank di Indonesia.
2. Curent Ratio (CR)

Alat likuid
CR = __________________ x 100%
Utang Lancar

• Curent Ratio adalah perbandingan alat likuid terhadap utang lancar.


• Alat likuid dlm hal ini adl kas dan penanaman pd bank lain dlm bentuk giro
dan tabungan dikurangi dg tabungan bank lain pd bank.
• Utang Lancar adl meliputi kewajiban segera, tabungan dan deposito.

Rasio CR Predikat Likuiditas CR


4,05 atau lebih Sehat
3,30 -< 4,05 Cukup Sehat
2,55 -< 3,30 Kurang Sehat
Lebih kecil dari 2,55 Tidak Sehat
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Kredit yg diberikan
LDR = __________________ x 100%
Dana yg diterima

• Rasio ini mengukur likuiditas dari perbandingan antara kredit yg


diberikan dg dana yg diterima. Kredit yg dimaksud meliputi:
1. Kredit yg diberikan kpd masy dikurangi dg bag kredit sindikasi yg
dibiayai bank lain;
2. Penanaman pd bank lain dlm bentuk kredit yg diberikan dg
jangka waktu lbh dr 3 bln;
3. Penanaman pd bank lain, dlm bentuk kredit dlm rangka kredit
sindikasi.
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Dana yang diterima bank, meliputi:
1. Deposito dan tabungan masyarakat;
2. Pinjaman bukan dari bank lain dg jangka waktu lbh dr 3 bln
(diluar pinjaman subornasi);
3. Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih
dari 3 bulan;
4. Modal Inti;
5. Modal Pinjaman.

Rasio LDR Predikat Likuiditas LDR


Kurang dari 93,75 Sehat
93,75 s.d 97,50 Cukup Sehat
97,50 s.d 101,25 Kurang Sehat
101,25 atau lebih Tidak Sehat
4. Cash Flow Method

• Metode ini memprediksi kebutuhan kas harian bank


• Bank dapat memprediksi Cash Inflow dan Cash Outflow pada setiap hari
• Bank tidak hanya menentukan tingkat likuiditas untuk memenuhi regulasi tapi
lebih dilihat sebagai bentuk pemenuhan likuiditas menurut kebutuhan bank
itu sendiri

No Keterangan Jumlah Total


I Kenaikan Kas & Giro BI
a. Setiap kenaikan pasiva Bank Rp.
b. Penurunan aktiva bank selain kas & giro BI Rp.
Cash In Flow +Rp.
II Penurunan kas & Giro BI
a. Setiap penurunan pasiva bank Rp.
b. Setiap kenaikan aktiva bank selain kas & giro BI Rp.
Cash Out Flow -Rp.
Net Cash Flow Rp.
5. Basic Surplus Method
• Untuk memprediksi dan mengukur keadaan likuiditas bank disaat
tertentu.
• Basic Surplus = Aktiva Lancar – Pasiva Lancar
• Seluruh komponen aktiva maupun pasiva dalam neraca bank digolongkan
berdsrkan sisa waktu jatuh temponya dari saat pengukuran dilakukan,
dengan batasan jangka waktu misal 7 hari.
• Kriteria:
1. BS+ menunjukkan penempanan pada aktiva jangka pendek dibiayai
oleh sebesar jangka panjang, shg memiliki likuiditas ekstra;
2. BS- menunjukkan aktiva kurang lancar (Less Liquid Assets) dibiayai
oleh sebesar dana jangka pendek, shg memiliki likuiditas ketat;
3. BS=0 dikatakan menjadi macthed funding, penempatan aktiva
jangka pendek dibiayai juga dengan sebesar dana jangka pendek,
shg likuiditas dlm keadaan optimal
6. Rasio Likuiditas Proyeksi

Proyeksi perubahan Aktiva dikurangi


proyeksi perubahan Pasiva
Rasio Likuiditas =
Jumlah Aktiva pada tanggal tertentu di masa
yang akan datang yang harus dibiayai

• Metode ini mengukur likuiditas yg berjangka waktu lebih panjang


(longer term liquidity).
• Rasio likuiditas ini merupakan proyeksi kebutuhan likuiditas setelah
memperhitungkan perkembangan usaha (volume neraca) yang
diinginkan dalam periode tertentu.
• Bila rasio likuiditas positif maka menunjukkan bank harus mencari
dana di pasar uang untuk menutup proyeksi kekurangan likuiditasnya,
sebaliknya bila rasio negatif maka menunjukkan bank kelebihan dana
unt ditempatkan.
7. Liquidity Index

Total bobot Pasiva


Liquidity Index = __________________
Total bobot Aktiva

• Metode ini digunakan untuk mengukur likuiditas berjangka waktu


panjang pada suatu saat tertentu.
• Kriteria:
1. Indeks lebih kecil dari 1 maka menunjukkan bank scr
keseluruhan membiayai aktivanya dg sbr dana berjangka wkt lbh
pendek (struktur likuiditasnya agresif)
2. Indeks lebih besar dari 1 maka scr keseluruhan aktiva dibiayai
dg sbr dana berjangka waktu lebih panjang (struktur
likuiditasnya konservatif)
3. Likuiditas dikatakan optimal bila indeks sama dengan satu
disebut Roughly matched book.
MEMANTAU POSISI LIKUIDITAS

Mematuhi Maturity Profile


Untuk mengetahui kebutuhan likuiditas yang akan datang, maka LK perlu
memantau maturity profile, baik asset maupun liablilities.
§ Maturity Profile merupakan pemetaan posisi aset dan kewajiban ke dalam
skala waktu tertentu (maturity buckets) berdasarkan sisa jangka waktu
sampai dengan jatuh tempo (remaining maturity).
§ Maturity Profile ditujukan untuk mengidentifikasi terjadinya gap likuiditas
dalam skala waktu tertentu. Gap likuiditas dapat terjadi posisi gap positif
atau gap negatif.

Pemantauan Maturity Profile, yang perlu diperhatikan adalah:


1. Mengidentifkasi terjadinya gap likuditas (selisih) antara posisi aset likuid (Kas, ABA
seperti giro, tabungan, deposito), angsuran kredit masuk, kredit jatuh tempo, dan
aset likuid lain) dan kewajiban harus segara dibayar (tabungan, kewajiban segera,
deposito jatuh tempo; simpanan bank lain dan pinjaman diterima) ke dalam skala
waktu tertentu.
§ Gap likuiditas (selisih) dapat terjadi:
§ Gap positif, apabila posisi aset likuid> kewajiban
§ Gap negatif, apabila posisi aset likuid< kewajiban
2. Persiapkan Contigency Plan dalam mengatasi gap
Dalam pemantauan posisi likuiditas
dapat dilakukan, diantaranya:
1) Posisi rasio likuiditas harian,
termasuk intra hari.
2) Posisi maturity profile dalam
jangka waktu pendek (≤30 hari)
dan panjang (>30 hari) untuk
mengatahui gap likuiditas dan
upaya untuk menutup gap
tersebut dengan segera.
3) Posisi likuidity index (profil
pendanaan) dan upaya
mengendalikannya.
4) Memperhatikan dan
mengembangkan indikator
peringatan dini dari hasil
pengukuran rasio likuiditas.
Bagaimana Contigency Plan dalam mengatasi
kedua gap (positif dan negatif) tersebut dan hasil
kondisi perhitungan Likuidity Index serta apa
alasannya manajamen mengambil tindakan
tersebut?
MERENCANAKAN KEBUTUHAN LIKUIDITAS

Membuat Proyeksi Kebutuhan Kebutuhan likuiditas untuk memenuhi operasional


Likuiditas layanan, diantaranya:
1) Menghitung kebutuhan 1) Cadangan likuiditas wajib atau menjaga likuiditas
likuiditas untuk kelancaran minimum bank.
operasional layanan sesuai 2) Penarikan simpanan (tabungan, deposito) dan
dengan kebijakan yang kewajiban segera lainnya.
berlaku. 3) Pengeluaran biaya operasional (biaya tenaga kerja,
2) Menghitung proyeksi biaya umum lainya).
kebutuhan likuiditas untuk 4) Permintaan kredit dari masyarakat.
penyaluran dana. 5) Pembayaran kewajiban ke pihak kreditur.

Pemeliharaan dan penentuan cadangan likuiditas


minimum, dapat menggunakan metode saldo rata-
rata harian (daily average balance), yaitu
berdasarkan Perilaku Arus Kas pada periode:
1. Kebutuhan likuiditas rendah
Maksudnya, apabila perilaku arus kas cenderung
surplus, maka kebutuhan likuiditas rendah,
sehingga Cash Ratio dapat diturunkan.
2. Kebutuhan likuiditas tinggi
Maksudnya, apabila perilaku arus kas cenderung
defisit, maka kebutuhan likuiditas tinggi, sehingga
Cash Ratio dapat dinaikkan.
Proyeksi Kebutuhan Likuiditas
Dalam rangka menentukan kebutuhan dana untuk melakukan perluasan pemberian
kredit pada LK selama 7 hari sampai dengan tgl 7 Januari 200xx didapat data sebagai
berikut:

1. Data aktual periode 31 Des 20xx 2. Proyeksi kebutuhan untuk 7 hari sampai dengan 7
untuk alat likuid (Kas + Giro + Januari 20xx, adalah:
Tabungan) sebesar Rp8.222, kredit a) Alat likuid diperkirakan berkurang sebesar
yang diberikan Rp128.220 dan Rp1.200
penempatan pada bank lain dalam b) Pencairan kredit baru Rp6.780
bentuk deposito sebesar Rp28.975. c) Pencairan deposito pada bank lain Rp4.300
Simpanan masyarakat berupa d) Proyeksi peningkatan tabungan Rp5.167
tabungan Rp50.233 dan deposito e) Proyeksi peningkatan deposito Rp2.402
Rp85.098.
MENETAPKAN KEBIJAKAN TREASURY
1. Menetapkan kebijakan batasan kas (cash limit).
2. Memilih strategi pengelolaan likuiditas.
3. Merancang langkah-langkah antisipasi kebutuhan likuiditas.

Kebijakan Treasury Mengelola Cash Limit


Prinsip penerapan treasury policies yaitu : Dalam mengelola cash limit, LK harus
1) Mengelola idle funds secara efisien, pemperhatikan:
aman dan menguntungkan. 1) Besarnya reserve requirement (cash
2) Menjaga cash limit yang memenuhi rasio) yang wajib dibentuk menurut
ketentuan otoritas dan kebutuhan ketentuan yang berlaku.
operasional. 2) Prilaku cash flow secara harian, kapan
3) Memanfaatkan stand-by credit lines. saat membutuhkan likuiditas tinggi atau
4) Mengantisipasi dan menghadapi likuiditas rendah,
setiap situasi/kondisi darurat, misalkan 3) Maturity profile antara asset dengan
yang berkaitan dengan penarikan dana liabilities.
simpanan nasabah dalam jumlah 4) Batasan trade off antara likuiditas dan
besar yang akan berdampak signifikan rentabilitas.
terhadap likuiditas bank.
Mengelola Idle Money
Untuk mengoptimalkan dana idle, LK dapat melakukan:

§ Selain penyaluran dana dalam bentuk kredit, LK dapat menempatkan dana ke


dalam Cadangan Sekunder (Secondary Reserve), seperti penempatan dana pada
bank lain (giro, tabungan, deposito dan/atau SBI).

Pertimbangan penempatan dana pada bank lain:


1. Tingkat kesehatan atau kinerja bank lain.
2. Penempatan pada LK lain berlaku ketentuan BMPK, baik piihak terkait maupun
pihak tidak terkait.
3. Adanya jumlah maksimal penjaminan dan syarat penjaminan LPS.
4. PPAP untuk penempatan pada bank lain dihitung terhadap jumlah nominal
penempatan pada tiap bank setelah dikurangi nilai penjaminan.
Krisis Likuiditas dan Indikasinya

§ Loan to deposit ratio yang melebihi 115%.


LDR merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana
pihak ketiga. LDR menjadi salah satu tolok ukur likuiditas bank yang
berjangka waktu agak panjang. Semakin tinggi tingkat LDR menunjukan
semakin jelek kondisi ekonomi bank, karena penempatan pada kredit
juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktu-waktu ditarik.
§ Patuh secara kaku terhadap ketentuan reserve requirement valuta
rupiah sebesar 7,5% dari dana pihak ketiga ketika valuta rupiah dan
reserve requirement untuk valuta asing sebesar 1% dari DPK valuta
asing.
§ Pemenuhan reserve requirement yang tepat sesuai ketentuan tidak
menjamin kemampuan bank dalam melakukan kewajiban pembayaran
kepada nasabah karena setiap bank mempunyai kebutuhan uang kas
yang berbeda.
Money Center Bank Evergreen Loan
Bank yang selalui mengandalkan sumber Kredit yang dapat diperpanjang
dana dari pasar uang. Bank yang demikian misalnya kredit rekening koran. Bila
biasanya diindikasikan adanya sumber bank terlalu besar kreditnya pada
dana dari pasar uang yang lebih besar kredit ini maka pada kondisi uang
dari pada sumber dana dari masyarakat. ketat sangat berbahaya.

Ekspansi kredit yang berlebihan Lemahnya manajemen cadangan


Sektor kredit akan memberikan sekunder
profitabilitas yang besar bagi bank. Namun Cadangan sekunder pada bank (SBI,
penempatan kredit mempunyai sifat deposito pada bank lain, dsb) adalah
likuiditas rendah. Artinya semakin besar merupakan penyangga bagi ketidak
kredit yang ditempatkan maka semakin cukupan cadangan primer dalam
rendah tingkat likuiditas bank, dan memenuhi kebutuhan likuiditas. Bila
sebaliknya. cadangan primer (reserve
requirement) tidak mencukupi,
maka cadangan sekunder dapat
segera diuangkan untuk membiayai
likuiditas tersebut.
Strategi Menghadapi Krisis Likuiditas

Strategi Represif Strategi Preventif


Strategi represif dapat dilakukan bank Dalam strategi ini bank menghindari
kalau bank yang bersangkutan sedang diri dari aspek spekulatif dalam
mengalami krisis likuiditas. Manajemen mengelola likuiditas. Likuiditas
harus dapat menyelamatkan bank dikendalikan melalui ketajaman prediksi
tersebut agar tidak sampai dilikuidasi. pengelola likuiditas yang bisa dilihat
Dapat ditempuh dengan berbagai dari dimensi waktu (dapat bersifat
alternatif (Widigdo Sukarman, 1991) harian, jangka menengah dan
1. Meminjam dana dari pasar uang; pengendalian jangka panjang)
2. Mengkonversikan sumber dana asing
yang dimiliki;
3. Meminjam valuta asing dari pasar
uang internasional;
4. Memanfaatkan fasilitas Discount
Window
Strategi Mengelola Likuiditas
1) Memperpanjang Maturity Liabilities, kecuali bila tingkat bunga cenderung turun.
2) Diversifikasi sumber dana termasuk menemukan sumber-sumber baru.
3) Menjaga agar selalu dapat keseimbangan jangka waktu assets terhadap liabilities.
4) Memperbaiki likuiditas dengan berbagai cara seperti pengalihan aset yang kurang
marketable ke yang lebih marketable.

Mengatasi Kebutuhan Likuiditas Darurat


1) Mencairkan dana yang terdapat dalam Cadangan Sekunder (Secondary Reserve).
2) Menarik dana dari fasilitas standby loan dari bank atau kreditur lain.
3) Menciptakan hutang baru melalui pemeliharaan hubungan baik dengan pihak
lain sebagai alternatif sumber dana.
4) Memanfaatkan bantuan likuiditas dari Bank Jangkar (Apex Bank), bila ada.
5) Memanfaatkan bantuan likuiditas dari Pemerintah/Bank Indonesia, bila ada.
6) Penambahan modal (fresh money).
MERENCANAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN LIKUIDITAS
1. Merencanakan jumlah likuiditas yang dibutuhkan sesuai dengan kebijakan
yang berlaku.
2. Menetapkan kebijakan tingkat bunga dan jangka waktu pendanaan.
3. Memilih berbagai sumber dana.

MERENCANAKAN KEBUTUHAN LIKUIDITAS


§ Perencanaan likuiditas
adalah kegiatan bank untuk mengetahui besarnya kebutuhan dana bank baik
untuk jangka pendek (≤30 hari) maupun untuk jangka yang lebih panjang
dikaitkan dengan rencana pertumbuhan bank.
§ Tujuan perencanaan likuiditas
adalah untuk memastikan bahwa dana yang dibutuhkan akan tersedia dengan
biaya yang relatif murah.
Persiapan dalam merencanakan Klasifikasi sumber dana utama:
keubutuhan likuiditas: 1) Golongkan sumber dana yang stabil dan
1) Klasifikasikan sumber-sumber dana sumber dana yang berfluktuasi
utama bank berdasarkan tingkat (volatile).
kecepatan berputarnya. 2) Modal sendiri, pinjaman subordinasi,
2) Kelompokkan jenis aset likuid dan aset dan pinjaman jangka panjang
yang tidak likuid, dimaksudkan untuk digolongkan sebagai sumber dana
mengukur kemampuan bank dalam tetap.
memenuhi kebutuhan likuiditas dari 3) Estimasi sumber dana tabungan,
aset lancar yang dimiliki. deposito, dll
4) Estimasi sumber dana yang berfluktuasi
berdasarkan catatan tahun-tahun yang
lalu (historical record).
5) Analisis situasi ekonomi, keuangan,
politik, bisnis dan persaingan usaha
bank tahun berjalan dan prediksi ke
depan.
KEBIJAKAN TINGKAT BUNGA DAN JANGKA WAKTU

Menetapkan kebijakan tingkat bunga dan jangka waktu adalah bagian utama dari kegiatan
gap manajemen, meliputi:
1. Maturity Period
Yakni periode jatuh tempo untuk masing-masing item dalam neraca, yang menunjukkan
tanggal dimana kewajiban jatuh tempo. Misalnya: deposito 3 bulan yang akan jatuh
tempo 1 bulan yang akan datang dan deposito 6 bulan yang akan jatuh tempo 4 bulan
yad.
2. Repricing Period
Yakni interval waktu untuk melakukan penyesuaian tingkat bunga sesuai dengan
perjanjian sebelumnya di kedua sisi neraca. Misalnya: pinjaman disesuaikan tingkat
suku bunganya setiap 3 bulan – 6 bulan, dst.

Kebijakan pengelolaan antara tanggal jangka waktu jatuh tempo (final maturity date)
dengan tanggal penyesuaian bunga (interest manurity date) dari assets dan liability :
1) Final Maturity dari aset maupun kewajiban adalah tanggal pada saat dana yang
diwujudkan dalam assets/liability yang bersangkutan harus dicairkan/ dibayar.
2) Interest Rate Maturity dari aset maupun kewajiban adalah tanggal pada saat
assets/liabilities tersebut akan atau dapat disesuaikan tingkat bunganya (repriced).
Strategi mengatur bunga:
1. Apabila ada kecendrungan tingkat bunga naik, maka:
§ Utamakan floating rates assets.
§ Utamakan fixed rates liabilities.
§ Fixed rate assets pada saat tingkat bunga mencapai puncaknya.
2. Apabila ada kecendrungan tingkat bunga menurun, maka:
§ Utamakan fixed rate assets.
§ Utamakan floating rates liabilities.
§ Fixed rate liabilities pada saat tingkat bunga mencapai titik rendah.
MERENCANAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN LIKUIDITAS

SUMBER DANA BANK

1. Dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank
yang terdiri: modal disetor, cadangan, dan laba ditahan.
2. Dana pihak ke-2, yaitu dana dari bank/kreditur lain, baik berupa pinjaman
maupun penempatan dana ataupun pinjaman dari kreditur bukan bank
3. Dana pihak ke-3, yaitu: dana simpanan masyarakat berupa tabungan dan
deposito.

Dalam penghimpunan dana pihak ketiga, perlu mengantisipasi terkonsentrasinya


dana dari penyimpan inti, baik penabung inti maupun deposan inti. Semakin tinggi
rasio penyimpan inti terhadap total dana pihak ketiga, maka semakin tinggi risiko
likuiditas yang dihadapi oleh Bank.
Gambaran Umum Risiko Likuiditas

§ Tidak seperti risiko lain yang diperlakukan sangat solvensi atas suatu FI,
risiko likuiditas merupakan aspek normal manajemen setiap hari bagi
suatu FI.
§ Beberapa FI lebih terekspos terhadap risiko likuiditas daripada yang lain.

Risiko likuiditas muncul untuk dua alasan, yaitu:


1. Dari sisi kewajiban,
2. Dari sisi aset.

§ Risiko sisi kewajiban terjadi ketika para pemegang kewajiban suatu FI


seperti para deposan, atau para pemegang polis asuransi, mengambil
untuk menguangkan klaim keuangannya dengan segera.
§ Ketika para pemegang kewajiban meminta kas dengan menarik
deposito, FI membutuhkan untuk meminjam dana tambahan atau
menjual aset2 untuk memenuhi penarikan tsb.
Gambaran Umum Risiko Likuiditas
§ Beberapa aset yang dilikuidasi untuk memenuhi penarikan mungkin
dilikuidasi hanya pada harga penjualan-api (fire-sale prices).
§ Harga penjualan-api: harga yang diterima untuk suatu aset yang
dilikuidasi (dijual) dengan segera.
§ Risiko likuiditas sisi aset: hasil dari komitmen meminjamkan. Ketika
peminjam mencairkan komitmen pinjaman, FI harus mendanai pinjaman
pada neraca dengan segera, ini menciptakan suatu permintaan untuk
likuiditas.
Risiko Likuiditas & Lembaga Depositori
§ Risiko Likuiditas Sisi Kewajiban
§ Risiko Likuiditas Sisi Aset
§ Mengukur Eksposur Likuiditas Bank
§ Risiko Likuiditas, Kekosongan Deposito yang tidak
Diharapkan, dan Run Bank
§ Bank Run, Pintu Diskon, & Asuransi Deposito.
Risiko Likuiditas Sisi Kewajiban
§ Rekening giro & rekening transaksi lainnya: kontrak yang memberikan
para pemegangnya hak untuk menjual klaim kembali kepada bank pada
beberapa hari tertentu & meminta pembayaran kembali segera pada
nilai muka atas klaim depositonya dalam kas.
§ Dalam teori, paling sedikit, suatu bank mempunyai 20% kewajiban2
dalam rekening giro & rekening transaksi lain harus siap untuk
membayar jumlah itu dengan melikuidasi aset2-nya pada hari
perbankan.
§ Kebanyakan rekening giro secara normal bertindak sebagai deposito inti,
yaitu: deposito yang menyediakan sumber pendanaan jangka panjang
untuk suatu bank.
§ Dalam kondisi tertentu, terkadang bank mengalami kekosongan
deposito bersih, yaitu: jumlah dengan mana penarikan kas melebihi dari
tambahannya; suatu arus kas keluar bersih.
§ Ada dua cara untuk mengatasi kekosongan deposito:
1. Manajemen likuiditas yang dibeli, & atau
2. Manajemen likuiditas yang disimpan.
Risiko Likuiditas Sisi Kewajiban
§ Manajer yang membeli likuiditas ke pasar untuk membeli dana, seperti
SBI & atau pasar2 persetujuan pembelian kembali (repo), yang mana
pasar antar bank untuk pinjaman jangka pendek menghilangkan
kekosongan deposito.
§ Dalam manajemen likuiditas yang disimpan, untuk memenuhi
kekosongan deposito dapat juga dilakukan dengan meminjam di pasar2
uang besar, bank dapat menjual beberapa aset.
Risiko Likuiditas Sisi Aset

Kekosongan deposito dapat menyebabkan problema likuiditas bank, hingga


penggunaan oleh para peminjam komitmen pinjaman & lini kredit lainnya.
Cara mengatasi
1. Manajemen likuiditas yang dibeli (meminjam di pasar uang &
meminjamkan dana ini kepada peminjam),
2. Manajemen likuiditas yang disimpan (menurunkan aset kas milik
bank).
Mengukur Eksposur Likuiditas Bank

§ Sumber & penggunaan likuiditas: dengan alat laporan likuiditas bersih


yang mencatat sumber & penggunaan likuiditas, yang menyediakan
ukuran posisi likuiditas bersih.

Ada tiga cara yang dapat ditempuh oleh bank untuk mendapatkan dana likuid:
1. Menjual aset2 bertipe kasnya,
2. Meminjam dana di pasar uang,
3. Menggunakan kelebihan cadangan kas

§ Perbandingan rasio kelompok sebanding: membandingkan rasio2 kunci


tertentu & sifat neraca.
§ Rasio pinjaman dari deposito & dana yang dipinjam terhadap aset total
berarti bahwa bank mengandalkan secara berat pada pasar uang jangka
pendek daripada deposito inti untuk pinjaman2 dana.
Mengukur Eksposur Likuiditas Bank
§ Indeks likuiditas: dikembangkan oleh Jim Pierce pada Fed, yang mengukur
kerugian potensial suatu FI dapat menderita dari mendadak atau suatu
penyelesaian menjual-api atas aset dibandingkan dengan jumlah yang akan
diterima pada pasar wajar di bawah kondisi pasar normal.

I = S[(wi)(Pi/Pi*)]

wi = persentase dari masing2 aset


Pi = harga aset2 penjualan api dengan segera
Pi* = harga pasar wajar atas aset.

§ Kesenjangan pembelanjaan & kebutuhan pembelanjaan: ada tiga rumus.


1. Kesenjangan pembelanjaan = Pinjaman rata-rata – Deposito rata-rata.
2. Kesenjangan pembelanjaan = Aset2 likuiditas + Dana yang dipinjam.
3. Kesenjangan pembelanjaan + Aset2 likuid = Kebutuhan pembelanjaan (Dana
yang dipinjam).
Mengukur Eksposur Likuiditas Bank
Perencanaan likuiditas: suatu komponen kunci dalam mengukur risiko
likuiditas & biaya2 yang berhubungan.

Ada empat komponen perencanaan likuiditas:


1) Gambaran atas pendalaman & tanggung jawab manajerial.
2) Daftar mendalam atas para penyedia dana kebanyakan menyukai
untuk menarik seperti pola atas penarikan dana.
3) Identifikasi ukuran deposito potensial & penarikan dana pada
horizon waktu yang bervariasi di masa mendatang seperti sumber
pendanaan pasar swasta alternatif untuk memenuhi runoff.
4) Perencanaan tersebut membentuk batas2 internal atas pemisahan
peminjaman perusahaan anak atau cabang seperti batas untuk
premi risiko yang dapat diterima untuk membayar masing2 pasar.
Risiko Likuiditas, Kekosongan Deposito yang
tidak Diharapkan & Bank Runs
§ Problema likuiditas utama dapat muncul, jika kekosongan deposito
secara abnormal besar & tidak diharapkan.
§ Guncangan penarikan deposito dapat terjadi karena beberapa alasan:
1. Perhatian tentang solvensi bank relatif terhadap bank lain.
2. Kegagalan atas bank yang berhubungan, mengarahkan pada
perhatian deposan yang tinggi tentang solvensi bank lain (efek
penularan).
§ Gelombang yang tidak diharapkan mendadak dalam risiko penarikan
deposito bersih memicu bank run biasanya dapat memperkuat suatu bank
dalam solvensi.
§ Bank run: kenaikan mendadak & tidak diharapkan dalam penarikan
deposito dari suatu bank.
§ Kontrak rekening giro: kontrak datang-pertama, pertama dilayani-pertama
dalam pengertian bahwa suatu tempat deposan dalam garis menentukan
jumlah yang ia dapat untuk menarik.
§ Dalam kenyataan, seorang deposan menerima pembayaran penuh atau
tidak sama sekali.
§ Karena peningkatan suatu bank run, permintaan untuk penarikan deposito
bersih meningkat.
§ Bank awalnya dapat memenuhinya dengan menurunkan cadangan
tunainya, menjual aset2 yang tidak likuid atau menyiapkan aset2 yang
marketabel, dan mengambil pinjaman di pasar uang.
§ Bank run yang berlanjutan dapat memunculkan panik bank, yaitu run
sistematik & menular atas deposito industri perbankan sebagai
keseluruhan.
§ Ada dua elemen penyekatan/isolasi risiko likuiditas utama dalam bank run:
1. Asuransi deposito, & 2. pintu diskon.
§ Asuransi deposito dilakukan dengan cara regulator pemerintah atas
lembaga2 depositori mengembangkan program penjaminan yang
ditawarkan bagi para pemegang deposito dengan tingkat perlindungan
asuransi yang bervariasi untuk menghalangi run.
Likuiditas & Perusahaan Asuransi Jiwa
§ Perusahaan asuransi jiwa memegang cadangan kas untuk memenuhi
pembatalan & kebutuhan modal kerja lain.
§ Ketika pendapatan premi tidak mencukupi, asuransi jiwa dapat
menjual beberapa aset likuid relatifnya, seperti obligasi pemerintah.
§ Solvensi pada perusahaan asuransi dapat menghasilkan run dalam
mana pendapatan premi baru berkurang & para pemegang polis
membatalkan polisnya dengan menguangkannya dalam nilai
penyerahannya.
§ Nilai penyerahan: jumlah yang diterima pemegang polis asuransi
ketika menguangkan suatu polis lebih awal.
§ Untuk memenuhi permintaan yang luar biasa atas kas, perusahaan
asuransi dapat menjual aset2 yang kurang likuid dalam
portofolionya, seperti pinjaman hipotek komersial & sekuritas2 lain,
pada harga penjualan-api secara potensial.
Risiko Likuiditas & Asuransi Kerugian
§ Hal ini dapat menyebabkan arus masuk kas preminya, ketika
tambahan untuk pengembalian investasinya, tidak mencukupi untuk
memenuhi klaim polis.
§ Klaim2 yang tidak diharapkan besar dapat juga material & melebihi
arus pendapatan premi & pengembalian pendapatan dari aset, dapat
juga menjadi penyebab eksposur likuiditas.
§ Aset2 perusahaan asuransi kerugian aset cenderung lebih berjangka
pendek & lebih likuid daripada asuransi jiwa.
§ Eksposur likuiditas terbesar asuransi kerugian terjadi ketika para
pemegang polis asuransi membatalkan atau gagal untuk
memperbaharui polis karena risiko insolvensi, penentuan harga, atau
alasan persaingan.

Anda mungkin juga menyukai