Anda di halaman 1dari 16

1

AKUNTANSI PERBANKAN

PEMBERIAN KREDIT DAN PENURUNAN NILAI KREDIT

DISUSUN

OLEH :

NAMA KELOMPOK 2 :

1. NI PUTU LOLA MAHARANI (A1C17064)


2. NOVIA DARMAYANA (A1C117065)
3. ROBIATUL ADAWIYAH (A1C117074)

KELAS : F. AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2019
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur khadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemberian Kredit dan Penurunan Nilai Kredit”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak dapat selesai tanpa
dukungan semua pihak. Kami menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam
makalah ini masih jauh dari makalah yang sempurna karena kekurangan dan keterbatasan
kemampuan yang kami miliki, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran
dan kritik yang konstruktif guna menyempurnakan karya-karya kedepannya. Terakhir
kami mengucapkan terima kasih semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat
buat kita semua.

Mataram, 01 November 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

1.1 LatarBelakang ......................................................................................................... 4


1.2 RumusanMasalah .................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6

2.1 Cakupan dan Dasar Perhitungan Batas Maksimum Pemberian Kredit


(BMPK) …………………………………………………………………………..6
2.2 Pos-pos Pengecualian dalam Perhitungan Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK) …………………………...................................................;;;;;;...7
2.3 Penentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit …………………………………8
2.4 Pelampauan BMPK ………………………………………………………………9
2.5 Pelanggaran BMPK ………………………………………………………………
2.6 Pelaporan Akuntansi Pelanggaran BMPK ……………………………………….9
2.7 Action Plan dan Pelaksanaanya ………………………………………………….10
2.8 Penurunan Nilai Kredit ………………………………………………………….11
2.9 Dasar Pengaturan Penurunan Nilai Kredit ………………………………………12
2..10 Contoh Kasus …………………………………………………………………..13

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... \

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................14


3.2 Saran ..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemberian kredit sudah dilakukan sejak dulu kala, dimana perkembangan lembaga
keuangan dimulai sejak kira-kira 2000 SM yaitu berupa lembaga keuangan semacam
bank. Lembaga semacam bank ini meminjamkan emas dan perak dengan tingkat bunga
20 % (dua puluh persen) setiap bulan.
Kredit yang diberikan oleh Bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.
Bank dapat memberikan kredit jika memiliki dana yang sama dengan itu, bank
terlibat kesepakatan dengan calon debitur baik volume, tingkat bunga, jangka waktu
maupun agunan. Bagi bank persetujuan kredit merupakan komitmen yang tak bisa
dibatalkan begitu juga bagi debitur. Disamping itu setelah kredit dikucurkan bank selalu
harus memantau kualitas kredit. Semakin lama jangka waktu kredit maka semakin besar
resikonya.
Tujuan BMPK dimaksudkan untuk mengatur penyaluran fasilitas kredit agar dana
bank yang diperoleh dari simpanan masyarakat tidak dinikmati oleh sekelompok debitur
tertentu. Hal ini berarti termasuk mengatur penyebaran risiko kemacetan kredit demi
keamanan dan kesehatan bank itu sendiri. Kalau tidak dibatasi, maka bank bersangkutan
akan banyak memberikan kredit dengan mengutamakan para nasabah dari kelompoknya.
Begitu terjadinya kemacetan kredit nasabah yang bersangkutan akan sulit memenuhi
kewajiban mengembalikan utangnya karena masih satu grup perusahaan.
Timbulnya kelebihan pemberian kredit dikarenakan penurunan Modal Bank serta
penggabungan usaha, peleburan usaha, pengambil alihan usaha, perubahan struktur
kepemilikan, dan/atau perubahan kepengurusan yang menyebabkan perubahan Pihak
Terkait dan/atau kelompok Peminjam dan perubahan ketentuan. Bahwa untuk merespons
kondisi melambatnya petumbuhan perekonomian, diperlukan kebijakan yang bersifat
5

sementara untuk mendorong optimalisasi fungsi intermediasi perbankan dan


pertumbuhan ekonomi dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Diperlukan
kebijakan untuk mendukung program pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesejateraan dan pertumbuhan ekonomi terutama yang berpihak kepada usaha
mikro,kecil dan menengah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Cakupan dan Dasar Perhitungan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) ?
2. Pos-pos Pengecualian dalam Perhitungan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK) ?
3. Penentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit ?
4. Pelampauan BMPK ?
5. Pelanggaran BMPK ?
6. Pelaporan Akuntansi Pelanggaran BMPK ?
7. Action Plan dan Pelaksanaanya ?
8. Penurunan Nilai Kredit ?
9. Dasar Pengaturan Penurunan Nilai Kredit ?
10. Contoh Kasus ?
6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 CAKUPAN DAN DASAR PERHITUNGAN BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN


KREDIT (BMPK).

Pos-pos yang diperhitungkan dalam mennetukan Batas Maksimum Pemberian


Kredit (BMPK) atau Legal Lending Limit (LLL) adalah:

1. Kredit yang Diberikan.


Pelanggaran BMPK dihitung berdasarkan baki debet. Baki debet tidak
termasuk bunga akrual pada pos rupa-rupa aktiva dan tunggakan bunga (bunga
dalam penyelesaian) pada rekening administrative. Bunga akrual adalah pendapatan
bunga dari kredit lancar dan dalam perhatian khusus. Dalam pengertian kredit disini
termasuk giro bersaldo debit (overdraft), kartu kredit (baki debit), transaksi yang
berasal dari off balance sheet yang wan prestasi.
2. Surat Berharga.
Perhitungan BMPK untuk pembelian surat berharga dengan Note Purchase
Agreement (NPA) dan pengambilalihan dalam rangka anjak piutang didasarkan
pada harga perolehan, yaitu harga nominal dikurangi dengan diskonto yang
diterima (seperti SBPU). Yang dimaksud dengan surat berharga NPA adalah
pembelian surat berharga yang disertai dengan penyertaan kesediaan bank untuk
membeli surat berharga teersebut dalam jumlah, jangka waktu, dan tungkat
diskonto tertentu.
Dasar perhitungan pelanggaran atau pelampuan BMPK adalah didasarkan pada
harga perolehan saat membeli atau didasarkan pada nilai pasar untuk surat berharga
yang tercantum di neraca bank. Surat berharga dimaksud adalah surat berharga
yang lazim diperdagangkan di pasar uang. Surat berharga ini termasuk promes,
SBPU, CPs dan MTNs, Wesel, Obligasi, Sekuritas kredit, dan Sertifikat reksanada.

3. Penempatan pada Bank Lain.


Perhitungan pelanggaran BMPK penempatan antar bank atau pada bank lain
didasarkan pada nilai nominal, kecuali sertifikat deposito dan surat berharga yang
7

dinilai berdasarkan harga perolehan. Penempatan ini berupa: giro, deposito, call
money, kredit, sertifikat deposito, dan surat berharga.
4. Penyertaan.
Pelanggaran pelampauan BMPK untuk pos ini didasarkan pada jumlah dana
yang ditanamkan oleh bank dan didasarkan pada nilai penyertaan yang tercatat di
neraca. Penyertaan dalam hal ini hanya pada lembaga keuangan dan tidak melalui
pasar modal. Untuk peenyertaan bank pada non lembaga keuangan hanya
diperkenankan dalam rangka penyertaan modal sementara untuk mengatasi
kegagalan kredit. Penyertaan modal sementara dalam rangka restrukrisasi kredit
dikecualikan dalam perhitungan BMPK.
5. Transaksi Rekening Administratif.
Untuk pos ini terdiri dari garansi yang diberikan dan resiko kredit dari
transaksi derivative. Garansi yang diberikan berupa warkat penerbitan jaminan,
akseptasi atau endosemen, SKBDN, akseptasi wesel impor, penjualan surat
berharga dengan syarat repo, standby L/C dan garansi lainnya. Pelanggaran BMPK
untuk garansi yang diberikan didasarkan pada nilai nominal. Sedangkan resiko
kredit dari transaksi derivative didasarkan pada nilai resiko kreditnya. Perhitungan
risiko kredit dari transaksi derivative didasarkan atas unrealized gain yang
dimungkinkan tidak jadi diterima apabila pihak counterparty melakukan wan
prestasi. Gain adalah selisih nilai pasar terhadap nilai kontrak.

2.2 POS-POS PENGECUALIAN DALAM PERHITUNGAN BATAS MAKSIMUM


PEMBERIAN KREDIT (BMPK).

Dalam memperhitungkan BMPK suatu bank, harus dicermati beberapa pos yang
tidak perlu diperhitungan antara lain:

a. Penanaman dana pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Hutang
Pemerintah Indonesia.
b. Penanaman dana yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah Indonesia atau
Bank Indonesia, misalnya skimp penempatan dana BI, Skim Jexim 7-Jepang, Skim
GSM 102-CCC USDA, Skim EFIC-Australia, Skim US EXIM-Amerika, Skim
CWB-Kanada, Skim penggerak sector rill (PT. Askrindo sebagai penyalur) dan
lain-lain.
8

c. Penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur untuk mengatasi kegagalan


kredit.
d. Penyediaan dana yang dijamin oleh cash collateral. Penyediaan dana ini yang
dijamin sengan SBLC yang dianggap cash collateral dikecualikan dalam dana
BMPK harus memenuhi persyaratan antara lain:
 Bank telah melaporkan mengenai aktiva produktif yang dijamin SBLC dan
realisasi pencairan SBLC.
 SBLC harus diterbitkan atau dijamin oleh prime banks yang memiliki
peringkat minimal A dari lembaga pemeringkat internasional.
 Jangka waktunya harus mengcover jangka waktu aktiva produktif plus 90 hari.
 SBLC harus dicairkan selambat-lambatnya 90 hari setelah debitur tidak
memenuhi kewajibannya kepada bank pada saat kredit bermasalah.
 Bila SBLC tidak bisa dicairkan, maka penyedia dana ini menjadi
diperhitungkan dalam BMPK.
 Khusus tagihan kepada prime banks yang berperingkat A dikecualikan dari
perhitugan BMPK sebab dianggap tidak berisiko. Hal ini disamakan dengan
tagihan yang dijamin SBLC yang dikeluarkan oleh Prime Banks.
e. Penempatan dana antar bank yang dijamin oleh pemerintah
(selama masih berlaku) sepanjang bank tempat penempatan memenuhi syarat
penjamin. Penjaminan pemerintah diberikan kepada kewajiban bank, bukan asset
bank. Kewajiban tersebut bagi setiap bank berbadan hukum Indonesia. Oleh karena
itu bila kewajiban bank tempat bank menempatkan dananya dijamin oleh
pemerintah, berarti asset bank yang menempatkan akan terhindar dari resiko.
f. Pengambilalihan (negosiasi) wesel ekspor berjangka yang diterbitkan atas dasar
L/C berjangka yang masih berlaku dan diaksep oleh prime banks di luar negeri.

2.3 PENENTUAN BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT


Penentuan BMPK untuk mengatur portofolio kredit perbankan agar tidak
terakumulasi pada satu kelompok atau individual dalam memberikan kredit, sebab
konsentrasi kredit pada kelompok atau individu tertentu akan mengundang risiko yang
sangat besar bagi bank. Pihak yang terkait dengan bank adalah peminjaman dan atau
kelompok peminjam yang mempunyai keterkaitan dengan bank.
9

1. Pihak yang terkait tersebut adalah:


a. Pemegang saham bank perorangan sebesar 10% atau lebih.
b. Pemegang saham bank berbentuk perusahaan atau badan sebesar 10% atau lebih.
c. Anggota dewan komisaris.
d. Angggota direksi.
e. Keluarga sampai derajat kedua dalam garis lurus maupun garis ke samping dari
pihak a,b,c,dan d.
f. Perorangan sebagai pemegang saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
poin b yang memiliki saham lebih dari 25% atau mempengaruhi perusahaan
tersebut. Yang dimaksud mempengaruhi perusahaan adalah mengendalikan
operasional, pengawasan, atau pengambilan keputusan.
g. Penjabat bank. Yang dimaksud dengan penjabat bank adalah pejabat yang
mempunyai fungsi eksekutif, yaitu yang mempunyai pengaruh terhadap
operasional bank dan bertanggungjawab langsung kepada direksi termasuk
penjabat satuan kerja audit intern dan dewan audit.
h. Perusahaan yang dimiliki oleh pihak-pihak a sampai dengan g sebesar 10%.
i. Perusahaan yang secara operasional, pengawasan, dan dalam pengambil
keputusan dipengaruhi oleh pihak-pihak a sampai dengan g. hal ini dapat
diketahui setelah timbulnya masalah, sementara dalam pemeriksaan mungkin saja
tidak dapat ditemukan dengan bukti-bukti tertulis. Oleh karena itu otoritas
moneter harus jeli untuk menemukan pembuktian tersebut.
j. Anak perusahaan bank dengan kepemilikan bank lebih dari 25% modal
perusahaan dan apabila bank mempengaruhi perusahaan tersebut.

Pembentukan BMPK terhadap pihak terkait adalah:

 Untuk peminjam (individual) dan kelompok peminjam ditetapkan maksimum


sebesar 10% dari modal.
 Untuk keseluruhan pihak terkait ditetapkan maksimum sebesar 10% dari
modal.
2. Pihak tidak terkait adalah peminjam atau kelompok di luar pihak terkait. Pengaturan
BMPK untuk pihak tidak terkait ditetapkan untuk peminjam (individual) atau
kelompok peminjam sitetapkan sebagai berikut:
a. 30% dari modal sejak 31 Desember 2001.
10

b. 25% dari modal selama tahun 2002.


c. 20% dari modal sejak Januari 2003.

Namun demikian perlu diperhatikan bahwa bagi debitur yang terkena


pelanggaran atau pelampauan BMPK baik secara individu maupun kelompok. Yang
dimaksud pinjaman individual adalah nasabah perorangan atau perusahaan atau
badan yang memperoleh satu atau lebih penyediaan dana. Kelompok peminjam
adalah sejumlah pinjaman yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dalam hal
sebagai berikut:

a. Kepemilikan yaitu induk perusahaan memiliki saham anak perusahaan sebesar


25% atau lebih, perusahaan memiliki saham perusahaan lain sebesar 25% atau
lebih.
b. Kepengurusan yaitu direksi, komisaris, atau pejabat eksekutif suatu perusahaan
atau merupakan komisaris, direksi, dan penjabat eksekutif perusahaan lain.
c. Hubungan keuangan yaitu suatu perusahaan bertindak sebagai penjamin penyedia
dana yang diterima perusahaan lain, atau yang memberikan bantuan keuangan
kepada perusahaan lain sehingga mangakibatkan adanya pengendalian usaha oleh
salah satu perusahaan tersebut.

2.4 PELAMPAUAN BMPK.


Formulasi pelampauan BMPK didefinisikan sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝐿𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑀𝑃𝐾
𝑥 100% − 𝐵𝑀𝑃𝐾
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝐿𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑘
Bank dianggap melampaui BMPK apabila bank melakukan penyediaan dana
melebihi persentase maksimum karena perubahan-perubahan yang terjadi setelah
penyediaan dana realisasi. Pelampauan BMPK yang terjadi akibat gejolak nilai kurs
dan penurunan modal bank atas penyediaan dana yang telah diberikan, tidak
dikategorikan sebagai pelangggaran BMPK. Kurs yang menjadi dasar adalah kurs
neraca bank pada akhir bulan.
11

2.5 PELANGGARAN BMPK.


Pelanggaran BMPK dapat dilihat apabila pada saat bank melakukan realisasi
penyediaan dana telah melebihi dari persentase maksimum. Untuk menentukan ini
digunakan formula sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎
𝑥 100% − 𝐵𝑀𝑃𝐾
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑛𝑎
Bank harus menolak realisasi sana yang dilakukan debiturnya apabila
berdasarkan perhitungan dengan formula diatas bank akan mengakibatkan terjadinya
pelanggaran BMPK. Penolakan ini bisa dilakukan dalam perjanjian sebelumnya
memberikan pernyataan tentang klausal.
Dengan memperhatikan ketentuan diatas, maka dapat dikatakan bahwa bank-bank
yang tidak memiliki modal atau bahkan Capital Adequacy Ratio-nya negatif secara
otomatis melakukan pelampauan dan pelanggaran BMPK. Bank yang memiliki CAR
sebesar 0 atau minus dialarang untuk memberikan kreedit atau penempatan dana pada
umumnya kecuali telah mendapat persetujuan pemerintahh untuk mengikuti program
rekapitalisasi perbankan.

2.6 PELAPORAN AKUNTANSI PELANGGARAN BMPK.


Pelaporan mengenai posisi BMPK harus dilakukan bank komersial kepada bank
sentral, pihak terkait, pihak tak terkait. Laporan tersebut menyangkut pelampauan
BMPK maupun pelaporan pelanggaran BMPK secara rinci adalah sebagai berikut:
a. Laporan Pelanggaran BMPK kepada Pihak Terkait.
b. Laporan Pelanggaran BMPK kepada Pihak Tidak Terkait.
c. Laporan Pelampauan BMPK kepada Pihak Tidak Tekait.
d. Laporan Penyediaan Dana dan Pelampauan BMPK kepada Pihak Terkait.

2.7 ACTION PLAN DAN PELAKSANAANNYA.


Bank melakukan pelanggaran BMPK atau pelampauan BMPK, maka bank wajjib
memberikan action plan. Action plan ini memuat upaya-upaya untuk menyelesaikan
pelanggaran dan pelampauan BMPK dengan target waktu penyelesaiannya. Target
waktu penyelesaian pelanggaran BMPK dalam waktu satu bulan, sedangkan
pelampauan BMPK diselesaikan dalam waktu Sembilan bulan. Action plan ini wajib
12

mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia. Setelah memberikan laporan action


plan, bank juga wajib memberikan laporan pelaksanaannya.

2.8 PENURUNAN NILAI KREDIT.


Penurunan nilai kredit adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif
terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang
terjadi setelah pengakuan awal kredit, dan peristiwa yang merugikan tersebut
berdampak pada estimasi arus kas dimasa yang akan datang atas asset keuangan
kelompok asset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Penurunan kredit terdiri
dari:
 Cadangan kerugian penurunan kredit adalah penyisihan yang dibentuk apabila
nilai tercatat kredit setelah penurunan nilai kredit kurang dari nilai tercatat awal.
 Penghapus bukuan kredit (hapus buku) adalah tindakan administrasi bank untuk
menghapus buku kredit macet dari neraca sebesar kewajiban debitur tanpa
menghapus hak tagih bank kepada debitur.
 Penghapusan hak tagih kredit (hapus tagih) adalah tindakan bank menghapus
semua kewajiban debitur yang tidak dapat diselesaikan.
 Nilai tercatat kredit adalah nilai kredit neto pada tanggal pelaporan setelah
dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai kredit pada tanggal pelaporan untuk
kredit dengan klasifikasi diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
2.9 DASAR PENGATURAN PENURUNAN NILAI KREDIT.
Pada setiap tanggal neraca entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang
obyektif bahwa asset keuangan atau kelompok asset keuangan mengalami penurunan
nilai kredit. Jika terdapat bukti tersebut maka entitas harus mencatat pada biaya
perolehan.
Bukti obyektif asset keuanngan mengalami penurunan nilai kredit yang dapat
diobservasikan menjadi perhatian dari pemegang asset mengenai peristiwa-peristiwa
yang merugikan antara lain:
a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam.
b. Pelanggaran kontrak, seperti: terjadinya wan prestasi atau tunggakan pembayaran
pokok atau bunga.
13

c. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau


melakukan reorganisasi keuangan lainnya.
d. Hilangnya pasar aktif dari asset keuangan akibat kesulitan keuangan.

2.10 CONTOH KASUS

PT.Bank Hati memiliki modal sebesar RP.150.000.000.000 per 31 April 2016.Modal


tersebut sebesar 40% Sahamnya dimiliki oleh sdr Umar Bakri .Pada tanggal 10 januari 2017
PT.Bank permata hati telah menyetujui permohonan kredit Sdr. Umar bakrie sebesar
24.000.000 dengan jangka 5 tahun, Grace priode 1 tahun ,Tingkat bunga 18%. Komitmen
kredit ini dicairkan secara bertahap sebagai berikut

Pencairan Tahap 1 pada tanggal 15 Januari 2017

Pencairan tahap 2 pada tanggal 15 maret 2017

Pencairan tahap 3 pada tanggal 15 mei 2017

Pencairan tahap 4 pada tanngal 15 juli 2017

Dana yang di cairkan setaip tahap adalah Rp.6.000.000.000

Pembahasan

Umar Bakri ialah pemilik 40% saham Bank permata hati ,artinya memiliki lebih besar dari
10% modal di setor ke bank.Dengan demikian Umar bakti digolongkan dengan pihak terkait
sebab itu BPMK yang harus di taati BPMK ialah 10% dari modla bank yaitu
150.000.000.000 x 10% yaitu =15.000.000.dengan demikian sampai tanngal 15 mei 2017
Bank permati hati melanggar BMPKpihak terkait

Pencairan Tahap 1 pada tanggal 15 Januari 2017 6.000.000.000

Pencairan tahap 2 pada tanggal 15 maret 2017 6.000.000.000

Pencairan tahap 3 pada tanggal 15 mei 2017 6.000.000.000

Total dana sebesar 18.000.000 yang sudah dicairkan sehinnga sudah melebihi 3.000.000

maka dari itu Pelanggaran BMPL pihak terkait : (18M/150M)x100%)-10%=2%


14

BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Pemberian kredit sudah dilakukan sejak dulu kala, dimana perkembangan lembaga
keuangan dimulai sejak kira-kira 2000 SM yaitu berupa lembaga keuangan semacam
bank. Lembaga semacam bank ini meminjamkan emas dan perak dengan tingkat bunga
20 % (dua puluh persen) setiap bulan.
Kredit yang diberikan oleh Bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.
Tujuan BMPK adalah untuk mengatur penyaluran fasilitas kredit agar dana bank yang
diperoleh dari simpanan masyarakat tidak dinikmati oleh sekelompok debitur tertentu.
Hal ini berarti termasuk mengatur penyebaran risiko kemacetan kredit demi keamanan
dan kesehatan bank itu sendiri. Kalau tidak dibatasi, maka bank bersangkutan akan
banyak memberikan kredit dengan mengutamakan para nasabah dari kelompoknya.
Begitu terjadinya kemacetan kredit nasabah yang bersangkutan akan sulit memenuhi
kewajiban mengembalikan utangnya karena masih satu grup perusahaan.
Penurunan nilai kredit adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya
peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi
setelah pengakuan awal kredit, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada
estimasi arus kas dimasa yang akan datang atas asset keuangan kelompok asset keuangan
yang dapat diestimasi secara handal. Penurunan kredit terdiri dari: Cadangan kerugian
penurunan nilai kredit, penghapus bukuan kredit, Penghapusan hak tagih kredit, dan
Nilai tercatat kredit.
15

1.2 SARAN

Saran yang dapat saya berikan kepada pembaca adalah seharusnya kita sebagai
mahasiswa/mahasiswi bisa lebih memahami Pemberian Kredit dan Penurunan Nilai
Kredit, sehingga kita dapat mengambil manfaatnya secara maksimal.
16

DAFTAR PUSTAKA

Taswan, Dr. 2017. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN

https://www.coursehero.com/file/40086126/KEL-6-PENURUNAN-NILAI-KREDITpptx/

Anda mungkin juga menyukai