Anda di halaman 1dari 5

Tugas Metodologi Penelitian

GOODNESS OF MEASURE
(VALIDITAS DAN RELIABILITAS)

Dosen: Dr. H. Nuryaman, S.E., M.Si., Ak., CA.

Oleh :

Nilta Zahratal Husna

(1620104039)

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2020
GOODNESS OF MEASURE

Pengukuran variabilitas karakteristik obyek penelitian yang kemudian dikenal sebagai


konsep, konstrak atau variabel dilakukan dengan menggunakan suatu instrument atau alat
ukur. Instrument yang telah dibangun untuk mengukur konsep haruslah diyakini
sungguhsunguh bisa mengukur apa yang mau diukur dan mampu mengukur secara akurat dan
konsisten. Alat uji yang dipergunakan untuk menguji kedua hal tersebut dinamakan uji
validitas dan reliabilitas. Tujuan dilakukannya uji validitas dan reliabilitas instrument adalah
agar alat ukur yang kita gunakan tepat sasaran dan stabil dan konsisten ketika digunakan.

A. UJI VALIDITAS
Pengujian validitas bertujuan memberi keyakinan bahwa instrument yang digunakan
dalam penelitian mengukur apa yang sesungguhnya ingin diukur. Suatu alat ukur yang valid
dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan tinggi.
Kecermatan berarti dapat menemukan perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada karakteristik
yang diukur. Secara garis besar validitas bisa dikelompokkan ke dalam validits eksternal dan
validitas internal. Validitas eksternal temuan penelitian adalah kemampuan data untuk
digeneralisir antar orang, setting dan waktu. Validitas internal merupakan kemampuan
instrument penelitian untuk mengukur apa yang mau diukur. Bagian ini hanya akan
membahas validitas internal saja.
Jenis pengujian validitas kuesioner secara statistik dapat dibedakan menjadi dua yaitu
validitas faktor dan validitas item.
a. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor,
antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan atau keterkaitan. Pengukuran
validitas faktor ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor
yaitu penjumlahan item dalam satu faktor dengan skor total faktor yaitu total
keseluruhan faktor.
b. Validitas item dilihat dari korelasi atau dukungan terhadap item total atau skor
total dari item-item. Perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara
skor item dengan skor total item. Validitas item juga bisa digunakan untuk
kuesioner yang terdiri lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item
dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian
dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor yaitu
penjumlahan dari beberapa faktor. Hasil perhitungan korelasi akan diperoleh
koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item
dan juga untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak.
Penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya
dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya
suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Pemahaman mengenai uji validitas akan lebih mudah dimengerti jika sudah dipahami
apa pengertian konsep maupun konstruk. Konsep adalah sekumpulan arti atau karakteristik
yang bisa dihubungkan dengan kejadian, situasi, objek atau perilaku tertentu (Cooper dan
Schindler,) sedangkan Zikmund lebih menekankan bahwa kumpulan pengertian atau
karakteristik yang dapat diterima secara umum. Konsep dalam penelitian sangat penting,

1
konsep yang jelas dapat digunakan untuk membangun hipotesis dan konsep yang jelas dapat
digunakan untuk memahami variable. Konsep pada dasarnya harus jelas dan harus dapat
dimengerti oleh orang lain. Konstruk adalah ide atau image yang abstrak yang
dikembangkan dalam penelitian. Biasanya konstruk merupkan kombinasi dari konsep,
contoh: pengendalian adalah konsep, pengendalian internal adalah konstruk. Keabstrakan
dari konstruk harus dapat dikurangai dengan cara dioperasionalisasikan.

 JENIS-JENIS UJI VALIDITAS


1. Face Validity
Face validity merupakan bentuk yang paling sederhana dari uji validitas yang
mengindikasikan bahwa item-item (kriteria) yang dimaksudkan untuk mengukur
konsep hanya dilihat dari permukaannya saja atau dilihat secara selintas, yang
kelihatannya seperti telah mengukur konsep tersebut. Face validity ini merupakan
penilaian komunitas ilmiah bahwa indikator sungguh-sungguh mengukur konstruk.
2. Content Validity
Secara ringkas validitas isi mengukur tingkat yang menunjukkan bahwa isi dari suatu
item (kriteria) secara layak menyajikan seluruh kriteria yang relevan yang diteliti.
Metode yang digunakan berdasarkan penilaian ahli secara panel. Untuk mengevaluasi
validitas isi haruslah terlebih dahulu disetujui elemen-elemen yang merupakan
kecakupan yang layak.
3. Ctiterion-related Validity/Validitas Kriteria Berhubungan
Criterion-related validity dikenal juga sebagai validitas empiris menggunakan
beberapa standar atau kriteria untuk mengindikasi suatu konstruk secara akurat,
dikatakan empiris karena di uji dari pengalaman. Validitas kriteria ditentukan oleh
kriteria yang digunakan dalam konstruk baik berupa kriteria internal maupun
eksternal. Validitas suatu indikator di verifikasi dengan cara membandingkannya
dengan alat ukur yang lain untuk konstruk yang sama. (Neuman, 2000). Ada dua jenis
validitas ini yaitu concurrent dan predictive.
a. Concurrent Validity
Dikatakan terdapat concurrent validity jika suatu indikator untuk alat ukur yang
baru haruslah berhubungan dengan indikator yang sudah ada sebelumnya. Artinya
jika seseorang diukur dengan menggunakan alat yang lama memiliki skor yang
tinggi, maka jika diukur dengan alat yang baru juga akan menghasilkan skor yang
tinggi juga. Contoh: seorang dosen yang ingin mengetahui apakah soal ujian
tengah semester yang disusun sudah valid atau belum, (bisa digunakan untuk
mengukur kemampuan mahasiswa) maka diperlukan kriteria masa lalu yang
datanya sudah tersedia, misalnya nilai ujian tengah semester lalu.
b. Predictive Validity
Predictive validity akan terjadi jika alat ukur yang baru mampu memprediksi
kejadian dimasa datang. (Zikmund, 2003), yang secara logis berhubungan dengan
konstruk. Pengukuran kriteria dan ukuran diprediksi haruslah berbeda dalam
waktu. Misalnya seorang calon mahsiswa yang hasil test TPA nya tinggi
diharapkan indek prestesinya kelak juga akan tinggi. Jika ternyata mahasiswa
tersebut gagal dalam ujian di semester satu sedangkan calon mahasiswa yang pada

2
saat ujian masuk nilai TPA nya rendah ternyata berhasil pada ujian semester satu
maka dapat dikatakan alat ukur TPA yang digunakan tidak mamiliki predictive
validity.
4. Construct Validity
Construct validity menguji derajat kebaikan hasil yang diperoleh dengan
menggunakan alat ukur sesuai dengan teori yang dirancang untuk di tes. Dapat juga
dikatakan bahwa validitas konstruk atau Construct Validity merupakan validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh butir tes (item) dapat mengukur apa yang benar-
benar hendak diukur yang sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang
telah ditetapkan. Validitas konstruk berhubungan dengan kejadian dan objek yang
abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk dapat dipakai
dalam mengukur sikap, minat konsep diri, fokus kontrol, gaya kepemimpinan,
motivasi berprestasi dan lainnya, ataupun yang sifatnya performa maksimum seperti
instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelektual),
kecerdasan, emosional dan lainnya. Validitas konstruk ini dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik statistic yang disebut analisis faktor. Penaksiran validitas
konstruk dilakukan dengan menggunakan convergent dan discriminant validity.
a. Convergent Validity
Validitas konvergen berarti pengguanaan alat ukur yang berbeda untuk mengukur
konstruk yang sama akan berkaitan satu sama lain atau beroperasi dengan cara yang
sama (Neuman, 2000). Dapat juga dikatakan jika skor yang diperoleh dengan
menggunakan dua alat yang berbeda untuk mengukur konsep yang sama mempunyai
hubungan yang sangat erat. Validitas convergent juga bisa disebut sebagai validitas
eksternal karena dilakukan dengan cara mengorelasikan alat ukur baru dengan tolok
ukur eksternal yaitu alat ukur yang sudah ada dan sudah valid.
b. Discriminant Validity
Validitas diskiminan sering juga disebut sebagai divergent validity merupakan lawan
dari convergent validity. Hal ini berarti bahwa indikator dari suatu konstruk
bergantung satu sama lain, akan tetapi diverge atau negative jika berkaitan dengan
konstruk yang berlainan. Validitas yang ideal dalam ilmu sosial tidak mudah untuk
dicapai, karena pengukuran aspek-aspek sosial mengandung lebih banyak kesalahan
daripada pengukuran aspek fisik. Valditas alat ukur tidak berlaku untuk semua tujuan
ukur. Suatu alat ukur hanya valid untuk tujuan pengukuran tertentu saja, artinya valid
untuk apa dan valid bagi siapa. Cronbach bahkan menyatakan bahwa dalam proses
validasi sesungguhnya bukan melakukan validasi alat ukur tetapi melakukan validasi
terhadap interpretasi data yang diperoleh dari suatu prosedur tertentu.

B. UJI RELIABILITAS
Reliability/reliabilitas Sering dalam keseharian kita mengatakan bahwa seseorang
dapat diandalkan artinya orang tersebut selalu stabil dan bertanggungjawab. Suatu alat ukur
dikatakan dapat diandalkan atau reliable apabila ketika digunakan menghasilkan ukuran yang
sama dari waktu ke waktu dan lintas situasi.

3
Secara lebih luas dikatakan bahwa reliabilitas merupakan tingkat pengukuran yang
bebas dari kesalahan dan oleh karenanya menghasilkan hasil yang konsisten. Dengan kata
lain reliabilitas alat ukur mengindikasikan stabilitas dan konsistensi ketika alat ukur
digunakan mengukur konsep. Contoh alat ukur yang reliabel, untuk mengetahui suhu tubuh
seseorang digunakan alat ukur yang disebut dengan thermometer, siapapun yang
menggunakan thermometer tersebut untuk mengukur suhu seseorang akan menghasilkan
hasil yang sama. Akan tetapi jika pengukuran suhu tubuh tersebut dilakukan dengan cara
menempelkan telapak tanga kedahi orang yang akan diukur maka pengukuran yang dilakukan
oleh si A tidak akan sama dengan pengukuran yang dilakukan oleh si B. jadi cara mengukur
suhu tubuh dengan telapak tangan tidaklah reliabel.

 JENIS-JENIS UJI RELIABILITAS


Ada dua jenis ukuran stabilitas yaitu test-retest reliability dan parallel-form
reliability. Sedangkan untuk mengukur konsistensi dapat menggunakan internal
consistency of measure atau inter-item consistency reliability.
1. Test-retest Reliability
Koefisian reliabilitas diperoleh dengan mengulangi pengukuran pada kesempatan
kedua. Dapat juga dikatakan apakah alat ukur menghasilkan hasil yang sama ketika
diukur pada waktu yang berbeda misalnya beberapa minggu kemudian sampai enam
bulan yang akan datang.
2. Parallel-form Relibility
Jika respon dari dua perangkat ukuran yang mengukur konstruk yang sama
mempunyai hubungan yang tinggi maka dapat dikatakan bahwa diperoleh parallel-
form reliability. Kedua ukuran mempunyai karakteristik yang sama yang diubah
hanya kata-katanya saja.
3. Internal Consistency of Measure
Ukuran konsistensi internal mengindikasikan homogenitas karakteristik yang
mengukur konstruk. Karakteristik-karakteristik tersebut harus berkaitan satu sama lain
dan mampu mengukur secara independen konsep yang sama sehingga responden
dapat memahami keseluruhan arti dari masing-masing karakteristik.
4. Interitem Consistency Reliability
Reliabilitas konsistensi antar karakteristik merupakan test konsistensi jawaban
responden atas semua karakteristik yang diukur. Test yang popular untuk mengukur
Inter-item Consistency Reliability adalah Cronbach’s alpha dan Kuder-Richardson
formulas.
5. Split-half Reliability
Reliabiltas belah dua mencerminkan hubungan antara dua bagian dari alat ukur.
Estimasinya akan bervariasi tergantung bagaimana karakteristik dalam ukuran
dibelah, misalnya ganjil genap.

Anda mungkin juga menyukai