Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Assets and Liability Management (ALMA)

Resiko-resiko ALMA

Sumber dana bank syariah

MANAJEMEN ASET BANK SYARIAH

Asset Liability Committe (ALCO)

ASSET AND LIABILITY MANAGEMENT PADA PERBANKAN


SYARIAH

Indikator Dalam Mengukur ALMA


Manajemen aset dan liabilitas adalah
mengkoordinasikan portofolio asset atau
liabilitas bank guna memaksimalkan
struktur neraca bank dan hasil yang
dibagikan kepada para pemegang saham
dalam jangka panjang dengan
memperhatikan kebutuhan likuiditas dan
prinsip kehati-hatian
 ALMA ini berfungsi memberikan rekomendasi pada management bank
agar dapat memaksimalkan risiko yang dihadapi dan mengoptimalkan
keuntungan serta tetap berada dalam koridor sesuai ketentuan yang
berlaku. Dengan demikian, ALMA yang kuat dan berkualitas akan
memberikan landasan kuat dan jelas dalam menetapkan strategi bisnis
bank. Melalui ALMA ini diharapkan :

1. Adanya penerapan kebijakan bisnis yang jelas, terarah, dan teratur


2. Adanya arah dan tujuan yang jelas bagi management dalam proses
pelaksanaan tugas serta cara dalam menetapkan standar-standar
operasional bank
3. Diperolehnya data yang akurat serta menjamin bahwa data tersebut
dapat menunjang keputusan ALMA
4. Berkualitasnya analisis yang dilakukan dalam memberikan berbagai
alternative srategi ALMA sebelum management mengambil keputusan
5. Memudahkan dalam manajemen likuiditas sehingga dana dapat
dikelola dengan baik pada suatu tingkat suku bunga tertentu agar
senantiasa dapat memenuhi kewajiban dan dapat memnfaatkan
setiap peluang yang ada
6. Mampu meminimalkan gap sehingga dapat mengoptimalkan
pendapatan dan memperkecil risiko
7. Mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola valuta
asing (terutama ketika terjadi fruktuasi yang tinggi) dan mengelola
gap untuk tiap-tiap mata uang dan antar mata uang untuk
menghasilkan keuntungan yang optimal dengan tetap memerhatikan
kemungkinan resiko yang terjadi
 Financing risk, yaitu debitur akan memenuhi kewajibannya (keterlambatan
angsuran atau pelunasan) tepat pada waktunya. Risiko kredit dapat
menimbulkan risiko likuiditas.
 Liquidity risk, yaitu risiko bahwa bank tidak dapat memenuhi kewajibannya
pada waktunya atau hanya dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman
darurat (bagi hasil yang tinggi) dan atau menjual aktivanya dengan harga
yang rendah.
 Pricing risk, yaitu risiko kerugian dengan akibat perubahan tingkat bagi hasil,
menentukan bentuk penurunan margin dari penanaman atau kerugian
sebagai akibat menurunnya nilai aktiva. Risiko ini sebagai akibat Net Interest
Margin (NIM) atau tidak terpenuhinya likuiditas, atau terjadinya gap karena
tidak tepatnya perhitungan pricing atas aset dan liabilitas.
 Foreign exchange risk, yaitu risiko kerugian sebagai akibat perubahan
tingkat kurs terhadap “open position” karena adanya pergerakan kurs yang
merugikan.
 Gap risk, yaitu risiko kerugian dari ketidakseimbangan interest rate maturity
karena adanya pergerakan tingkat bunga yang merugikan.
 Kontinjen risk, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontinjen,
contohnya bank garansi dan kontrak valuta asing berjangka.
 Risiko likuiditas adalah risiko yang ada diperbankan yang biasanya timbul
dari cara bank mengelola primary dan secondary rerserve serta
pendanaannya sehari-hari
 Aset Lancar
a. Kas
b. Giro pada Bank Indonesia
c. Giro pada Bank Lain
d. Surat Berharga
 Aset Kurang Lancar
a. Piutang Murābaḫah
b. Putang Salam
c. Piutang Istishna’
d. Piutang Ijarah
e. Pembiayaan Mudharabah
f. Pembiayaan Musyarakah
g. Persedian (Barang untuk Dijual)
h. Tagihan dan Kewajiban Ekseptasi
i. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian
j. Aset Pajak dalam Tangguhan
 Aset Tetap
a. Aset Ijarah
b. Aset Tetap Lainnya
Penerapan Asset and Liabilitas Management
pada lembaga perbankan, baik itu bank
syariah maupun bank konvensional harus
melalui tahap penilaian terhadap budget,
membuat rencana pendapatan, penilaian
kinerja investasi pada masa lalu, memantau
distribusi aset dan liabilitas bank dan
menerapkan strategi aset dan liabilitas. Lebih
spesifiknya berikut ini dijelaskan penerapan
tahap-tahap tersebut pada perbakan syariah:
a. Penilaian budget
Tahap ini, bank syariah membuat perencanaan keuangan terkait dana
yang dapat digunakan untuk investasi. Dengan kata lain, bank syariah menilai
sejumlah dana yang tersedia atau belum tersedia baik berasal dari penjualan
saham, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana pinjaman dari pihak lain. Tujuan
penilaian ini ialah membantu bank syariah melihat potensi dana yang dapat
diperoleh dan memudahkan bank membuat rencana penganggaran modal.

b. Membuat Rencana Pendapatan


Tahap ini bermaksud membuat target pendapatan yang ingin
diperoleh oleh bank syariah dalam masa satu tahun ke depan. Target ini
berhubungan erat dengan sumber dana dan kemampuan bank syariah.
Biasanya target pendapatan ini akan dibebabkan kepada masing-masing
account officer sebagai karyawan yang berhubungan langsung dengan
instrumen investasi. Tercapai atau tidaknya target ini tergantung lagi pada kinerja
mereka dilapangan.

c. Penilaian Kinerja Investasi pada Masa Lalu


Penilaian kinerja investasi pada masa lalu diperuntuhkkan bagi bank
syariah untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi atas
segala kebijakan yang diambil oleh pihak bank. Dengan melihat kinerja di masa
lalu, bank dapat membuat sejumlah program yang akan diselesaikan di masa
yang akan datang sesuai dengan kemampuan yang telah dianalisis melalui
laporan keuangan sebagai cerminan kesuksesan bank.
d. Memantau Distribusi Aset dan Liabilitas Bank
Tahap keempat bank memantau sejumlah aset yang masih
tersisa dan dapat digunakan untuk masa yang akan datang.
Maksud dari aset yang masih tersisa ini ialah sejumlah dana baik itu
dalam bentuk kas, piutang, pembiayaan atau bentuk lainnya yang
telah jatuh tempo atau hampir jatuh tempo, sehingga dana ini
dapat digunakan untuk investasi selanjutnya. Sedangkan tujuan dari
mengamati liabilitas bank adalah menilai dan mengukur sejumlah
dana pinjaman yang jatuh temponya masih lama. Hal ini dapat
dimanfaatkan untuk mengelola dana ini dengan menyalurkannya
ke berbagai instrumen investasi yang menguntungkan.

e. Menerapkan Strategi Aset dan Liabilitas


Pada tahap ini, pihak bank akan menjalankan
perencanaan di atas dengan mengkombinasikan aset dan liabitas.
Misalnya bank syariah menyusun membuat perencanaan
keuangan dengan mengkombinasikan Modal Sendiri 60%, DPK 30%
dan pinjaman dari pihak lain 10%. Dengan komposisi tersebut, maka
bank syariah akan menilai berapa keuntungan yang diperoleh bila
sumber dana tersebut diinvestasikan.
Dewan khusus atau tim yang mengelola manajemen dana atau lebih luas
lagi pada pengelolaan asset and liability of bank.
beberapa kriteria berikut harus dipenuhi oleh tim atau ALCO, yaitu :
a. Semua angggota ALCO harus terlibat dan mengerti bahwa strategi
ALMA adalah strategi menyeluruh dari asset dan liability.
b. Semua anggota ALCO harus terlibat dalam pencapaian anggaran yang
direncanakan.
c. Semua anggota ALCO harus berfokus kepada hasil mendatang serta
memberikan saran dan pendaapat pemecahan.
d. Semua anggota ALCO harus saling berhubungan dalam kaitannya
dalam pencapaian tujuan.
e. ALCO harus merupakan keterpaduan dari seluruh bagian yang ada di
bank. Semua bagian harus mempunyai sistem yang mampu memberikan
informasi yang tepat, terbaru dan tepat.
f. Semua anggota ALCO harus mempunyai semangat pembaharuan,
mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi serta mampu
mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi.
g. Semua anggota ALCO harus berpandangan luas dan saling mendukung
tanpa prasangka buruk.
Manajemen aset bank syariah tidak dapat
dipisahkan dari manajemen liabilitas karena
keduanya saling terhubung di mana sumber
aset bank syariah sebagian besar berasal dari
kewajiban (liabilitas) berupa Dana Pihak
Ketiga. Hal ini merupakan implikasi dari sistem
yang digunakan bank syariah, yakni sistem
wadi’ah dan mudharabah mutlaqah. Kedua
sistem ini digunakan untuk menghimpun dana
dari nasabah guna mengembangkan aset
bank. Sistem tersebut diaplikasi pada produk
berikut ini:
Simpanan wadi’ah terdiri dari dua produk utama, yakni
produk giro dan tabungan. Giro merupakan suatu produk
bank dalam bentuk simpanan yang penarikan dapat
dilakukan kapan saja baik menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya ataupun
pemindahbukuan. Lain halnya dengan produk tabungan,
yaitu simpanan yang penarikan hanya dapat dilakukan
dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan,
kuwintansi atau menggunakan sarana Autamated Teller
Machine (ATM). Sumber dana dari dua produk tidak dapat
leluasa digunakan oleh bank syariah disebabkan konsep
wadi’ah yadhdhamanah. Konsep ini membatasi bank syariah
mengelola dana tersebut, di mana dana yang diperoleh
merupakan simpanan yang harus dikembalikan oleh bank
sewaktu-waktu nasabah melakukan penarikan.
Investasi mudharabah pada perbankan syariah diaplikasi
pada produk tabungan dan deposito. Kedua produk ini
biasanya menggunakan konsep mudharabah mutlaqah,
namun keduanya berbeda dalam ketentuan penarikan.
Produk tabungan dengan prinsip mudharabah tidak berbeda
dengan produk tabungan wadi’ah terkait sarana
penarikannya. Tetapi tabungan ini merupakan investasi
nasabah kepada bank, di mana nasabah menyerahkan
sepenuhnya pengelolaan dananya pada investasi-investasi
yang halal dan menguntungkan. Produk ini sebenarnya tidak
cocok dengan prinsip mudharabah karena simpanan yang
dapat ditarik sewaktu-waktu oleh nasabah. Sehingga bila
bank menggunakan produk ini untuk investasi, maka ia harus
mempunyai candangan likuiditas yang cukup demi
memenuhi transaksi penarikan dari nasabah.
a. Meningkatkan segmentasi DPK
b. Penguatan segmentasi korporasi untuk
meningkatkan pendapatan.
c. Peningkatan Fee Based Income
d. Peningkatan peranan regulator
e. Peningkatan sistem akuntabilitas
1. Financing To Deposit Ratio
Rasio FDR merupakan rasio total pembiayaan yang
disalurkan kepada nasabah terhadap jumlah dana nasabah yang
terkumpul. FDR dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja sebuah
bank syariah dalam mengkaji penerapan konsep ALMA.
2. Rasio Kecukupan Modal
Rasio Kecukupan Modal (CAR) merupakan rasio yang
digunakan untuk meperhitungkan modal minimum yang harus
dimiliki bank syariah dalam menjalankan aktivitas usahanya.
3. GiroWajib Minimum (GWM)
GWM adalah simpanan minimum yang harus dipelihara
oleh bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan adanya
GWM adalah untuk mempermudah arus lalu lintas transaksi antar
bank.
4. Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu bentuk investasi dana
yang akan tercatat sebagai aktiva pada neraca.

Anda mungkin juga menyukai