Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Aktiva dan Pasiva Bank
B. Aktiva dan Pasiva ditinjau dari Sudut Pandang Manajemen Aktiva Pasiva Bank
1. Aktiva ditinjau dari sudut pandang Manajemen Aktiva Pasiva Bank
2. Pasiva ditinjau dari sudut pandang Manajemen Aktiva Pasiva Bank
C. Tujuan Pengelolaan Aktiva Pasiva Bank
D. Pendekatan Dalam Manajemen Aktiva Dan Pasiva Bank
E. Risiko Dalam Pengelolaan Aktiva dan Pasiva
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mengatur dan menata aktiva adalah pengelolaan semua harta kekayaan bank
dan semua kewajiban bank. Sering pula diartikan sebagai pengelola sumber dana
dan pengalokasiannya. Yang pasti adaah keseimbangan dua sisi dari neraca bank
merupakan tugas rutin dari manajemen bank. Artinya keseimbangan antara aktiva
dan pasiva yang tergambar dalam neraca bank merupakan bagian yang amat
penting dalam tugas-tugas manajemen bank.
Dalam mengelola aktiva dan pasiva, manajemen bank harus melakukannya
dengan cermat dan harus senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian karena
bisnis perbankan senantiasa dihadapkan pada resiko baik yang diakibatkan oleh
pihak internal maupun pihak eksternal. Jika bank keliru dalam menerapkan
kebijakan pengelolaan aktiva dan pasivanya, maka bank akan menanggung resiko
yang besar. Oleh karena itu, adalah hal yang sangat penting bagi bank untuk
senantiasa memperhatikan pengelolaan aktiva dan pasivanya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalha tersebut dapat diambil beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian manajemen aktiva dan pasiva bank?
2. Bagaimanakah aktiva dan pasiva ditinjau dari sudut pandang manajemen
aktiva pasiva bank?
3. Apa saja tujuan dari manajemen aktiva pasiva bank?
4. Bagaimana cara bank dalam memecahkan persoalan dana perbankan
sehingga tercapai keseimbangan antara aktiva dan pasivanya?
5. Apa saja risiko yang dapat terjadi dalam pengelolaan aktiva dan pasiva
bank?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Aktiva dan Pasiva Bank


Fokus manajemen dana suatu bank adalah pada pengelolaan aktiva dan
pasiva secara terpadu. Aktiva bank yang berbasis bunga akan menghasilkan
pendapatan dan pasiva akan menimbulkan biaya. Aktiva dan pasiva bank adalah
dua sisi dan gambaran dari keuangan bank, baik yang berbentuk kekayaan atau
harta milik bank, maupun hal-hal yang menggambarkan posisi utang, kewajiban
dan modal bank. Keduanya harus mencapai keseimbangan (balance) dimana
faktor yang dapat menyeimbangkan diantara keduanya adalah rugi dan laba dari
bank tersebut.
Menurut John A. Haslem pengertian manajemen aktiva-pasiva bank
merupakan koordinasi hubungan timbal balik antara sumber-sumber dan
penggunaan dana berdasarkan keputusan dan rencana jangka pendek.
Sedangkan menurut Barret F Binder dan Thomas W.F Lindquist bahwa
manajemen aktiva-pasiva bank adalah suatu pengelolaan aktiva dan pasiva secara
terpadu, berkesinambungan untuk mencapai keuntungan dalam situasi lingkungan
bisnis yang selalu berubah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam manajemen aktiva-pasiva
bank atau Asset liability manajemen (ALMA) tersebut ada proses, koordinasi
secara terus menerus, responsif terhadap setiap perubahan lingkungan bisnis untuk
mencapai keuntungan yang optimum melalui pengelolaan aktiva dan pasiva secara
terpadu. Proses dilakukan melalui masukan-masukan (informasi) yang diterima
oleh pihak yang berkompeten di suatu bank. Masukan-masukan itu digunakan
untuk mengambil keputusan setelah melakukan kordinasi dengan berbagai unit di
suatu bank atau pendukungnya. Dalam hal ini koordinasi dilakukan oleh komite
yang dalam lembaga perbankan disebut Komite Manajemen Aktiva-Pasiva (Assets
Liabilities Management Committee/ALCO).
B. Aktiva dan Pasiva ditinjau dari Sudut Pandang Manajemen Aktiva
Pasiva Bank
Neraca atau balance sheet adalah suatu gambaran dari laporan keuangan bank
yang mengemukakan perbandingan yang seimbang antara harta, benda, milik atau
kekayaan bank dengan semua klewajiban, utang dan modalnya. Dengan ringkas
kita bisa menyebutkan bahwa neraca adalah keseimbangan antara aktiva dan
pasiva suatu bank.
1. Aktiva ditinjau dari sudut pandang Manajemen Aktiva Pasiva Bank
Dari sudut pandang manajemen aktiva pasiva bank, Aktiva itu menunjukkan
posisi kekayaan bank yang merupakan hasil pengggunaan dana bank atau sering
disebut dengan Sumber penggunaan dana bank, yang terdiri dari:
2 Alat likuid, yaitu Kas dan Giro di Bank Indonesia yang yang pemeliharaan
pos ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penarikan dan oleh nasabah
dan pemenuhan Giro Wajib Minimum (GMW).
3 Giro pada bank lain, yaitu simpanan pada bank yang memiliki network
yang lebih luas guna memperoleh fasilitas jasa-jasa perbankan seperti
collection, Letter of Credit (L/C), Forex Line, dll yang berkaitan dengan
layanan banking correspondent.
4 Placement (Penempatan pada bank lain), yaitu penempatan dana jangka
pendek dalam bentuk Interbank Call Money, Deposit on Call, Certificate
of Deposit, dll untuk peningkatan pendapatan.
5 Surat berharga, yaitu penempatan untuk cadangan sekunder dalam bentuk
Surat Berharga Pasar Uang, Promissory note, Banker’s Acceptance, Wesel
Ekspor, dll untuk peningkatan pendapat.
6 Kredit yang diberikan, pada umumnya lebih dari 70% dari volume usaha
bank penggunaan dananya disalurkan kepada pemberian fasilitas kredit,
karena perkreditan merupakan usaha pokok suatu bank.
7 Penyertaan, yaitu penyertaan dana pada suatu perusahaan dilakukan oleh
bank umumnya adalah dalam rangka penyelamatan kredit yang diberikan
dan sifatnya hanya sementara.
8 Aktiva Tetap, umumnya berupa tanah dan gedung kantor bank dan
inventaris lainnya yang digunakan untuk keperluan operasional bank.
2. Pasiva ditinjau dari sudut pandang Manajemen Aktiva Pasiva Bank
Dari sudut pandang Manajemen Aktiva Pasiva Bank, Pasiva yang terdiri dari
kelompok kewajiban dan ekuitas mencerminkan kegiatan penghimpunan dana
bagi kegiatan operasional bank, karena tanpa adanya kelompok pasiva, maka
usaha bank tidak akan berjalan. Oleh karena itu, Pasiva disebut juga sebagai
“Sumber Dana Bank”, yang terdiri dari:
a. Giro, yaitu simpanan nasabah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan cek, Bilyet Giro, dan melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Walaupun simpanan giro ini frekuensi aliran dana ke luar masuk sangat tinggi,
namun setiap hari ada rata-rata saldo yang tertinggal di rekening giro tersebut,
dan dana yang mengendap inilah yang merupakan sumber dana bank.
b. Tabungan, yaitu simpanan nasabah perorangan yang penarikannnya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan withdrawal slip (slip penarikan)
dan Anjungan Tunai Mandiri. Frekuensi aliran dana keluar masuk simpanan
ini tidak setinggi simpanan giro, oleh karena penggunaan dana yang
mengendap bagi bank dapat lebih diharapkan.
c. Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, yaitu simpanan dana nasabah yang
jangka waktu penempatannya telah disepakati bersama, oleh karena itu
pemanfaatan dananya oleh bank dapat lebih terfokus untuk pembiayaan
fasilitas kredit jangka menengah maupun jangka panjang terutama jika bank
dapat mengidentifikasi kebiasaan nasabah yang melakukan roll over
simpanannya.
d. Kewajiban segera lainnya, yatu terdiri dari rekening persepsi pajak
(penampungan pembayaran PPn, PPh, Bea Masuk, dll). Kewajiban kepada
Kas Negara, Interbank transfer yang belum dieksekusi, Interbank Call Money
(sebagai borrower), Traveller’s Check yang dijual (belum dicairkan oleh
buyer). Dana yang mengendap dari aktivitas bank tersebut dapat digunakan
untuk penempatan jangka pendek.
e. Surat berharga yang diterbitkan, yaitu berupa surat promes, wesel, obligasi
merupakan sumber dana bagi usaha bank.
f. Pinjaman yang diterima, yaitu dalam bentuk Kredit Likuiditas Bank
Indonesia, Fasilitas Diskonto, Pinjaman dari bank lain, merupakan sumber
dana yang penggunaannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu jenis
fasilitas yang tersedia.
g. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang dietrima dari pihak terkait dengan
bank antara lain anak perusahaaan, pemegang saham mayoritas, yang jangka
waktunya umumnya berjangka menengah atau panjang dan harus
sepengetahuan dan persetujuan Bank Indonesia.
h. Ekuitas, yaitu modal disetor, agio saham, laba ditahan, dan lain-lain yang
penyediaan dananya harus selalu disesuaikan dengan perkembangan usaha
bank, sehubungan dengan ketentuan Kecukupan Modal Minimum Bank yang
dikenal dengan istilah CAR (Capital Adequacy Ratio).
C. Tujuan Pengelolaan Aktiva Pasiva Bank
Menurut beberapa pakar perbankan nasional tujuan pengelolaan aktiva pasiva
bank adalah sebagai berikut:
 Drs Raflus Rax: “To maximize earnings while keeping risks within limits,
yaitu pencapaian hasil setinggi mungkin dengan menjaga risiko yang tidak
melampaui batas tertentu yang telah ditetapkan”
 Drs.H.Masyhud Ali,MBA,MM: “Tujuan pengelolaan aktiva pasiva bank
terutama diarahkan untuk menjaga tingkat kesehatan bank dengan
melakukan antisipasi yang tepat terhadap terjadinya perubahan-perubahan
variable dari eksternal bank guna memperoleh net income yang optimal bagi
bank”.
 Dahlan Siamat,Dipl.MM: “Tujuan pengelolaan aktiva pasiva bank adalah
untuk menstruktur portofolio asets liabilities bank bank secara konsisten,
terkoordinasi dan tepadu dalam rangka memaksimalkan keuntungan”.
 Drs Selamet Riyadi, Msi: “Menjaga likuiditas yang memadai dan
membentuk cadangan-cangan untuk menjaga segala risiko yang akan timbul
dan mendapatkan laba yang maksimal namun berkembang secara wajar”.
Dari pernyataan para pakar tersebut di atas kita bisa menyimpulkan bahwa
Pengelolaan aktiva pasiva bank dilakukan melalui suatu proses yang terencana
dan terpadu diantara unit kerja dalam organisasi bank dengan memperhatikan
kewajiban likuiditasnya serta memperhitungkan risiko yang akan menjadi
bebannya dengan tujuan pencapaian pendapatan yang optimal.
D. Pendekatan Dalam Manajemen Aktiva Dan Pasiva Bank
Pendekatan dalam manajemen aktiva dan pasiva bank dalam memecahkan
persoalan dana perbankan selama ini dikenal ada dua macam yaitu:
1. Pool of Funds Approach
Pendekatan ini mendasarkan pada asumsi bahwa semua kewajiban bank
yang berasal dari berbagai sumber digabung secara bersama-sama dan
diperlakukan sebagai sumber dana tunggal tanpa membedakan karakteristik
sumber dana secara individual. Sumber dana yang berasal dari giro, tabungan,
deposito dan modal tidak dapat lagi diidentifikasikan menurut jenisnya. Dana ini
kemudian dialokasikan berdasarkan prioritas penggunaan. Prioritas penggunaan
didasarkan pada kebijakan bank dan regulasi yang membatasinya.
Prioritas penggunaan dana dengan menggunakan pendekatan ini umumnya
dimulai dari prioritas pertama yaitu penempatan pada cadangan primer.
Penempatan ini dilakukan untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia berupa
reserve requirement atau giro wajib minimum disamping memang untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas sehari-hari bagi bank. Kebutuhan cadangan
primer tersebut bisa berupa dana untuk keperluan likuiditas wajib (giro wajib
minimum), untuk dana operasional, penyelesaian kliring, transaksi antar bank,
penarikan dana oleh deposan maupun penarikan dana akibat komitmen kredit
kepada nasabah.
Prioritas kedua adalah penempatan pada cadangan sekunder. Penempatan
ini perlu dilakukan karena untuk berjaga-jaga bila cadangan primer yang telah
dibentuk tidak cukup untuk mem-back up setiap transaksi jangka pendek seperti
disebutkan sebelumnya. Tujuana utama cadangan sekunder ini disamping untuk
keperluan likuiditas juga untuk meningkatkan profitabilitas bank, memenuhi
kebutuhan likuiditas mingguan maupun musiman dan kebutuhan jangka pendek
yang sulit diantisipasi. Penempatan pada cadangan sekunder sudah bisa
mendatangkan pendapatan walaupun masih relative rendah. Bentuk cadangan
sekunder itu bisa berupa surat berharga jangka pendek dan berkualitas tinggi dan
mudah diperdagangkan seperti Sertifikan Bank Indonesia (SPI), Surat Berharga
Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Deposito (Certificat Deposit/ CD), Commercial
Paper (CP), Bankers Acceptance, repurchase agreement (repos) dan lain
sebagainya.
Prioritas yang ketiga adalah penempatan pada kredit. Penempatan dana
pada kredit merupakan penempatan yang paling tinggi memberikan pendapat bagi
bank. Penempatan ini memang bertujuan untuk meraih pendapatan bunga agar
kepentingan rentabilitas bank dapat dipenuhi. Penempatan kredit juga dapat
dijadikan salah satu sumber likuiditas yaitu dari angsuran yang diterimanya.
Namun demikian dalam pendekatan pool of funds, penempatan kredit tidak
dianggap sebagai sumber likuiditas tapi dianggap sebagai sumber profitabilitas.
Prioritas yang keempat adalah penempatan dana pada investasi jangka
panjang. Investasi jangka panjang dilakukan bank untuk memperoleh pendapatan
tetap, untuk penyelamatan kredit atau untuk menguasai perusahaan tertentu.
Namun demikian apapun alasannya, penempatan ini akan mendatangkan
pendapatan bagi bank.
Prioritas kelima adalah penempatan pada aktiva tetap dan inventaris.
Penempatan ini perlu dilakukan oleh bank sebab untuk mengoperasikan bank
diperlukan sarana pendukung berupa tempat, peralatan dan teknologi.Pada
industri jasa seperti bank, penempatan pada aktiva ini relatif kecil sebab aktiva ini
tidak menimbulkan pendapatan tapi hanya mempelancar operasi bank.Sepanjang
keberadaannya sudah memperlancar operasi bank. Sepanjang keberadaannya
sudah memperlancar operasi bank, maka aktiva ini dianggap cukup.
Kekuatan pola pendekatan pool of approach adalah tidak melihat sumber-
sumber dana, serta dana dimanfaatkan menurut skala prioritasnya. Sedangkan
kelemahan pola pendekatan ini adalah tidak mempertimbangkan perubahan biaya
dari berbagai sumber dana, mengaburkan kenyataan kemampuan bank
memperoleh laba dari operasional, serta tidak mempertimbangkan ukuran standart
likuiditas di setiap bank.
2. Conversion of Funds Approach
Pendekatan ini disebut juga sebagai Assets Allocation Approach yang
menolak asumsi bahwa total pasiva sebagai sumber dana tunggal, sebab faktanya
setiap jenis sumber dana memiliki karakteristik yang berbeda misalnya dari
jangka waktu, tingkat bunga, cara penarikannya. Karakteristik ini membuat
pendekatan sebelumnya tidak cocok.
Pendekatan ini menekankan bahwa setiap sumber dana memiliki
karakterisik yang berbeda sehingga perlakuannya juga harus berbeda agar dalam
menempatkan dana terjadi match. Sumber dana jangka pendek sebaiknya
ditempatkan pada penempatan jangka pendek, sumber dana jangka panjang
sebaiknya ditempatkan pada penempatan jangka panjang. Contoh: Giro adalah
sumber dana yang sangat volatile, mudah ditarik setiap saat maka sebaiknya
ditempatkan pada cadangan primer, sekunder ataupun kredit jangka sangat
pendek. Deposito jangka pendek sebaiknya ditempatkan pada cadangan primer,
sekunder atau kredit jangka pendek, namun untuk deposito jangka panjang dapat
ditempatkan pada investasi jangka panjang.
Kekuatan pola pendekatan assets allocation approach adalah cadangan
likuiditas dapat dihitung lebih cermat, sehingga dana yang dapat dialokasikan
relative besar dan pemanfaatan dana disesuaikan dengan karakteristik sumber
dana. Sedangkan kelemahan pada pendekatan ini adalah sulit menghitung
besarnya biaya dan alokasinya, serta sering mencadangkan likuiditas berlebih
sebagai cara mengantisipasi perilaku nasabah.
E. Risiko Dalam Pengelolaan Aktiva dan Pasiva
Dalam rangka pengelolaan aktiva dan pasiva bank ada tiga macam risiko
yang harus diamati, yaitu risiko likuiditas, risiko tingkat bunga, dan risiko kredit.
1. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko terjadi karena adanya penarikan dana secara
serentak yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bank. Hal itu dapat disebabkan
oleh kesalahan dalam manajemen likuiditas misalnya, karena cadangan lebihnya
terlalu rendah, atau disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen aset yaitu
melakukan investasi yang beresiko tinggi untuk mendapatkan pengembalian yang
tinggi serta kesalahan dalam manajemen modal, yaitu modal yangg dimiliki bank
terlalu rendah karena lebih mementingkan keuntungan pemilik bank.
2. Risiko tingkat bunga
Perubahan suku bunga dapat mengakibatkan perubahan keuntungan bank. Hal itu
disebabkan karena adanya ketidakcocokan antara suku bunga aset dengan suku
bunga kewajiban. Kewajiban bank, yang merupakan instrumen jangka pendek
lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga dibandingkan aset bank yang
merupakan instrumen jangka panjang. Akibatnya kenaikan suku bunga yang
meningkatkan pembayaran atas kewajiban yang lebih besar dibandingkan
penerimaan asset sehingga menurunkan keuntungan bank (dan sebaliknya bila
suku bunga turun). Selain penurunan keuntungan bank, pada suku bunga yang
tinggi bank menghadapi peminjam dengan bahaya moral yang tinggi pula
sehingga membuat asset bank semakin berisiko. Untuk menghindarinya, bank
menerapkan penjatahan kredit.
3. Risiko kredit
Adalah risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak seperti penundaan,
pengurangan pembayaran suku bunga, dan atau pinjaman pokoknya, atau tidak
membayar pinjaman sama sekali. Dalam konteks yang lebih luas, risiko kredit
sedikitnya mengandung tiga komponen, pertama, peluang gagal bayar (probability
of default) yaitu debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada bank.
Kedua, tingkat pemulihan (recovery rate) proporsi klaim atau tuntutan berkaitan
dengan upaya pemulihan kinerja bank. Ketiga adalah ekspour kredit yaitu
berkaitan dengan jumlah potensi kerugian bila debitur gagal bayar.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Menurut John A.Haslem pengertian manajemen aktiva-pasiva bank
merupakan koordinasi hubungan timbal balik antara sumber-sumber dan
penggunaan dana berdasarkan keputusan dan rencana jangka pendek.
Aktiva ditinjau dari sudut pandang Manajemen Aktiva Pasiva Bank terdiri
dari: alat likuid, giro pada bank lain, placement, surat berharga, kredit yang
diberikan, , penyertaan dan aktiva tetap. Sedangkan Pasiva ditinjau dari sudut
pandang Manajemen Aktiva Pasiva Bank terdiri dari: giro, tabungan, deposito
berjangka, sertifikat deposito, kewajiban segera lainnya,surat berharga yang
diterbitkan, pinjman yang diiterima, pinjaman subordinasi dan ekuitas.
Tujuan pengelolaan aktiva pasiva bank menurut Drs.H.Masyhud
Ali,MBA,MM terutama diarahkan untuk menjaga tingkat kesehatan bank dengan
melakukan antisipasi yang tepat terhadap terjadinya perubahan-perubahan
variable dari eksternal bank guna memperoleh net income yang optimal bagi
bank.
Pendekatan dalam manajemen aktiva dan pasiva bank dalam memecahkan
persoalan dana perbankan selama ini dikenal ada dua macam yaitu: Pool of Funds
Approach dan Conversion of Funds Approach.Dalam rangka pengelolaan aktiva
dan pasiva bank ada tiga macam risiko yang harus diamati, yaitu risiko likuiditas,
risiko tingkat bunga, dan risiko kredit.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Thamrindan Francis Tantri, Bank danLembagaKeuangan, Jakarta,


RajawaliPers, 2014.
Leon, Boy dan Sonny Ericson, ManajemenAktivaPasiva Bank Non Devisa,
Jakarta, PT. Grasindo, 2007.
Silvanita,Ktut, Bank Dan LembagaKeuangan Lain, Jakarta, PenerbitErlangga,
2009.
Taswan, ManajemenPerbankan; Konsep, Teknik, danAplikasi, Yogyakarta, UPP
STIM YKPN Yogyakarta, 2006.

Anda mungkin juga menyukai