Anda di halaman 1dari 6

Nama : Lailatus Sholikha

NIM : 21080304014
Kelas : PAK 21B
TUGAS KELOMPOK 6

1. Buatlah analisis rasio, analisis vertikal, analisis tren, dan analisis Kesehatan
permodalan dengan rumus CAR pada bank syariah tersebut!
• ANALISIS RASIO LIKUIDITAS
Berikut adalah perhitungan rasio likuiditas atas laporan laba/rugi dan laporan keuangan bank syariah
mubarakah :
No Rasio Likuiditas 2021 2022
1 Quick ratio= 1.000.000 x 100% 1.300.000 x 100%
Cash Assets x 100% 3.700.000 5.310.700
= 27% = 24%
Total Deposit
Total deposit =
a. Tabungan wedi'ah
b. Giro wadi'ah
c. Tabungan mudharabah
d. Giro mudharabah

2 Banking Ratio = 4.000.000 x 100% 4.700.000 x 100%


Total Loans x 100% 3.700.000 5.310.700
Total Deposit = 108%
Total pembiayaan :
A .Piutang murabahah
B. Piutang Istishna
C. Investasi mudharabah
D. Investasi musyarakah
E. asset ijarah

3 Loan To Total Deposit Ratio = 4.000.000 x 100% 4.700.000 x 100%


Total Loans x 100% 6.160.000 5.310.700 + 330.000
Total Deposit + equity = 65% = 83%

4 Loan To Total Assets Ratio = 4.000.000 x 100% 4.700.000 x 100%


Total Loans x 100% 6.160.000 6.941.000
Total Assets = 65% =68%

5 Cash ratio = 1.000.000 x 100% 1.300.000 x 100%


Cash x 100 % 532.000 681.000
Current liability = 188% = 191%

a. Quick ratio
Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank syariah untuk membayar tabungan dan
deposito dengan kasnya dalam jangka 1 periode akuntansi. Minimal tabungan dan deposito dapat
dijamin 100% sehingga tidak akan menimbulkan masalah likuiditas apabila tabungan dan deposito
diambil serentak oleh nasabah. Pada laporan keuangan bank syariah mubarakah, quick ratio tahun 2021
sebesar 27% dan 2022 turun menjadi 24%. Jadi, kondisi Bank Syariah Mubarakah dapat dikatakan
kurang baik karena masih di bawah 100%.
b. Banking ratio
Banking ratio digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit
(pembiayaan) yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, semakin
rendah tingkat likuiditas karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil,
demikian pula sebaliknya. Banking ratio sering juga disebut FDR di bank syariah, yaitu financing to
deposit ratio. Analisis laporan keuangan pada Bank Syariah Mubarakah tersebut, diperoleh banking
ratio atau FDR pada tahun 2021 sebesar 1,08 atau 108% dan pada tahun 2022 sebesar 0,89 atau 89%.
Pada tahun 2022 tingkat likuiditasnya semakin tinggi mengingat FDR semakin rendah dibanding tahun
2021 yang di atas 100%.
c. Loan to deposit ratio
LDR ini dihitung dengan membagi total pembiayaan dengan total deposit dan ekuitas. Pada laporan
keuangan Bank Syariah Mubarakah, diperoleh LDR 2021 sebesar 102% dan 2022 sebesar 83%. Hal ini
menujukkan tingkat kuiditas semakin baik karena di tahun 2022 tersedia sisa dana dari deposit dan
ekuitas setelah disalurkan untuk pembiayaan sebesar 17%, sedangkan di tahun 2022 melampaui 100%
sehingga likuiditasnya sangat rendah.
d. Loan to asset ratio
Rasio ini menunjukkan porsi pembiayaan dibandingkan dengan total aset yang dikuasai bank syariah.
Pada tahun 2021, nilai LAR Bank Syariah Mubarakah sebesar 65% dan pada 2022 sebesar 68%
sehingga di tahun 2022 sumber dana yang tersisa dari pembiayaan semakin kecil dibanding pada tahun
2021
e. Cash ratio
Cash ratio merupakan perbandingan antara cash dan kewajiban lancar bank syariah. Pada laporan
keuangan Bank Syariah Mubarakah, cash ratio tahun 2021 sebesar 188% dan pada 2022 sebesar 191%
sehingga semakin meningkat rasionya. demikian, likuiditas semakin meningkat Cash ratio 100%
merupakan patokan minimal yang dapat menggambarkan keamanan likuiditas, yaitu kemampuan
membayar cash atas utang lancar bank syariah.

• ANALISIS RASIO SOLVABILITAS


Berikut adalah perhitungan rasio solvabilitas atas laporan laba/rugi dan laporan posisi keuangan Bank
Syariah Mubarakah :
No. Rasio Solvabilitas 2021 2022
1 Long Term Debt To Fixed Assets Ratio = 2.000.000 x 100 % 1.000.000 x 100 %
Long Term Liability x 100 % 140.000 160.000
Total Fixed Assets = 1429% = 625%

2 Long term debt to total assets ratio = 2.000.000 x 100 % 1.000.000 x 100 %
Long term liability x 100 % 6.160.000 6.941.000
Total assets = 32% = 14%
3 Long term debt and temporary syirkah fund 2.000.000 + 3.400.000 x 100 1.000.000+ 4.390.000 x
to total assets ratio = % 100%
Long term liability + TSF x 100 % 6.160.000 6.941.000
Total assets = 88% = 85%

a. Total debt to total fixed assets ratio


Rasio ini menggambarkan seberapa besar kemampuan fixed assets untuk menjamin pembayaran
kewajiban jangka panjang apabila telah jatuh tempo. Semakin tinggi rasio, semakin rendah kemampuan
fixed assets menjamin pelunasan kewajiban jangka panjang. Pada penghitungan rasio solvabilitas
tersebut, rasio utang jangka panjang terhadap aset tetap pada tahun 2021 adalah sebesar 1.429% dan
pada 2022 sebesar 625%. Mengingat kewajiban jangka panjang pada tahun 2022 mengalami penurunan,
rasio ini menjadi turun yang berarti kemampuan fixed assets untuk menjamin utang jangka panjang
semakin tinggi dibanding tahun 2021 yang mencapai 1.429%
b. Long term debt to total assets ratio
Rasio ini menggambarkan besar porsi kewajiban jangka panjang terhadap total aset bank syariah.
Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah tingkat solvabilitas bank syariah. Analisis laporan keuangan
bank syariah pada tahun 2021, long term debt to total assets ratio sebesar 32% dan pada 2022 sebesar
14%. Dengan demikian, solvabilitas bank syariah semakin kuat karena rasio utang jangka panjang
terhadap total aset semakin kecil dan total aset dapat menjamin kewajiban jangka panjang semakin
besar.
c. Long term debt and temporary syirkah fund to total assets
Long term debt merupakan kewajiban jangka panjang yang harus dibayar pada tanggal jatuh temponya,
demikian dana syirkah temporer nilai tercatatnya juga harus dibayar oleh bank syariah kepada
deposannya. Semakin tinggi rasio ini, semakin kecil solvabilitas bank syariah dan sebaliknya. Analisis
laporan keuangan bank syariah pada tahun 2021, rasio utang jangka panjang dan dana syirkah temporer
terhadap total aset sebesar 88% dan tahun 2022 sebesar 85%. Dengan demikian, tahun 2022 dengan
rasio yang lebih kecil menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menjamin utang jangka panjang
lebih baik dibanding tahun 2021.

• ANALISIS RASIO PROFITABILITAS


Berikut adalah perhitungan rasio profitabilitas atas laporan laba/rugi dan laporan posisi keuangan Bank
Syariah Mubarakah :
No. Rasio Profitabilitas 2021 2022
1 Gross profit margin = 960.000 x 100% 1.050.000 x 100%
Gross profit x 100% 1.600.000 1.750.000
Revenue = 60% = 60%

2 Net profit margin = 709.000 x 100% 744.800 x 100%


Net income x 100% 1.600.000 1.750.000
Revenue = 44% = 43%

3 Return on equity capital = 709.000 x 100% 744.800 x 100%


Net income x 100% 228.000 330.000
Total equity = 311% = 226%

4 Return on total assets = 709.000 x 100% 744.800 x 100%


Income before zakat x 100% 6.160.000 6.941.000
Total assets = 12% = 311%

a. Gross profit margin (GPM)


Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara Pendapatan utama bank syariah setelah ada distribusi
bagi hasil kepada pihak ketiga dengan total pendapatan utama bank syariah. Analisis laporan keuangan
bank syariah pada tahun 2021, bank syariah berhasil memperoleh GPM sebesar 60% dan tahun 2022
juga 60%. Hal ini sesuai dengan perjanjian bagi hasil antara bank syariah dan para nasabahnya. Jadi,
profit marginnya sama antara dua tahun tersebut, yaitu sebesar 60%.
b. Net profit margin (NPM)
NPM merupakan rasio yang membandingkan antara laba operasi sebelum zakat dengan pendapatan
utama bank syariah. Pada tahun 2021, bank syariah menghasilkan NPM sebesar 44% dan tahun 2022
sebesar 43% sehingga mengalami penurunan 1%. Secara umum, dengan nilai NPM 20%, kinerja
profitabilitas bank syariah sudah dapat dinyatakan baik. Oleh karena rasio NPM BSM di atas 20%,
dapat dikatakan secara umum bank syariah mempunyai profitabilitas yang baik.
c. Return on equity capital (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan modal pemilik untuk menghasilkan laba. Pada tahun 2021, diperoleh
ROE sebesar 311% dan tahun 2022 sebesar 226%. Secara persentase, ROE yang diperoleh sangat tinggi.
Namun, di tahun 2022 terjadi penurunan yang disebabkan ada kenaikan laba ditahan sehingga
menaikkan ekuitas bank syariah tersebut.
d. Return on total assets (ROA)
ROA mengukur kemampuan total aset untuk menghasilkan laba operasi bank syariah. Semakin tinggi
ROA, semakin tinggi profitabilitas perusahaan. Pada tahun 2021, BSM berhasil memperoleh ROA
sebesar 12% dan tahun 2022 sebesar 11%, berarti pada tahun 2022 mengalami penurunan ROA yang
menunjukkan adanya penurunan profitabilitas perusahaan bank syariah ini.
ANALISIS VERTIKAL
a. Analisis vertikal laba/rugi
Perbandingan beban usaha terhadap pendapatan utama adalah 16% pada tahun 2021 dan 17% pada
tahun 2022 sehingga terdapat kenaikan 1%. Hal ini akan berdampak pada penurunan laba operasi bank
syariah.
Perbandingan laba operasi terhadap pendapatan utama adalah 44% pada tahun 2021 dan 43% pada
tahun 2022. Hal ini disebabkan adanya kenaikan beban usaha di tahun 2022 sebesar 1%.
Perbandingan laba setelah pajak terhadap pendapatan utama adalah 30% di tahun 2021 dan 29% di
tahun 2022. Hal ini juga disebabkan oleh adanya kenaikan beban usaha 1% di tahun 2022 ini. Dengan
demikian, rasio vertikal mengalami penurunan di laba terhadap pendapatan usaha utama bank syariah.

b. Analisis vertikal laporan posisi keuangan


Perbandingan total aset lancar terhadap total aset pada tahun 2021 sebesar 25% dan tahun 2022 menjadi
26% sehingga mengalami kenaikan 1%.
Perbandingan total aset tidak lancar terhadap total aset pada tahun 2021 sebesar 73% dan tahun 2022
menjadi 72% sehingga mengalami penurunan 1%.
Perbandingan total aset tetap terhadap total aset pada tahun 2021 sebesar 2,27% dan tahun 2022 menjadi
2,31% sehingga mengalami kenaikan 0,04%.
Perbandingan total kewajiban lancar terhadap total kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas pada
tahun 2021 sebesar 9% dan tahun 2022 menjadi 10% sehingga mengalami penurunan %.
Perbandingan total kewajiban jangka panjang terhadap total kewajiban, dana syirkah temporer dan
ekuitas pada tahun 2021 sebesar 32% dan tahun 2022 menjadi 14% sehingga mengalami penurunan
18%.
Perbandingan total dana syirkah temporer terhadap total kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas
pada tahun 2021 sebesar 55% dan tahun 2022 menjadi 71% sehingga mengalami kenaikan 16%.
Perbandingan total ekuitas terhadap total kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas pada tahun 2021
sebesar 4% dan tahun 2022 menjadi 5% sehingga mengalami kenaikan 1%.
Dengan membandingkan rasio vertikal ini, kita dapat mengetahui pergeseran porsi pos-pos yang ada
dalam laporan laba/rugi ataupun di laporan posisi keuangan sehingga kita dapat mengambil langkah-
langkah program untuk memperbaiki kinerja yang telah diperoleh bank syariah.

• ANALISIS RASIO KESEHATAN MODAL BANK SYARIAH


Tabel ringkasan asset tahun 2021 dan 2022 dan ATMR

Aset Lancar : JUMLAH BOBOT ATMR (Rp) JUMLAH BOBOT ATMR (Rp)
2021 (Rp) (Rp) 2022 (Rp) (Rp)
Kas dan setara kas 1.100.000,00 0 0 1.300.000,00 0
Sertifikat wadi’ah Bank 100.000,00 0 0 110.000,00 0
Indonesia
Giro wadiah Bank Indonesia 200.000,00 0 0 250.000,00 0
Surat berharga syariah 100.000,00 20 20.000 250.000,00 20 50.000,00
Piutang margin murabahah 50.000,00 100 50.000 90.000,00 100 90.000,00
Piutang margin istishna’ 10.000,00 100 10.000 40.000,00 100 40.000,00
Piutang bagi hasil mudharabah 20.000,00 100 20.000 40.000,00 100 40.000,00
Piutang bagi hasil musyarakah 30.000,00 100 30.000 50.000,00 100 50.000,00
Piutang ujrah ijarah 10.000,00 100 10.000 30.000,00 100 30.000,00
Total Aset Lancar 1.620.000,00 140.000 2.160.000,00 300.000
Aset tidak lancer :
Piutang murabahah 2.000.000,00 100 2.000.000,00 2.400.000,00 100 2.400.000,00
Piutang istishna’ 1.000.000,00 100 1.000.000,00 1.100.000,00 100 1.100.000,00
Investasi mudharabah 200.000,00 100 200.000,00 300.000,00 100 300.000,00
Investasi musyarakah 300.000,00 100 300.000,00 500.000,00 100 500.000,00
Asset ijarah 500.000,00 100 500.000,00 400.000,00 100 400.000,00
Asset istishna’ dalam 200.000,00 100 200.000,00 100.000,00 100 100.000,00
pelaksanaan
Asset murabahah 300.000,00 100 300.000,00 200.000,00 100 200.000,00
Total Asset Tidak Lancar 4.500.000,00 100 4.500.000,00 5.000.000,00 100 5.000.000,00
Asset Tetap :
Tanah 100.000,00 100 100.000,00 100.000,00 100 100.000,00
Gedung (net) 20.000,00 100 20.000,00 25.000,00 100 25.000,00
Kendaraan (net) 10.000,00 100 10.000,00 15.000,00 100 15.000,00
Peralatan (net) 10.000,00 100 10.000,00 20.000,00 100 20.000,00
Total Aset Tetap 140.000,00 100 140.000,00 160.000,00 100 160.000,00
TOTAL ASET 6.260.000,00 100 4.780.000,00 7.320.000,00 100 5.460.000,00
*ATMR = Aset Tertimbang Menurut Risiko
Modal sendiri. :. 2021 : 2022 :
Modal saham. : Rp. 250.000,00 Rp. 250.000,00
Saldo laba. :Rp. 55.000,00 Rp. 230.000,00
Total modal sendiri :Rp. 305.000,00 Rp. 480.000,00

CAR 2021 = Modal Sendiri/ATMR


= Rp305.000,00/Rp4.780.000,00
= 6,38% (belum memenuhi minimum 8 %)
CAR 2022 = Modal Sendiri/ATMR
= Rp480.000,00/Rp5.460.000,00
= 8,79% (telah memenuhi minimum CAR menurut PBI No. 15/12/PBI/2013)
Nilai CAR bank syariah pada tahun 2021 yang kurang dari 8% menunjukkan permodalan bank syariah
yang kurang sehat sehingga pada tahun berikutnya saldo laba harus meningkat. Untuk itu, pemegang
saham harus menambah modal yang disetor atau meniningkatkan laba yang ditahan atau saldo labanya.
Agar menjadi minimum 8%, modal sendiri harus sebesar Rp3.824.000,00 sehingga pemegang saham
harus menyetor modal baru sebesar Rp77.400,00 (Rp382.400,00 Rp305.000,00). Pada tahun 2022,
CAR bank syariah sebesar 8,79% sehingga sudah memenuhi kriteria Peraturan Bank Indonesia.
Kenaikan CAR ini disebabkan oleh kenaikan Saldo laba atau laba ditahan yang berasal dari kenaikan
laba tahun 2022.

2. Berikan penilaian, apakah bank syariah tersebut dapat dikatakan berkinerja dengan
“Baik”? Jelaskan secara singkat!
Bank yang dianggap sehat adalah bank yang memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) di atas 8%,
sehingga semakin tinggi CAR mengindikasikan semakin baik tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan analisis laporan keuangan pada tahun 2021, kinerja bank syariah dapat dikatakan kurang
baik dikarenakan Nilai CAR bank syariah pada tahun 2021 yang kurang dari 8% menunjukkan
permodalan bank syariah yang kurang sehat sehingga pada tahun berikutnya saldo laba harus
meningkat. Tetapi pada tahun 2022 , bank syariah dapat dikatakan berkinerja dengan Baik karena Pada
tahun 2022, CAR bank syariah naik sebesar 8,79% sehingga sudah memenuhi kriteria Peraturan Bank
Indonesia. Kenaikan CAR ini disebabkan oleh kenaikan Saldo laba atau laba ditahan yang berasal dari
kenaikan laba tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai