Soal 1
Jawaban:
1. Metode Singkat
Biaya modal obligasi PT. “ANTI PELAKOR” sebesar (kd) sebesar:
Kd = I + (N-Nb: n) / (Nb+N) : 2
= 1812,5 / 28.750
= 0,063
= 6,3 %.
Ki = Kd (1-t)
= 0,063 (1-0,30)
= 0,0441
= 4,41 %.
= Rp 10.099,05
= Rp 17.460
= Rp 8.956,95
= Rp 17.460
= 5% + 5,43%
= 10,43%.
= 7,30 %.
Ada perbedaan hasil perhitungan biaya modal antara metode singkat dengan
metode present value sebesar = 7,30% - 6,79% = 0,51% sebagai akibat pembulatan
angka.
Soal 2
Jawaban:
Biaya modal rata-rata tertimbang dapat dicari dengan mengalikan biaya modal
individual dengan proporsi masing-masing jenis dana atau modalnya, yaitu:
Keterangan Biaya Proporsi Biaya
Modal Tertimbang
Modal
Hutang 5,6 % 40 % 2,24 %
Soal 3
Pada prinsip keuangan syariah, tidak mengenal istilah bunga. Lantas bagaimana penerapan
biaya modal pada lembaga keuangan syariah? Jelaskan menurut pandangan kelompok anda?
Jawaban :
Menurut pandangan kelompok kami, penerapan modal biaya pada lembaga keuangan
syariah tidak hanya pada harta yang bersifat ribawi saja akan tetapi juga meliputi semua jenis
harta selama proses aktifitas perusahaan dan pengontrolan perkembangan pada periode
berikutnya. Konsep modal dalam Islam yaitu semua harta yang bernilai pada pandangan syar’i
yang aktivitas manusianya ikut berperan dalam pengembangan lembaga keuangan syariah
tersebut. Modal utama pertama sebuah lembaga keuangan adalah kepercayaan, yakni
kepercayaan pihak-pihak yang dihubungkannya. Dengan kata lain, modal pertama lembaga
keuangan ialah keredibilitas dimana para nasabah atau masyarakat luas. Sedangkan modal
utama kedua sebuah lembaga keuangan adalah profesionalitas, yakni profesionalitas dalam
mengelola uang atau dana titipan yang telah diamanatkan. Dengan kredibitas dan
profesionalitas itulah keberadaan dan kelangsungan sebuah lembaga keuangan di pertaruhkan.
Dalam hal pengumpulan modal ada beberapa cara yang dilakukan yaitu dengan modal
sendiri dari pemilik lembaga keuangan itu sendiri bisa juga dengan sistem titipan dari para
nasabah dan bisa berbentuk wadi’ah. Modal dapat dipergunakan untuk menjaga kemungkinan
terjadinya risiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana
pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus
serentak dibarengi dengan pertimbangan resiko yang mungkin timbul guna melindungi
kepentingan para pemilik dana.