Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN

LIKUIDITAS BANK
SYARIAH
Anggota Kelompok 4:

1. Rahma Nur Laeli (1917202050)


2. Anggih Dea Pratiwi(1917202051)
3. Dian Rismawati (1917202052)
4. Liana Mutiara Karim (1917202116)
5. Zulfa EzaSabila (19172022118)
6. Gemilang Al Ghozali (19172022119)
7. Infusvania Putri Prakasiwi
(1917202121)
Pengertian Manajemen
Likuiditas Bank Syariah

Likuiditas didefinisikan sebagai kepemilikan


sumber dana yang memadai untuk memenuhi
seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh
tempo. Likuiditas bank syariah berkaitan
dengan kemampuan dari suatu bank untuk
memenuhi kewajibannya, seperti membayar
utang-utang jangka pendek yang harus
dilunasi tepat pada waktunya.
Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas

Pertumbuhan penjualan

Perputaran piutang START

Efisiensi modal kerja


Fungsi Likuiditas

Mengatasi Memberikan fleksibilitas dalam


kebutuhan dana meraih kesemapatan investasi
yang mendesak menarik yang menguntungkan

03
01

02 04

Menjalankan bisnis Memuasakan


permintaasn nasabah
secara umum
akan pinjaman
Tujuan Manajemen Likuiditas

Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu


berada dalam posisi yang ditentukan oleh
BI
Mengelola alat-alat likuid agar selalui
memenuhi kebutuhan arus kas termasuk
kebutuhan yang tidak diperkirakan

Meminimalkan dana Idle Fund (dana


menganggur)

Menjaga posisi likuiditas dan proyeksi arus


kas dalam posisi aman terutama pada
posisi tingkat bunga berfluktuatif

Mencapai cadangan yang dibutuhkan yang


telah ditetapkan oleh bank sentral
Instrumen Likuiditas Bank
Syariah
Beberapa instrumen yang harus
dilakukan bank agar senantiasa
likuid:
1. Memiliki Primary Reserve
(Cadangan Primer)
2. Memiliki Secondary Reserve
3. Mempunyai akses ke pasar
uang
Memiliki Primary Reserve
(Cadangan Primer)
Primary Reserve yaitu dalam kas atau saldo yang ada pada
Bank Indonesia atau Bank lain. Dalam dunia perbankan,
primary reserve terdiri dari:
a. Giro pada Bank Sentral atau Giro Wajib Minimum (GWM)
b. Kas pada valuta
c. Giro pada bank lain
d. Item-item uang tunai yang masih proses inkaso
Memiliki Secondary
Reserve

Secondary Reserve yaitu cadangan yang


berfungsi sebagai penyangga Primary
Reserve, ditanam dalam bentuk investasi
jangka pendek. Cadangan sekunder berupa
surat-surat berharga bisa berupa:
a. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
b. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Mempunyai Akses ke
Pasar Uang

Pasar uang yang dimaksudkan di sini adalah


pasar uang antar bank syariah dan pasar modal
syariah.
a. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
b. Pasar Modal Syariah
c. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi
Bank Syariah (FPJPS)
d. LPS sebagai sarana penujang likuiditas
perbankan
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

Rasio Lancar Rasio Cepat (Quick Ratio)


(CurrentRatio)

Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio Perputaran Kas (Cash


Turnover Ratio)
1. Rasio Lancar (Current
Ratio)
Current ratio merupakan cara menghitung rasio likuiditas yang
paling sederhana dibanding cara lainnya.

Rumus perhitungan current ratio :


Rasio Lancar (current ratio) = Aktiva lancar (current
assets) / Hutang Lancar (current liabilities)
Contoh:
suatu perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar
Rp10.000.000 dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000,
Jadi current ratio perusahaan adalah 10.000.000 : 5.000.000 =
2,0
2. Rasio Cepat (Quick
Ratio)
Quick ratio merupakan penjelasan lebih lanjut dari current ratio. Penghitungan quick ratio
hanya menggunakan aktiva lancar yang paling likuid untuk dibandingkan dengan kewajiban
lancar.

Cara menghitung quick ratio yaitu dengan rumus likuiditas:


Rasio cepat (quick ratio) = (Aktiva Lancar – Persediaan) / Utang lancar

Misalnya perusahaan Maju Jaya memiliki aktiva lancar senilai Rp20.000.000, inventaris
Rp2.000.000, dan kewajiban lancar Rp6.000.000.
Maka rasio cepatnya adalah (Rp.20.000.000 – Rp.2.000.000) : Rp.6.000.000.000 = 3,0

Quick ratio > 1.0 menujukan kemampuan perusahaan yang baik dalammemenuhi
kewajibannya. Namun, jika rasionilainya diatas 3,0 maka bukan berarti keadaan
likuiditasperusahaan sedang baik.
3. Rasio Kas (Cash
Ratio)
Cash ratio adalah cara menghitung likuiditas yang
melibatkan kas perusahaan.

Cara menghitung rasio likuiditas jenis kas:


Rasio kas (cash ratio) = (Kas + Surat berharga) /
Utang lancar

Misalnya suatu perusahaan memiliki kas senilai


Rp5.000.000, surat berharga senilai Rp3.000.000 dan
kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000. Maka kas
rasionya adalah (5.000.000 + 3.000.000) :
5.000.000.000 = 1,6.
4. Rasio Perputaran Kas
(Cash Turnover Ratio)

Dengan rasio ini, bisa melihat berapa kali kas perusahaan


berputar dalam satu periode yang dinilai melalui penjualan.

Rumus :
Rasio perputaran kas (cash turnover ratio) = Penjualan
bersih / Rata-rata kas
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai