Anda di halaman 1dari 4

Tugas Manajemen Risiko

MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS

Dosen: Dr. H. Nuryaman, S.E., M.Si., Ak., CA.

Oleh :

Nilta Zahratal Husna

(1620104039)

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2021
RINGKASAN : MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS

A. PENGERTIAN DAN IDENTIFIKASI RISIKO LIKUIDITAS


Risiko likuiditas adalah suatu risiko yang mana pada suatu perusahaan atau individu
sudah tidak mampu lagi memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka waktu pendek karena
tidak bisa mengubah asetnya menjadi uang tunai.
Likuiditas adalah salah satu aspek yang sangat penting di dalam keuangan sebuah
perusahaan. Perannya yang sangat penting ini pastinya akan menentukan tingkat kemampuan
suatu perusahaan dalam menutupi kewajiban lancarnya. Bank harus melakukan analisis
terhadap seluruh sumber
Risiko Likuiditas. Sumber Risiko Likuiditas meliputi :
(i) produk dan aktivitas perbankan yang dapat mempengaruhi sumber dan
penggunaan dana baik pada posisi aset dan kewajiban maupun rekening
administratif;
(ii) Risiko-risiko lain yang dapat meningkatkan Risiko Likuiditas, misalnya Risiko
Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional.

B. PENGUKURAN RISIKO LIKUIDITAS


Pengukuran risiko likuiditas dapat menggunakan 2 cara yaitu:
1. Pengukuran berdasarkan ukuran nominal (stock based): 
Metode pengukuran stock based menggunakan berbagai macam rasio keuangan sebagai
indikator tingkat risiko likuiditas, antara lain:
a. (Aset Likuid Primer + Aset Likuid Sekunder) / Total Aset
Rasio ini mengukur besar aset likuid dibandingkan dengan total aset bank. Aset
likuid primer adalah aset sangat likuid yang terdiri dari kas, surat berharga Bank
Indonesia, obligasi pemerintah jangka pendek dan likuid.
Aset likuid sekunder adalah aset yang kurang likuid seperti:
 Obligasi pemerintah kategori AFS jangka panjang 1 - 5 tahun dan likuid,
atau kategori HTM jangka pendek dibawah satu tahun.
 Obligasi pemerintah kategori trading dengan jangka waktu lebih dari 5
tahun, dengan haircut 25%.
b. (Aset Likuid Primer + Aset Likuid Sekunder) / Pendanaan Jangka Pendek
Rasio ini mengukurjumlah aset likuid dibandingkan dengan sumber dana jangka
pendek. Rasio di atas 100% dinilai memadai. Pendanaanjangka pendekadalah
DPKjangka waktu di bawah setahun, giro, dan tabungan.
c. (Aset Likuid Primer + Aset Likuid Sekunder) / Pendanaan Non Inti
Pendanaan non inti adalah pendanaan yang dinilai tidak stabil seperti: dana
relatif besar di atas Rp 2 miliar, transaksi antarbank, dan pinjaman dari bank
lain. Pendanaan non inti jangka pendek adalah yang mempunyai jangka waktu
di bawah satu tahun.
d. Aset Likuid Primer /  Pendanaan Non Inti Jangka Pendek
e. Pendanaan Non Inti / Total Pendanaan
Total pendanaan adalah seluruh dana pihak ketiga dan pinjaman dari pihak lain.
f. Pendanaan Non Inti – Aset Liquid Total Aset Peroduktif – Aset Liquid
Digunakan untuk menilai ketergantungan bank dari dana non-inti.

2. Pengukuran berdasarkan arus kas (flow based): 


Metode pengukuran flow based menggunakan liquidity gap analysis. Dalam analisis gap
likuiditas, gap yang dimaksud adalah selisih antarajumlah aset dan kewajiban yangjatuh tempo
pada periode tertentu. Distribusi komponen neraca ke dalam bucket interval waktu sesuai
dengan perkiraan arus kas.
Data yang digunakan adalah komponen relevan dari pos aset, Liabilities maupun off
balance sheet. Sumber data untuk liquidity gap diperoleh dari beberapa sumber, yaitu neraca
akunting, data proyeksi likuiditas dari unit bisnis berikut perkiraan pendapatan, dan biaya
bunga.
 Liquidity gap positif berarti jumlah aset lebih besar dari kewajiban pada periode maturity
tersebut.
 Liquidity gap negatif berarti kewajiban lebih besar dari aset pada periode maturity
tersebut. Gap negatif adalah keadaan yang menimbulkan risiko bagi bank dan
membutuhkan pengelolaan lebih lanjut.

C. PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN RISIKO LIKUIDITAS


Standar perbankan intenasional mengungkapkan pentingnya hal-hal berikut ini dalam
mengelola manajemen likuiditas bank:
a. Penentuan kebijakan manajemen likuiditas yang akurat, bisa dipahami dan akomodatif.
b. Adanya Komite Aset dan Liabilitas (ALCO)
c. Pembentukan sistem informasi untuk pemantauan dan pelaporan
d. Sistem pengendalian internal yang memadai untuk pengelolaan likuiditas bank

 Pemantauan Risiko Likuiditas


Pemantauan risiko likuiditas yang dilakukan bank harus memperhatikan indikator peringatan
dini untuk mengetahui potensi peningkatan risiko likuiditas bank.
 Pengendalian Risiko Likuiditas
a. Pengendalian risiko likuiditas dilakukan melalui strategi pendanaan, Pengelolaan posisi
likuiditas dan risiko likuiditas harian, pengelolaan posisi likuiditas, dan risiko likuiditas
intragrup Pengelolaan aset likuid yang berkualitas tinggi, dan rencana pendanaan darurat
b. Strategi pendanaan mencakup strategi diversifikasi sumber dan jangka waktu pendanaan
yang dikaitkan dengan karekteristik dan rencana bisnis bank.

D. STRATEGI PENGENDALIAN RISIKO LIKUIDITAS


Risiko likuiditas adalah risiko yang dapat terjadi jika kesenjangan pendanaan meningkat, atau
jika Bank tidak dapat memenuhi pembayaran kewajiban pada saat jatuh tempo, termasuk pencairan
simpanan nasabah.
1. Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
Kebijakan yang dijalankan Bank dalam mengendalikan risiko likuiditas adalah menetapkan
kebijakan pengendalian risiko likuiditas yang telah disesuaikan dengan misi, strategi bisnis,
kecukupan permodalan, sumber daya manusia dan risk appetite Bank.

2. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko,

3
serta Sistem Informasi Manajemen Risiko
Identifikasi risiko likuiditas dengan menilai arus kas dan posisi likuiditas. Pengukuran atas
risiko likuiditas minimum meliputi rasio likuiditas, profil maturitas, proyeksi arus kas dan
stress testing. Pemantauan posisi likuiditas dilakukan secara berkala dan memperhatikan
indikator peringatan dini atas indikator internal dan eksternal. Sistem informasi dapat
menyajikan informasi kondisi likuiditas secara harian.

3. Sistem Pengendalian Intern secara menyeluruh


Sistem pengendalian internal dilakukan untuk mengantisipasi potensi kenaikan risiko likuiditas
yang dapat mengganggu operasional maupun kelangsungan usaha Bank serta mengaktifkan
Contingency Funding Plan untuk mengelola kondisi likuiditas pada saat krisis.

Anda mungkin juga menyukai