100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
570 tayangan16 halaman
Penerapan manajemen aset dan liabilitas bank syariah meliputi penilaian anggaran, rencana pendapatan, kinerja investasi masa lalu, pemantauan distribusi aset dan liabilitas, serta penerapan strategi aset dan liabilitas. Hal ini dilakukan oleh komite Asset Liability (ALCO) untuk mengelola sumber daya bank secara optimal dengan mempertimbangkan hubungan antara aset dan liabilitas bank yang bersumber dari dana pihak ketiga melalui
Penerapan manajemen aset dan liabilitas bank syariah meliputi penilaian anggaran, rencana pendapatan, kinerja investasi masa lalu, pemantauan distribusi aset dan liabilitas, serta penerapan strategi aset dan liabilitas. Hal ini dilakukan oleh komite Asset Liability (ALCO) untuk mengelola sumber daya bank secara optimal dengan mempertimbangkan hubungan antara aset dan liabilitas bank yang bersumber dari dana pihak ketiga melalui
Penerapan manajemen aset dan liabilitas bank syariah meliputi penilaian anggaran, rencana pendapatan, kinerja investasi masa lalu, pemantauan distribusi aset dan liabilitas, serta penerapan strategi aset dan liabilitas. Hal ini dilakukan oleh komite Asset Liability (ALCO) untuk mengelola sumber daya bank secara optimal dengan mempertimbangkan hubungan antara aset dan liabilitas bank yang bersumber dari dana pihak ketiga melalui
Manajemen aset dan liabilitas adalah mengkoordinasikan portofolio asset atau liabilitas bank guna memaksimalkan struktur neraca bank dan hasil yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kebutuhan likuiditas dan prinsip kehati-hatian ALMA ini berfungsi memberikan rekomendasi pada management bank agar dapat memaksimalkan risiko yang dihadapi dan mengoptimalkan keuntungan serta tetap berada dalam koridor sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, ALMA yang kuat dan berkualitas akan memberikan landasan kuat dan jelas dalam menetapkan strategi bisnis bank. Melalui ALMA ini diharapkan :
1. Adanya penerapan kebijakan bisnis yang jelas, terarah, dan teratur
2. Adanya arah dan tujuan yang jelas bagi management dalam proses pelaksanaan tugas serta cara dalam menetapkan standar-standar operasional bank 3. Diperolehnya data yang akurat serta menjamin bahwa data tersebut dapat menunjang keputusan ALMA 4. Berkualitasnya analisis yang dilakukan dalam memberikan berbagai alternative srategi ALMA sebelum management mengambil keputusan 5. Memudahkan dalam manajemen likuiditas sehingga dana dapat dikelola dengan baik pada suatu tingkat suku bunga tertentu agar senantiasa dapat memenuhi kewajiban dan dapat memnfaatkan setiap peluang yang ada 6. Mampu meminimalkan gap sehingga dapat mengoptimalkan pendapatan dan memperkecil risiko 7. Mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola valuta asing (terutama ketika terjadi fruktuasi yang tinggi) dan mengelola gap untuk tiap-tiap mata uang dan antar mata uang untuk menghasilkan keuntungan yang optimal dengan tetap memerhatikan kemungkinan resiko yang terjadi Financing risk, yaitu debitur akan memenuhi kewajibannya (keterlambatan angsuran atau pelunasan) tepat pada waktunya. Risiko kredit dapat menimbulkan risiko likuiditas. Liquidity risk, yaitu risiko bahwa bank tidak dapat memenuhi kewajibannya pada waktunya atau hanya dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman darurat (bagi hasil yang tinggi) dan atau menjual aktivanya dengan harga yang rendah. Pricing risk, yaitu risiko kerugian dengan akibat perubahan tingkat bagi hasil, menentukan bentuk penurunan margin dari penanaman atau kerugian sebagai akibat menurunnya nilai aktiva. Risiko ini sebagai akibat Net Interest Margin (NIM) atau tidak terpenuhinya likuiditas, atau terjadinya gap karena tidak tepatnya perhitungan pricing atas aset dan liabilitas. Foreign exchange risk, yaitu risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat kurs terhadap “open position” karena adanya pergerakan kurs yang merugikan. Gap risk, yaitu risiko kerugian dari ketidakseimbangan interest rate maturity karena adanya pergerakan tingkat bunga yang merugikan. Kontinjen risk, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontinjen, contohnya bank garansi dan kontrak valuta asing berjangka. Risiko likuiditas adalah risiko yang ada diperbankan yang biasanya timbul dari cara bank mengelola primary dan secondary rerserve serta pendanaannya sehari-hari Aset Lancar a. Kas b. Giro pada Bank Indonesia c. Giro pada Bank Lain d. Surat Berharga Aset Kurang Lancar a. Piutang Murābaḫah b. Putang Salam c. Piutang Istishna’ d. Piutang Ijarah e. Pembiayaan Mudharabah f. Pembiayaan Musyarakah g. Persedian (Barang untuk Dijual) h. Tagihan dan Kewajiban Ekseptasi i. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian j. Aset Pajak dalam Tangguhan Aset Tetap a. Aset Ijarah b. Aset Tetap Lainnya Penerapan Asset and Liabilitas Management pada lembaga perbankan, baik itu bank syariah maupun bank konvensional harus melalui tahap penilaian terhadap budget, membuat rencana pendapatan, penilaian kinerja investasi pada masa lalu, memantau distribusi aset dan liabilitas bank dan menerapkan strategi aset dan liabilitas. Lebih spesifiknya berikut ini dijelaskan penerapan tahap-tahap tersebut pada perbakan syariah: a. Penilaian budget Tahap ini, bank syariah membuat perencanaan keuangan terkait dana yang dapat digunakan untuk investasi. Dengan kata lain, bank syariah menilai sejumlah dana yang tersedia atau belum tersedia baik berasal dari penjualan saham, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana pinjaman dari pihak lain. Tujuan penilaian ini ialah membantu bank syariah melihat potensi dana yang dapat diperoleh dan memudahkan bank membuat rencana penganggaran modal.
b. Membuat Rencana Pendapatan
Tahap ini bermaksud membuat target pendapatan yang ingin diperoleh oleh bank syariah dalam masa satu tahun ke depan. Target ini berhubungan erat dengan sumber dana dan kemampuan bank syariah. Biasanya target pendapatan ini akan dibebabkan kepada masing-masing account officer sebagai karyawan yang berhubungan langsung dengan instrumen investasi. Tercapai atau tidaknya target ini tergantung lagi pada kinerja mereka dilapangan.
c. Penilaian Kinerja Investasi pada Masa Lalu
Penilaian kinerja investasi pada masa lalu diperuntuhkkan bagi bank syariah untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi atas segala kebijakan yang diambil oleh pihak bank. Dengan melihat kinerja di masa lalu, bank dapat membuat sejumlah program yang akan diselesaikan di masa yang akan datang sesuai dengan kemampuan yang telah dianalisis melalui laporan keuangan sebagai cerminan kesuksesan bank. d. Memantau Distribusi Aset dan Liabilitas Bank Tahap keempat bank memantau sejumlah aset yang masih tersisa dan dapat digunakan untuk masa yang akan datang. Maksud dari aset yang masih tersisa ini ialah sejumlah dana baik itu dalam bentuk kas, piutang, pembiayaan atau bentuk lainnya yang telah jatuh tempo atau hampir jatuh tempo, sehingga dana ini dapat digunakan untuk investasi selanjutnya. Sedangkan tujuan dari mengamati liabilitas bank adalah menilai dan mengukur sejumlah dana pinjaman yang jatuh temponya masih lama. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengelola dana ini dengan menyalurkannya ke berbagai instrumen investasi yang menguntungkan.
e. Menerapkan Strategi Aset dan Liabilitas
Pada tahap ini, pihak bank akan menjalankan perencanaan di atas dengan mengkombinasikan aset dan liabitas. Misalnya bank syariah menyusun membuat perencanaan keuangan dengan mengkombinasikan Modal Sendiri 60%, DPK 30% dan pinjaman dari pihak lain 10%. Dengan komposisi tersebut, maka bank syariah akan menilai berapa keuntungan yang diperoleh bila sumber dana tersebut diinvestasikan. Dewan khusus atau tim yang mengelola manajemen dana atau lebih luas lagi pada pengelolaan asset and liability of bank. beberapa kriteria berikut harus dipenuhi oleh tim atau ALCO, yaitu : a. Semua angggota ALCO harus terlibat dan mengerti bahwa strategi ALMA adalah strategi menyeluruh dari asset dan liability. b. Semua anggota ALCO harus terlibat dalam pencapaian anggaran yang direncanakan. c. Semua anggota ALCO harus berfokus kepada hasil mendatang serta memberikan saran dan pendaapat pemecahan. d. Semua anggota ALCO harus saling berhubungan dalam kaitannya dalam pencapaian tujuan. e. ALCO harus merupakan keterpaduan dari seluruh bagian yang ada di bank. Semua bagian harus mempunyai sistem yang mampu memberikan informasi yang tepat, terbaru dan tepat. f. Semua anggota ALCO harus mempunyai semangat pembaharuan, mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi serta mampu mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi. g. Semua anggota ALCO harus berpandangan luas dan saling mendukung tanpa prasangka buruk. Manajemen aset bank syariah tidak dapat dipisahkan dari manajemen liabilitas karena keduanya saling terhubung di mana sumber aset bank syariah sebagian besar berasal dari kewajiban (liabilitas) berupa Dana Pihak Ketiga. Hal ini merupakan implikasi dari sistem yang digunakan bank syariah, yakni sistem wadi’ah dan mudharabah mutlaqah. Kedua sistem ini digunakan untuk menghimpun dana dari nasabah guna mengembangkan aset bank. Sistem tersebut diaplikasi pada produk berikut ini: Simpanan wadi’ah terdiri dari dua produk utama, yakni produk giro dan tabungan. Giro merupakan suatu produk bank dalam bentuk simpanan yang penarikan dapat dilakukan kapan saja baik menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya ataupun pemindahbukuan. Lain halnya dengan produk tabungan, yaitu simpanan yang penarikan hanya dapat dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuwintansi atau menggunakan sarana Autamated Teller Machine (ATM). Sumber dana dari dua produk tidak dapat leluasa digunakan oleh bank syariah disebabkan konsep wadi’ah yadhdhamanah. Konsep ini membatasi bank syariah mengelola dana tersebut, di mana dana yang diperoleh merupakan simpanan yang harus dikembalikan oleh bank sewaktu-waktu nasabah melakukan penarikan. Investasi mudharabah pada perbankan syariah diaplikasi pada produk tabungan dan deposito. Kedua produk ini biasanya menggunakan konsep mudharabah mutlaqah, namun keduanya berbeda dalam ketentuan penarikan. Produk tabungan dengan prinsip mudharabah tidak berbeda dengan produk tabungan wadi’ah terkait sarana penarikannya. Tetapi tabungan ini merupakan investasi nasabah kepada bank, di mana nasabah menyerahkan sepenuhnya pengelolaan dananya pada investasi-investasi yang halal dan menguntungkan. Produk ini sebenarnya tidak cocok dengan prinsip mudharabah karena simpanan yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh nasabah. Sehingga bila bank menggunakan produk ini untuk investasi, maka ia harus mempunyai candangan likuiditas yang cukup demi memenuhi transaksi penarikan dari nasabah. a. Meningkatkan segmentasi DPK b. Penguatan segmentasi korporasi untuk meningkatkan pendapatan. c. Peningkatan Fee Based Income d. Peningkatan peranan regulator e. Peningkatan sistem akuntabilitas 1. Financing To Deposit Ratio Rasio FDR merupakan rasio total pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah terhadap jumlah dana nasabah yang terkumpul. FDR dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja sebuah bank syariah dalam mengkaji penerapan konsep ALMA. 2. Rasio Kecukupan Modal Rasio Kecukupan Modal (CAR) merupakan rasio yang digunakan untuk meperhitungkan modal minimum yang harus dimiliki bank syariah dalam menjalankan aktivitas usahanya. 3. GiroWajib Minimum (GWM) GWM adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan adanya GWM adalah untuk mempermudah arus lalu lintas transaksi antar bank. 4. Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu bentuk investasi dana yang akan tercatat sebagai aktiva pada neraca.